Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

FIKIH KONTEMPORER
Dosen Pengampu : Drs. H. Baihaqi, M. Pd

Disusun Oleh :

Baiq Yun Sulistya Fajriati (190101149)

VE

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN AJARAN
2023
1. Operasi Plastik

Pertanyaan : Dalam suatu kasus, ada seorang istri yang mengidap suatu penyakit yang
menyebabkannya kehilangan berat badan secara signifikan. Badannya yang dulu berisi, kini
menjadi kurus sekali sampai bentuk dan ukuran payudaranya mengecil. Sang istri merasa
minder (kurang percaya diri) dengan hal tersebut karena merasa dirinya tidak bisa
membahagiakan suaminya lagi. Nah, apakah boleh bagi seorang istri muslimah untuk
melakukan pembesaran ukuran payudara-seperti ukuran sebelum sakit-dengan implant
dengan niat untuk membahagiakan suami?

Jawaban :

Berkaitan dengan fenomena ini, Al-Lajnah Daimah menjawab, jika kenyataannya


sebagaimana yang disebutkan, maka boleh melakukan operasi tersebut jika untuk mengobati
payudara dan jika tidak timbul bahaya pada tubuh wanita tersebut. Perlu digali lebih dalam
juga apakah penyakitnya ada di payudara seperti kanker atau bukan, sebab kondisi medis
yang jelas dapat memperbolehkan untuk dilakukannya operasi tersebut.

Namun, adalah haram operasi payudara tanpa indikasi medis/untuk mengobati. Sebab hal itu
termasuk mengubah ciptaan Allah. Hukum asalnya haram mengubah ciptaan Allah, misalnya
operasi mengecilkan hidung dan operasi ganti kelamin. Allah Ta’ala berfirman,

..‫َو آلُم َر َّنُهْم َفَلُيَغِّيُر َّن َخ ْلَق‬

“dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya”. (An-Nisa’ :119)

Haram Mengubah Ciptaan Allah untuk Memperindah Penampilan (Estetika)

Dan Haram apabila mengubah ciptaan Allah untuk memperindah penampilan atau dengan
alas an estetika termasuk operasi implan payudara.

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

‫ ِلْلُح ْس ِن الُم َغِّيَر اِت َخ ْلَق ِهَّللا‬،‫ َو الُم َتَنِّم َص اِت َو الُم َتَفِّلَج اِت‬،‫َلَعَن ُهَّللا الَو اِش َم اِت َو الُم وَتِش َم اِت‬

“Semoga Allah melaknat orang yang mentato, yang minta ditato, yang mencabut alis, yang
minta dikerok alis, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang
mengubah ciptaan Allah.”

Akan tetapi untuk pengobatan dan mengembalikan ke dalam bentuk ciptaan Allah maka
hukumnya boleh. Misalnya operasi pada kasus di atas, operasi hidrosepalus, operasi
pengangkatan tumor, operasi cacat bawaan. Sebagaimana riwayat sahabat Urfujah bin As’ad
radhiallahu ‘anhu, ia menggunakan emas untuk memperbaiki hidungnya, padahal emas haram
bagi laki-laki.

‫ َفاَّتَخ َذ َأْنًفا ِم ْن َو ِرٍق َفَأْنَتَن َع َلْيِه َفَأَم َر ُه الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن َيَّتِخ َذ َأْنًفا ِم ْن‬،‫َأَّنُه ُأِص يَب َأْنُفُه َيْو َم اْلُكاَل ِب ِفي اْلَج اِهِلَّيِة‬
‫َذ َهٍب‬

“Hidungnya terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman jahiliyah. Kemudian
beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah membusuk. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal hidung dari emas.”
Sementara itu, KH Yahya Zainul Maarif atau popular dengan nama Buya Yahya menerangkan
bahwa kepuasan dalam hubungan suami istri harus dimulai dengan cara bergaul yang baik.
Yang menjadi masalah adalah ketika imajinasi seorang manusia yang kemudian membawanya
pada membanding-bandingkan sesuatu, seperti membanding-bandingkan bentuk fisik istrinya
dengan hal yang lain. Apalagi jika sampai sangat maniak terhadap hal tersebut. Dalam hal ini,
diperlukan kebijaksanaan seorang muslim untuk kembali realistis saja dan tidak usah
berimajinasi yang aneh-aneh. Jikapun memang sang suami tetap tidak bisa terima, maka perlu
untuk diketahui bahwa mengubah ukuran payudara bisa dilakukan dengan proses alami
seperti diet bergizi dan olahraga.

Pada dasarnya, islam memperboleh operasi apapun dengan adanya keperluan medis dan islam
telah jelas melarang segala jenis pengubahan bentuk (seperti yg dijelaskan di atas) jika hanya
demi estetika atau keindahan semata.

2. Pornografi

Pertanyaan : Apakah haram hukumnya bila melihat situs porno yang tujuannya agar dapat
melayani suami/istri lebih baik?

Jawaban:

Keinginan untuk memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan kepada suaminya
merupakan sebuah niat yang baik. Namun, niat yang baik dan mulia tersebut tidak boleh
dilakukan dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat. Niat yang baik baru akan
berhasil dan mencapai ridha-Nya kalau dilakukan dengan benar dan halal. Namun, jika tujuan
yang baik tadi dilakukan dengan cara yang salah, alih-alih mendapatkan keberkahan dan
kebahagiaan, justru yang didapat adalah murka Allah Swt. serta bisa jadi berakibat pada
sesuatu yang tidak baik.

Menonton film tentu saja dilarang karena berarti melihat aurat orang lain. Oleh sebab itu, ia
termasuk dalam kategori perbuatan dosa (zina mata). Apalagi jika melihat aurat yang sifatnya
mughalladzah (kemaluan).

Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda,

“Seorang lelaki tidak boleh melihat kemaluan laki-laki dan seorang wanita tidak boleh
melihat kemaluan wanita.” (HR Muslim).

“Allah Swt. melaknat orang yang melihat aurat orang lain dan orang yang memperlihatkan
auratnya.”

Rasanya masih banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk bisa memberikan pelayanan
kepada suami. Kebutuhan biologis hanyalah salah satu sarana saja. Dalam hal ini seorang
wanita memang perlu memperhatikan kepuasan suaminya; namun bukan dengan segala cara.
Sentuhan kasih sayang, ungkapan yang halus dan baik, menjaga kehormatan diri dan
keluarga, melaksanakan ibadah secara baik, dan banyak berdoa kepada Allah merupakan
sejumlah cara lain yang sangat efektif agar keluarga tetap harmonis penuh cinta kasih.
3. Transplantasi Organ

Pertanyaan : Transplantasi Organ Tubuh, Bolehkah?

Jawaban :

Sebenarnya, kajian yang membahas hukum syariah tentang praktek transplantasi jaringan
maupun organ dalam khazanah intelektual dan keilmuan fikih Islam klasik relatif jarang dan
hampir tidak pernah dikupas oleh para fuqaha secara mendetail.

Barangkali salah satu sebabnya adalah karena transplantasi ini tergolong kasus yang baru
berkembang di masa kini. Selain itu juga kompleksnya kasus yang terkait dengan masalah
transplantasi. Oleh karena itu tidak heran jika hasil ijtihad dan penjelasan syar’i tentang
masalah ini banyak berasal dari pemikiran para ahli fikih kontemporer, keputusan lembaga
dan institusi Islam serta simposium nasional maupun internasional.

Mengingat transplantasi organ merupakan suatu tuntutan, kebutuhan dan alternatif medis
modern, pada dasarnya secara global tidak ada perselisihan dalam hal bolehnya transplantasi
organ

DALIL KEBOLEHAN TRANSPLANTASI

Secara umum dan pada prinsipnya mereka membolehkannya dengan alasan dan dalil sebagai
berikut:

1. Ayat-ayat tentang dibolehkannya mengkonsumsi barang-barang haram dalam kondisi


benar-benar darurat antara lain: QS. 2:173, 5:3, 6:119,145.
“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah:5)

2. Ayat-ayat tentang keringanan dan kemudahan dalam Islam antara lain: (QS.
2:185,4:28, 5:6, 22:78)
3. Hal itu sebagai amal jariyah bagi donatur yang telah mati dan sangat berguna bagi
kemanusiaan.
4. Allah sangat menghargai dan memuji orang-orang yang berlaku itsaar tanpa pamrih
dan dengan tidak sengaja membahayakan dirinya atau membinasakannya (QS. 95:9).
5. Kaedah-kaedah umum hukum Islam yang mengharuskan dihilangkannya segala
bahaya.
4. Bunuh Diri

Pertanyaan : Apakah orang yang meninggal karena bunuh diri wajib disolatkan? Karena
Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam kan pernah tidak bersedia menyolatkan sahabatnya yang
meninggal karena masih punya hutang dan baru bersedia menyolatkan jenazah tersebut
setelah hutang tersebut dibayar oleh sahabat yang lain

Jawaban :
Tidak kita ragukan lagi bahwa bunuh diri termasuk dosa besar. Alloh ta’aalaa berfirman:

‫َو اَل َتْقُتُلوا َأْنُفَس ُك ْم ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبُك ْم َرِح يًم ا‬

Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (QS.an-Nisaa: 29).

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ َيَتَح َّساُه ِفى َناِر َج َهَّنَم َخ اِلًدا ُم َخ َّلًدا ِفيَها َأَبًدا‬، ‫ َفَسُّم ُه ِفى َيِدِه‬، ‫َوَم ْن َتَح َّسى َس ًّما َفَقَتَل َنْفَس ُه‬

Barangsiapa minum racun lalu mati, maka racunnya akan berada di tangannya, dia akan
meneguknya pada hari kiamat di neraka jahannam dan dia kekal selama-lamanya.
(HR.Bukhari: 5778, Muslim: 109)

Apakah orang yang bunuh diri boleh dishalatkan?


Para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini hingga terpolar menjadi tiga pendapat;

Pertama: Tidak disholatkan


Berdasarkan hadits Jabir bin Samuroh bahwasanya Rasululloh didatangkan seorang jenazah
laki-laki yang bunuh diri dengan anak panah, maka Rasululloh tidak menyolatinya.
(HR.Muslim: 978). Inilah pendapat yang dipilih oleh Umar bin Abdil Aziz dan al-Auza’i.
(Lihat Syarah Shohih Muslim 7/47)

Kedua: Disholatkan
Inilah pendapat yang dipilih oleh al-Hasan, an-Nakho’i, Qotadah, Malik, Abu Hanifah, Syafi’i
dan mayoritas ulama. Mereka menjawab tentang hadits Jabir diatas bahwa apa yang dilakukan
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya sebagai peringatan untuk manusia agar tidak
meniru perbuatan orang yang bunuh diri tersebut, bukan karena haram dishalatkan, oleh
karenanya para sahabat pun menyolatkannya.
Hal ini persis dengan kasus orang yang punya hutang yang tidak disholati Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, sebagai peringatan bagi manusia agar jangan menganggap ringan masalah
hutang piutang dan tidak meremehkan dalam melunasinya.
Al-Qodhi ‘Iyaadh mengatakan: “Pendapat mayoritas ulama adalah menyolati setiap muslim,
baik yang mati karena sebab hukuman pidana, dirajam, bunuh diri atau anak zina”. ( Syarah
Shohih Muslim 7/47)

Ketiga: Hendaknya orang yang terpandang dari kalangan ahli ilmu dan kebaikan tidak
menyolatinya
Ini adalah pendapat Malik dalam salah satu riwayat dan selainnya. (Lihat Syarah Shohih
Muslim 7/47)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah condong mengikuti pendapat ini dan berkata: “Boleh bagi
manusia umum untuk menyolatinya, adapun para pemuka agama yang menjadi panutan,
seandainya mereka tidak menyolatinya sebagai peringatan dan pelajaran bagi yang lain
sebagaimana yang dilakukan Nabi maka ini adalah benar, Allohu A’lam (Majmu’
Fatawa 24/289)

5. Undian

Pertanyaan : Hukum mengikuti undian kupon di keramaian seperti di acara jalan sehat

Jawaban :
1. Pertama: Jika kupon diberikan cuma-cuma, ini termasuk hibah kepada pemenang
sekalipun penyelenggara mendapatkan keuntungan non-materi dalam bentuk iklan
sponsor. Hal ini semata-mata hibah, tidak mengandung unsur riba, gharar, qimar, dan
tidak ada larangan syari.

2. Kedua: Jika disyaratkan harus membeli kupon, termasuk judi dan gharar. Karena saat
membeli tiket masuk, ia tidak tahu apakah akan mendapatkan hadiah yang nilainya
jauh lebih besar daripada nilai tiket ataukah tidak, ini termasuk gharar.

3. Ketiga: Jika harus membeli produk barang tertentu, para ulama beda pendapat dalam
hal ini. Pendapat terkuat adalah hukum mengikuti undian bentuk ketiga ini boleh dan
hadiahnya halal. Hal ini dengan syarat, harga barang yang dijual adalah normal, tidak
dinaikkan terlebih dahulu, pembeli membeli barang sesuai dengan kebutuhannya agar
tidak boros dan tidak berniat mendapatkan hadiah pada saat membeli barang. Undian
ini sama dengan pemberian hadiah melalui undian. Unsur ketidakjelasan dalam akad
hadiah (hibah) dibolehkan. Tidak ada unsur yang haram dalam muamalat ini. Dengan
demikian, hukumnya boleh karena hukum asal muamalat adalah boleh

Anda mungkin juga menyukai