Disusun oleh:
Asri Alfajri
J500080065
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
MAKALAH
PENANGANAN PASIEN SECARA ISLAMI
Pembimbing
Ngadino
(..........................................)
(..........................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi kesehatan dalam Islam
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan
melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap
orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam
terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang.
Islam mengatur hidup kita dari bangun tidur sampai bangun negara.
Kepribadian manusia terbentuk oleh pola pikir (aqilyah) dan pola sikap
(nafsiyah). Bentuk tubuh, wajah, keserasian fisik dan sebagainya bukan unsur
pembentuk kepribadian. Pola pikir Islam (Aqliyah Islamiyah) adalah jika
seseorang selalu berlandaskan aqidah Islam dalam memikirkan sesuatu hal dalam
upaya mengambil suatu keputusan. Sehingga jika landasannya bukan Islam, maka
pola pikirnya merupakan pola pikir yang lain. Sedangkan pola sikap Islami
(Nafsiyah Islamiyah) adalah jika seseorang dalam memenuhi kebutuhan jasmani
dan dorongan nalurinya berdasarkan Islam. Jika pemenuhan tersebut tidak
dilakukan dengan cara seperti itu, maka pola sikapnya merupakan pola sikap yang
lain. Tidaklah cukup jika kepribadian Islam hanya tercermin pada pola pikirnya
yang Islami, sementara pola pikirnya tidak. Karena nantinya malah beribadah
kepada Allah dengan kebodohan. Misalnya, kita berpuasa pada hari yang
diharamkan. Bisa juga kita bersodaqoh dengan riba, dengan anggapan bisa
mendekatkan diri kepada Allah. Dengan kata lain, sebenarnya melakukan
kesalahan tetapi menyangka telah melakukan kebajikan. Akibatnya, dalam
memenuhi tuntutan gharizah dan hajatul udhawiyah tidak sesuai dengan perintah
Allah dan Rasul-Nya. Ini kesalahan yang banyak terjadi di sekitar kita.
Sesungguhnya kepribadian Islam tidak akan berjalan dengan lurus, kecuali jika
pola pikir orang tersebut adalah pola pikir Islami dan pola sikapnya adalah pola
sikap Islami.
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (QS. AlBaqarah ayat 168)
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal,
tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya,
kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat
enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal
dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh
terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad Saw
adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional,
yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan
al-Hakim).
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang
airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat menekankan kesucian (althaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih,
maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri,
penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan
menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama
sangat melarang perilaku nekat dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat
pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain. Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga
berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih
besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan
raya; darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga
kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah
wabah penyakit dan peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa,
risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar
kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa
rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang
semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam
memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan
abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang.
Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
B. Dokter muslim
Banyak rumusan tentang dokter muslim telah dikemukakan oleh berbagai
kalangan. Menurut Ja'far Khadim Yamani, Ilmu kedokteran dapat dikatakan
islami, mempersyaratkannya dengan 9 karakteristik, yaitu: Pertama, dokter harus
mengobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan al-Quran. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau dicampur dengan
unsur haram. Ketiga,dalam pengobatan tidak boleh berakibat mencacatkan tubuh
pasien, kecuali sudah tidak ada alternatif lain. Keempat, pengobatannya tidak
berbau takhayyul, khurafat, atau bid'ah. Kelima, hanya dilakukan oleh tenaga
medis yang menguasai di bidang medis. Keenam, dokter memiliki sifat-sifat
terpuji, tidak pemilik rasa iri, riya, takabbur, senang merendahkan orang lain, serta
sikap hina lainnya. Ketujuh, harus berpenampilan rapih dan bersih. Kedelapan,
lembagalembaga pelayan kesehatan mesti bersifat simpatik Kesembilan,
menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambanglambang non-islamis.
Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter Islam atas tiga hal. Pertama,
percaya akan adanya kematian yang tidak terelakkan seperti banyak ditegaskan
dalam al-Quran dan hadits Nabi. Untuk mendukung prinsip ini ia mengutip
pernyataan Ibnu Sina yang menyatakan, yang harus diingat bahwa pengetahuan
mengenai pemeliharaan kesehatan itu tidak bisa mernbantu untuk menghindari
kematian maupun membebaskan diri dari , penderitaan lahir. Ia juga tidak
memberikan cara-cara untuk ' memperpanjang usia agar hidup selamanya. Dengan
pemahaman demikian, tidak berarti dokter muslim menentang teknologi biomedis
bila berarti upaya mempertahankan kehidupan dengan memberikan pasien suatu
pernapasan at au alat lain yang sejenis. Sebab, berupaya menyelamatkan hidup
adalah tugas mulia, siapa yang menyelamatkan hidup seorang manusia, seolah dia
menyelamatkan hidup seluruh manusia. Ini sejalan dengan penegasan ayat alQuran:
Ayat di atas menegaskan suatu keyakinan yang harus dipegang oleh umat
Islam, yaitu Allah-lah yang memberi kesembuhan. Di dalam tafsirnya, AlMaroghi dan Al-Harari mengatakan ketika aku sakit, tidak ada seorangpun selain
Allah yang bisa memberiku obat. Tidak juga dokter. Ayat ini mengandung nilai:
a. Mendorong kepada penderita penyakit dan keluarganya untuk tetap
optimis akan kesembuhannya dan tidak berputus asa melakukan
berbagai usaha serta berdoa memohon kepada Allah swt untuk
memberikan obat atas penyakit yang dideritanya. Allah swt Maha
Kuasa sehingga tidak ada satu penyakitpun yang tidak bisa
disembuhkan oleh Allah swt.
b. Mengingatkan kepada para praktisi kesehatan, bahwa pada hakekatnya
yang menyembuhkan penderita dari penyakitnya adalah Allah swt.
Mereka hanyalah sebagai perantara bukan pemberi kesembuhan yang
hakiki. Allah-lah yang menentukan kesembuhan seseorang. Segala
sesuatu terjadi hanya atas izin Allah. Dengan demikian, para praktisi
kesehatanpun akan selalu memohon kepada Allah untuk memberi
kesembuhan kepada pasiennya dan merekapun insya Allah akan
terhindar dari sikap sombong dan membanggakan diri.
c. Selain itu, ayat di atas juga mengandung nilai bahwa obat dan kondisi
sehat merupakan nikmat Allah swt yang harus disyukuri. Al-Maroghi
ketika menafsiri ayat di atas menjelaskan bahwa ketika aku sakit,
Allah-lah yang memberiku nikmat berupa obat. Adapun cara
mensyukuri nikmat sehat tersebut yaitu dengan menjaga kesehatan
tersebut agar terhindar dari berbagai penyakit, dan menggunakan
nikmat kesehatan itu untuk beribadah dan beraktifitas yang selaras dan
sesuai dengan aturan dan syariat Allah swt. Jangan sampai manusia
lupa diri akan nikmat sehat tersebut dan menggunakannya untuk
bermaksiat kepada Allah swt sebagaimana diperingatkan oleh Allah
pada ayat berikutnya.
binatang
buas,
kecuali
yang
sempat
kamu
dari elemen air yang ada di tubuhnya akan terpengaruh, yang kemudian akan
berpengaruh pada kesembuhannya.
Mekanisme kedua, Al-Quran sebagai obat bagi penyakit dada (syifaa ul
lima fish-shudur) dan sekaligus sebagai obat bagi penyakit badan. Dengan
membaca al-Quran, dengan mengikuti petunjuk-petunjuknya, dan selalu
mengingat Allah yang menurunkan al-Quran, orang bisa terhindar dari sifat
syirik, dengki, sombong, iri hati dan penyakit-penyakit hati lainnya dan akhirya
menjadi tenang, tentram, tidak emosional, tidak mudah marah serta terhindar dari
rasa cemas atau khawatir. Kondisi tubuh yang semacam ini, sangat baik untuk
meningkatkan daya imun yang ada pada diri manusia sehingga terhindar dari
penyakit.
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh para ilmuwan menyebutkan bahwa
syarat utama agar kelenjar pineal yang ada di pusat otak berfungsi sehingga dapat
menghasilkan hormon melatonin ialah hidup tentram demi mencapai kondisi
spiritual tertinggi. Oleh karena itu, para ilmuwan menuntun orang-orang nonmuslim yang ingin mencapai kondisi spiritual paling tinggi dengan melakukan
meditasi.
5. Madu adalah obat bagi manusia dan satu-satunya obat (selain al-Quran) yang
disebutkan di dalam Al-Quran
Nabi saw juga menganjurkan agar berobat dengan menggunakan madu
sebagaimana tercermin dari bunyi hadits,
Hendaklah kalian melakukan penyembuhan yaitu dengan madu dan AlQuran. (HR Ibnu Majah).
Madu mengandung banyak sekali unsur pembentuk maupun pengganti
jaringan tubuh yang rusak. Bahkan di dalam madu terdapat unsur pembunuh
kuman (anti bacterial) yang sangat potensial untuk pencegahan maupun
penyembuhan infeksi. Efek antibacterial dari madu ini diperoleh antara lain
karena:
a. Madu memiliki nilai osmotic yang tinggi yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.
b. Di dalam madu terkandung enzim (E. Gluko-Oksidase) yang mampu
mengkonversi (glukosa + air) menjadi (asam glukonat + H2O2).
Hidrogen peroksida (H2O2) dan asam glukonat itulah yang berfungsi
0,05
m.molekul.per
liter,
sudah
dapat
menghambat
BAB III
KESIMPULAN
Dalam mengabdi kepada masyarakat diperlukan kesiapan-kesiapan tertentu
yang harus dimiliki oleh dokter antara lain profesi dokter dijadikan sebagai
profesi yang sebenarnya,dalam menjalankan tugas harus memperhatikan aspekaspek meliputi ketelitian,kecermatan dan kewaspadaaan guna meminimalisir
resiko negatif yang mungkin akan timbul. Serta rasa tanggung jawab yang harus
dijunjung tinggi dalam menghadapi segala tindakan yang dilakukan.
Manusia terdiri dari aspek jasmani dan ruhani. Oleh karena itu dalam
memandang kesehatan manusia harus melihat kedua aspek tersebut. Al-Quran
memberikan panduan yang menarik tentang hal itu, yaitu bahwa dalam kondisi
sakitpun manusia jangan sampai melupakan Allah. Bahkan justru Dia-lah
sebenarnya Dzat Yang Menyembuhkan. Selain itu, Al-Quran memberikan arahan
bahwa seharusnya yang menjadi perhatian utama dalam mewujudkan kesehatan