Anda di halaman 1dari 17

Hukum Operasi Plastik Dalam Islam dan

Dalilnya
Operasi plastik (plastic surgery) ialah tindakan kedokteran yang dilakukan untuk
memperbaiki atau memperindah bagian tubuh manusia dengan cara merubah jaringan kulit.
Operasi plastik dalam bahasa arab dikenal dengan istilah jirahah at tajmil yang berarti
operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak atau untuk
memperbaiki fungsinya ketika anggota tubuh tersebut hilang, lepas, atau rusak (Al Mausu’ah
At Thbbiyh Al Haditsah 3/454).

Operasi plastik ada dua macam yaitu :

1. Operasi yang Bersifat Darurat atau Mendesak

Yaitu operasi plastik untuk memperbaiki bagian tubuh tertentu yang memiliki kerusakan atau
kegagalan fungsi. Operasi ini bertujuan untuk menyembuhkan atau mengembalikan
penampilan atau fungsi menjadi lebih baik atau setidaknya mendekati kondisi normal seperti
manusia pada umumnya misalnya operasi karena bibir sumbing sehingga susah untuk makan,
membuka penyumbatan pada bagian anus karena sakit, melakukan implant payudara karena
terkena kanker, memperbaiki hidung karena cacat, menyambungkan jari tangan atau kaki
karena kecelakaan, memperbaiki kulit akibat luka bakar, memperbaiki tulang akibat patah
tulang, dan lain lain.

2. Operasi yang Bersifat Opsional

Yaitu operasi yang bertujuan untuk mempercantik atau memperindah bentuk rupa dan tubuh
agar terlihat lebih menarik dengan cara ditambah, dikurangi, atau dibuang, operasi ini
merupakan tindakan kesengajaan atau berasal dari keinginan pasien sendiri, contohnya
memperbesar payudara, melangsingkan pinggang atau memperbesar pinggul, mengubah
mulut menjadi lebih kecil atau lebih merah dengan sulam bibir, membuat hidung lebih
mancung, melentikkan bulu mata, menaikkan atau menyulam alis, facelift atau
mengencangkan kulit, dan lain lain.

Dalam islam, terdapat hukum yang mengatur halal atau haram nya operasi tersebut dilakukan
berikut penjelasannya

 Mubah

Operasi yang mubah atau boleh dilakukan adalah operasi yang bertujuan untuk memperbaiki
anggota tubuh yang cacat atau rusak, ada dua jenis yaitu :

 Operasi karena cacat sejak lahir (al uyub al khalqiyyah) misalnya operasi bibir
sumbing agar bentuk dan fungsi lebih mendekati normal, memperbaiki susunan gigi
yang maju ke depan dan tidak normal struktur nya hingga menyulitkan untuk makan
dan berbicara.
 Operasi karena cacat yang datang kemudian (al uyub al thari’ah) misalnya cacat
tangan atau kaki karena kecelakaan, memperbaiki jaringan kulit yang rusak akibat
kebakaran, operasi mata karena katarak atau luka hingga fungsi penglihatan
terganggu, operasi suntik payudara wanita karena penyakit atrofi (pengecilan atau
penyusutan jaringan otot dan jaringan syaraf sehingga bentuk menjadi tidak normal.

Operasi plastik yang demikian boleh dilakukan karena bertujuan untuk mengobati seperti
dalam dalil berikut : “wahai hamba hamba Allah berobatlah kalian, karena
sesungguhnyaAllah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali menurunkan pula obatnya”.
(HR Tirmidzi no 1961).

Dari hadist tersebut dijelaskan hendaknya seseorang yang tertimpa sakit berusaha berobat
agar bisa sehat seperti sedia kala dan tidak terganggu dalam melakukan berbagai aktivitas.

Bahkan dalam kondisi tertentu diperbolehkan memindahkan atau menghilangkan bagian


tubuhnya jika kondisi tersebut membawa kepada penyakit yang lebih membahayakan atau
membahayakan nyawa, misalnya luka karena suatu penyakit misalnya kanker payudara yang
jika tidak diangkat akan menyebar ke anggota tubuh yang lain.

Operasi yang dilakukan tentunya harus dijalankan oleh pihak yang berkompeten dan diiringi
dengan doa kepada Allah agar diberi jalan kesembuhan atas penyakit nya.

 Haram

Adapun operasi yang haram hukumnya ialah yang hanya bertujuan untuk mempercantik atau
memperindah bentuk tubuh semata karena nafsu duniawi tanpa ada niat mengobati atau
memperbaiki suatu kecacatan. Allah berfirman :

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya.” (QS
At Tin : 4)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah sebaik baik mkhluk yang diciptakan
Allah, manusia memiliki kecantikan atau ketampanan yang relatif dan berbeda satu dengan
lainnya, meskipun begitu, manusia sering merasa kurang bersyukur dengan pemberian Allah
sehingga senantiasa berusaha untuk memperindah fisik nya hingga mengubah ciptaan Allah
dengan melakukan operasi plastik.

Operasi plastik dengan tujuan dasar kecantikan sering disebut dengan istilah bedah kosmetik,
sebagian besar dilakukan oleh wanita dimana hasrat dasar mereka adalah suka berhias dan
ingin senantiasa tampil cantik dan menarik, sesungguhnya kecantikan bukan hanya dari fisik
saja, wanita yang memiliki inner beauty, kecerdasan, kesederhanaan, dan kecantikan alami
lebih menarik di mata laki laki, wanita sholehah yang memiliki akhlak baik dan lemah lembut
juga lebih indah di mata Allah.

Operasi bedah kosmetik ini haram hukumnya sesuai firman Allah berikut : “dan akan aku
(syetan) suruh mereka mengubah ciptaan Allah lalu benar benar mereka mengubahnya”.
(QS An Nisa 119). Ayat tersebut menjelaskan kecaman atas perbuatan syetan yang senantiasa
mengajak manusia untuk melakukan berbagai perbuatan maksiat diantaranya mengubah
ciptaan Allah (taghyir khalqillah).
Salah satu cara mensyukuri nikmat allah ialah dengan menerima kondisi yang sudah Allah
berikan dan tidak berupaya untuk mengubahnya dengan jalan operasi kecuali dalam keadaa
darurat.

Beberapa contoh tindakan operasi plastik yang diharamkan yaitu :

 Menyambung Rambut atau Membuat Tatto

Dilakukan dengan cara menyambung rambut agar terlihat lebih panjang dan indah, mengubah
bentuk rambut dari keriting menjadi lurus sehingga menipu orang lain. Membuat tatto
dilakukan dengan melukis atau membuat tanda secara kekal pada anggota tubuh dengan
menusuk nusuk jarum menggunakan warna warna tertentu untuk tujuan kecantikan dan
dipamerkan. Padahal hukum bertato dalam islam sudah jelas bukan?

Perbuatan ini haram dan dilaknat Allah, Rasulullah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Ibn Umar “Allah melaknat orang yang melakukan penyambungan rambut dan membuat
tatto, baik pelaku atau orang yang disuruh membuat tatto”.

 Mengubah Jenis Kelamin dengan Mengubah Jenis Kelamin Laki Laki Menjadi
Perempuan atau Sebaliknya

Hal ini jelas tidak sesuai syariat islam karena mengubah takdir yang telah ditentukan Allah
seperti sabda Rasulullah berikut “Allah melaknat orang orang yang berusaha menyerupai
laki laki menjadi perempuan atau dari perempuan menjadi laki laki”. (HR Ibn Abbas)

 Memakai Kawat Gigi

Termasuk perbuatan yang dilarang karena memiliki unsur penipuan dan menghias diri secara
berlebihan, umumnya dilakukan karena ingin tampil lebih menarik atau mengikuti trend
belaka. tanam gigi menurut islam juga tidak diperbolehkan jika bertujuan secara berlebihan.
Rasulullah bersabda “yang merenggangkan gigi untuk kecantikan, mereka itu yang
mengubah ubah ciptaan Allah”. (Imam Al Qurthubi Rahimahullah dalam tafsirnya)

 Sulam Bibir dan Sulam Alis

Hal ini tidak dibenarkan dalam syariat islam karena termasuk merubah ciptaan Allah dan
menyakiti diri sendiri sebagaimana diketahui proses nya dilakukan dengan digambar
menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam kulit hingga lapisan kulit kedua yang tentu
akan menyaktkan diri sendiri. Perbuatan tersebut dilarang seperti pada hadist berikut
“larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung ujung wajah” (Sharh Shahih Muslim 14/106)

 Membesarkan Payudara dengan Implan

Tidak diperkenankan jika hanya bertujuan untuk berbangga dan mempertontonkan


kecantikan diri. Hal tersebut merupakan kebiasaan wanita jaman jahiliyah dulu kala yang
tidak mengenal ilmu agama dan hanya diamanfaatkan sebagi budak lelaki. Allah berfirman
dalam QS Al Ahzab : 33

“dan hendaklah amu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang orang jahiliyah dahulu”.
Wanita barangkali memang merasa lebih percaya diri dengan bentuk tubuh yang indah,
apalagi jika berhubungan dengan suami, mereka akan merasa bangga jika tubuhnya disukai
oleh suami, boleh saja memperindah bentuk tubuh dengan cara alami yang tidak merusak
ciptaan Allah misalnya dengan olahraga rutin, makan makanan yang bergizi, dan memakai
masker kacang panjang yang dihaluskan untuk mengencangkan payudara. Tetapi jika sampai
memaksakan keadaan seperti operasi implan payudara maka hal itu tidak dibenarkan dalam
islam.

 Melakukan Operasi Pada Selaput Dara (mengembalikan keperawanan)

yang dilakukan untuk menutup aib dan penipuan karena pernah berbuat zina atau maksiat
dimana hal tersebut hanya mementingkan nafsu duniawi semata. Selain itu, aurat wanita
tersebut akan terlihat oleh orang lain sehingga hal ini tidak diperbolehkan dalam syariat islam
karena tidak dalam keadaan yang darurat. Hal ini haram karena lebih banyak mudharat
(bahaya) nya daripada manfaat nya, seperti firman Allah berikut “tidak boleh melakukan
perbuatan yang membuat mudharat baik permulaan ataupun balasan”. (HR Ibnu Majah)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa operasi plastik yang dilakukan karena
bertujuan untuk memperbaiki cacat atau kekurangan pada tubuh yang termasuk kategori
darurat sehingga menyulitkan diri untuk melakukan aktivitas sehari hari halal hukumnya atau
boleh dilakukan.

Sedangkan operasi yang bertujuan karena ingin mempermanis diri, mengubah penampilan,
memperkuat citra dan lain sebagainyahanyakarena kehendak nafsu duniawi dengan
mengubah ciptaan Allah maka hal tersebut haram, tidak boleh dilakukan.Salah satu cara
mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menerima segala yang diberikan Nya. Islam
memiliki berbagai syariat yang terbaik, jika dilarang berarti mengarah pada keburukan, jika
diwajibkan atau dianjurkan berarti mengarah pada kebaikan.

REFERENSI

https://dalamislam.com/dasar-islam/hukum-operasi-plastik-dalam-islam
Hukum Operasi Mengembalikan Keperawanan (selaput dara)

Pendapat pertama:

HARAM bagi mereka yang kehilangan keperawanan karena maksiat seperti berzina atau
sudah pernah berhubungan badan dengan pernikahan yang sah. Hampir semua fatwa
ulama jika kasusnya seperti ini

Syaikh Khalid Al-Muhslih menukilkan pendapat gurunya yaitu Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Ustaimin,

ِ ‫زالت بكارتُها أجر‬


‫ت‬ ْ ْ
‫ وإذا‬،‫زنت‬ ‫تزني‬
َ ‫ فتكونُ ك ُّل امرأةٍ تشتهي أن‬،‫الشر‬
ِ ‫باب‬َ ‫َم َع أننا نرى من َع هذ ِه العملي ِة مطلقًا؛ ألنها تفت ُح‬
‫العملي‬

“Kami berpendapat tidak bolehnya operasi semacam ini secara mutlak karena akan membuka
pintu keburukan. Wanita akan mudah untuk dizinahi dan berzina, apabila hilang
keperawanannya maka ia akan melakukan operasi Caesar.”[1]

Pendapat kedua:

BOLEH jika pecahnya selaput dara disebabkan bukan hal maksiat atau pernikahan yang
sah, seperti terjatuh atau atau kecelakaan untuk menghindari kecurigaan suaminya kelak
yang berujung bisa retaknya hubungan rumah tangga

Sebagaimana fatwa berikut,

‫فقد سبق أن بينا أن ترقيع غشاء البكارة ال يجوز لما يترتب على ذلك من‬
.5047 :‫مفاسد شرعية ذكرنا طرفا منها وذلك بالفتوى رقم‬

Telah kami jelaskan sebelumnya bahwa operasi menutup selaput dara tidak boleh karena
akan menimbulkan kerusakan-kerusakan dalam syariat sebagaimana yang kami sebutkan
pada fatwa no. 5047

‫ ولكن قد تكون هنالك بعض المالبسات تستدعي القول‬،‫فهذا هو األصل‬


‫بجواز مثل هذه العملية دفعا للضرر كما هو الحال في البكر التي زالت‬
‫بكارتها بوثبة أو ظفر ونحو ذلك وغلب على ظنها أن يلحقها ضرر عظيم‬
49021 :‫ وقد بينا ذلك بالتفصيل بالفتوى رقم‬،‫كاألذى الشديد أو القتل‬
Inilah hukum asalnya (yaitu haram), akan tetapi terkadang ada beberapa keadaan yang
menuntut pendapat bolehnya operasi ini untuk mencegah bahaya (masalah yang timbul)
seperti keadaan seorang gadis yang kehilangan keperawanannya akibat loncatan (yang keras)
atau kuku (robek karena kuku) atau yang lainnya. Menurut dugaan kuatnya ia akan
mendapatkan bahaya (masalah) besar misalnya gangguan yang besar atau pembunuhan, telah
kami jelaskan rinciannya dalam fatwa no. 49021.[2]

Inilah yang dimaksud dengan kaidah fiqhiyah,

‫الفتوى تتغير بتغير الزمان والمكان والعرف والحال‬

Fatwa (hukum) berubah dengan perubahan zaman, tempat, kebiasaan dan keadaan

Pendapat ketiga:

HARAM secara MUTLAK

Dengan menimbang berbagai mafsadah dan mashlahat di saat ini dan di zaman ini. Dan inilah
pendapat yang terkuat, sebagaimana kaidah fiqhiyah.

‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬

“Menolak mafsadat didahulukan daripada mendatangkan mashlahat

Maka menolak mafsadah lebih didahulukan, di zaman ini di mana pergaulan bebas sudah
merasuki bahkan sampai ke pedesaan akibat majunya teknologi internet dan komunikasi.
Maka jika dibiarkan ada praktek terbuka operasi mengembalikan keperawanan, maka bisa
saja setiap orang akan mengaku bahwa ia kehilangan keperawanan karena bukan sebab
maksiat. Kemudian bisa terjadi krisis kepercayaan para suami terhadap istri mereka.

Berikut penjelasan secara merinci pendapat ini, sekaligus jawaban-jawaban terhadap fatwa
yang membolehkan. Syaikh Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqiti berkata,

Tarjih (pendapat terkuat):

Dan yang rajih –wal ‘ilmu ‘indallah- adalah pendapat tidak dibolehkan operasi
mengembalikan keperawanan secara mutlak dengan alasan sebagai berikut:

Pertama: Benarnya apa yang disebutkan oleh ulama yang berpendapat tidak bolehnya dalam
pendalilan

Kedua: adapun pendalilan pendapat kedua (boleh pada kedaan khusus) maka dijawab
(dibantah) sebagai berikut:

Jawaban dalil pertama:

Menutup aib yang dituntut adalah apa yang didukung oleh nash-nash syariat dengan ‘itibar
dan wasilah dan operasi mengembalikan keperawanan tidak mewujudkan hal tersebut.

Jawaban dalil kedua:


Menutup prasangka buruk (suami) bisa dilakukan dengan jalan memberitahukan sebelum
menikah (misalnya selaput dara pecah ketika kecelakaan, pent) . Jika ia ridha maka ia akan
menikahi wanita tersebut jika tidak maka Allah akan menggantikannya dengan yang lain.

Jawaban dalil ketiga:

Mafsadah yang disebutkan tidaklah hilang secara total dengan operasi tersebut karena
kemungkinan bisa diketahui (misalnya pernah berzina, pent) walaupun dengan cara diberi
tahu dari yang lain. Kemudian mafsadah juga bisa terjadi dengan menikahkan wanita tanpa
memberitahukan kepada suaminya bahwa keperawanannya telah hilang, yang selayaknya
diberitahu dan suaminya tahu (misalnya keperawanan hilang saat jatuh). Jika ia lakukan,
Maka hilanglah mafsadah tersebut.

Jawaban dalil keempat:

Sebagaimana menyembunyikan (fakta tidak perawan) memiliki mashlahat, maka ia juga


menimbulkan mafsadat, di antaranya memudahkan jalan timbulnya perbuatan keji zina dan
menolak mafsadat lebih didahulukan daripada mendatangkan mashlahat.

awaban dalil kelima:

Kita tidak bisa selamat dari tidak menipu karena keperawanan buatan ini, karena bukan
keperawanan yang asli. Seandainya kita selamat dari penipuan suami pada keadaan
hilangnya keperawanan dengan alami karena loncatan (kemudian jatuh) akan tetapi kita tidak
selamat dari penipuan jika hilangnya karena pemerkosaan (sexual abuse).

Ketiga:

Menutup jalan-jalan kerusakan sebagaimana pendapat pertama (haram secara mutlak) adalah
perkara yang sangat penting, khususnya jika jika dikembalikan dalam masalah pelanggaran
kehormatan kemaluan dan mafsadah yang ditimbulkan pada pendapat yang membolehkan.

Keempat:

Hukum asalnya adalah haram membuka aurat, menyentuh dan melihatnya dan alasan-alasan
(udzur-udzur) yang disampaikan oleh pendapat yang membolehkan tidaklah kuat untuk
sampai pada derajat dibolehkannya operasi ini. Maka wajib “tetapnya hukum haram” pada
operasi mengembalikan keperawanan ini.

Kelima:

Mafsadah tuduhan (berzina jika suami tahu selaput daranya telah robek, pent), maka tuduhan
ini bisa di hilangkan dengan persaksian kedokteran setelah kejadian (misalnya jatuh) dan
terlepasnya tuduhan dari seorang wanita dengan cara ini adalah cara yang paling ideal serta
tidak membutuhkan cara operasi.

Dengan alasan ini seluruhnya maka tidak boleh bagi seorang dokter maupun wanita
melakukan operasi semacam ini. Wallahu a’lam (lihat kitab Ahkamul Jarahati Thibbiyah Wal
Aatsarul Mutarabbatu ‘Alaiha oleh syaikh Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqiti)[3]
Fatwa Bisa berubah sesuai zaman dan keadaan

Untuk di zaman kita sekarang dan fatwa secara umum maka sebagaimana pendapat terkuat
adalah haram secara mutlak. Akan tetapi untuk kasus tertentu, keadaan tertentu, tempat
serta individu tertentu maka fatwa bisa menjadi boleh dengan beberapa syarat yang telah
di sampaikan. Tentunya setelah berdiskusi dan bermusyawarah dengan ahli ilmu yang
mumpuni. Oleh karena itu kita dapati beberapa fatwa ulama yang membolehkan dengan
syarat-syarat.

Sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid setelah


merajihkan pendapat haram secara mutlak, beliau berkata,

‫الرتق للمغتصبة‬
ّ ‫وقد أفتى بعض أهل العلم المعاصرين بجواز إجراء عملية‬
ّ ‫والتائبة وأ ّما غير التائبة فال‬
‫ألن في ذلك إعانة لها على االستمرار في‬
‫ وكذلك التي سبق وطؤها ال يجوز إجراء العملية لها لما في ذلك‬، ‫جريمتها‬
‫الغش والتدليس حيث يظنّها من دخل بها بعد العملية بكرا‬
ّ ‫من اإلعانة على‬
‫ وهللا تعالى أعلم‬، ‫وليست كذلك‬

Sebagian ulama di masa sekarang telah memberikan fatwa bolehnya melakukan operasi
mengembalikan keperawanan bagi wanita yang diperkosa atau wanita yang telah bertaubat.
Adapun wanita yang belum bertaubat maka tidak boleh karena hal tersebut adalah menolong
mereka untuk terus-menerus dalam kemaksiatan. Demikian juga bagi wanita yang telah
melakukan hubungan badan dengan pernikahan yang sah maka tidak boleh melakukan
operasi ini karena bisa meolong mereka dalam menipu dan mengelabui di mana suami
setelahnya akan mengira di adalah wanita perawan padahal tidak demikian. Wallahu ‘alam[4]

REFERENSI

https://muslimafiyah.com/hukum-operasi-mengembalikan-keperawanan-selaput-dara.html

Kawat Gigi: Boleh Untuk Pengobatan, Haram


Untuk Sekedar penampilan/Berhias
Boleh untuk pengobatan

Pada hukum asalnya haram mengubah ciptaan Allah, misalnya operasi mengecilkan hidung
dan operasi ganti kelamin. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫وآل ُم َرنَّ ُه ْم فَلَيُغَي ُّر َّن خ َْلق‬..


َ
“dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya”. (An-Nisa’ :119)

Akan tetapi untuk pengobatan dan mengembalikan ke dalam bentuk ciptaan Allah maka
hukumnya boleh. Misalnya operasi hidrocepalus, operasi pengangkatan tumor, operasi cacat
bawaan. Sebagaimana riwayat sahabat Urfujah bin As’ad radhiallahu ‘anhu, ia menggunakan
emas untuk memperbaiki hidungnya, padahal emas harambagi laki-laki. Maka
mengembalikan susunan gigi yang tidak rata,misalnya gigi maju kedepan, maka
hukumnya boleh.

َ ‫أَنَّهُ أُص‬
ٍ ‫ فَات َّ َخذَ أ َ ْنفًا م ْن َور‬،‫يب أ َ ْنفُهُ يَ ْو َم ْال ُك َالب في ْال َجاهليَّة‬
َ‫ق فَأ َ ْنتَن‬
ٍ ‫سلَّ َم أ َ ْن يَتَّخذَ أ َ ْنفًا م ْن ذَ َه‬
‫ب‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَيْه َو‬ َ ‫ي‬ُّ ‫علَيْه فَأ َ َم َرهُ النَّب‬
َ
“Hidungnya terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman jahiliyah. Kemudian
beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah membusuk. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal hidung dari
emas.” [1]

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata,

‫إذا احتيج إلى هذا كأن يكون في األسنان تشويه واحتيج إلى إصالحها فهذا‬
‫ أما إذا كان هذا لعالج مثالً أو إلزالة تشويه أو لحاجة لذلك‬.…‫ال بأس به‬
‫كأن ال يتمكن اإلنسان من األكل إال بإصالح األسنان وتعديلها فال بأس بذلك‬
.

“Jika ada kebutuhan untuk meratakan gigi misalnya susunan gigi nampak jelek sehingga
perlu diratakan maka hukumnya tidak mengapa/mubah..jika pengobatan ini (meratakan
gigi), dengan tujuan menghilangkan penampilan gigi yang jelek atau ada kebutuhan yang
lain semisal seorang itu tidak bisa makan dengan baik kecuali jika susunan gigi diperbaiki
dan ditata ulang maka hal tersebut hukumnya tidak mengapa/mubah.”[2]
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

‫نهى عن النامصة والواشرة والواصلة والواشمة إال من داء‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang mencukur alis, mengkikir gigi,
menyambung rambut, dan mentato, kecuali karena penyakit.” [3]
As-Syaukani menjelaskan,

‫قوله (إال من داء) ظاهره أن التحريم المذكور إنما هو فيما إذا كان لقصد‬
‫ فإنه ليس بمحرم‬،‫التحسين ال لداء وعلة‬

“Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘kecuali karena penyakit’ dzahir maksudnya
bahwa keharaman yang disebutkan,yaitu jika dilakukan untuk tujuan memperindah
penampilan, bukan untuk menghilangkan penyakit atau cacat, karena semacam ini tidak
haram.”[4]

Haram untuk sekedar berhias


memasang kawat gigi/behel termasuk mengotak-atik gigi (bisa kita lihat dalam prosesnya)
maka ada nash larangan mengenai hal ini.

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

‫ ل ْل ُح ْسن‬،‫صات َوال ُمتَفَلّ َجات‬


َ ‫ َوال ُمتَن َّم‬،‫الواش َمات َوال ُموتَش َمات‬ َّ َ‫لَعَن‬
َ ُ‫َّللا‬
َّ َ‫ال ُمغَي َّرات خ َْلق‬
‫َّللا‬

“Semoga Allah melaknat orang yang mentato, yang minta ditato, yang mencabut alis, yang
minta dikerok alis, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang
mengubah ciptaan Allah.” [5]

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata,


‫ بل جاء النهي عن وشر األسنان‬، ‫أما إذا لم يُحتج إلى هذا فهو ال يجوز‬
‫وتفليجها للحسن وجاء الوعيد على ذلك ألن هذا من العبث ومن تغيير خلق‬
‫هللا‬

“Adapun jika tidak ada kebutuhan untuk itu (mengotak-atik gigi) maka hukumnya tidak
boleh. Bahkan terdapat larangan meruncingkan dan mengikir gigi agar nampak indah.
Terdapat ancaman keras atas tindakan ini karena hal ini adalah suatu yang sia-sia dan
termasuk mengubah ciptaan Allah.”[6]

Iamam An-Nawawi rahimahullah mengatakan,

ٌ ‫ وفيه إشارة‬،‫(المتفلجات للحسن) فمعناه يفعلن ذلك طلبا ً للحسن‬:‫وأما قوله‬


‫ب‬
ٍ ‫لعالج أو عي‬
ٍ ‫ أما لو احتاجت إليه‬،‫إلى أن الحرام هو المفعول لطلب الحسن‬
‫في السن ونحوه فال بأس‬

“Adapaun Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang merenggangkan gigi, untuk
memperindah penampilan” maksudnya dia melakukan hal itu untuk mendapatkan
penampilan yang baik. Dalam hadis ini terdapat isyarat bahwa yang diharamkan adalah
melakukan perenggangan gigi untuk memperindah penampilan. Namun jika dilakukan
karena kebutuhan, baik untuk pengobatan atau karena cacat di gigi atau semacamnya maka
hukumny a tidak mengapa/mubah.”[7]

REFERENSI

https://muslimafiyah.com/kawat-gigi-boleh-untuk-pengobatan-haram-untuk-sekedar-
penampilanberhias.html
Siapa bilang sulam alis tidak boleh?

Menurut para ulama, alis itu termasuk bagian dari rambut. Maka dalam kaidah Ushul Fiqh,
secara Qiyash (analogi), perbuatan mencukur alis lalu membuat yang baru, termasuk dalam
kategori larangan Nabi saw. Dengan pemahaman ini, maka menurut para ulama itu,
mencukur alis, bila tanpa ada kepentingan yang dibenarkan Syariah, hukumnya terlarang.

Lalu kalau diganti dengan menyulam alis, maka jelas menjadi haram. Sebab dalam proses
pembuatan sulam alis, dilakukan dengan melukai diri sendiri.

Yaitu dengan menusuk-nusukkan jarum ke bagian tubuh yang akan dibuat alis, kemudian
dimasukkan tinta. Terlebih lagi jika tinta yang digunakan mengandung bahan najis.

Praktek itu tentu selain sangat beresiko terhadap kesehatan tubuh, juga menjadi haram.
Allah telah melarang kita melakukan perbuatan yang akan mencelakakan diri sendiri: “Dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (Q.S. Al-Baqarah,
2:195).

Judul tulisan ini terjawab kan?

Siapa bilang sulam alis tidak boleh?

Ya Allah dan Rasulullah yang bilang!

Di sisi lain dari sisi psikologi/kejiwaan, perempuan yang melakukan sulam alis untuk
kosmetika dekoratif itu, sangat dikhawatirkan akan merusak kondisi ruhiyahnya. Yakni
menjadi bangga bahkan ujub. Merasa lebih hebat dengan penampilannya itu. Dalam ajaran
agama, jelas hal sikap ujub yang mengarah pada kesombongan itu sangat terlarang.

REFERENSI

https://muslimobsession.com/siapa-bilang-sulam-alis-tidak-boleh/2/
Transgender
Tentang transgender, ada dua keadaan:

Pertama, terdapat keterangan dan hasil diagnosis medis yang terpercaya bahwa salah satu alat
kelamin tumbuh sebagai organ reproduksi yang berbeda dengan ciri fisik yang dominan.
Seperti wanita yang memiliki alat kelamin laki-laki, atau sebaliknya lelaki memiliki alat
kelamin wanita. Dalam kondisi ini tidak masalah dilakukan tindakan transgender.

Kedua,

‫ أن تثبت التقارير والفحوصات الطبية عكس ذلك وهو أن الرجل يملك جهازا ذكوريا والمرأة جهازا أنثويا وحينئذ‬:‫الثانية‬
‫ أو عن طريق أخذ الهرمونات ونحوها‬،‫يكون تغيير الجنس في هذه الحالة محرما بال خالف سواء تم بتدخل جراحي‬

terdapat keterangan dan hasil diagnosis medis kebalikan dengan yang di atas, lelaki memiliki
alat kelamin laki-laki, wanita memiliki alat kelamin wanita. Dalam kondisi ini, melakukan
transgender adalah tindakan yang haram tanpa ada perselisihan ulama. Baik dengan cara
operasi atau dengan interfensi hormon atau metode lainnya.

(Fatawa Syabakah Islamiyah, 151375)

Rincian lainnya disebutkan dalam Fatawa Islam,

، ‫ ولكن أعضاءه غير ظاهره‬، ‫ إذا كان الشخص قد خلق من األصل ذكرا ً أو أنثى‬: ‫والعملية الجراحية الجائزة في هذا‬
‫ وإعطاء الشخص أدوية أو هرمونات لتقوية أصل الخلقة التي خلقه هللا‬، ‫فيجوز إجراء عملية جراحية إلظهار تلك األعضاء‬
‫ عليها‬.

Operasi transgender diperbolehkan dalam kodisi apabila seseorang diciptakan sejak awal
sebagai laki-laki atau perempuan, namun organ kelaminnya belum nampak. Karena itu
dibolehkan mengambil tindakan operasi untuk merangsang pertumbuhan alat kelamin
tersebut, atau dengan memberikan obat-obatan atau hormon untuk mengembalikan asal
penciptaannya.

‫ فال يجوز االستعجال بإلغاء أحدهما‬: ”‫وأما من يُخلق بعضوي تناسل أنثوي وذكري – وهو ما يسمى بـ”الخنثى المشكل‬
‫ فقد يظهر ذلك بعد مضي وقت من عمره‬، ‫ بل يُنتظر حتى يُعلم ماذا يق ِدر هللا تعالى له‬، ‫وإظهار اآلخر‬

Adapun orang yang diciptakan denga alat kelamin ganda: perempuan dan laki-laki – yang
sering disebut: waria – tidak boleh tergesa-gesa dengan membuang salah satu alat
kelaminnya. Namun ditunggu sampai diketahui ketetapan Allah untuknya (laki-laki atau
perempuan). dan itu baru mulai nampak setelah dia menginjak usia sekian tahun.
(Fatawa islam, no. 138451)

Berdasarkan penjelasan di atas, kasus transgender bisa kita rinci sebagai berikut,

1. Orang normal yang memiliki satu jenis kelamin dengan semua organ yang mendukungnya.
Misalnya, lelaki yang memiliki kelamin laki-laki dan semua organ reproduksinya laki-laki.
Dalam kondisi ini, haram melakukan transgender. Sekalipun dia memiliki ketertarikan
dengan sesama jenis atau memiliki paras yang cantik. Karena yang menjadi acuan bukan
parasnya atau kecenderungannya, tapi ciri fisik dan kelaminnya.
2. Orang yang organ reproduksinya belum nampak. Misalnya, orang yang sejak lahir memiliki
ciri fisik lelaki, namun kelamin lelakinya belum tumbuh sempurna. Boleh dilakukan tindakan
medis untuk memacu tumbuhnya alat kelamin secara normal.
3. Orang yang pertumbuhan organ reproduksinya, berbeda dengan ciri fisiknya. Misalnya,
seorang lelaki yang tumbuh kelamin wanita. Dalam kondisi ini boleh melakukan transgender.
4. Orang yang terlahir memiliki dua kelamin, dia ditunggu sampai usia tertentu hingga
diketahui alat kelamin yang dominan, kemudian dilakukan operasi membuang alat kelamin
yang tidak berfungsi.

Allahu a’lam

Read more https://konsultasisyariah.com/18547-hukum-transgender.html

Istilah transgender di dalam kajian hukum syariat lebih dekat dengan istilah al-mukhannits
(lelaki yang berperilaku seperti perempuan) wal mutarajjilat (perempuan yang berperilaku
seperti laki-laki). Di dalam fiqih klasik disebutkan bahwa seorang mukhannits dan mutarajjil
statusnya tetap tidak bisa berubah. Disampaikan di dalam Kitab Hasyiyatus Syarwani.

‫ولو تصور الرجل بصورة المرأة أو عكسه فال نقض في االولى وينتقض الوضوء في الثانية للقطع بأن العين لم تنقلب وإنما‬
‫انخلعت من صورة إلى صورة‬

Artinya, “Seandainya ada seorang lelaki mengubah bentuk dengan bentuk perempuan atau
sebaliknya, maka–jika ada lelaki yang menyentuhnya–tidak batal wudhunya dalam
permasalahan yang pertama (lelaki yang mengubah bentuk seperti wanita), dan batal
wudhu’nya di dalam permasalahan yang kedua (wanita yang mengubah bentuk seperti
lelaki) karena dipastikan bahwa tidak ada perubahan secara hakikatnya, yang berubah tidak
lain hanya bentuk luarnya saja,” (Lihat Abdul Hamid Asy-Syarwani, Hasyiyatus Syarwani,
Beirut, Darul Kutub Al-Islamiyah, cetakan kelima, 2006, jilid I, halaman 137).

Walaupun seseorang telah mengalami transgender atau transseksual, maka tetap tidak bisa
mengubah statusnya, dengan artian yang laki-laki tetap laki-laki dan yang perempuan tetap
perempuan.

Selanjutnya, mengenai takhannuts, An-Nawawi berkata:

‫المخنث ضربان أحدهما من خلق كذلك ولم يتكلف التخلق بأخالق النساء وزيهن وكالمهن وحركاتهن وهذا ال ذم عليه وال‬
‫إثم وال عيب وال عقوبة ألنه معذور والثاني من يتكلف أخالق النساء وحركاتهن وسكناتهن وكالمهن وزيهن فهذا هو‬
‫المذموم الذي جاء في الحديث لعنه‬

Artinya, “Mukhannits ada dua, pertama orang yang terlahir dalam kondisi demikian
(mukhannits) dan ia tidak sengaja berusaha berperilaku seperti perilaku para wanita,
pakaian, ucapan dan gerakan-gerakannya, mukhannits semacam ini tidak tercela, tidak
berdosa, tidak memiliki cacat dan tidak dibebani hukuman karena sesungguhnya ia orang
yang ma’dzur (dimaafkan sebab bukan karena kesengajaan dan usaha darinya). Yang kedua,
orang yang sengaja berusaha berperilaku seperti perilaku para wanita, gerakan-gerakannya,
diamnya, ucapan dan pakaiannya. Mukhannits yang keduanya inilah yang dilaknat di dalam
hadits,” (Lihat Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi, Beirut, Darul Fikr Al-Ilmiyah, cetakan
kedua, 2003 M, jilid VIII, halaman 57).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA:

‫اء‬
ِ ‫س‬ ِ ‫الر َجا ِل َو ْال ُمت ََر ِجال‬
َ ِ‫ت ِمنَ الن‬ ِ َ‫ي صلى هللا عليه وسلم لَعَنَ ْال ُم َخنَّثِينَ ِمن‬
َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬

Artinya, “Sesungguhnya baginda Nabi SAW melaknat para lelaki yang mukhannits dan para
wanita yang mutarajjilat,” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud).

Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa baginda Nabi SAW melaknat terhadap perilaku
takhannus dan tarajjul yang memastikan bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram. Di
antara alasan dan hikmah larangan atas perbuatan seperti ini adalah menyalahi kodrat yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT. Al-Munawi berkata di dalam karyanya, Faidhul Qadir:

‫وحكمة لعن من تشبه إخراجه الشئ عن صفته التي وضعها عليه أحكم الحكماء‬

Artinya, “Hikmah dari laknat terhadap orang yang berusaha menyerupai lawan jenis adalah
mengeluarkan sesuatu dari sifat yang telah ditetapkan oleh Sang Mahabijaksana (Allah
Swt),” (Lihat Zaid Al-Munawi, Faidhul Al-Qadir, Beirut, Darul Fikr Al-Ilmiyah, cetakan
kedua, 2003 M, jilid V, halaman 271).

Di samping itu, kenyataan yang ada, ketika seorang lelaki berperilaku seperti wanita atau
sebaliknya, maka sebenarnya ada alasan tertentu yang kalau dinilai secara syariat adalah
alasan yang tidak baik. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibnu Taimiyah
yang dikutip oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir:

‫والمخنث قد يكون قصده عشرة النساء ومباشرته لهن وقد يكون قصده مباشرة الرجال له وقد يجمع األمرين‬

Artinya, “Seorang yang mukhannits terkadang tujuannya agar bisa bergaul dan berkumpul
dengan para wanita, terkadang tujuannya agar disukai oleh para lelaki, dan terkadang
tujuannya adalah kedua-duanya,” (Lihat Zaid Al-Munawi, Faidhul Qadir, Beirut, Darul Fikr
Al-Ilmiyah, cetakan kedua, 2003 M, jilid IV, halaman 332).
Jika ada yang menyatakan bahwa dulu baginda Nabi SAW pernah membiarkan seorang
mukhannits masuk ke tengah para wanita sehingga hal ini menunjukkan bahwa takhannuts
tidaklah diharamkan, maka sesungguhnya kejadian itu dikarenakan orang tersebut kondisi
takhannuts-nya sejak lahir dan diduga ia sama sekali tidak ada hasrat dengan lawan jenis.
Namun setelah diketahui bahwa ia bisa menyebutkan kondisi-kondisi para wanita yang ia
masuki, maka ia pun dilarang berkumpul dengan para wanita. (Lihat Al-Mala Al-Qari,
Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih, Beirut, Darul Fikr Al-Ilmiyah, cetakan ketiga,
2004 M, jilid X, halaman 64).

Fatwa tentang Transgender

Berikut kutipan fatwa dari Fatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr. Abdullah
Al-Faqih.
Keputusan Al-Majma’ Al-Fiqh Al-Islami tentang transgender:

‫ في الفترة‬،‫ المنعقدة بمكة المكرمة‬،‫ في دورته الحادية عشرة‬،‫ برابطة العالم اإلسالمي‬،‫فإن مجلس المجمع الفقهي اإلسالمي‬
‫ فبراير‬26 ‫هـ الموافق‬1409 ‫ رجب‬20 ‫م إلى يوم األحد‬1989 ‫ فبراير‬19 ‫هـ الموافق‬1409 ‫ رجب‬13 ‫من يوم األحد‬
1989‫ وبعد البحث والمناقشة بين أعضائه قرر ما يلي‬.‫ وبالعكس‬،‫م قد نظر في موضوع تحويل الذكر إلى أنثى‬:

Artinya:
Majelis Al-Majma’ Al-Fiqhi Al-Islami, di bawah Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Dunia),
pada pertemuan ke-11, yang diadakan di Mekah Al-Mukarramah, selama 13 – 20 Rajab 1409
H, bertepatan dengan 19 – 26 Februari 1989 M, telah memperhatikan masalah transgender.
Setelah dilakukan penelitian dan dialog diantara anggota, majelis memutuskan beberapa hal
berikut,

،‫ ال يحل تحويل أحدهما إلي النوع اآلخر‬،‫ واألنثى التي كملت أعضاء أنوثتها‬،‫ الذكر الذي كملت أعضاء ذكورته‬:ً‫أوال‬
‫مخبرا‬
ً ،‫ بقوله تعالى‬،‫حرم سبحانه هذا التغيير‬ َّ ‫ وقد‬،‫ومحاولة التحويل جريمة يستحق فاعلها العقوبة؛ ألنه تغيير لخلق هللا‬
‫ “ل َعن‬:‫ أنه قال‬،‫ عن ابن مسعود‬،‫ فقد جاء في صحيح مسلم‬.[119:‫َّللاِ(]النساء‬ َّ َ‫)و َآل ُم َرنَّ ُه ْم فَلَ ُيغَ ِي ُر َّن خ َْلق‬
َ :‫عن قول الشيطان‬
‫ أال‬:‫ ثم قال‬.”‫ت خَلقَ هللاِ عز وجل‬ ْ ِ ‫ وال ُمتَفَ ِل َجا‬،ِ‫ت وال ُمتَن َِمصات‬
ِ ‫ ال ُمغيِرا‬،‫ت لل ُحس ِْن‬ ِ ‫امصا‬ ِ ‫ وال َّن‬،ِ‫ت وال ُم ْست َْو ِش َمات‬ ِ ‫الوا ِش َما‬
َ ُ‫هللا‬
‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما‬
ُ ‫الر‬
َّ ُ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫َا‬ ‫ت‬‫آ‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ َ‫)و‬ :‫قوله‬ ‫يعني‬ -‫وجل‬ ‫عز‬ ‫هللا‬ ‫كتاب‬ ‫في‬ ‫وهو‬ ،‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫لعن‬ ‫من‬ ‫ألعن‬
ُ
)7:‫نَ َهاك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا( )الحشر‬.

Pertama, seorang laki-laki yang telah sempurna semua organ laki-lakinya, demikian pula
wanita yang telah sempurna organ kewanitaannya, tidak halal untuk mengubah jenis
kelaminnya menjadi jenis kelamin yang lain. Mengubah jenis kelamin dalam hal ini termasuk
tindak kriminal yang pelakunya layak mendapat hukuman. Karena perbuatan ini termasuk
mengubah ciptaan Allah, dan Allah telah mengharamkan seseorang mengubah ciptaannya.
Allah berfirman, menyebutkan ucapan setan,

ِ َّ َ‫َو َآل ُم َر َّن ُه ْم فَلَيُغَ ِي ُر َّن خ َْلق‬


‫َّللا‬

Iblis mengatakan “..sungguh akan kuperintahkan mereka, sehingga mereka mengubah


ciptaan Allah…” (QS. An-Nisa: 119).

Kemudian terdapat dalam hadis riwayat Muslim, dari Ibu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau
mengatakan,

‫ت خ َْلقَ هللاِ عز وجل‬ ِ ‫ وال ُمتَ َف ِل َجا‬،ِ‫ت وال ُمتَن َِمصات‬


ِ ‫ ال ُمغيِرا‬،‫ت لل ُحس ِْن‬ ِ َّ‫ والن‬،ِ‫ت وال ُم ْست َْو ِش َمات‬
ِ ‫امصا‬ ِ ‫الوا ِش َما‬
َ ُ‫لعَن هللا‬

Semoga Allah melaknat tukang tato dan orang yang minta ditato, tukang mencabut bulu
wajah dan orang yang minta dicabut bulu wajahnya, dan orang yang merenggangkan gigi
untuk kecantikan, mereka mengubah ciptaan Allah.

Kemudian Ibnu Mas’ud mengatakan,

“Aku akan melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
itu telah disebutkan dalam Al-Quran,

‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنت َ ُهوا‬ َّ ‫َو َما آت َا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬
Apa saja yang diberikan oleh Rasulullah kepada kalian, maka ambillah, dan apa saja yang
dilarang, maka hindarilah.

‫ فإن غلبت عليه الذكورة جاز‬،‫ فينظر فيه إلى الغالب من حاله‬،‫ أما من اجتمع في أعضائه عالمات النساء والرجال‬:‫ثانيًا‬
‫ بما يزيل االشتباه في‬،‫ ومن غلبت عليه عالمات األنوثة جاز عالجه طبيًّا‬،‫عالجه طبيًّا بما يزيل االشتباه في ذكورته‬
‫تغييرا لخلق هللا‬
ً ‫ وليس‬،‫ والعالج يقصد به الشفاء منه‬،‫ ألن هذا مرض‬،‫ أم بالهرمونات‬،‫ سواء أكان العالج بالجراحة‬،‫أنوثته‬
‫عز وجل‬.

Kedua, untuk orang yang terkumpul dalam dirinya tanda lelaki dan tanda wanita, perlu
diperhatikan tanda yang dominan pada keadaannya. Jika lebih dominan tanda laki-lakinya
maka boleh dilakukan tindakan medis untuk semakin memperjelas kelaki-lakiannya.

Sementara orang yang lebih dominan tanda kewanitaannya, boleh dilakukan tindakan medis
untuk semakin memperjelas status perempuannya. Baik dengan tindakan operasi atau
intervensi hormon. Karena semacam ini (keberadaan dua tanda kelamin) adalah penyakit dan
tindakan medis dilakukan dalam rangka pengobatan, bukan mengubah ciptaan Allah.

Berdasarkan penjelasan di atas, kasus transgender bisa kita rinci sebagai berikut:

1. Orang normal yang memiliki satu jenis kelamin dengan semua organ yang
mendukungnya. Misalnya, lelaki yang memiliki kelamin laki-laki dan semua organ
reproduksinya laki-laki. Dalam kondisi ini, haram melakukan transgender. Sekalipun
dia memiliki ketertarikan dengan sesama jenis atau memiliki paras yang cantik.
Karena yang menjadi acuan bukan parasnya atau kecenderungannya, tapi ciri fisik dan
kelaminnya.
2. Orang yang organ reproduksinya belum nampak. Misalnya, orang yang sejak lahir
memiliki ciri fisik lelaki, namun kelamin lelakinya belum tumbuh sempurna. Boleh
dilakukan tindakan medis untuk memacu tumbuhnya alat kelamin secara normal.
3. Orang yang pertumbuhan organ reproduksinya, berbeda dengan ciri fisiknya.
Misalnya, seorang lelaki yang tumbuh kelamin wanita. Dalam kondisi ini boleh
melakukan transgender.
4. Orang yang terlahir memiliki dua kelamin, dia ditunggu sampai usia tertentu hingga
diketahui alat kelamin yang dominan, kemudian dilakukan operasi membuang alat
kelamin yang tidak berfungsi. [dutaislam.com/ab]

Anda mungkin juga menyukai