Anda di halaman 1dari 68

KESEHATAN DALAM AJARAN ISLAM

Drs. H. Farhani, SH. MM.

Kesehatan sering dipahami secara statis, hanya terbatas pada keadaan


sehat atau sakit, yaitu "sehat dalam arti tidak sakit", dan "sakit dalam arti tidak
sehat". Tingkatan keadaan sehat atau sakit kurang dipahami, sehingga upaya-
upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan yang mestinya dilakukan pada
waktu sehat, kurang diperhatikan oleh masyarakat luas. Padahal, pemeliharaan
kesehatan untuk mencegah penyakit nilainya lebih baik dari pengobatan
terhadap penyakit. Para ulama mengatakan:

"Menjaga kesehatan itu lebih baik daripada mengobati setelah sakit"


Bila dipahami secara mendalam, maka sebenarnya banyak ajaran Islam
tentang ibadah yang erat kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan. Misalnya
ajaran Islam tentang thaharah atau bersuci seperti mandi, wudhu' dan istinja'
yang harus mempergunakan air bagi pemeliharaan kesehatan. Demikian pula
ajaran tentang mu'amalat seperti makanan dan minum erat kaitannya dengan
kesehatan. Sebaliknya upaya-upaya yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan mengandung nilai ibadah.

Imam AI-Ghazali mengatakan bahwa tujuan syar'i pada manusia ada lima
perkara, yaitu: terpeliharanya agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Maka
setiap apa saja yang menjamin terpeliharanya kelima perkara itu, adalah
maslahat. Sebaliknya, apa saja yang menyebabkan lepasnya keselamatan atas
lima perkara itu adalah mafsadat. Dan oleh karenanya, upaya menolak mafsadat
itu adalah maslahat.

Jadi. pengamalan ajaran agama sebagai konsekuensi dari iman, disamping


mengandung nilai ibadah yang mendapat dari Allah SWT, juga bersamaan
dengan itu, merupakan pemeliharaan kesehatan yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarganya dan masyarakat lingkungan yang mempunyai nilai maslahat.

Namun demikian perlu diakui bahwa memelihara kesehatan kini bukanlah


suatu hal yang mudah dan murah. Usaha untuk hidup bersih dihadapkan
kepada tekanan-tekanan hidup yang semakin kompleks: berupa kemiskinan,
pencemaran lingkungan, dan keterbatasan daya dukung alam sebagai akibat
pertambahan penduduk yang berlipat. Seperti diketahui bahwa kesehatan
sangat erat dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Kehidupan yang
kurang bersih apalagi ditambah lingkungan yang tercecer, maka akan mudah
terserang berbagai penyakit.

Kebersihan dalam ajaran Islam


Di dalam AI-Qur' an ayat yang menyebutkan tentang kebersihan (thaharah), lebih
dari 33 kali. Ayat tersebut menyangkut berbagai masalah kebersihan; kebersihan
jasmani dan rohani, kebersihan tempat, kebersihan pakaian, kebersihan
makanan, kebersihan badan, kebersihan lingkungan, kebersihan keluarga,
kebersihan harta dan sebagainya.
1. Kebersihan rohani
Ajaran kebersihan mendasar adalah menyangkut kebersihan rohani.
Firman Allah yang menyangkut kebersihan rohani di antaranya sebagai
berikut:

‫طههبريكذم ِبههه ِبوييذذهه ب‬


‫ب‬ ‫بويينبهزيل ِبعلبذييكيكذم ِهمبن ِالبسبماَهء ِبماَءء ِلهيي ب‬
‫ط ِبعبلىَ ِقيليذوبهيكذم ِبوييثببه ب‬
‫ت ِبههه‬ ‫بعذنيكذم ِهرذجبز ِالبشذي ب‬
‫طاَهن ِبولهيبذربه ب‬
‫البذقبدابم‬
"Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syetan
dan untuk menguatkan serta memperteguh dengannya telapak kakimu" (Al-
Anfal : 11).

" ..... Sesungguhnya Masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba),
sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai
orang-orang yang bersih" (At- Taubah : 108)

" ..... dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan RasulNya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya" (Al-Ahzab).
2. Kebersihan Badan
Kebersihan badan dan jasmani merupakan hal yang tidak terpisahkan
dengan kebersihan rohani, karena setiap ibadah harus dilakukan dalam keadaan
bersih badannya.

"Hai orangrorang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah " (AI-Maaidah : 6).

َ‫صللى‬
‫قبذد ِابذفلببح ِ ِبمذن ِتببزلكىَ ِبوبذبكبرذسبم ِبربههه ِفب ب‬
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mell'bersihkan diri dan ia
ingat nama Tuhannya lalu i sembahyang" (AI-A'laa : 15).

Ayat-ayat tersebut mengajarkan agar manusia menjaga_kebersihan,


antara lain, dengan mandi. Semakin sering mandi semakin baik untuk
kebersihan, menghilangkan daki/kotoran dari badan ibarat shalat lima waktu
dapat membersihkan dosa.

3. Kebersihan Tempat

Ajaran kebersihan juga menyangkut kebersihan tempat kita


melaksanakan ibadah, atau sarana peribadatan. Di samping itu juga
tempat tinggal ataupun tempat bekerja kita sehari-hari.
Firman Allah menyebutkan:

‫فرييره ررنجاَالل يمرحببيونن انين ينتنطنههمريوا نوام يمرحبب ايلممتنطنههرريينن‬


"Didalamnya (masjid) ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan
Allah mencintai orang-orang yang bersih" (At-Taubah : 108).

Masjid sebagai tempat suci, dimana kaum muslimin melakukan ibadah hams
dipelihara kesucian dan kebersihannya, karena ibadah shalat tidak sah jika
dikerjakan di tempat yang tidak bersih atau kotor.

Karenanya ummat Islam harus memelihara kebersihan masjid dan


lingkungannya serta tempat-tempat lain yang dijadikan tempat ibadah,
seperti rumah dan sebagainya.

"Perbaikilah rumah-rumah tempat kediamanmu dan pakaian-pakaianmu


sehingga kamu menjadi seumpama tahi lalat di wajah di antara manusia"
(Hadits riwayat AI-Hakim).

Tahi Ialat di wajah akan menambah keindahan dan kecantikan wajah


seseorang. Rumah yang bersih dan indah diibaratkan tahi Ialat di muka,
yang berarti memberi kesenangan dan kenyamanan bagi penghuninya dan
masyarakat sekitamya.

4. Kebersihan Pakaian

Kebersihan pakaian dipandang penting dalam agama, mengingat pakaian


melekat pada badan yang berfungsi menutup aurat, melindungi badan dari
kotoran dan penyakit serta memperindah badan. Maka ajaran Islam
menyatukan antara kebersihan badan dan kebersihan pakaian. Perintah
membersihkan pakaian mengandung arti agar setiap muslim memelihara
kebersihan pakaiannya, lebih-ebih pada waktu mengerjakan ibadah. Agama
Islam juga mengajarkan agar memelihara keindahan, termasuk pakaian,
sebagaimana difirmankan Allah:

‫يياَ أييييهاَ اللرِّمددثثرِّر ◙ قرِّلم يفيأنَذذر ◙ يويردب ي‬


‫ك يفيكثبلر ◙ يوذثيياَيببب ي‬
‫ك‬
◙ ‫يفيطثهر ◙ يواليرلجيز يفاَلهرِّجلر‬
"Wahai orang yang berselimut Bangunlah dan berikanlah peringatan,
agungkan Tuhanmu dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan perbuatan
dosa" (AI-Muddatsir:ِ 1-5).ِ

5. Kebersihan makanan
Ajaran Islam tentang kebersihan makanan menyatukan aspek
kebersihan dari segi kesehatan dan kebersihan dalam arti makanan yang
halal.
‫يياَ أييييهاَ الدذذيين آيمرِّنَولا رِّكرِّلولا ذمن يطثييباَ ذ‬
‫ت يماَ يريزلقينَاَرِّكلم يوالشرِّكرِّرولا ذ ل ذ‬
‫ل‬
◙ ‫ذإن رِّكنَرِّتلم إذدياَهرِّ يتلعرِّبرِّدوين‬

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara, rizki yang baik-baik,


(halal dan bersih) yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika' benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah" (AI-
Baqarah: 172).

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah syetan karena
sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (Al-Baqarah :
168).

Makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama (tidak
diharamkan), sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan, termasuk makanan yang bersih, bergizi
dan berprotein.

5. Kebersihan lingkungan

Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup,


menghindarkan pencemaran dari limbah atau sampah.

"Takutlah akan dua hal yang mendatangkan laknat. Para sahabat bertanya:
"Apakah dua hal yang mendatangkan laknat itu, wahai Rasulullah? "
Bersabda Rasulullah SAW' "lalah yang huang hajat/kotoran di tempat
manusia berteduh" (Hadits riwayat Muslim dan Abu Daud).

"Barang siapa yang buang air hendaknya ditutup/ dihalangi, tidak terbuka"
(Hadits riwayat Abud Daud).

Kedua hadits di atas melarang buang air/kotoran di tempat umum dan


terbuka karena akan mengganggu kebersihan lingkungan. Pada hadits yang
lain, Rasulullah melarang perbuatan yang mengganggu orang lain.

"Janganlah kamu melakukan kemudharatan terhadap dirimu dan orang lain"


(Hadits riwayat Ibnu Majah dan Ad-Daruqutni).

7. Kebersihan dalam rumah tangga

Ajaran Islam tentang kebersihan juga menyangkut kebersihan rumah


tangga, baik mengenai tempat tinggal maupun soal hubungan antara
angggota keluarga. khususnya suami-istri.

‫نعلنييرههن‬,‫انيسركنميومههن رمين نحييمث نسنكننتميم رمين مومجردمكيم نولَ تمنضاَبريومههن لرتمنضيهمقي‬


''Tempatkanlah mereka (istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuan
dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka" (Al-
Thalaq : 6).

"Sesungguhnya Tuhan mempunyai hak atasmu, dan dirimu mempunyai hak atasmu,
dan keluargamupun mempunyai hak atasmu, maka tunaikanlah hak itu pada yang
empunya" (Hadits riwayat Bukhari).
Mereka bertanya kepadamu (hai Muhammad) tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu
adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka itu suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
orang-orang yang menyucikan diri" (AI-Baqarah : 222).

8. Kebersihan harta

Ajaran Islam tentang kebersihan juga meliputi kebersihan harta, karena dalam
harta itu terdapat hak Allah dan hak orang lain. Cara membersihkan harta adalah
dengan membayar zakat harta, zakat fitrah, infaq dan shadaqah.

"Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo'alah untuk mereka,
sesungguhnya do' a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (At-Taubah : 103).

Dari uraian di atas dapat difahami bahwa agama Islam menghendaki dari
ummatnya kebersihan yang menyeluruh: jasmani dan rohani, kebersihan
pakaian yang kita pakai: kebersihan tempat dimana kita berada, di rumah di
mana kita tinggal bersama keluarga, lingkungan dimana kita bermukim
makanan yang kita makan, minuman yang kita minum, masjid di mana kita
shalat, sekolah-sekolah di mana kita mengadakan pendidikan, dan seterusnya
kebersihan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Dengan kebersihan yan menyeluruh itu diharapkan akan terwujud kehidupan
manusia, individu dan masyarakat, yang selamat, sehat, bahagia dan sejahtera
lahir bathin.

"Sementara seorang laki-laki berjalan di jalan raya mendapati sepotong duri


di atasnya, lalu dia membuang. 'dari jalan raya itu, maka Allah menyukai dan
mengampuni dosanya" (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
"Rasulullah SA W melarang membuang hajat (ti1~ bawah pohon yang sedang
berbuah dan melarang membuang hajat di aliran sungai" (Hadits riwaya:
Adi).

3. Masalah makanan dan minum

Makanan dan minuman mempunyai arti yang penting dalam kesehatan.


Makanan dan minuman menjadikan seseorang sehat. Sebaliknya, karena
makanan dan minuman pula seseorang acapkali menjadi sakit. Agar
makanan dan minuman memberi manfaat bagi kesehatan, maka minumlah
yang halal, thayyiban dan jangan berlebih-lebihan.

a. Makanan dan minuman yang halal adalah dihalalkan atau dibolehkan


menurut hukum agama. : makanan dan minuman yang diharamkan
menurut agama. Sesuatu yang dihalalkan agama akan memberi
manfaat, sedangkan yang diharamkan atau dilarang agama
mendatangkan kemudharatan.

b. Makanan dan minuman yang thayyiban adalah makanan dan


minuman yang baik menurut kesehatan seperti bergizi, berprotein,
berkalori dan bersih dari kuman-kuman atau bibit penyakit.
- Pilihlah makanan dan minuman yang bergizi, berprotein dan bersih
dari kotoran.
- Masaklah air hingga mendidih sebelum diminum dan masaklah
bahan makanan sebelum dimakan hingga bersih dari kuman dan
bibit penyakit yang terdapat didalamnya.
- Jangan makan dan minum yang merusak jasmani dan rohani seperti
minuman keras, narkotika, yang sudah basi dan lain sebagainya.

c. Jangan berlebih-lebihan, karena makan dan minum yang berlebih-


Iebihan akan mendatangkan penyakit.

d. Mencuci tangan dan berdo'a sebelum dan sesudah makan.


POKOK BAHASAN
KONSEP DASAR POSKESTREN

1. TUJUAN:
a. Peserta mengetahui tentang pengetian, tujuan dan sasaran
poskestren
b. Peserta mengetahui tentang ruang lingkup, fungsi dan manfaat
poskestren.
c. Peserta mengetahui tentang langkah-langkah pembentukan,
pengorganisasian dan penyelenggaraan kegiatan di poskestren.

2. WAKTU:
Sekitar 45 menit

3. METODE:
a. Diskusi kelompok : 10-15 menit
b. Paparan kelompok : 7 menit x 5 kelompok

4. ALAT BANTU:
a. Spidol
b. Kertas Flip chart.

5. PROSES:
a. Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, kemudian mintalah mereka
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing (selama 10-15 menit)
topik berikut ini:
o Kelompok 1 : Pengertian, tujuan dan sasaran poskestren
o Kelompok 2 : Ruang lingkup dan fungsi
o Kelompok 3 : Manfaat Poskestren
o Kelompok 4 : Pengorganisasian
o Kelompok 5 : Langkah-langkah pembentukan

b. Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya:
o Mulailah dengan kelompok 1, 2, 3, 4 dan 5, lakukanlah klarifikasi
dan pendalaman agar tidak ada elemen-elemen yang relevan
namun tidak terungkap
KONSEP DASAR
POSKESTREN

I. PENGERTIAN POSKESTREN
Poskestren adalah merupakan salah satu wujud upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat atau UKBM dilingkungan Pondok Pesantren,
dengan prinsip dari oleh dan untuk warga Pondok Pesantren, yang
mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif
(pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan
rahabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan Puskesmas setempat.

II. TUJUAN :
Tujuan Umum :

Terwujudnya kemandirian warga Pondok Pesantren dan masyarakat sekitar


dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

Tujuan Khusus :

1. Meningkatnya pengetahuan warga Pondok Pesantren dan masyarakat


sekitarnya tentang kesehatan
2. Meningkatnya sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat bagi warga
Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya.
3. Meningkatnya peran serta aktif warga Pondok Pesantren dan masyarakat
sekitarnya dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
4. Terpenuhinya pelayanan kesehatan dasar bagi warga Pondok Pesantren
dan masyarakat sekitarnya.

III. SASARAN :
1. Warga Pondok Pesantren : Santri, Kyai, Pimpinan, Pengelola, dan
Pengajar di Pondok Pesantren termasuk wali santri.
2. Masyarakat dilingkungan Pondok Pesantren
3. Tokoh masyarakat : Tokoh Agama Islam, Pimpinan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan Pimpinan organisasi kemasyarakatan lainnya di
lingkungan Pondok Pesantren.
4. Petugas Kesehatan dan stakeholders terkait lainnya.

I. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Ruang lingkup kegiatan Poskstren meliputi pelayanan kesehatan dasar
secara komprehensif, yaitu upaya promotif, preventif, tanpa meninggalkan
upaya kuratif dan rehabilitatif, serta upaya pemberdasyaan warga Pondok
Pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam bidang kesehatan.

IV. FUNGSI POSKESTREN


1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan, dalam
alih informasi, pengetahuan dan keterampilan, dari petugas kepada
warga Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya, dan antar sesama
warga Pondok Pesantren dalam rangka meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
warga Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya
V. MANFAAT POSKESTREN
1. Bagi warga Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya.
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan
dan pelayanan kesehatan dasar.
b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan.
c. Mendapatkan informasi awal tentang kesehatan.
d. Dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga
Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya.

2. Bagi Kader Poskestren


a. Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan.
b. Dsapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga
Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada dilingkungannya.

3. Bagi Puskesmas
a. Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
permbangunan berwawasan kesehatan, p[usat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
b. Dapat memfasilitasi warga Pondok Pesantren dan masyarakat
sekitarnya dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai dengan
kondisi setempat.
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenagta dan dana melalui pemberian
pelayanan kesehatan secarav terpadu.

4. Bagi Sektor lain


a. Dapat memfasilitasi warga Pondok Pesantren dan masyarakat
sekitarnya dalam pemecahan masalah sektor terlait
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian palayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas pokok dan fumngsi masing-masing sektor.

VI. PENGORGANISASIAN
1. Kedudukan dan hubungan kerja
a. Terhadap Puskesmas : Secara teknis media Poskestren dibina oleh
Puskesmas.
b. Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan/Kecamatan : Secara
kelembagaan Poskestren dibina oleh Pemerintahan
Desa/Kelurahan/Kecamatan
c. Terhadap sesama UKBM lain : terhadap UKBM lain adalah sebagai
mitra.

2. Pengelola Poskestren
Srtuktur organisasi Poskestren ditetapkan melalui musyawarah warga
Pondok Pesantren pada saat pembentukan Poskestren. Struktur
organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan
sumberdaya yang ada. Struktur organisai minimal ada : Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Kader Poskestren sebagai anggota. Pengelola
Poskestren dipilih dari dan oleh warga Pondok Pesantren dan masyarakat
sekitarnya pada saat musyawarah pembentukan Poskestren. Pengurus
Poskestren sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Ketua, seorang
Sekretaris, dan seorang Bendahara. Adapun krietria pengelola
Poskestren antara lain sebagai berikut :

a. Diutamakan berasal dari warga Pondok Pesantren dan tokokh


masyarakat setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

3. Kader Poskestren
Kader Poskestren dipilih oleh pengurus Poskestren dan santri Pondok
Pesantren yang bersedia secara sukarela, mampu dan meliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan Poskestren. Adapun Kriteria kader
Poskestren antara lain adalah :

a. Berasal dari santri Pondok Pesantren


b. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat
c. Bersedia bekerja secara sukarela.

VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN POSKESTREN


Untuk mencapai tujuan pembinaan dan peningkatan fungsi serta kinerja
Poskestren, ditetapkan langkah pokok p[endekatan sebagai berikut :

A. Persiapan
1. Persiapan internal Puskesmas
Tujuan pendekatan ini adalah mempersiapkan para petugas
sehingga bersedia dan memiliki kemampuan dalam merngelola,
melaksanakan dan membina Poskestren. Pimpinan pUskesmas
harus dapat meningkatkan motivasi dan ketrampilan para staf
Puskesmas, sehingga bersedia dan mampu bekerja bersama
untuk kepentingan warga Pondok Pesantren. Untuk itu perlu
dilakukan berbagai pertemuan, pelatihan dengan melibatkan
seluruh petugas Puskesmas.
2. Pendekatan Kepada Pimpinan/Pengelola Pondok
Pesantren
Tujuan pendekatan ini adalah untuk mempersiapkan warga
Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya, khususnya para
kyai dan pengelola Pondok Pesantren serta tokokh masyarakat
yang berpengaruh lainnya, sehingga bersedia mendukung
penyelenggaraan Poskestren. Untuk itu perlu dilakukan berbagai
pendekatan kepada para kyai dan pengelola Pondok Pesantren
serta tokokh berpengaruh lainnya disekitar Pondok Pesantren,
untuk meminta masukan, saran, dan dukungannya. Dukungan
yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material.
Seperti kesepakatan dan persetujuan warga Pondok Pesantren
dan masyarakat sekitarnya untuk [embentukan Poskestren,
dukungan dana, sarana dan tempat penyelenggaraan Poskestren.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk konsil Kesehatan
Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, pendekatan
eksternal ini juga dilakukan bersama dan atau mengikutsertakan
Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas.

3. Pelatihan Survey Mawas Diri (SMD)


Untuk dapat melaksanakan SMD, perlu dilakukan pemilihan dan
pembekalan ketrampilan bagi warga Pondok Pesantren dan
masyarakat sekitarnya yang dinilai mampu melakukan SMD,
seperti santri dan ustadz. Pembekalan ketrampilan mencakup
penetapan responden serta pengolahan hasil pengumpulan data.

B. Survei Mawas Diri (SMD)


SMD merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh warga
Pondok Pesantren dan masyarakat disekitarnya bersama-sama petugas
Puskesmas, stakeholders terkait dan Konsil Kesehatan Kecamatan atau
Badan Penyantun Puskesmas (jika sudah terbentuk). Dalam upaya
mengenali keadaan dan masalah kesehatan dilingkungan Konsil
Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, serta
menggali potensi yang dimiliki. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara wawancara tewrhadap sekurang-kurangnya 30 orang, yang
terdiri dari pengelola Pondok Pesantren, santri dan masyarakat di
lingkungan Pondok Pesantren. Selain wawancara juga dilakukan
observasi terhadap kesehatan lingkungan Pondok Pesantren antara lain :
kondisi air, kamar mandi, WC, tempat wudlu, ruang belajar, ruang tidur,
sampah, dapur, perilaku sehat misalnya : merokok, kebiasaan membuang
sampah, gizi, makanan sehat, kurang darah/anemia, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium, Vitamin A, pemanfaatan lahan pekarangan dsb.

Hasil dari SMD adalah inventarisasi data/informasi tentang masalah


kesehatann dan potensi yang dimiliki warga Pondok Pesantren dan
masyarakat sekitarnya. Setelah berbagai data/informasi yang diperlukan
berhasil dikumpulkan, maka upaya selanjutnya adalah merumuskan
masalah dan merinci berbagai potensi yang dimiliki.

C. Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren.


Musyawarah masyarakat Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya
merupakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh warga Pondok Pesantren dan
masyarakat sekitarnya, untuk memperoleh kesepakatan dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah ini
adalah tokoh Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya yang mendukung
dibentuk atau dikembangkannya Poskestren, yang pesertanya terdiri dari
warga Pondok Pesantren dan masyarakat sekitarnya.

Tujuan penyelenggaraan musyawarah ini adalah untuk membahas hasil SMD


dan data kesehatan lainnya yang mendukung. Proses selama musyawarah
berlangsung adalah memaparkan hasil SMD yaitu :

1. Urutan masalah dan rincian potensi yang dimiliki


2. Perumusan masalah dan potensi dilaskukan secara musyawarah dan
mufakat
3. Upaya pemecahannya yang salah satunya melalui pembentukan
Poskestren
4. Memilih pengelola dan Kader Poskestren
5. Membuat rencana kegiatan penanggulangan masalah kesehatan yang
ada lengkap dengan jadwal kegiatan dan penanggungjawabnya.

Musyawarah ini selain dilakukan secara khusus membahas hasil SMD dapat
juga dilakukan sebagai musyawarah ruitin bulanan dan tiga bulanan, yang
antara lain sebagai wahana untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan,
hambatan yang ditemukan dan merencanakan upaya pemecahannya.

Pemilihan pengurus dan kader Poskestren dilakukan secara musyawarah


mufakat, sesuai dengan tatacara dan kriteria yang berlaku, yang diserahkan
kepada internal Pondok Pesantren dengan difasilitasi Kantor Departemen
Agama, Puskesmas dan sektor terkait lainnya.

D. Orientasi Pengelola dan Pelatihan Kader Poskestren


Sebelum melaksanakan tugasnya, para pengelola dan kader Poskestren
terpilih perlu diberikan orientasi/pelatihan yang dilaksanakan oleh Puskesmas
sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku, Materi pelatihan
mencakup kegiatan yang akan dikembangkan di Poskestren antara lain :
Kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, PHBS, pencegahan penyakit
menular, Usaha kesehatan gigi masyarakat, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman, program intensifikasi pertanian tanaman
pangan dan pemanfaatan pekarangan, kegiatan ekonomi produktif, usaha
simpan pinjam dll. Juga disusun rencana kerja Poskestren yang akan
dibentuk lengkap dengan waktu dan tempat penyelenggaraan, para
pelaksana dan pembagian tugas serta sarana dan prasarana yang
diperlukan.

E. Peresmian Pembentukan Poskestren.


Peresmian Poskestren dilaksanakan dalam suatu acara khusus yang dihadiri
oleh pimpinan daerah, tokoh pondok pesantren, tokoh masyarakat, warga
pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk
mensosialisasikan kepada warga bahwa di lingkungan Pondok Pesantren
telah dibentuk Poskestren.

VIII. PENYELENGGARAAN KEGIATAN


Kegiatan rutin Poskestren diselenggarakan dan dimotori oleh kader
Poskestren dengan bimbingan teknis dari Puskesmas setempat dan sektor
terkait.

A. Kegiatan
Pelayanan yang disediakan oleh Poskestren adalah pelayanan kesehatan
dasar meliputi promotif, preventif, rehabilitatif (memelihara kesehatan,
mencegah, pemulihan kesehatan) dan kuratif (pengobatan). Khusus
untuk pelayanan kuratif dan beberapoa pelayanan preventif tertentu
seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan oleh
Petugas Puskesmas.

Pelayanan kesehatan tersebut dirinci sebagai berikut :

1. Upaya Promotif
Antara lain : Konseling kesehatan, penyuluhan kesehatan : PHBS,
penyehatan lingkungan, gizi, penyakit menular, TOGA, olahraga
teratur dll.

2. Upaya Priventif
Antara lain : pemeriksaan kesehatan berkala, penjaringan
kesehatan santri, imunisasi, kesehatan lingkungan dan kebersihan
diri, pemberantasan sarang nyamuk dll.

3. Upaya Kuratif
Antara lain : Pengobatan terbatas, rujukan kasus, dll.

4. Upaya Rehabilitatif
Antara lain : membantu petugas Puskesmas untuk mengunjungi dan
menindaklanjuti perawatan pasien pasca perawatan di
Puskesmas/Rumah Sakit

B. Waktu Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Poskestren pada dasarnya dapat dilaksanakan secara
rutin setiap hari atau ditetapkan sesuai kesepakatan bersama.

C. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan promotif dan preventif dapat
dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren dan sekitarnya. Adapun
untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan diruang tersendiri, baik
menggunakan salah satu ruangan pondok pesantren atau tempat khusus
yang dibangun secara swadaya oleh warga pondok pesantren dan
masyarakat sekitarnya. Tempat penyelenggaraan sekurang-kurangnya
dilengkapi dengan : Tempat pemeriksaan, Tempat konsultasi, tempat
penyimpanan obat, dan ruang tunggu. Juga perlu dilengkapi dengan :

1. Peralatan :
a. Peralatan Media
Disesuaikan dengan jenis pelayanan yang disediakan.

b. Peralatan Non Media


sarana pencatatan, meja kursi, tempat tiodur, lemari dll sesuai
kebutuhan.

2. Obat-obatan
Jenis dan jumlah obatan-obatan yang perlu disediakan adalah
sesuai dengan petunjuk Kepala Puskesmas setempat.

D. Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana


Terselenggaranya pelayanan Poskestren melibatkan banyak pihak. Tugas
dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam penyelenggaraan
Poskestren adalah :

1. Kader Poskestren
Kader Poskestren merupakan ujung tombak di Poskestren. Selain
sebagai pelaksana, para kader diharapkan dapat berfungsi antara lain
: penggerak masyarakat, pemberi semangat, penggagas kegiatan,
maupun suri tauladan. Jumlah kader untuk setiap Poskestren minimal
3 % dari jumlah santri atau disesuaikan dengan kebutuhan dan
kegiatan yang dikembangkan. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan oleh Kader Poskestren antara lain :

a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya


misalnya memberikan vitamin , pemberian tablet zat besi (Fe)
dan oralit.
b. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi.
c. Mengukur tinggi dan berat badan
d. Memeriksa tajam penglihatan
e. Melakukan pencacatan pada buku cacatan Posklestren
f. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Poskestren
g. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat dan
menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau
organisasi keagamaan.

2. Pengelola Poskestren
a. Bertanggungjawab terhadap keberlanbgsungan Poskestren
b. Memantau kegiatan Poskestren
c.Menggalang dukungan dana dan menjalin kemitraan
d. Menyediakan kebutuhan Poskestren

3. Petugas Puskesmas
Poskestren merupakan salah satu UKBM binaan Puskesmas.
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan dalam
pembinaan di Poskestren hanya satu kali dalam sebulan. Peran
Petugas Puskesmas adalah sbb :

a. Membimbing dan membina kader dalam pengelolaan


Poskestren termasuk melakukan orientasi dan pelatihan.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan
kehadiran wajib tenaga Puskesmas memberikan pelayanan
kesehatan satu kali dalam sebulan. Namun untuk Poskestren
yang baru dibentuk, fasilitasi petugas Puskesmas diharapkan
dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Dengan kata lain pada hari
lainnya pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh Kader
Poskestren sesuai dengan kewenangannya.
c. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan masyarakat dan gizi
kepada pengunjung Poskestren dan masyarakat sekitarnya.
d. Menganalisa hasil kegiatan Poskestren, menyusun rencana
kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan
kebutuhan Poskestren.
e. Menerima konsultasi atau rujukan dalam menangani berbagai
kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh kader
Poskestren.
f. Membantu pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang
dibutuhkan Poskestren.

E. Pembiayaan
1. Sumber Biaya.
Pembiayaan Poskestren berasal dari berbagai sumber antara lain :

a. Masyarakat
1) Iuran pengguna/pengunjung Poskestren.
2) Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
3) Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok
masyarakat, termasuk dari alumni pondok pesantren dan
walimurid/santri.
4) Dana sosial keagamaan, misalnya zakat, infaq dan sodakoh
(ZIS)

b. Swasta/Dunia Usaha
Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat menunjang
pembiayaan Poskestren, misalnya dengan menjadikan Poskestren
sebagai anak angkat swasta/dunia usaha. Bantuan yang diberikan
dapat berupa dana, sarana, prasarana atau tenaga yakni sebagai
sukarelawan Poskestren.

c. Hasil Usaha
Pengelola dan kader Poskestren dapat melakukan usaha mandiri,
yang hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan
Poskestren. Contoh kegiatan usaha mandiri yang dapat dilakukan
antara lain : Kelompok Usaha Bersama (KUB), Hasil karya kader
Poskestren misalnya : ternak ayam, kolam ikan, kerajinan, budi
daya TOGA dll.
d. Pemerintah : bantuan dari pemerintah terutama pada tahap awal
pembentukan, yakni berupa dana stimulan atau bantuan lainnya,
baik dalam bentuk sarana maupun prasarana Poskestren.

2. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana


a. Pemanfaatan dana : Dana yang diperoleh Poskestren digunakan
untuk membiayai kegiatan Poskestren, antara lain untuk : Biaya
operasional Poskestren, bantuan biaya rujukan bagi yang
membutuhkan dan untuk modal usaha.
b. Pengelolaan Dana : Pengelolaan dana dilakukan oleh pengelola
dan kader Poskestren. Dana harus disimpan ditempat yang aman
dan jika mungkin mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya rutin
disediakan kas kecil yang dipegang oleh kader yang ditunjuk.
Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatan dan dikelola
secara bertanggungjawab.

F. Pencatatan dan Pelaporan.


1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan
dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format
yang ada antara lain :

a. Buku cacatan sasaran Poskestren, mencatat jumlah seluruh


warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.
b. Buku catatan rekapitulasi kegiatan pelayanan Poskestren
c. Buku catatan kegiatan pelayanan Poskestren
d. Buku catatan kegiatan usaha
e. Buku pengelolaan keuangan, dll

2. Pelaporan
Pada dasarnya kader Poskestren tidak wajib melaporkan kegiatannya
kepada Puskesmas ataupun kepada sektor terkait lainnya. Bila
Puskesmas atau sektor terkait membutuhkan data tertulis yang terkait
dengan berbagai kegiatan Poskestren, Puskesmas atau sektor terkait
tersebut harus mengambilnya langsung ke Poskestren. Untuk itu,
setiap Puskesmas harus menunjuk petugas khusus yang
bertanggungjawab untuk mengambil data hasil kegiatan Poskestren.
POKOK BAHASAN
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PONDOK PESANTREN

1. TUJUAN:
a. Peserta mengetahui tentang lingkungan yang sehat dan mampu
menyebutkan ciri-ciri lingkungan sehat
b. Peserta mengetahui tentang penyakit yang berhubungan dengan
faktor resiko lingkungan
c. Peserta mengetahui tentang persyaratan sanitasi pondok pesantren

2. WAKTU:
Sekitar 60 menit

3. METODE:
a. Diskusi kelompok : 10-15 menit
b. Paparan kelompok : 10 menit x 5 kelompok

4. ALAT BANTU:
a. Spidol
b. Kertas Flip chart.

5. PROSES:
a. Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, kemudian mintalah mereka
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing (selama 10-15 menit)
topik berikut ini:
o Kelompok 1
Pengetian lingkungan sehat dan ciri-ciri lingkungan sehat
o Kelompok 2
Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan
o Kelompok 3
Syarat halaman dan kamar tidur
o Kelompok 4
Syarat tempat Ibadan , Tempat sampah , Tempat Pengelolaan
makanan
o Kelompok 5
Syarat Sarana Sanitasi

b. Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya:
o Mulailah dengan kelompok 1, 2 3, 4 dan 5, lakukanlah
klarifikasi dan pendalaman agar tidak ada elemen-elemen
yang relevan namun tidak terungkap

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


DI PONDOK PESANTREN

I. PENDAHULUAN

Pos Kesehatan Pesantren merupakan salah satu wujid Upaya


Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok
pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren,
yang mengutamakan pelayanan promotif, preventif tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif dengan binaan Puskesmas setempat.

Departemen Kesehatan dengan konsep paradigma sehat diharapkan


akan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dilingkungan pondok pesantren dan sekitarnya. Melalui
keterpaduan upaya kesehatan antara pemerintah dan masyarakat ( penghuni
pondok pesantren) diharapkan akan mampu mendorong upaya promotif,
preventif , kuratif dan rehabilitatif bagi masyarakat pondok pesantren dan
sekitarnya.

Adapun upaya kesehatan lingkungan yang bersifat promotif, preventif


dan protektif, secara epidemiologi diharapkan akan mampu memberikan
kontribusi yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat, yaitu
dengan memberikan proteksi dan pencegahan terhadap resiko penyakit
berbasis lingkungan.

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan faktor risiko lingkungan


antara lain :

 ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


 Diare/ mencret/ Disentri
 Scabies/ gatal-galat kulit
 DBD ( Demam Berdarah Dengue)
 Malaria
 Typoid
 Leptospirosis
 Pes
 Keracunan

II. PENGERTIAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Penyehatan Lingkungan adalah : Kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan


atau disediakan karena mempunyai pengaruh terhadap Kesehatan
perorangan dan Kesehatan masyarakat.

Ciri-ciri Lingkungan yang sehat adalah :

 Bersih dan sehat


 Tidak ada genangan air
 Sampah tidak berserakan
 Memberikan udara segar dan rasa nyaman
 Tersedia air bersih yang dekat
 Tersedia jamban yang sehat
 Tidak terdapat vektor penyakit seperti lalat, tikus, kecoa,nyamuk dll
 Bangunan perumahan yang sehat.

Ruang Lingkup Upaya kesehatan lingkungan di Poskestren meliputi :

 Kebersihan lingkungan
 Keadaan konstruksi bangunan
 Persyaratan kesehatan ruang/kamar
 Persayaratan kesehatan tempat ibadah
 Persayaratan Ruang belajar/mengaji
 Persayaratan kesehatan fasilitas sanitasi
 Persayaratan kesehatan pengelolaan makanan dan minuman

III. PERSYARATAN SANITASI PONDOK PESANTREN

1. HALAMAN :
a. Bersih, tidak tampak sampah berserakan;
b. Disediakan tempat sampah yang tertutup dengan ajrak sekitar 25
M antara tempat sampah yang satu dengan yang lain;
c. Tidak ada genangan air kotor , genangan air hujan, sehingga perlu
ada drainase dengan system terpisah atau tergabung sesuai
keperluannya;

2. RUANG KAMAR TIDUR :


a. Dinding tidak lembab, ditandai dengan tidak timbulnya lumut pada
dinding tembok kamar tidur
b. Lantai bersih, rata, tidak licin, mudah dibersihkan dan kedap air
c. Luas ventilasi antara 5 % s/d 15 % dari luas lantai, dapat dengan
lubang atau dengan system mekanis ( fan, AC, exhauster)
d. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan
diberii warna terang, dengan ketinggian minimum 2,50 M dari
dasar/lantai
e. Atap tidak bocor, ditandai dengan tidak adanya flek pada langit-
langit dari bekas tetesan air hujan, serta rapat dan tidak ada
serangga atau tikus
f. Pencahayaan cukup, ditandai dengan cara dapat membaca pada
sudut ruangan yang paling gelap, dengan penempatan lampu
sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan
g. Tempat tidur terbuat dari bahan yang kuat, dengan luas tempat
tidur minimal 3 M2, tiap tempat tidur ( 1 x 3 M ) untuk tiap orang
h. Ruang tidur bersih dan tidak terdapat tumpukan pakaian
kotor/bekas pakai
i. Tersedia almari pakaian
j. Terdapat tempat pakaian kotor

3. RUANG TEMPAT IBADAH


a. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak lembab
dan mudah dibersihkan;
b. Dinding berwarna terang dan selalu dalam keadaan bersih ;
c. Peralatan seperti mimbar, Al-Quran, tikar, karpet dll harus selalu
dalam keadaan bersih

4. TEMPAT SAMPAH :
a. Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan bertutup
b. Bagian dalam halus dan tidak mudah berkarat/keropos
c. Penempatan pada posisi yang memeudahkan untuk dijangkau
oleh petugas pengumpul sampah yang selanjutnya diangkut ke
TPS
d. Pengengkutan sampah maksimal satu kali dalam 24 jam atau
pada saat tempat sampah sudah menampung/terisi maksimal ¾
bagian;

5. SARANA SANITASI :
a. Penyediaan Air Bersih:

 Minimal 100 L per orang per hari atau cukup untuk memenuhi
kebutuhan seluruh penghuni baik pada musim penghujan
maupun kemarau
 Memenuhi syarat fisik, bakteriologis dan kimia

b. WC/ Kamar Mandi

 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, rata dan
mudah dibersihkan serta dibuat miring kearah saluran
pembuangan;
 Dinding terbuat dari yang kuat, kedap air, rata, berwarna
terang dan mudah dibersihkan
 Ventilasi dengan system lubang minimla 15 % dari luas lantai
dan menghadap kearah udara terbuka, apabila menggunakan
mekanis dianjurkan dengan menggunakan exhauster;
 Tinggi langit-langit minimal 2,50 M dari dasar lantai, mudah
dibersihkan dan berwarna terang;
 Atap tidak bocor, terbuat dari bahan yang kuat dan rapat dari
serangga dan tikus
 Pencahayaan cukup terang (lantai terlihat dengan jelas) dan
tidak menyilaukan
 Perbandingtan antara jumlah WC/kamar mandi dengan jumlah
penghuni/pemakai adalah 1 : 15

c. Peturasan

 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dibuat miring
kearah saluran pembuangan dengan sudut kemiringan antara
2 s/d 3 derajat;
 Dinding terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, dan mudah
dibersihkan
 Perbandingtan antara jumlah peturasan dengan jumlah
pemakai adalah 1 : 15

d. Sarana Pembuangan Air Limbah

 Dibuat dengan system aliran tertutup


 Menggunakan system peresapan

e. Tempat Pembuangan Sampah

 Setiap ruangan tersedia tempat sampah


 Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah keropos dan
tertutup

6. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN


a. Ruang Makan

 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin
dan mudah dibersihkan;
 Dinding terbuat dari yang kuat, kedap air, rata, berwarna
terang dan mudah dibersihkan
 Ventilasi dengan system lubang minimal 15 % dari luas lantai
dan menghadap kearah udara terbuka, dianjurkan
menggunkan exhauster atau mekanis lainnya yang dapat
menyedot udara kotor (berbau) dan mengganti dengan udara
segar ;
 Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat, berwarna terang
dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 2,50 M dari
dasar lantai;

b. Dapur

 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin
dan mudah dibersihkan;
 Dinding terbuat dari yang kuat, kedap air, rata, berwarna
terang dan mudah dibersihkan
 Ventilasi dengan system lubang minimal 15 % dari luas lantai
dan menghadap kearah udara terbuka, dianjurkan
menggunkan exhauster atau mekanis lainnya yang dapat
menyedot udara kotor (berbau) dan mengganti dengan udara
segar ;
 Diberi cerobong asap (hood) yang mengalir ke udara bebas ;
 Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat, berwarna terang
dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 2,50 M dari
dasar lantai;
 Luas dapur minimal 15 % dari luas ruang makan ;
 Dilengkapi dengan alat menyimpan makanan jadi dan bahan
makanan belum jadi ;

POKOK BAHASAN
PERUBAHAN PERILAKU
SEBAGAI BAGIAN DARI RFORMASI KESEHATAN

1. TUJUAN
a. Peserta mengetahui/memahami peranan perilaku sebagai factor resiko
terjadinya penyakit atau kesehatan
b. Peserta dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku negative “masyarakat”
(penghuni/warga) pondok pesantren yang dapat menjadi factor resiko
kejadian penyakit atau mempengaruhi kesehatan
c. Peserta dapat mengidentifikasi perubahan perilaku untuk
mencegah/menang gulangi kejadian penyakit atau meningkatkan
kesehatan warga pondok pesantren

2. WAKTU
1 (satu) jam = 60 menit efektif

3. METODE
a. Diskusi kelompok
b. Diskusi Pleno
c. Kesimpulan/pendalaman

4. PROSES
a. Peserta dibagi menjadi 5 (lima) kelompok dan mintalah mereka
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing selama 15 – 20 menit.
Topik diskusi kelompok adalah mengidentifikasi perilaku sebagai factor
resiko kejadian penyakit/kesehatan serta perubahan perilaku yang
diharapkan untuk mencegah/menanggulangi kejadian penyakit/kesehatan

o Kelompok 1 : Penyakit Diare dan Flu


o Kelompok 2 : Penyakit Kulit dan koreng
o Kelompok 3 : Penyakit TBC
o Kelompok 4 : Penyakit Demam Berdarah dan Malaria
o Kelompok 5 : Penyakit Kurang Gizi (anemi, gizi kurang/buruk)

b. Penyajian hasil diskusi kelompok (masing2 kelompok 5 menit) pada


diskusi pleno
c. Tanya jawab dan klarifikasi hasil diskusi kelompok serta pengkayaan
dengan hal-hal yang spesifik terkait dengan komunitas pondok pesantren,
10 menit
d. Pendalaman/kesimpulan oleh nara sumber 5 – 10 menit
e. Mintalah kepada panitia untuk menuliskan hasil akhir diskusi kelompok
(setelah adany klarifikasi dan masukan), dan di tempel pada tempat
strategis yang selalu dapat dibaca ulang para peserta selama proses
pelatihan berlangsung

CATATAN :

Pastikan dalam proses diskusi, semua peserta pelatihan/warga belajar terlibat


secara aktif dan fasilitasi dalam proses diskusi optimal.

PERUBAHAN PERILAKU SEBAGAI BAGIAN


REFORMASI (PENYATUAN KEMBALI) KESEHATAN

Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai adalah perubahan cara berfikir dan
berperilaku dibidang kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat,
ada orang yang begitu dan cepat merubah perilakunya. Sebaliknya ada
pula yang untuk merubah perilaku memerlukan waktu yang lama dan sering
malah tidak bisa berubah. Sepintas, perilaku itu tampaknya sederhana,
yaitu berupa tindakan – tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok. Namun sebenarnya perilaku itu sangat komplek, merupakan
perpaduan dari serangkaian keputusan dan tindakan.

Sebelum merubah perilaku sasaran, seorang penyuluh kesehatan


harus mengetahui apa yang diketahui dan dirasakan oleh sasaran, dan
bagaimana sasaran tersebut berperilaku. Selain pemahaman mengenai
sikap dan perilaku sasaran, seorang penyuluh harus pula memahami
dinamika perubahan perilaku manusia secara umum, yaitu faktor-faktor apa
yang mendorong atau menghambat orang merubah cara berpikir dan cara
mereka berperilaku.

Caranya dengan mengadakan formatif riset yang merupakan


langkah-langkah awal pengembangan strategi penyuluhan kesehatan yang
diperlukan untuk bisa mencapai tujuan penyuluhan kesehatan secara cepat
dan lebih bermakna.

1. Pengertian
Perilaku manusia merupakan refleksi daripada berbagai gejala
kejiwaan, seperti : keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi,
berpikir, sikap, motivasi, reaksi dan sebagainya yang dipengaruhi oleh
faktor pengalaman, keyakinan sarana dan sosial budaya masyarakat.
Perilaku adalah respon individu terhadap stimulasi, baik yang berasal dari
luar maupun dari dalam dirinya.
3. Jenis perilaku
Ada 3 (tiga) jenis perilaku yang menjadi perhatian kita, yaitu :
a. Perilaku Ideal (Ideal behavior) yaitu tindakan (perilaku) yang bisa
diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau
masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan
masalah.
b. Perilaku yang sekarang ((Current behavior) yaitu : perilaku yang
dilaksanakan saat ini. Ini dapat diidentifikasi dengan observasi dan
wawancara di lapangan.
c. Perilaku yang diharapkan (Expected/Feasible behvior) yaitu : Perilaku
ini diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran. Karena itu disebut
juga target behavior yang akan dituju oleh program penyuluhan
kesehatan.

4. Pembentukan dan Perubahan Perilaku


Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar diri individu, oleh karena perilaku tersebut terbentuk dan dapat
mengalami perubahan melalui suatu proses intraksi manusia dengan
lingkungannya.
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku adalah :
- Faktor intern meliputi : pengetahuan, kecerdasan, persepsi,
emosi, motivasi, dsb yang berfungsi untuk mengolah rangsangan
dari luar.
- Faktor ekstern meliputi : lingkungan sekitar, baik fisik maupun non
fisik seperti : iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan
sebagainya.

Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku


mereka :
 Rangsangan fisik. : rangsangan yang bersumber dari pengetahuan
dan alasan-alasan yang deimiliki oleh yang bersangkutan (yang
bersangkutan melihat bukti-bukti nyata)
 Rangsangan emosional : rangsangan bersumber dari rasa takut,
cinta, atau dari harapan-harapan yang dimiliki yang bersangkutan.
 Keterampilan : rangsangan perorangan dan keluarga.
 Rangsangan bersumber dari pengaruh keluarga dan kelompok
sejenis (peers)
 Struktur sosial : rangsangan bersumber dari dampak faktor-faktor
sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan sehari-hari
seseorang.
 Cost : cost ekonomis, misalnya : biaya, waktu dan lain-lain sumber
daya, cost sosial, misal : malu bingung, dan sebagainya.
 Perilaku yang bersaing, yaitu perilaku yang harus dilaksanakan pula
oleh yang bersangkutan pada waktu bersamaan.

5. Proses Perubahan Perilaku


Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. Jarang
ada orang yang langsung merubah perilakunya setelah mendengar
penyuluhan satu kali. Para ahli mengemukakan 5 kareakteristik dalam
proses perubahan perilaku individu, yaitu :
 Pengetahuan
 Disetujui
 Niat
 Praktik
 Advocacy

Lima karakteristik diatas bukanlah tahapan yang dilalui oleh


seseorang dalam merubah perilakunya. Beberapa orang mungkin tideak
mengalami ke lima aspek diatas. Sebaliknya mungkin ada orang yang
mengalami ke lima aspek tersebut, tetapi tidak selalu seperti urutan yang
dilukiskan diatas.

Contoh :
Kadang-kadang orang merubah perilakunya karena adanya
tekanan dari masyarakat lingkungannya, atau karena yang
bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Jadi
bukan karena kesadarannya bahwa perilaku tersebut baik baginya.
Tetapi sesudah mempraktikkan perilaku tersebut, selama beberapa
waktu, akhirnya ia menyadari bahwa perilaku tersebut banyak
manfaatnya bagi dirinya. Inilah yang mendorong ia untuk menerima
perilaku tersebut dan memutuskan untuk terus mempraktikkannya.

MATRIKS PROSES PERUBAHAN PERILAKU

No Karakteristik Perilaku Perilaku


Perubahan Sasaran Komunikator
Perilaku
1 2 3 4

1 Pengetahuan Apakah sasaran Apakah komunikator


(Knowledge) mengetahui, perilaku menjadikan informasi itu :
apa yang perlu diikuti ? - terjngkau
- jelas
- konsisten
2 Persetujuan Apakah sasaran Apakah komunikator :
(Aproval) menyetujui perilaku tsb ? menciptakan rasa percaya
Bila tidak, mengapa ? ?
- Apakah orang lain
melaksanakannya ?
- Apakah
lingkungannya
mendukung ?
3 Niat (Intertion)  Apakah sasaran Apakah komunikator
melihat bahwa itu menyampaikan
bermanfaat keuntungan dari perilaku
baginya ? yang dirasakan ?
 Apakah sasaran
berniat untuk
menerima perilaku
yang disarankan ?

4 Prektik (Practice) Apakah sasaran Apakah komunikator


mempraktikkan apa yang membantu menciptakan
disarankan ? rasa percaya diri sehingga
sasaran merasa bebas
untuk bicara ?
5 Advocacy Apakah sasaran puas
dan cukup percaya diri
untuk bicara ?

POKOK BAHASAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT

1. TUJUAN
a. Peserta mengetahui penyakit-penyakit menular yang sering terjadi di
masyarakat
b. Peserta mengetahui gejala-gejala penyakit menular
c. Peserta mengetahui cara penularan
d. Peserta mengetahui cara pencegahan

2. WAKTU : 90 menit

3. METODE
a. Diskusi kelompok
b. Paparan kelompok

4. ALAT BANTU
a. Spidol
b. Kertas Flip chart

5. PROSES
Penugasan :

Peserta di bagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok bertugas


untuk mendiskusikan tentang penyakit sebagai berikut :

Kelompok 1 :
Deteksi dini penyakit kulit , cara penularan serta cara pencegahannya
Kelompok 2 :
Faktor resiko penyakit DBD , cara penularan dan pencegahannya

Kelompok 3 :
Faktor resiko Penyakit Leptospirosis , cara penularan dan cara
pencegahannya

Kelompok 4 :
Faktor resiko penyakit TB, deteksi dini, cara pencegahan serta
pemantauan minum obat.

Kelompok 5 :
Faktor resiko penyakit diare, cara pencegahan dan pertolongan pertama
Faktor resiko penyakit ISPA, cara penularan serta cara pencegahannya

Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya. Lakukan klarifikasi dan pendalaman
agar tidak ada elemen-elemen yang penting yang tidak terungkap.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT

I. PENYAKIT KULIT
A. Scabies (kudis/gudik/budukan)
 Gejala penyakit ini yaitu gatal pada malam hari karena
kutu/tungau lebih aktif pada suhu udara dan panas. Penyakit ini
biasanya menyerang pada sela sela jari, pergelangan tangan
bagian dalam, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, pusar,
bokong dan perut bagian bawah.
 Penularan kontak tidak langsung (pakaian, handuk, sprei, mukena
dll)
 Penularan dapat sangat cepat sehingga dapat menyerang banyak
orang dalam satu kelompok.

B. Panu
 Gejala penyakit ini terdapat bercak putih sampai coklat
hitamtergantung warna kulit dan terasa gatal
 Penyebab sejenis jamur
 Penularan kontak langsung dengan kulit

C. Kurap

 Gejala penyakit ini yaitu timbul kelainan kulit yang bisa berbentuk
bundar atau lonjong yang bagian pinggirnya terdapat bintik bintik
yang lebih merah dan terasa sangat gatal.
 Penyebab sejenis jamur
 Faktor pencetus kelembaban karena keringat, panas, iritasi
karena pakaian, berbaring terlalu lama dan lipatan pada kulit pada
orang yang terlalu gemuk
D. Kadas
 Gejala penyakit ini adalah gatal, kelainan pada kulit yang sebatas
pada selangkangan atau meluas sampai sekitar anus, perut
bagian bawah.
 Faktor pencetus (sama dengan kurap)

Secara garis besar cara pencegahan penyakit tersebut diatas :


a. Personal hygiene (kebersihan diri)
b. Mandi teratur 2 kali sehari dengan memakai sabun
c. Wudlu dengan memakai air bersih yang mengalir
d. Memakai pakaian bersih
e. Jangan bertukar pakaian, handuk dll
f. Tidak tidur berdesakan

II. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

A. Definisi
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue
(Dengue 1, Dengue 2, Dengue3 dan Dengue 4) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan ae albopictus yang
menyerang semua golongan umur dan dapat menyebabkan
kematian secara mendadak.

B. Cara Penularan
Nyamuk penular DBD menggigit penderita DBD yang darahnya
mengandung virus kemudian nyamuk tersebut memindahkannya
kepada orang sehat melalui gigitan.

C. Gejala-gejala
Kriteria diagnosa menurut WHO (1997) terdiri dari klinis dan
laboratorium.
Kriteria klinis :
 Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas (2-7 hari)
 Ada gejala perdarahan (bintik merah dikulit) yang dapat dilihat
dengan uji Torniket
 Perbesaran hati (nyeri ulu hati)
 Pada kondisi yang lebih berat dapat disertai perdarahan di gusi,
hidung, muntah dan berak darah
 Syok ditandai dengan nadi lemah, penurunan tekanan darah,
kaki/tangan terasa dingin, kulit lembab dan gelisah.

Kriteria laboratoris dengan pemeriksaan trombosit dan hematokrit.


D. Cara Pencegahan
 Cara yang mudah, murah namun efektif adalah dengan memutus
rantai kehidupan nyamuk ae. Aegypti dengan cara 3M yaitu
dengan cara menguras, menutup rapat tandon air, dan mengubur
barang barang bekas yang dapat menampung air hujan (kaleng,
ban bekas, dll)
 Pantau keberadaan jentik di tempat air buangan dispenser, AC,
vas bunga dan tatakannya , tempat minum burung .
 Bila tandon air sulit dikuras atau terlalu besar gunakan bubuk
abate dengan dosis 1 sendok peres untuk sekitar 100 liter air.
Pembubuhan abate dapat bertahan 3 bulan.

Catatan: upaya pengasapan/fogging bukan merupakan upaya yang


efektif karena hanya bertahan sekitar 1 minggu saja.

III. CHIKUNGUNYA

A. Definisi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti . Bila dibanding dengan
penyakit DBD penyakit ini yang berbeda adalah jenis virusnya dan
hanya menyerang golongan dewasa tanpa kematian. Orang awam
banyak menyebut penyakit flu tulang.

B. Cara Penularan
Ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang menyerang
semua golongan umur dan dapat menyebabkan kematian secara
mendadak.

C. Gejala-gejala
 Panas/demam tinggi mendadak
 Sakit /nyeri persendian sehingga penderita sangat sulit berjalan
yang mengakibatkan kelumpuhan sementara (dari bahasa Swahili
artinya orang yang jalannya jongkok)
 Sakit kepala yang amat sangat
 Ada bercak merah dikulit.

D. Cara Pencegahan
Karena nyamuk penularnya sama (aedes aegypty dan aedes
albopictus) maka cara pencegahan sama dengan penyakit DBD.

IV. FLU BURUNG


A. Definisi
 Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A, yang
dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas,
mulai dari yang ringan sampai dengan yang bersifat fatal.
 Menimbulkan kematian yang sangat tinggi (hampir 90%) pada
unggas dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar
 Unggas (ayam, burung termsuk burung peliharaan dan burung liar
dan itik/unggas air) merupakan sumber penularan virusFlu Burung
 Dapat menyerang manusia (Zoonosis)
 Bukan Food borne disease (Penyakit yang ditularkan lewat
makanan)

B. Cara Penularan
 Kontak Langsung dengan hewan sakit
 Tidak langsung melalui : cairan atau lendir hidung atau mata,
muntahan, faeces hewan sakit, peralatan yang terkontaminasi,
pakan dan air yang terkontaminasi.

C. Gejala-gejala
 Demam/panas
 Batuk/pilek
 Sakit tenggorokan
 Sesak nafas
Oleh karena gejala/tanda masih sangat umum, maka perlu informasi
lebih lanjut :
 Apakah sekitar 5 hari yang lalu ada kematian unggas secara
mendadak dalam jumlah banyak?
 Apakah penderita sekitar 5 hari yang lalu pernah kontak erat
dengan unggas mati atau sakit?
Apabila ya maka dapat dikategorikan sebagai tersangka flu burung.

D. Cara Pencegahan
a. Pisahkan Bahan Asal Hewan/BAH (daging&telur) mentah dgn
pangan lainnya
b. Simpanlah BAH pada suhu dibawah 4°C atau diatas 60°C
c.Masaklah daging ayam min pada suhu 75°C selama 2 menit dan
telur pada 85°C selama 1 menit
d. Cegahlah BAH dari pencemaran, cucilah tangan sebelum dan
setelah menangani BAH dan gunakan peralatan yang bersih

V. LEPTOSPIROSIS

A. Definisi
Adalah penyakit bersumber binatang yang dapat menyerang
hewan/manusia. Manusia tertular akibat kontak langsung dengan
air, tanah, lumpur atau makanan yang tercemar urin, darah atau
binatang yang terinfeksi.
Hewan-hewan yangdapat menjadi sumber penularan adalah tikus,
babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing dan lain-lain.
Menurut penelitian yang terbanyak adalah tikus.
B. Cara Penularan
Manusia terinfeksi bila kontak dengan air lumpur makanan yang
tercemar oleh urin binatang yang terinfeksi. Infeksi terjadi bila
bakteri masuk ke tubuh manusia melalui luka, saluran hidung atau
mata, misalnya dengan berenang, bermain air, banjir dan makan
makanan yang terkontaminasi urin tikus.
Faktor Risiko terjadi penularan :
a. Berjalan di tempat banjir
b. Bertempat tinggal di daerah banjir
c.Kebersihan diri
d. Populasi tikus tinggi
e. Perenang
f. Pekerja dilingkungan air

C. Gejala-gejala
a. Demam tinggi mendadak disertai sakit kepala
b. Nyeri otot hebat terutama pada betis, paha, pinggang
c. Mual, muntah, diare
d. Untuk keadaan berat, terjadi gagal ginjal yang berakibat
kematian
D. Cara Pencegahan
a. Mencegah makanan dari pencemaran urin tikus
b. Menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan
c. Memberantas tikus
d. Tidak bermain/berenang di air kotor/banjir
e. Mengeringkan air tergenang
f. Pekerja yang berhubungan dengan air, memakai APD ( Alat
Pelindung Diri)

VI. HIV/AIDS

A. Definisi
Apa itu HIV?
HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang
menyebabkan rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh
manusia.
Apa itu AIDS?
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh.

Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus)


Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh
virus AIDS, tetapi juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa
ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh tidak rusak.
Dimanakah virus HIV ini berada ?
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak
berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur,
air mata dan lain-lain.
Siapa Kelompok Berisiko Tinggi terinfeksi HIV ?
 Siapa saja yang memiliki perilaku seksual berganti-ganti pasangan
 Siapa saja yang memiliki perilaku menggunakan narkoba suntik.

B. Cara Penularan
Bagaimanakh virus HIV ditularkan ?
 75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 %
diantaranya melalui hubungan homoseksual)
 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai
narkotika suntik)
 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar
 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap
HIV
 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi
pengidap HIV

C. Gejala-gejala
d. Apa gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS?
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala
Minor (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo

D. Cara Pencegahan
 Tidak berganti-ganti pasangan seksual
 Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap
penggunaan jarum suntik yang diulang
 Dengan formula A-B-C :
 ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks
sebelum menikah
 BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan
seks dengan pasangannya saja
 CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom
VII. TBC

A. Definisi
TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium Tuberculosis) yang terutama menyerang
paru sehingga sering disebut TBC Paru.

B. Cara Penularan
a. Dahak dari penderita TBC yang didalamnya sudah
mengandung kuman TBC
b. Bila Penderita TBC batuk atau bersin kuman yang ada didalam
paru-paru akan menyebar ke udara dan penularan terjadi
apabila seseorang menghirup udara yang mengandung TBC
c. Penularan terjadi dari satu orang ke orang lain, bukan melalui
serangga, transfusi darah, air susu ibu ataupun melalui alat
makan-minum penderita

Faktor Resiko Tertular penyakit TBC


 Padat hunian
 Situasi Sosial ekonomi yang tidak menguntungkan
 Pekerjaan yang beresiko

C. Gejala-gejala
a. Utama : Batuk berdahak terus menurus selama 3 minggu atau
lebih
b. Gejala lain :
 Dahak bercampur darah
 Batuk darah
 Sesak napas dan rasa nyeri dada
 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan, berkeringat malam walaupun tidak
ada kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan

D. Cara Pencegahan
 Menjalankan pola hidup sehat
 Segera periksa bila timbul batuk lebih dari 3 minggu
 Tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol
 Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke
ruang tidur

VIII. DIARE
A. Definisi
Adalah buang air (BAB) berwujud lembek/cair bahkan berwujud
serupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya . Hal ini
yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) yang
menyebabkan kematian.
B. Cara Penularan
Cara penularan penyakit Diare yang disebabkan oleh kuman bersifat
oro fecal artinya berasal dari kotoran manusia masuk kemulut artinya
kita makan dan minum yang tercemar oleh kuman .
C. Gejala-gejala
Gejala klinis : tergantung dari penyebabnya. Secara umum
gejalanya berupa mencret mendadak, cair seperti cucian beras,
kadang kadang muntah, demam, sakit perut.

Penyebab
 Infeksi : bakteri, virus, parasit
 Keracunan : bahan kimia, toksin bakteri
 Alergi : makanan, obat.
 Sebab lain : malabsorsi, HIV, faktor kejiwaan

D. Cara Pencegahan
 Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari hari
 Gunakan air yang sudah masak (didihkan)
 Gunakan jamban sehat
 Sebelum makan cuci tangan dengan sabun
 Jangan makan makanan basi/kadaluarsa
 Beri bayi ASI EKSLUSIF sampai berumur 6 bulan

Catatan: Terapkan PHBS dalam kehidupan sehari hari.

POKOK BAHASAN
MASALAH GIZI DI PONDOK PESANTREN

1. TUJUAN

a. Peserta mengetahui 4 masalah gizi utama yang sering terjadi di


masyarakat
b. Peserta mengetahui penyebab dan gejala 4 masalah gizi utama
c. Peserta mampu mengukur Status gizi dengan IMT (Indeks Masa Tubuh )

2. WAKTU:

Sekitar 45 menit

3. METODE:

a. Diskusi kelompok : 10-15 menit


b. Paparan kelompok : 7 menit x 5 kelompok

4. ALAT BANTU:

a. Spidol
b. Kertas Flip chart.

5. PROSES:
Penugasan :

a. Pelatihan Bagi Petugas Kab/Kota/Kec :


Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok dengan
tugas sebagai berikut :

Kelompok 1 : Pemantauan status gizi masyarakat pesantren


Kelompok 2 : Pemanfaatan halaman/pekarangan ponpes
Kelompok 3 : Penyebab dan gejala Kurang Energi protein ( KEP) dan
Kekurangan Vitamin A ( KVA)
Kelompok 4 : Penyebab dan gejala Anemia dan GAKY
Kelompok 5 : Pengawasan pengelolaan makanan di pondok pesantren

b. Pelatihan Bagi peserta kader poskestren :


Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok dengan
tugas sebagai berikut :

 Kelompok 1
Pemantauan status gizi masyarakat pesantren serta cara mengukur
status gizi dengan IMT (Indeks Masa Tubuh).

 Kelompok 2
Pemanfaatan halaman/pekarangan ponpes dan cara mengukur status
gizi dengan IMT (Indek Masa Tubuh) anggota kelompoknya

 Kelompok 3
Penyebab dan gejala Kurang Energi protein ( KEP) dan Kekurangan
Vitamin A ( KVA) dan cara mengukur status gizi dengan IMT ( Indek
Masa Tubuh ) anggota kelompoknya.

 Kelompok 4
Penyebab dan gejala Anemia dan GAKY dan cara mengukur status
gizi dengan IMT ( Indek Masa Tubuh ) anggota kelompoknya.

 Kelompok 5
Pengawasan pengelolaan makanan di pondok pesantren dan cara
mengukur status gizi dengan IMT ( Indek Masa Tubuh ) anggota
kelompoknya.

Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya, lakukanlah klarifikasi dan
pendalaman agar tidak ada elemen-elemen yang relevan namun tidak
terungkap.
MASALAH GIZI DI PONDOK PESANTREN

I. PENDAHULUAN

Gizi adalah segala sesuatu tentang makanan dan minuman serta kaitannya
dengan kesehatan. Gizi yang baik membantu tercapainya tubuh yang kuat,
sehat, vitalitas tinggi, pikiran yang aktif dan cerdas, meningkatkan daya tahan
tubuh, memperpanjang usia dan menambah kesenangan hidup.

Untuk menerapkan upaya pelayanan gizi di pondok pesantren, ada 4 kegiatan


gizi yag dapat dilakukan yaitu :

1. Pemantauan status gizi masyarakat pesantren


2. Pemanfaatan halaman/pekarangan
3. Penanggulangan masalah gizi di pondok pesantren
4. Pengawasan pengelolaan makanan di pondok pesantren

II. KEGIATAN PELAYANAN GIZI DI PONDOK PESANTREN

1. Pemantauan status gizi masyarakat pesantren


Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan masyarakat pesantren
dapat dilakukan :

a. penimbangan berat badan, menggunakan timbangan injak atau lainnya


b. Pengukuran tinggi badan menggunakan alat pengukur tinggi atau
microtoa atau menggunakan meteran baju dengan meletakkan secara
lurus dan rapih pada dinding yang rata.
c. Mencatat usia warga pada saat mulai masuk pesantren
d. Untuk mengetahui tingkat status gizi warga pesantren, menggunakan
standart berat badan, tinggi badan, usia yang ditetapkan oleh NCHS.

Apabila dijumpai seorang warga pesantren dengan status gizi kurang, maka
diberi penyuluhan/konsultasi gizi sehat. Apabila dijumpai seorang dengan
status gizi buruk, maka penderita diberikan makanan tambahan untuk
pemulihan.

Cara penentuan status gizi remaja santri ponpes dengan menggunakan


penghitungan Indek Massa Tubuh ( IMT)

Adapun Rumus Cara Penghitungan IMT ( indek Massa Tubuh) adalah sbb :

BB/TB (m)2

Keterangan :
BB = Timbang berat badan ( kg)
TB = Ukur Tinggi badan ( meter)
Contoh :
TB= 160 cm = 1,6 m
BB = 54 kg
Jadi IMT = 54/(1,6) 2 = 54/2,56 = 21
Cara penentuan status gizi santri pesantren sbb :

 Identifikasi umur dan jenis kelamin ( laki-laki dan perempuan)


 Bandingkan hasil penghitungan IMT dengan tabel sesuai jenis kelamin
( terlampir)
 Kemudian diklasifikasi status gizi santri berdasarkan kriteria gizi kurang,
gizi cukup, gizi lebih dan kegemukan/obesitas dengan klasifikasi sbb :

Klasifikasi status gizi remaja menurut baku antropometri WHO-NCHS

 Gizi kurang (underweight) = < 5 persentil


 Gizi Cukup = 5 – 85 persentil
 Gizi Lebih ( overweight) = > 85 – 95 persentil
 Kegemukan ( obesitas) = > 95 persentil

2. Pemanfaatan halaman/pekarangan
Untuk meningkatkan konsumsi makanan di ponpes dapat diupayakan
pemanfaatan halaman/pekarangan pesantren dengan menanam sayuran dan
buah-buahan cepat panen. Atau dapat juga dimanfaatkan untuk perikanan,
peternakan, atau kegiatan lain yang sejenis apabila dimungkinkan dan sesuai
kondisi setempat.

Pemanfaatan lahan pekarangan dilaksanakan dengan


berkonsultasi/difasilitasi dengan sektor pertanian setempat atau penyuluh
pertanian.
Hasil tanaman atau peternakan diutamakan untuk melengkapi makanan di
pesantren, dan apabila berlebih dapat dijual untuk menambah pendapatan
pesantren.

3. Penanggulangan masalah gizi di pondok pesantren


Masalah gizi dapat terjadi pada masyarakat mampu atau kurang mampu.
Masalah gizi dapat timbul akibat kekurangan zat dan kelebihan zat gizi ( gizi
salah). Empat masalah gizi utama yang sering terjadi di masyarakat di
Indonesia adalah :

a. Kurang Energi protein ( KEP)


b. Kekurangan Vitamin A ( KVA)
c. Anemia Gizi
d. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ( GAKI)

Keempat masalah gizi utama tersebut tersebar di masyarakat luas, dan tidak
menutup kemungkinan dapat pula dijumpai di masyarakat pondok pesantren.

Penyebab gizi kurang antara lain :


 Kurangnya kemampuan keluarga untuk menyediakan makanan, karena
ketidakmampuan, kurang suburnya tanah, kurang dimanfaatkannya
pekarangan dan sebab lainya.
 Kurangnya pengetahuan tentang makanan sehat dan adanya tradisi serta
kebiasaan yang merugikan, seperti :
o Penyapihan penyusuan lebih dari 2 (dua) tahun
o Anggapan bahwa anak kecil hanya perlu makan sedikit dan
adanya anggapan salah akan makanan tertentu.
o Penyakit infeksiyang sangat mengganggu selera makan,
pencernaan dan metabolisme dalam tubuh.

Beberapa penyakit infeksi yang mempengaruhi status gizi antara lain ;


 Diare
 TB
 Kecacingan
 ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Atas), dll

Rincian keempat permasalahan gizi tersebut adalah :

3.1. Kurang Energi protein ( KEP)

Pengertian :
Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan zat pembangun ( protein) dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka kecukupan gizi ( AKG).

Tanda dan gejala KEP :

Gejala klinis KEP berat/ gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
• KWASHIORKOR
• MARASMUS
• MARASMUS - KWASIORKOR

TANDA KWASIORKOR

• bengkak pd kaki,tangan dan anggota badan lain


• cengeng, rewel, apatis
• wajah membulat dan sembab
• otot kendor dan mengecil
• rambut warna kusam & mudah dicabut
• pucat
• sering diare/mencret
• pembesaran hati
• kulit pecah mengelupas
• pandangan mata sayu

TANDA MARASMUS

• tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit


• wajah seperti orang tua
• cengeng,rewel
• perut cekung
• kulit keriput
• pucat
• Iga gambang
• sering diare/mencret dan disertai penyakit infeksi lainnya
• tekanan darah,detak jantung & pernafasan berkurang

TANDA MARASMUS - KWASIORKOR

• tanda marasmus – kwasiorkor merupakan gabungan tanda – tanda


kedua jenis gizi buruk tersebut.

3.2. Kekurangan Vitamin A ( KVA)

Pengertian KVA :
Gangguan yang timbul dalam tubuh akibat kekeurangan vitamin A yang
ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam darah dan berakibat
terhadap gangguan pada mata.

Penyebab kekurangan vitamin A :

KVA pada balita disebabkan oleh makanan yang dokonsumsi setiap hari
kurang mengandung sumber vitamin A ( sayuran, buah-buahan berwarna,
lauk-pauk).

Gejala kekurangan vitamin A :


Terjadi gangguan pada mata yang disebut xeropthalmia yang ditandai
dengan :

 Pada tahap awal, terjadi buta senja atau rabun senja yaitu kurang
dapat melihat pada senja hari;
 Bagian putih mata kering, kusam dan tidak bersinar yang disebut
xerosis kunjungtiva
 Kemudian pada bola mata timbul bercak putih ( bercak bitot)
 Bagian hitam mata kering, kusam dan tidak bersinar ( xerosis kornea)
 Sebagian hitam mata melunak seperti bubur ( keratomalasia)
 Seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur ( ulserasi kornea)
 Bola mata mengecil/mengempis dan akhirnya buta

Cara Pencegahan kekurangan vitamin A :

 Setiap hari dibiasakan mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin


A seperti : sayuran hijau, buah-buahan berwarna serta lauk pauk
seperti : hati, ikan, telur, daging,susu, ASI,kacang hijau, tempe dll.
 Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi bagi bayi dan balita setiap
bulan Februari dan Agustus dengan dosis :
 Bayi usia ( 6-11 bulan) diberi 1 kapsul = 100.000 SI ( warna biru)
 Anak balita usia ( 12 – 59 bulan) diberi 1 kapsul = 200.000 SI
( warna merah).

Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah sayuran


berwarna hijau dan buah berwarna kuning.

3.3. Anemia Gizi


Pengertian :

Anemia ( Kurang darah ) adalah ; suatu keadaan dimana kadar


haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal dengan batasan :

 Anak prasekolah = Hb 11 gr%


 Anak sekolah = Hb 12 gr%
 Wanita hamil = Hb 11 gr%
 Ibu menyusui = Hb 12 gr%
 Wanita dewasa = Hb 12 gr%
 Pria dewasa = Hb 13 gr%

Penyebab anemia
Anemia disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
 Konsumsi makanan yang kurang mengandung zat besi (Fe) dan
protein, antara lain lauk-pauk, sayuran hijau dan buah berwarna.
 Perdarahan akibat sering melahirkan
 Jarak kelahiran terlalu dekat
 Ibu hamil yang bekerja terlalu berat
 Infeksi cacing tambang/penyakit menahun

Tanda anemia :
 5 L ( letih, lesu, lemah, lelah, lalai)
 Kelopak mata, bibir, lidah, telapak tangan dan kulit pucat
 Pusing dan mata berkunang-kunang
 Cepat mengantuk

Bahaya anemia ;
Anemia khususnya pada ibu hamil dan ibu menyusui akan menyebabkan:
 Bagi Ibu hamil :
 Membahayakan jiwa ibu, terutama saat melahirkan
 Mengganggu pertumbuhan bayi sehingga terjadi BBLR dan dapat
membahayakan jiwa.
 Bagi Ibu menyusui :
 Menyebabkan tubuh ibu lemah, lesu
 Mengganggu pertumbuhan anak yang disusui
 Bagi Remaja putri dan dewasa :
 Menurunkan daya tahan tubuh, kecerdasan, konsentrasi belajar,
produktivitas remaja serta menurunkan fungsi kerja otot dan
kebugaran.

Cara Pencegahan ;
 Makan makanan kaya zat gizi ( ikan segar, daging, sayuran hijau,
kacang-kacangan dan buah yang berwarna.
 Minum tablet /pil tambah darah sesuai aturan
 Mengobati penyakit yang menyebabkan anemia seperti kecacingan,
TBC dan malaria

Makanan yang banyak mengandung zat besi :

 Sumber Hewani : ikan segar, daging, telur, hati, ayam


 Sumber Nabati : sayuran hijau, kacang-kacangan, buah berwarna,
tahu, tempe.

Para santri yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan


sangat perlu untuk memahami menu makanan seimbang.

Menu makanan seimbang adalah menu makanan yang mengandung :

 Zat tenaga/karbohidrat ( nasi,ubi, singkong, jagung, kentang, sagu dll


yang biasanya menjadi makanan pokok)
 Zat pembangun / protein ( ikan, daging, telur, tahu, tempe, ikan teri,
ayam, susu, keju dll)
 Zat pengatur/vitamin dan mineral ( sayuran dan buah-buahan)

3.4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ( GAKI)

Pengertian :
Sekumpulan gejala yang timbul akibat tubuh seseorang kekurangan
unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama.

Penyebab GAKY :
 Makanan dan air yang dikonsumsi setiap hari tidak/kurang
mengandung unsur yodium
 Kebiasaan keluarga yang tidak menggunakan garam beryodium
dalam makanan sehari-hari, khususnya yang tinggal di daerah
endemis Gaky.
 Makanan yang bersifat goitrogenik yaitu jenis makanan yang dapat
menghambat penyerapan yodium dalam tubuh, seperti kobis,
singkong, lobak dll.

Akibat yang ditimbulkan GAKY :

 Perkembangan kemampuan anak dan tingkat kecerdasan terhambat (


IQ rendah)
 Pertumbuhan jasmani terhambat, antara lain :
Tinggi badan terhambat
Gangguan pada syaraf gerak sehingga gerakan menjadi lamban
Gangguan pendengaran (tuli)
Pada tingkat yang berat daipat mengalami kretin
 Terjadi pembesaran kelenjar gondok
 Pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau bayinya mati
saat melahirkan.

Upaya Pencegahan :
 Setiap hari menggunakan garam beryodium
 Khusus yang berada di daerah endemis Gaky tingkat berat dan
sedang, minum kapsul setahun sekali.

Makanan sumber zat yodium ;


 Semua makanan berasal dari laut seperti ikan laut, udang, cumi,
kerang
 Semua makanan dari hewani seperti : daging, telur, ayam, hati dll

4. Pengawasan pengelolaan makanan di pondok pesantren

Serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu,penetapan


kebutuhan bahan makanan, penyusunan anggaran belanja,
pengadaan/pembelian bahan makanan, pemeriksaan dan penyimpanan,
persiapan dan pengolahan makanan, penyajian dan distribusi makanan,
pencatatan pelaporan serta evaluasi.
Pengawasan pengelolaan makanan menyangkut kebersihan dan
sanitasi dapur serta perlengkapannya, higyene pemasak, pengawasan
anggaran belanja makanan serta kebersihan ruang makan.

Pengelolaan makanan dapat berjalan lancar, apabila ruang dapur,


peralatan, perlengkapan, serta sarana sanitasi ( air, tempat sampah, selokan,
limbah dll) tersedia dalam jumlah memadai.

POKOK BAHASAN
PENDEKATAN PROBLEM SOLVING CIRCLE
DALAM MENGATASI MASALAH KESEHATAN

1. TUJUAN:

Di akhir sesi ini peserta dapat :


a. Melakukan Analisis Situasi (identifikasi masalah)
b. Melakukan Analisis Masalah dan menentukan prioritas masalah.
c. Menetapkan Solusi dan Kegiatan.
d. Menetapkan prioritas kegiatan.
e. Menyusun rencana kegiatan.
f. Menyusun pemantauan dan penilaian.

2. WAKTU:

Sekitar 120 menit

3. METODE:
a. Presentasi
b. Permainan
c. Diskusi Kelompok

4. ALAT BANTU:

a. Kertas plano
b. Metacard (lima warna)
c. Spidol besar (tiga warna)
d. Selulose tape perekat (double)
e. Lakban
f. Flip chart

5. PROSES:

 Pengantar. (5 menit)
1. Fasilitator menyampaikan langkah-langkah pemecahan masalah.
2. Fasilitator menyampaikan tahapan yang akan dilalui peserta
dalam sesi pemecahan masalah.

 Sesi identifikasi masalah.(15 menit)


1. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan dari sesi identifikasi masalah.
3. Masing-masing kelompok melakukan identifikasi masalah
kesehatan di Poskestren dengan cara: setiap anggota kelompok
menuliskan masalah kesehatan pada metacard, dan ditempelkan
pada kertas plano.
4. Tahap penyerbukan
5. Paparan hasil diskusi kelompok.

 Sesi Analisis Masalah dan Penentuan Prioritas Masalah. (30


menit)
1. Fasilitator menyampaikan cara melakukan Analisis masalah dan
penentuan prioritas masalah.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan dari sesi Analisis masalah dan
penentuan prioritas masalah.
3. Masing-masing kelompok melakukan Analisis masalah dengan
cara: membuat diagram masalah.
4. Masing-masing kelompok melakukan penentuan prioritas
masalah.
5. Tahap penyerbukan
6. Paparan hasil diskusi kelompok.

 Sesi Solusi dan Kegiatan (30 menit)


1. Fasilitator menyampaikan tujuan dari sesi solusi dan
Kegiatan.
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan solusi dari masalah yang
terpilih sebagai prioritas dilanjutkan dengan menyusun kegiatan
yang diperlukan.
3. Paparan hasil diskusi kelompok.

 Sesi Penentuan Prioritas Kegiatan (30 menit)


1. Fasilitator menjelaskan tentang cara penentuan prioritas kegiatan.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan dari sesi Penentuan Prioritas
kegiatan
3. Masing-masing kelompok melakukan Penentuan Prioritas
kegiatan.
4. Tahap penyerbukan
5. Paparan hasil diskusi kelompok.

 Sesi Penentuan Kegiatan (10 menit)


1. Fasilitator menyampaikan tujuan dari sesi penentuan
Kegiatan.
2. Masing-masing kelompok menentukan kegiatan.
3. mendiskusikan tentang solusi dari masalah yang terpilih sebagai
prioritas
4. Paparan hasil diskusi kelompok.

 Sesi Pemantauan dan Penilaian.

POKOK BAHASAN
KONSEP DASAR DESA SIAGA
DAN SISTEM KESEHATAN DESA

1. TUJUAN:

a. Peserta mengetahui tentang pengertian, tujuan, sasaran, kriteria ,


indikator Desa Siaga
b. Peserta mengetahui kerangka pikir pengembangan Desa siaga /
Sistem Kesehatan Desa.
c. Peserta mengetahui tentang komponen Desa Siaga.
d. Peserta mengetahui langkah – langkah Pengembangan Desa Siaga

2. WAKTU:

Sekitar 60 menit
3. METODE:

a. Diskusi kelompok : 10-15 menit


b. Paparan kelompok : 10 menit x 5 kelompok

4. ALAT BANTU:

a. Spidol
b. Kertas Flip chart.

5. PROSES:

a. Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, kemudian mintalah mereka


mendiskusikan dalam kelompok masing-masing (selama 10-15 menit)
topik berikut ini:

o Kelompok 1: Pengetian, tujuan dan sasaran Desa Siaga


o Kelompok 2: Kriteria dan Indikator Desa siaga
o Kelompok 3: Kerangka pikir pengembangan Desa Siaga / Sistem
Kesehatan Desa
o Kelompok 4: Komponen Desa Siaga
o Kelompok 5: Langkah – Langkah Pengembangan Desa Siaga

b. Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya:
o Mulailah dengan kelompok 1, 2 3, 4 dan 5, lakukanlah
klarifikasi dan pendalaman agar tidak ada elemen-elemen
yang relevan namun tidak terungkap

KONSEP DASAR DESA SIAGA


DAN SISTEM KESEHATAN DESA

I. PENGERTIAN DESA SIAGA :

Desa siaga adalah :


Suatu kondisi masyarakat tingkat desa/kelurahan yang memiliki kesiapan
sumber daya potensial dan kemampuan mengatasai masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Desa adalah :
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia.
e. TUJUAN, SASARAN,KRITERIA, INDIKATOR DESA SIAGA

Tujuan Umum :

Mengembangkan kepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat desa dalam


mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan desa sehat.

Tujuan Khusus :

a. Optimalisasi peran PKD atau potensi sejenis, dalam pemberdayaan


masyarakat dan mendorong pembangunan kesehatan di desa serta
rujukan pertama pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat.
b. Terbentuknya Forum Kesehatan Desa yang berperan aktif menggerakkan
pembangunan kesehatan di tingkat desa.
c. Berkembangnya kegiatan gotong royong masyarakat untuk mencegah
dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Berkembangnya upaya kesehatan baik promotif,preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dialaksanakan oleh masyarakat.
e. Berkembangnya pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat dalam
deteksi dini, kewaspadaan dini, dan kesiapsiagaan terhadap masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
f. Berkembangya kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan.

Sasaran :

a. Pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu,


keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan
perilaku tersebut seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
b. Semua individu dan keluarga di desa/kelurahan dan yang diharapkan
mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di desa/kelurahan.
c. Pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain seperti kepala
desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur dan pemangku
kepentingan lainnya.

Kriteria :

Sebuah desa/kelurahan dikembangkan menjadi desa siaga, apabila desa


tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah PKD atau tenaga
profesional kesehatan yang siap melaksanakan :

a. Pemberdayaan masyarakat
b. Mendorong pembangunan berwawasan kesehatan di desa
c. Rujukan pertama pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat dan
kegawatdaruratan kesehatan.
Indiakator Desa Siaga :

Indikator Proses :

a. PKD atau tenaga kesehatan profesioanl pembina desa, aktif


memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan siap menerima rujukan
pertama.
b. Forum Kesehatan Desa aktif
c. Gerakan bersama ( gotong royong) oleh masyarakat untuk mencegah
dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya.
d. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) berkualitas.
e. Pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan dengan faktor resikonya dianalisis untuk rencana tindak lanjut.
f. Pengembangan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat untuk berbagai
upaya dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Indikator Output

a. Strata UKBM meningkat


b. Cakupan pelayanan kesehatan meningkat
c. Penurunan faktor resiko penyakit dan bencana serta kegawatdaruratan
kesehatan
d. Pembiayaan kesehatan untuk berbagai upaya dan kegiatan terpenuhi

Indikator Outcome

a. Peningkatan strata perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan


lingkungan sehat
b. Penurunan kasus / masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan
kesehatan
c. Peningkatan status gizi masyarakat

Indikator Dampak

a. Desa sehat
b. Tercapainya kesejahteraan masyarakat

f. KERANGKA PIKIR PENGEMBANGAN DESA SIAGA/SISTEM KESEHATAN


DESA
GOTON
g
POSYANDU
ROYON
POSKESTRE YANKES
G DESA DESA
NPOS UKK SURVAILANS SIAGA
PENGAMBILAN SEHAT
PEMBIAYA
KEPUTUSAN
AN

UK
SPO
DDL
L

UKBM

Dalam kehidupan masyarakat desa Jawa Tengah sudah sejak lama


ditemukan keberadaan berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, yang dibentuk dan diperuntukan bagi masyarakat. Wadah organisasi
ini dikenal sebagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren), Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Pos Obat Desa (POD),
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Taman Obat Keluarga (TOGA), Saka Bakti
Husada (SBH), Pemuda Siaga Peduli Bencana (DASIPENA), Dana Sehat,
Tabungan Bersalin (Tabulin).

Hak masyarakat pedesaan yang perlu dipenuhi dalam bidang kesehatan


adalah hak untuk mendapatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, hak untuk
hidup di lingkungan yang sehat dan hak berperan dalam upaya berperilaku
hidup sehat. Misi Gubernur pertama tentang penciptaan aparatur yang
profesional dan bersih di pedesaan, dalam bidang kesehatan terkait dengan
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan di pedesaan. Pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa dilaksanakan oleh Poliklinik Kesehatan Desa
(PKD) yang dikelola oleh petugas kesehatan (Bidan Desa) yang profesional.
Sedangkan misi Gubernur yang ketiga terkait dengan hak-hak masyarakat untuk
hidup di lingkungan yang sehat dan berperan dalam peningkatan perilaku hidup
sehat melalui Forum Kesehatan Desa (FKD).

Penyelenggaraan PKD dan FKD akan berjalan baik apabila didukung oleh
lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi profesi, oranisasi
pemuda, organisasi agama dan organisasi lainnya di tingkat desa. Sehingga
diharapkan hak-hak masyarakat desa dapat dipenuhi dan dicapai masyarakat
desa yang sejahtera.
Sistem Kesehatan Desa

Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat telah banyak


dikembangkan berbagai kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) antara lain Posyandu, Poskestren, UKS, Upaya Kesehatan Masjid, Dana
Sehat, Tabulin, Pos Upaya Kesehatan Kerja, TOGA, SBH, POD, DASIPENA dll.
Selama ini pembinaan UKBM tersebut dilakukan secara sendiri-sendiri. Dengan
adanya PKD di desa dapat berperan menfasilitasi peningkatan UKBM yang ada
lebih intensif dan terpadu.

Berbagai kegiatan telah berkembang dalam mendorong kemandirian


masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui kegiatan gotong
royong antara lain : pemberantasan sarang nyamuk, jumat bersih, perbaikan
rumah, ambulan desa, arisan jamban dan lain-lain. Pengamatan dan
pemantauan kesehatan oleh masyarakat telah dilakukanmelalui buku KIA dan
Sistem Informasi Posyandu dan lain-lain.

Komponen upaya kesehatan merupakan satu upaya untuk mewujudkan


tingkat kesehatan yang optimal sebagi kebutuhan dasar manusia, yang
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif yang didukung oleh upaya
kuratif dan rehabilitatif yang berkesinambungan. Upaya kesehatan tersebut
dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
secara mandiri, misalnya kegiatan Posyandu, deteksi dini faktor risiko dan
pencegahaannya, P3K dan lain-lain.

Pembiayaan kesehatan adalah upaya pembiayaan yang berasal dari,


oleh dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan azas gotong
royong dalam rangka peningkatan upaya kesehatan (meliputi : promotif, preventi,
kuratif dan rehabilitatif) dan berbagai kegiatan untuk mengatasi permasalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. Bentuk-bentuk
pembiayaan kesehatan di pedesaan antara lain : Tabulin/dasolin, arisian jamban,
Kelompok pemakai air (pokmair), Dana Posyandu untuk PMT, Dana Sehat,
JPKM, Jimpitan RT/RW dan Jamkesmas.

Berbagai potensi kegiatan yang ada dan berkembang di desa perlu


terkoordinasi dan terorganisasi secara baik sehingga perlu membentuk atau
mengoptimalkan forum yang telah ada di desa, yang pada akhirnya dapat
membangun sistem kesehatan desa.

g. KOMPONEN DESA SIAGA


a. PKD
Keberadaan UKBM ini dalam masyarakat telah terbukti memberikan
kontribusi yang sangat penting dalam mengatasi permasalahan kesehatan
masyarakat desa. Sehingga perlu mendapatkan pembinaan yang optimal
terutama oleh petugas kesehatan. Selama ini pembinaan UKBM dilakukan
sendiri-sendiri dan oleh Puskesmas, namun tidak dapat dilakukan secara
optimal, karena terbatasnya tenaga puskesmas dan banyaknya desa
binaan setiap puskesmas serta jauhnya jarak antara Puskesmas dengan
desa.

Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sebagai pusat pelayanan kesehatan yang


berada di desa dan dikelola oleh Bidan Desa diharapkan melakukan
pembinaan lebih baik sehingga UKBM dapat berperan lebih optimal dalam
pembangunan kesehatan masyarakat desa.

b. FKD
Keputusan-keputusan dalam bidang kesehatan harus dilakukan oleh
masyarakat sendiri. PKD sebagai pembina UKBM dan pusat pelayanan
kesehatan hanya memberikan masukan masalah kesehatan yang perlu
mendapat perhatian. Keputusan masalah kesehatan ini dilakukan oleh
perwakilan masyarakat desa yang duduk di dalam Forum Kesehatan Desa
(FKD). Dimana unsur-unsur masyarakat yang duduk di forum ini antara
lain : kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan dan
karang taruna. FKD berjalan dengan baik apabila mendapatkan dukungan
dari lintas sektor terkait, organinasi masyarakat dan organisasi pemuda
yang berada di desa.

Keputusan dalam bidang kesehatan ini meliputi empat komponen penting


untuk mencapai Desa Siaga, yaitu kegiatan gotong royong, upaya
kesehatan, surveilans dan pembiayaan kesehatan.

c. KEGIATAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT


Kegiatan gotong royong dalam bidang kesehatan dilaksanakan dengan
tujuan untuk meningkatkan kesehtan masyarakat, mencegah dan
mengendalikan faktor risiko masalah kesehatan, bencana dan kegawar-
daruratan kesehtan serta kesiapsiagaan mengataasi masalah kesehatan
yang terjadi atau mungkin terjadi.

Bentuk-bentuk kegiatan gotong royong dimasyarakat dalam bidang


kesehatan antara lain : gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
jumat bersih, pengadaan ambulan desa, penggalangan donor darah,
gerakan pengendalian faktor risiko penyakit dan masalah kesehatan,
paguyuban penderita TB paru dan lainnya.

d. UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat merupkan suatu upya
untuk mewujudkan tingkat kesehatan yang optimal sebagai kebutuhan
dasar. Upaya ini lebih menitik beratkan pada upaya pencegahan yaitu
promotif dan preventif serta didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif
yang berkesinambungan. Upaya kesehatan pada masyarakat dilakukan
oleh kader dan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan secara
mandiri.

e. PENGAMATAN DAN PEMANTUAN ( SURVEILANCE)


Survailans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah kesehatan
serta kondisi yang mempengaruhi risiko (faktor risiko) terjadinya penyakit
dan masalah kesehatan tersebut. Kegiatan surveilans dilakukan oleh
masyarakat dengan tujuan agar tercipta sistem kewaspadaan dan
kesiapsiagaan dini masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit
dan masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
Sasaran kegiatan surveilans oleh masyarakat meliputi: masalah kesehatan
ibu, bayi, balita, masalah gizi, penyakit menular, faktor risiko terkait
masalah lingkungan, bencana dan kegawatdaruratan.

f. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan adalah upaya pembiayaan yang berasal dari, oleh
dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan asas gotong
royong dalam rangka peningkatan kesehatan yang meliputi upaya promotif,
preventif, preventif dan rehabilitatif. Bentuk-bentuk pembiyaan kesehatan
yang ada di desa seperti dana sehat, tabulin, iuran kelompok pemakai air,
dana posyandu untuk PMT, jimpitan dan lain-lainnya termasuk jaminan
pembiayaan kesehatan untuk masyarakat miskin (Jamkesmas).

h. LANGKAH PENGEMBANGAN DESA SIAGA


a. Persiapan
 Advokasi tentang desa siaga dan pemilihan desa binaan kepada
tokoh formal dan non formal di tingkat kabupaten/kota dan
kecamatan, termasuk lembaga yang terkait dan dapat mendukung
untuk memebrikan kesepakatan dan persetujuan, dukungan kebijakan
kesiapan sumber daya, dan menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan desa siaga.
 Kesiapan sumberdaya
 Penyusunan modul, pedoman, pelatih.
 Kesiapan PKD,puskesmas dan RS sebagai rujukan gawat darurat dan
bencana
 Pembentukan dan pemantapan tim kabupaten/kota, tim kecamatan,
yang meliputi Tim Petugas kesehatan dan lintas sektor terkait
 Pembentukan dan pemantapan tim desa sebagai Forum Kesehatan
desa atau memanfaatkan forum desa yang telah ada sebagai forum
kesehatan Desa.
 Analisa situasi desa yang akan dibina.
b. Pelaksanaan
 Perekrutan kader dan penyusunan jejaring kader sebagai
fasilitator desa
 Pelatihan kader untuk SMD dan MMD
 SMD
 MMD
 Penggerakan pelaksanaan pembangunan kesehatan sesuai
rencana yang meliputi :
 Peningkatan jejaring kegiatan, pengorganisasian atau
pengelolaan, dan mutu kegiatan, yang dapat mendorong
kegotongroyongan masyarakat.

c. Monitoring dan Evaluasi


 Monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan dan
hasil kegiatan sesuai rencana
 Monitoring dan evaluasi terhadap indikator dari masing-masing
komponen
 Monitoring dan evaluasi terhadap indikator pengembangan desa
siaga.
 Penilaian strata desa siaga
 Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh masyarakat, FKD, Tim
Kecamatan, Tim kabupaten/kota dan tim provinsi.

POKOK BAHASAN
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
DI PONDOK PESANTREN

1. TUJUAN:
a. Peserta mengetahui tentang pengertian, tujuan dan sasaran
penyuluhan kesehatan masyarakat di Pondok Pesantren
b. Peserta mengetahui tentang komponen, jenis, metode dan media
penyuluhan kesehatan masyarakat di Pondok Pesantren
c. Peserta memiliki ketrampilan dasar menyusun media penyuluhan
sederhana dengan alat-alat utama yang disepakati.

2. WAKTU:
Sekitar 60 menit

3. METODE:
a. Diskusi kelompok
b. Simulasi
c. Diskusi pleno

4. ALAT BANTU:
a. Kertas potong (metaplan) untuk menuliskan pernyataan-pernyataan
dan simulasi dari isi pesan yang disampaikan
b. Spidol warna-warni
c. Kertas Flip chart.

5. PROSES:
a. Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, kemudian mintalah mereka
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing (selama 10-15 menit)
topik berikut ini:
o Kelompok 1 dan 2
Menyusun pesan-pesan singkat bisa digunakan untuk perubahan
perilaku di bidang sanitasi

o Kelompok 3 dan 4
Menyusun pesan-pesan singkat bisa digunakan untuk perubahan
perilaku di bidang gaya hidup sehat.

o Kelompok 5
Menyusun pesan-pesan singkat bisa digunakan untuk perubahan
perilaku di bidang kesehatan anak dan remaja.

b. Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya:
o Mulailah dengan kelompok 1 dan 2, lakukanlah klarifikasi dan
pendalaman agar tidak ada elemen-elemen yang relevan namun
tidak terungkap
o Lanjutkan dengan kelompok 3, 4, dan 5 lakukan juga klarifikasi
dan pendalaman sebagaimana kelompok 1 dan 2 diatas.

c. Lanjutkanlah dengan simulasi-simulasi (sebagai sarana belajar


langsung bagi peserta dalam menyusun sebuah media penyuluhan
yang sederhana.

d. Pembagian kelompok peserta masih sama dengan kelompok


sebelumnya, tugaskan masing-masing kelompok untuk berdiskusi 10-
15 menit, untuk membuat sebuah media penyuluhan kesehatan
melalui media TV Spot, dengan topik :
o Kelompok 1 dan 2
TV Spot : Tidak BAB di sembarang Tempat.

o Kelompok 3 dan 4
TV Spot : Bahaya asap rokok

o Kelompok 5
TV spot : Pentingnya mencuci tangan dengan sabun.

e. Kembangkanlah diskusi mendalam untuk menemukan elemen-


elemen dan hal-hal yang spesifik terkait dengan komunitas tertentu
yang mungkin tidak tepat pada komunitas lainnya. Lakukan
penggalian juga tentang metode-metode lain yang bisa
dikembangkan, misalnya: penggunaan pertunjukan/kesenian rakyat,
pelibatan anak-anak dalam kampanye, lembaga dan kegiatan
keagamaan, dll.

f. Kumpulkanlah pernyataan-pernyataan yang telah disepakati atau


mintalah peserta/panitia menuliskannya kembali dalam bentuk yang
lebih besar/menyolok, dan tempatkanlah di area yang strategis,
sehingga peserta akan bisa terus membaca dan menginternalisasikan
dalam diri masing-masing.

CATATAN PENTING:

 Pastikan peserta paham alur pelaksanaan penyuluhan kesehatan


masyarakat.

PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)


DI PONDOK PESANTREN

I. PENDAHULUAN
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang,
yang paling besar pengaruhnya adalah faktor perilaku manusia. Untuk
memperbaiki/meningkatkan kesadaran kesehatan seseorang /
kelompok/masyarakat perlu perubahan perilaku manusia kearah perilaku
hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya untuk mengubah perilaku manusia
adalah dengan penyuluhan kesehatan masyarakat. penyuluhan kesehatan
masyarakat diarahkan untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
bagi pribadi dan lingkungan, keluarga, keluarga dan masyarakat agar mampu
mengatasi berbagai masalah kesehatan melalui upaya pencegahan
(preventif), dan peningkatan (promotif). Penyuluhan kesehatan masyarakat
dapat dilakukan baik oleh petugas kesehatan maupun petugas non
kesehatan(kader) termasuk kader Poskestren.

II. PENGERTIAN PKM


Proses penyampaian informasi/pesan-pesan tentang kesehatan kepada
perorangan, kelompok atau masyarakat agar terjadi perubahan perilaku.

III. TUJUAN PKM


1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
2. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam upaya mewujudkan
derajad kesehatan masyarakat yang optimal.

IV. SASARAN PKM


1. Perorangan : apabila penyuluhan dilakukan kepada perorangan
2. Kelompok : apabila penyuluhan dilakukan kepada kelompok (lebih dari 1
orang tetapi jumlahnya terbatas.
3. Massa : yaitu apabila penyuluhan dilakukan kepada banyak orang yang
tidak terhitung misalnya seluruh santri atau masyarakat umum.

V. KOMUNIKASI DALAM PKM


Komunikasi adalah penyampaian informasi, pikiran, pendapat atau perasaan
melalui kata-kata, isyarat (bahasa tubuh) ataupun bentuk perilaku
keteladanan dari pemberi pesan kepada penerima pesan dengan harapan
adanya pengaruh timbal balik.

VI. KEMAMPUAN KOMUNIKASI


1. Mampu mengemas pesan sederhana mudah dan jelas
2. Ide sesuai dengan tujuan pesan
3. Pesan harus dapat dipercaya (kebenarannya terjamin)
4. Memberikan keuntungan, termotivasi
5. Konsisten
6. Harus menyentuh akal dan rasa
7. Mendorong sasaran untuk bertindak.

VII. KOMPONEN DALAM PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI

Sumber (S)

Yaitu seseorang atau tim yang berperan dalam penyampaian pesan/informasi


kesehatan, sumber pesan antara lain : Petugas Kesehatan, Kader
Poskestren, TOMA atau masyarakat yuang sudah memahami isi pesan.

Pesan (P)
Pesan atau informasi adalah hal-hal yang disampaikan pada waktu
penyuluhan yang berkaitan dengan : Upaya pencegahan (preventif) yaitu
bagaimana mencegah penyakit, bagaimanaencegah penularan dan
bagaimana mencegah penyakit agar tidak semakin memburuk. Dll. Upaya
Preningkatan (Promotif) misalnya : apa gizi yang baik, bagaimanahidup
bersih dan sehat dll.

Apesan yang disampaikan harus sesuai dengan : Kondisi saat itu dari
penerima pesan/sasaran penyuluhan, pendidikan penerima pesan/sasaran
penyuluhan, lingkungan yang mendukung.

Saluran/Media (S/M)

Saluran/media dalam penyuluhan kesehatan adalah alat bantu penyampaian


pesan penyuluhan yang dapat berupa gambar, lembar balik, poster, fiti, radio,
TV dll.

Penerima (P)

Penerima pesan dapat berupa individu atau kelompok bahkan masyarakat


suatu lembaga/institusi atau masyarakat umum yang diberi penyuluhan,
disebut juga sebagai sasaran penyuluhan.

VIII. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan


penyuluhan kesehatan adalah :
1. Tingkat Pendidikan : Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah
seseorang menerima informasi yang didapatnya
2. Tingkat Sosial Ekonomi : Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru
3. Adat Istiadat : Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi
baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita
masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh
diabaikan
4. Kepercayaan Masyarakat : Masyarakat lebih memperhatikan informasi
yang disampaikan oleh orang - orang yang sudah mereka kenal, karena
sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat : Waktu penyampaian informasi
harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin
tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
IX. JENIS DAN METODE PKM

1. Penyuluhan perorangan
Penyuluhan perorangan adalah penyampaian pesan dari seseorang ke
satu orang atau lebih, tetapi secara perorangan. Metode yang dipakai
adalah wawancara (tatap muka) atau ngobrol. Wawancara dapat
dilakukan misalnya pada saat memberikan pelayanan kesehatan
sederhana, setiap ada kesempatan baik formal maupun informal.
2. Penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang diberikan pada
sekelompok orang dalam jumlah terbatas. Metode yang dipakai :

 Ceramah : merupakan penyampaian pesan dengan atau tanpa


tanya jawab.
 Diskusi : dipakai apabila penyampaian pesan memerlukan
pendapat bersama, atau suatu permasalahan secara bebas dapat
diperdebatkan antara peserta dengan pembimbing.
 Peragaan : apabila diperlukan untuk bisa melakukan sesuatu
seperti membuat LGG dsb.

3. Penyuluhan massa
Penyuluhan massa adalah penyampaian pesan kepada banyak orang
yang jumlahnya tidak terbatas. Metode yang dipakai adalah komunikasi
massal. Yang termasuk penyuluhan massa adalah penayangan film,
pemasangan spanduk, poster, billboard, pertunjukan tradisional dsb.

Menurut ( Notoatmodjo, 2002 ) : Metode penyuluhan yang dapat dipergunakan


dalam memberikan penyuluhan kesehatan antara lain adalah :

1. Metode Ceramah : Adalah suatu cara dalam menerangkan dan


menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada
sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan
2. Metode Diskusi Kelompok : Adalah pembicaraan yang direncanakan
dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20
peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk
3. Metode Curah Pendapat : Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di
mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan
masalah yang terpikirkan oleh masing – masing peserta, dan evaluasi
atas pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian
4. Metode Panel : Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau
lebih panelis dengan seorang pemimpin
5. Metode Bermain peran : Adalah memerankan sebuah situasi dalam
kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua
orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok
6. Metode Demonstrasi : Adalah suatu cara untuk menunjukkan
pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan
dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu
tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini
digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya
7. Metode Simposium : Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2
sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan
erat.
8. Metode Seminar : Adalah suatu cara di mana sekelompok orang
berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang
ahli yang menguasai bidangnya.

X. LANGKAH – LANGKAH DALAM PENYULUHAN KESEHATAN


MASYARAKAT
1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui
penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Menyusun perencanaan penyuluhan
5. Menetapkan tujuan
6. Penentuan sasaran
7. Menyusun materi / isi penyuluhan
8. Memilih metoda yang tepat
9. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
10. Penentuan kriteria evaluasi.
11. Pelaksanaan penyuluhan
12. Penilaian hasil penyuluhan
13. Tindak lanjut dari penyuluhan

XI. MEDIA DAN ALAT PERAGA


Media adalah alat untuk menyampaikan pesan pada sasaran . Beberapa
jenis media yang digunakan dalam penyuluhan antara lain :

1. Media cetak : adalah berupa kumpulan kata-kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Contoh media cetak antara lain : lembar balik, poster, stiker
dll.
2. Media elektronik : Media elektronik terbagi dua yaitu yang berupa suara
saja misalnya radio dan yang berupa suara dan gambar/visualisasi
misalnya televisi, film.
3. Media luar ruangan : Media luar ruang antara lain terdiri dari papan
reklame. Biasanya media luar ruang ini digunakan dalam kampanye
periklanan.
4. Alat peraga sederhana : contoh alat peraga sederhana adalah : flip chart,
poster sederhana, gambar/foto buatan sendiri, penggunaan alat dengan
teknologi tepat guna.

XII. ISI PESAN PENYULUHAN

Isi pesan penyuluhan di Pondok Pesantren yang paling mendasar meliputi 2


hal pokok yaitu :

1. Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


2. Penyuluhan tentang upaya pencegahan penyakit.

POKOK BAHASAN
PENGAMATAN PENYAKIT BERBASIS MASYARAKAT

1. TUJUAN:
a. Peserta mengetahui tentang arti dan fungsi survailans berbasis
masyarakat
b. Peserta mengetahui tentang penyakit yang perlu dilakukan survailans
atau pemantauan penyakit
c. Peserta mengetahui penyakit yang berhubungan dengan faktor resiko
lingkungan/perilaku
d. Peserta mengetahui dan mengenal tanda/gejala penyakit yang mungkin
timbul dimasyarakat khususnya di Pontren
e. Peserta tahu tentang sistem deteksi dini timbulnya KLB penyakit
f. Peserta tahu jenis bencana yang mungkin timbul

2. WAKTU:
Sekitar 60 menit

3. METODE:
a. Pengantar survailans berbasis masyarakat
b. Diskusi kelompok : 10-15 menit
c. Paparan kelompok : 10 menit x 5 kelompok

4. ALAT BANTU:

a. Spidol
b. Kertas Flip chart.

5. PROSES:
a. Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, mintalah mereka mendiskusikan
dalam kelompok masing-masing (selama 10-15 menit) topik berikut ini:

i. Jenis bencana yang mungkin timbul


ii. Sistem pencatatan dan pelaporan

b. Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya:
- Mulailah dengan kelompok 1, 2 3, 4 dan 5, lakukanlah klarifikasi
dan pendalaman agar tidak ada elemen-elemen yang relevan
namun tidak terungkap
- Membuat rangkuman hasil diskusi

PENGAMATAN PENYAKIT BERBASIS MASYARAKAT.


(Community Base Survellance)

1. PENDAHULUAN.

Sampai saat ini masalah kesehatan di Jawa Tengah seperti penyakit


menular maupun tidak menular, angka kematian ibu, balita dan bayi, gizi
buruk, Kejadian Luar Biasa/KLB, bencana dll masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang meresahkan masyarakat serta banyak menelan
korban . Berbagai masalah kesehatan tersebut timbul antara lain disebabkan
karena lingkungan serta perilaku masyakat yang tidak mendukung serta
kualitas pelayanan kesehatan yang belum optimal. Peran aktif masyarakat
sangat penting untuk mengubah dan mengelola lingkungan yang
berwawasan kesehatan serta perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat. Masyarakat juga perlu tahu, mau dan mampu dalam upaya
meningkatkan berbagai upaya kesehatan termasuk deteksi dini masalah
kesehatan dimasyarakat sehingga Kejadian Luar Biasa dapat dicegah sedini
mungkin. Untuk itu masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang
tanda/gejala penyakit dan upaya pencegahannya melalui kegiatan Desa
Siaga.

2. PENGERTIAN PENGAMATAN (SURVEILLANCE)

Pengamatan atau survailans adalah kegiatan pengamatan atau pemantuan


secara sistimatis dan terus menerus terhadap masalah kesehatan termasuk
penyakit serta kondisi yang mempengaruhi (Faktor Risiko). Survailans yang
baik dapat dipakai antara lain untuk dasar perencanaan , pemantauan dan
evaluasi serta Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Komponen
pengamatan/survailans dalam Desa Siaga diharapkan dari masyarakat
sendiri dengan cara segera melaporkan ke PKD atau Puskesmas untuk
segera ditindak lanjuti serta oleh masyarakat itu sendiri.

Tujuan pengamatan/survailans oleh masyarakat agar tercipta sistem


kewaspadaan dan kesiagaan secara cepat masalah kesehatan yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri agar masalah terebut tidak meluas.

Komponen pelaksana survailans Desa Siaga adalah seluruh komponen


masyarakat (Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, Kader, PKK, RT, RW, aparat
desa/kelurahan LSM dll)

3. SASARAN
a. Masalah kesehatan ibu, bayi dan balita
b. Masalah gizi
c. Masalah penyakit menulat maupun tidak menular
d. Masalah faktor risiko (air bersih, air limbah, sampah, perumahan, perilaku
masyarakat, phbs DLL)
e. Masalah kegawat daruratan dan bencana

4. LANGKAH LANGKAH
a. Mengenal dan memahami tanda dan gejala penyakit , gizi, masalah
kesehatan, bencana, kegawat daruratan .
b. Bila mendengar atau ada laporan ada tanda dan gejala tersebut diatas
segera mengumpulkan data dan fakta serta faktor risikonya.
c. Lapor ke PKD atau Puskesmas untuk segera ditindak lanjuti atas
hasil pelacakan dan susun tindak lanjut pada Forum Kesehatan Desa
(FKD).

Dalam mengumpulkan data / fakta / informasi dalam


survailans/pengamatan/pemantauan antara lain:
a. Data penderita (Nama/alamat/umur/jenis kelamin)
b. Tanda dan gejala
c. Tanggal mulai sakit
d. Keadaan penderita (dirawat dirumah, diobati pelayanan
swasta,dirujuk)
e. Faktor Risiko
f. Sumber informasi
g. Kumpulkan data/informasi tentang masalah kesehatan, bencana,
kegawat daruratan dll
h. Rencana Tindak Lanjut

5. BENTUK DOKUMENTASI/PENCATATAN .
a. Pencatatan KIA, Ibu hamil, bayi dan balita
b. Pencatatan kasus/KLB/kegawat daruratan
c. Pencatatan rujukan kasus
d. Pencatatan PHBS
e. Pencatatan rumah sehat
f. Pencatatan Angka Bebas Jentik (ABJ)
g. Pencatatan kegiatan masalah kesehatan
h. Dan lain lain

6. INDIKATOR KEBERHASILAN SURVAILANS


a. Tersedia buku/dokumen pencatatan dan pelaporan
b. Pemanfaatan informasi untuk pencegahan/penanggulangan

SURVEI MAWAS DIRI (SMD)

1. TUJUAN :

a. Peserta memahami tentang survei mawas diri (SMD)


b. Peserta mampu melaksanakan pemetaan poskestren (identifikasi faktor
risiko, kasus/masalah dan potensi yang ada di ponpes)
Peserta mampu menyusun instrument/format surveilan faktor risiko
lingkungan.

2. WAKTU:
Sekitar 60 menit

3. METODE:
a. Diskusi kelompok
b. Simulasi
c. Diskusi pleno

4. ALAT BANTU:
a. Kertas potong (metaplan)
b. Spidol warna-warni
c. Kertas Flip chart.

5. PROSES
Penugasan :

a. Pelatihan Bagi Petugas Kab/Kota/Kec :


Masing-masing kelompok membuat instrument/format surveilan faktor
risiko lingkungan.

Bagilah peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok simulasi


melaksanakan SMD kemudian mintalah mereka mendiskusikan dalam
kelompok masing-masing (selama 30 menit)

b. Pelatihan Bagi peserta kader poskestren :


Membuat peta imajiner (tentang faktor resiko lingkungan, kasus, potensi)
dipondok pesantren dan desa lokasi pondok pesantren.

Peserta dikelompokan sesuai daerah asal Pondok Pesantren untuk


menyusun peta imajiner selama 30 meni.

Jika diskusi telah selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya: Lakukanlah klarifikasi dan pendalaman
agar tidak ada elemen-elemen yang relevan namun tidak terungkap.

SURVEI MAWAS DIRI (SMD)

I. Survei Mawas Diri (SMD)

a. Pengertian :
Kegiatan untuk mengumpulkan fakta, data, informasi baik kuantitatif
maupun kualitatif yang terkait masalah kesehatan, bencana, kegawat
daruratan kesehatan, dengan faktor resikonya, serta berbagai potensi
yang ada di pondok pesantre

b. Pelaksana SMD Di Pondok Pesantren


SMD merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh warga
Pondok Pesantren dan masyarakat disekitarnya bersama-sama petugas
Puskesmas, stakeholders terkait dan Konsil Kesehatan Kecamatan atau
Badan Penyantun Puskesmas (jika sudah terbentuk). Dalam upaya
mengenali keadaan dan masalah kesehatan dilingkungan Konsil
Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, serta
menggali potensi yang dimiliki. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara wawancara tewrhadap sekurang-kurangnya 30 orang, yang
terdiri dari pengelola Pondok Pesantren, santri dan masyarakat
dilingkungan Pondok Pesantren. Selain wawancara juga dilakukan
observasi terhadap kesehatan limgkungan Pondok Pesantren antara lain :
kondisi air, kamar mandi, WC, Tempat wudlu, ruang belajar, ruang tidur,
sampah, dapur, perilaku sehat misalnya : merokok, kebiasaan membuang
sampah, gizi, makanan sehat, kurang darah/anemia, Ganmgguan Akibat
Kekurangan Yodium, Vitamin A, pem,anfaatan lahan pekarangan dsb.

c. Hasil SMD
Hasil dari SMD adalah inventarisasi data/informasi tentang masalah
kesehatann dan potensi yang dimiliki warga Pondok Pesantren dan
masyarakat sekitarnya. Setelah berbagai data/informasi yang diperlukan
berhasil dikumpulkan, maka upaya selanjutnya adalah merumuskan
masalah dan merinci berbagai potensi yang dimiliki.

SMD merupakan salah satu metode PRA (Participatory Rural Appraisal )


yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan menggunakan :

1. Pemetaan hasil observasi dan kajian data, yang meliputi :


 Keadaan umum, fasilitas umum, lingkungan.
 Masalah kesehatan, resiko bencana, kejadian
kegawatdaruratan kesehatan yang terjadi.
 Kegiatan gotong royong masyarakat dalam mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan dan bencana.
 Upaya kesehatan yang dilakukan oleh kader poskestren dan
lain-lain
 Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan, dan
bencana.
 Pembiayaan kesehatan.

2. Fokus Grup Diskusi ( FGD) bersama masyarakat/ santri pondok


pesantren sesuai masalah yang ditemukan dari hasil pemetaan
sebelumnya, untuk menggali informasi yang lebih dalam tentang :
 Kebutuhan, kepedulian, penyebab masalah,
 Kesiapan masyarakat/ santri dalam mengatasi masalah secara
mandiri dengan berbagai bentuk kegiatan gotong royong
masyarakat, upaya kesehatan, pengamatan dan pemantauan
serta pembiayaan kesehatan.
Tindak lanjut dari kegiatan survei mawas diri (SMD) adalah Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD), yang ditingkat Pondok Pesantren disebut
Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren.

i. Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren

a. Pengertian
Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren adalah kegiatan untuk
menentukan urutan prioritas masalah dan sebab masalah, upaya
pencegahan masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada, dan
akhirnya menyusun rencana kegiatan operasional untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan Pondok pesantren, sebagai bagian penting dalam rencana
pembangunan pondok pesantren

B. Pelaksanaan
Pelaksanaan Musyawarah masyarakat Pondok Pesantren merupakan
pertemuan yang dihadiri oleh warga Pondok Pesantren dan masyarakat
sekitar pondok pesantren dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

Inisiatif penyelenggaraan musyawarah ini adalah tokoh Pondok


Pesantren dan masyarakat sekitarnya yang mendukung dibentuk atau
dikembangkannya Poskestren, yang pesertanya terdiri dari warga Pondok
Pesantren dan masyarakat sekitarnya.

Tujuan penyelenggaraan musyawarah ini adalah untuk membahas hasil


SMD dan data kesehatan lainnya yang mendukung. Proses selama
musyawarah berlangsung adalah memaparkan hasil SMD yaitu :

 Urutan masalah dan rincian potensi yang dimiliki


 Perumusan masalah dan potensi dilaskukan secara musyawarah dan
mufakat
 Upaya pemecahannya yang salah satunya melalui pembentukan
Poskestren
 Membuat rencana kegiatan penanggulangan masalah kesehatan yang
ada lengkap dengan jadwal kegiatan dan penanggungjawabnya.

Musyawarah ini selain dilakukan secara khusus membahas hasil SMD


dapat juga dilakukan sebagai musyawarah ruitin bulanan dan tiga
bulanan, yang antara lain sebagai wahana untuk mengevaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan, hambatan yang ditemukan dan merencanakan
upaya pemecahannya.

Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren biasanya dilaksanakan dengan


menggunakan beberapa cara yaitu :
a. Dialog dan diskusi kesepakatan, untuk identifikasi masalah dan potensi di
desa (termasuk pondok pesantren) dari hasil SMD
b. Pembobotan atau lembar masalah, untuk menyusun urutan prioritas
masalah dengan argumentasi penilaian oleh peserta, dan diakhiri dengan
kesepakatan urutan prioritas dan penentuan masalah yang akan diatasi.
c. Curah pendapat , dialog dan diskusi untuk identifikasi penyebab masalah
dari masalah yang akan diatasi, dan diakhiri kesepakatan penyebab
masalah yang akan diatasi.
d. Tabel masalah, penyebab masalah dan potensi, dapat digunakan untuk
menyusun alternatif pemecahan penyebab masalah dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki, yang diakhiri dengan alternatif
pemecahan yang layak atau dapat dilaksanakan.
e. Tabel penyusunan kegiatan operasional, dapat digunakan untuk
menysusun rencana kegiatan operasional dari setiap langkah kegiatan
yang meliputi: kegiatan apa, tujuan, oleh siapa, dimana, kapan,
bagaimana pelaksanaannya.
f. Tabel monitoring dan evaluasi, dapat digunakan untuk kesiapan monev
yang meliputi: indikator keberhasilan yang akan dipantau, bagaimana
cara memantau, kapan, oleh siapa, dimana.

Anda mungkin juga menyukai