Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA

KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT ISLAM


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama

Dosen Mata Kuliah :


Drs. H. Suyud M.Ag

Disusun Oleh :
Zahirah Rahmadian Budiman (P17320320045)

PRODI KEPERAWATAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
BOGOR
2020
AJARAN ISLAM DALAM ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN

Manusia tidak dapat menjalani kehidupan tanpa adanya petunjuk. Agama Islam
merupakan tuntunan hidup bagi manusia. Ajaran Islam mengatur semua hal, salah satunya yaitu
berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan masyarakat melingkupi beberapa disiplin ilmu. Salah satunya yaitu kesehatan
lingkungan. Ilmu Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
Menurut Undang undang No.11 tentang Hygiene. Dalam Undang-undang Hygiene tahun
1966 dijelaskan yang dimaksud dengan hygiene adalah kesehatan masyarakat yang khusus
meliputi segala usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan
dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat serta mempertinggi
kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia.
Dalam Undang-undang no.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan
yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan
bahagia.
Menurut UU no 32 tahun 2009, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain
Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi lingkungan hidup, pencemaran
lingkungan, ekologi, ekosistem, toksikologi, AMDAL, ANDAL, pencemaran B3, dan
sanitasi.

2. Hubungan Islam dengan Kesehatan Lingkungan


Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan tentang lingkungan dan
keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat Al quran dan Al hadist yang menjelaskan,
menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan
kehidupannya dan kehidupan makhluk lain dibumi.
Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah disitir dalam Alqur’an surat 30
(Ar-rum) ayat 41:”Telah terjadi (tampak) kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah akan merasakan kepada mereka sebagian (akibat tindakan
mereka) agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya masih banyak lagi ayat-
ayat Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat 64; surat 7 ayat 85; dan
beberapa surat lainnya) yang juga menegaskan tentang peranan manusia dalam kerusakan
lingkungan, melarang manusia untuk merusak lingkungan, dan sekaligus mengajak manusia
memelihara lingkungan. Dari ayat-ayat tersebut ada dua hal pokok yang menjadi dasar
pandangan Islam dalam issu pencemaran lingkungan. Pertama, Islam menyadari bahwa telah
dan akan terjadi kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada
turunnya kualitas lingkungan tersebut dalam mendukung hajat hidup manusia. Kedua, Islam
memandang manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegah terjadinya
kerusakan tersebut.
Oleh karena itu perlu adanya penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) yang
menyatu tak terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan akhlak. Islam
mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya konservasi, penyelamatan, dan
pelestarian lingkungan. Konsep Islam tentang lingkungan ini ternyata sebagian telah diadopsi
dan menjadi prinsip ekologi yang dikembangkan oleh para ilmuwan lingkungan. Prinsip-
prinsip ekologi tersebut telah pula dituangkan dalam bentuk beberapa kesepakatan dan
konvensi dunia yang berkaitan dengan lingkungan.
Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di Semenanjung Arab memiliki dan menjaga
kawasan konservasi yang disebut Hima. Hima merupakan zona yang tak boleh disentuh atau
digunakan untuk apapun bagi kepentingan manusia. Tempat tersebut digunakan sebagai
konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar maupun tumbuh-tumbuhan.
Selain itu di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang berkaitan dengan
penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep Khilafah dan Amanah. Konsep khilafah
menyatakan bahwa manusia telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah fil’ardh).
Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa merepresentasikan dirinya sesuai dengan
sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga
alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif
dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi
sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan
kehidupannya.
Penjelasan tersebut tercantum dalam surat Al An’am ayat 141-142, yang intinya manusia
mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa yang ada di muka bumi
(sumber daya alam) yang tidak melampaui batas atau berlebihan.
Surat Al An’am ayat 141-142

Sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kasih bagi alam semesta; surat 21 ayat 107),
maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan lingkungan sebagai
manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain melarang membuat kerusakan
di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan yang bersih,
karena kebersihan merupakan bagian hidup masyarakat Islam seperti diutarakan oleh nabi
Muhammad SAW dengan hadistnya yang berbunyi:
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”. Nabi Muhammad SAW juga melarang
manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata air, jalanan, di tempat teduh, dan
di dalam liang (tempat hidup) binatang”.
Dan sebuah hadits Rasulullah SAW yang maksudnya
''Islam itu bersih maka hendaklah kamu suka membersihkan diri kamu, tidak akan masuk
surga kecuali orang-orang yang bersih'' (HR.Dailami),
Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih lanjut sebagai larangan Islam dalam
membuang sampah atau produk-produk berbahaya ke dalam lingkungan yang kemungkinan
besar akan merusak atau menurunkan mutu lingkungan tersebut. Islam mengajak manusia
untuk secara aktif mengelola lingkungan tersebut, misalnya dengan membuang sampah pada
tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah Islam yang umumnya bersifat lebih suka mencegah
perbuatan atau kejadian yang buruk ketimbang mengobati kejadian atau perbuatan buruk
yang terjadi. Namun, Islam juga tidak berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian
buruk atau kejahatan seperti misalnya tertuang dalam hukum agama (syar’i) yang mengatur
hukuman bagi pelanggar aturan.
Bukti bahwa adanya ajaran Islam untuk menjaga kesehatan adalah adanya sunnah Rasul
yang mengajarkan do’a untuk meminta kesehatan kepada Allah yaitu sebagaimana sebuah
hadits “Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam adalah:

َ‫يع َسخَ ِطك‬ َ ِ‫ك َوفُ َجا َء ِة نِ ْق َمت‬


ِ ‫ك َو َج ِم‬ َ ِ‫ك َوتَ َح ُّو ِل عَافِيَت‬ َ ِ‫اللَّهُ َّم ِإنِّى َأعُو ُذ ب‬
َ ِ‫ك ِم ْن َز َوا ِل نِ ْع َمت‬

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah “
Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu
yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu” (HR. Muslim no. 2739)

Salah satu faedah hadits di atas adalah agar manusia selalu meminta kesehatan (tidak
berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.
Kebutuhan hidup yang tersedia tidak akan berguna apabila tidak diiringi dengan kesehatan
badan. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
”Perhatikanlah lima perkara ini sebelum datang lima perkara yaitu: 1. Hidupmu
sebelum datang ajalmu; 2. Jagalah kesehatanmu sebelum datang sakitmu; 3. Manfaatkan
sebaik-baiknya kesempatanmu sebelum datang kesibukanmu; 4. Manfaatkan masa mudamu
sebelum datang masa tuamu; 5. Manfaatkan kekayaanmu sebelum datang masa fakirmu."
(HR. Ahmad dan Baihaqi).
Islam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan dan kesucian lahir dan batin.
Antara kesehatan jasmani dengan kesehatan rohani merupakan kesatuan sistem yang
terpadu, sebab kesehatan jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya suatu
kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Sistem kesehatan dalam Islam tercermin dalam ajaran syariat yang mewajibkan perbuatan
membersihkan diri dari kotoran (najis), dari hadats dan dari kotoran hati semua itu berada
dalam satu paket ibadah seperti wudhu', mandi, shalat dan lain sebagainya.

3. Hubungan Agama Islam dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Salah satu kajian penting dalam Kesehatan Lingkungan adalah sanitasi. Salah satu program
terkait sanitasi yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang terdiri dari 5 pilar.
Sanitasi Total tersebut akan dicapai bila seluruh rumah tangga dalam suatu komunitas telah
melaksanakan ke lima pilar, yaitu:
a. Mempunyai akses dan menggunakan jamban yang sehat.
b. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun pada waktu sebelum makan, setelah
buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum
menyiapkan makanan.
c. Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman.
d. Mengelola limbah rumah tangga.
e. Pengelolaan Sampah berwawasan lingkungan (TSSM Prov.Jatim).

Dalil dalam Islam yang berhubungan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yaitu:
1) Tentang Larangan Buang Air Besar di Sembarang Tempat
a) Ittaqul mal’uunata anits tsalasati, albaroozu fil mawaaridi wa faarighotit thoriiqi
wadzzilli.
Artinya: Takutlah tiga tempat yang dilaknat, buang kotoran pada sumber air yang
mengalir, di jalan dan tempat berteduh. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majjah).
b) Man atal Ghoitho fal yastatir.
Artinya: Barang siapa yang datang ke jamban (BAB) maka tutupilah. (HR Abu
Dawud).
c) Laa Yakhrujur rijlaani yadhribaanil ghooithi kaasyifaini ‘an uarotihimaa
yatahadditsaani fainnallooha yamqutu ‘alaa dzaalika.
Artinya: Janganlah dua orang yang sedang duduk buang air besar dimana auratnya
terbuka bercakap-cakap, sesungguhnya Allah benci yang demikian itu. (HR Ahmad
dan Abu Dawud)
2) Tentang Cuci Tangan
Idzastaiqodzo ahadukum min naumihi falyaghsil yadahu.
Artinya: Apabila salah satu darimu bangun tidur maka hendaknya dia mencuci
tangannya. (HR.Muslim)
3) Tentang Kebersihan
a) Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul mutathohhiriin
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang yang taubat dan mencintai orang-
orang yang menjaga kebersihan. (Al Baqoroh ayat 222)
b) Fainnallaaha ta’aala banal Islaama ‘alan nadhoofati. Walan yadkhulal jannata illa
kullu nadhiifii
Artinya: Sesungguhnya Allah membangun Islam diatas kebersihan. Dan tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan. (HR. Thabraani)
c) Wayunazzillu ‘alaikum minassamaa i maa alliyuthohhirokumbihi
Artinya: Dan Dia menurunkan air hujan kepadamu untuk mensucikan kamu. (Surat
Al-Anfal ayat 11)
d) Miftaahush sholaati thohaarrotu laa tuqbalu sholaatun bighoiri thohuurin
Artinya: Kunci sholat adalah suci, tidak diterima sholat apabila tidak suci. (HR Abu
Dawud)
e) Wa syiabaka fathohhir
Artinya: ..dan pakaianmu bersihkanlah. (Al Mudatstsir ayat 3)
f) Maa yuridulloohu liyaj’ala ‘alaikum min harojin walaakin yuriidu liyuthohhirokum
Artinya: Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu. (Al Maaidah ayat 6)
4) Tentang Lingkungan
a) Thoharol fasadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidinnaasi liyudziiqohum
ba’dholladzii a’miluu la ‘allahum yarji’uun
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di Laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan
mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar. (Arrum : 41)
b) Walaa tabghil fasaada fil ardhi innallaha laayuhibbul mufsidiin
Artinya: Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashas.77)
c) Laa dhiroro walaa dhororo
Artinya: Tidak boleh membuat mudhorot dan tidak boleh memudhorotkan orang
lain. (Al Hadist)
Dari Surat Al Qashas.77 dan Arrum 41, bahwa Allah melarang berbuat kerusakan
dan Allah membenci orang yang berbuat kerusakan. Dan bahwa akibat perbuatan
merusak itu akan ada dampak buruk yang akan dirasakan agar manusia tidak lagi
membuat kerusakan. Tetapi masih banyak manusia yang melakukan perusakan
hutan, penggalian tambang yang tidak terkendali, pengotoran sungai dengan berbagai
limbah, termasuk tinja manusia dan lain lain. Akibat buruknya seperti banjir
bandang, kebakaran hutan, tanah longsor dan juga penyebaran penyakit menular,
termasuk wabah diare yang seringkali berakibat kematian bagi yang terkena. Bisa
saja yang tertimpa musibah adalah orang-orang yang tidak berdosa, yang tidak
melakukan perusakan.
5) Tentang Makanan dan Minuman
Yaa ayyuhannaasu kuluu mimmaa filardhi haalaalan thoyyiban, walaa tattabi’uu
khuthuwaa tisysyaithooni, innahu lakum‘aduwummubiin.
Artinya: Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal, lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Surah Al-Baqarah 168)
Ada 2 kriteria makanan yang boleh di makan yaitu yang halal dan baik. Kedua syarat
tersebut harus terpenuhi, tidak hanya syarat halal saja atau makanan yang baik saja.
Makanan yang halal dan baik untuk seseorang, belum tentu makanan tersebut baik untuk
orang lain.
Begitu pula dengan minuman, selain halal juga harus baik atau menyehatkan. Air yang
sehat tentu saja air yang terhindar dari pencemaran bakteri. Memasak atau mengelola
secara sehat air yang kita minum menjadi keharusan kita dalam upaya untuk hidup sehat
dan mentaati ajaranNya.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Muhamad Riski. 2012. Kesehatan Lingkungan Menurut Pandangan Islam. Aceh
diakses dari http://therianda.blogspot.com/2012/11/kesehatan-lingkungan-menurut-
pandangan.html pada 4 September 2014.

Hudari, Muhammad`Saidul. 2013. Islam dan hubungannya dengan kesehatan lingkungan.


Kalimantan diakses dari http://lettre-de-raphael.blogspot.com/2013/06/islam-hubungannya-
dengan-kesehatan.html pada 4 September 2014

Heriyatni, Feni. 2013. Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Hidup. Semarang. Diakses dari
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/kebersihan-dan-kesehatan-
lingkungan.html pada 4 September 2014

Mukono, H.J., 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
press.

TSSM Provinsi Jawa Timur. 2009. Materi Dakwah Sanitasi untuk Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Surabaya. Diakses dari
http://stbm-indonesia.org/wp/wp-content/uploads/2009/12/Materi-Dakwah-Sanitasi-untuk-
Sanitasi-Total-Berbasis-Masyarakat.pdf pada 4 September 2014

Anda mungkin juga menyukai