Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AGAMA ISLAM
“KESEHATAN DAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
MENURUT AGAMA ISLAM”

DISUSUN OLEH:
PUTRI FEBRIYANTI BILFAGI
711345322077

POLTEKKES KEMENKES MANADO


PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya ucapkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas segala rahmat anugerah kesempatan
dan karunia yang telah ia berikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisi informasi mengenai “KESEHATAN


DAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN MENURUT
PANDANGAN ISLAM”.

Dan saya juga menyadari jika masih banyak kekurangan


yang terdapat dalam makalah ini. Karena itu, saran dan
kritikan masih sangat diperlukan demi perbaikan menuju kea
rah yang lebih baik lagi.

Demikian kata pengantar pada makalah ini, mudah-mudahan


makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi semuanya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

A. LATAR BELAKANG......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................

A. KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN............................


B. KAJIAN HADIS KEBERSIHAN DAN KESEHATAN
LINGKUNGAN..................................................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................................

A. KESIMPULAN...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata, dan
termasuk manusia lainnya. Secara ilmiah manusia berinteraksi dengan
lingkungannya. Manusia terkadang memengaruhi lingkungan, dan
terkadang lingkungan yang memengaruhi manusia. Pentingnya
lingkungan dalam mendukung kehidupan di bumi ini, menghendaki
dilakukannya perilaku menjaga kebersihan dan pengelolaan secara
berkelanjutan agar lingkungan tetap sehat.

Dewasa ini masalah lingkungan telah menjadi isu global karena


menyangkut berbagai sektor dan berbagai kepentingan umat manusia.
Hal ini terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan.
Masalah lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber pada
kesalahan fundamentalis-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang
manusia terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan
ekosistem. Kesalahan itu menyebabkan kesalahan
pola perilaku manusia, terutama dalam hubungannya dengan
lingkungan. Perilaku manusia yang kurang atau tidak bertanggungjawab
terhadap lingkungan telah mengakibatkan terjadinya berbagai macam
kerusakan lingkungan. Kebanyakan dari mereka berfikir secara parsial
dan hanya ingin menguntungkan diri sendiri seperti masalah
pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, polusi udara,
pencemaran air, dan lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa
manusia harus bertanggungjawab terhadap alam semesta yang
dihadiahkan kepadanya untuk menjamin kelangsungan hidupnya.3
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa manusia diciptakan sebagai
khalifah di bumi, maka sudah sepatutnya manusia bertindak secara arif
dan bijaksana untuk menjaga dan mengatur lingkungan yang baik dan
tertata.
Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan di
muka bumi, termasuk mengenai bagaimana manusia menjaga
kebersihan lingkungan. Dalam sumber ajaran islam yaitu al-Qur‟an dan
al-Sunnah diterangkan bagaimana
ajaran Islam menyoroti masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Hal ini menunjukkan bahwa anjuran-anjuran untuk menjaga kebersihan
dan kesehatan lingkungan bukanlah hal baru dalam Islam, karena
sebagai agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, Islam tidak
akan membiarkan manusia merusak atau mengotori lingkungan
sekitarnya. Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan manusia yang ada di sekitarnya,
oleh sebab itu menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan
menjaga kebersihan diri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan
masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia
dalam hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada
tingkat setinggi-tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor
social dan lingkungan fisik sematamata, tetapi juga terhadap semua
sifat-sifat dan kelakkan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa
pengarh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme
umat manusia.
Secara sederhana, lingkungan manusia didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berpengaruh pada
kehidupan manusia itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan
kesehatan lingkungan yaitu kajian yang mempelajari hubungan interaktif
antara sekelompok manusia dan berbagai perubahan komponen
lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.
Kesehatan lingkungan juga dapat disebut dengan suatu kondisi atau
keadaan
lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status
kesehatan yang optimal pula
Kesehatan Lingkungan Dalam Islam
Banyak ayat al-Qur‟an dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan
bahkan
mewajibkan setiap manusia untuk menjaga lingkungan dan
kelangsungan kehidupan
makhluk lain di bumi. Konsep yang berkaitan dengan penyelamatan dan
konservasi
lingkungan menyatu dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah,
dan akhlak. Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan
dengan orang lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus
dilandasi keyakinan tentang keesaan dan kekuasaan Allah swt yang
mutlak. Manusia juga harus bertanggungjawab kepada-Nya untuk
semua tindakan yang dilakukannya. Hal ini juga menyiratkan bahwa
pengesaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilai dalam etika

Dalam konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh izin dari Allah


swt untuk memperlakukan lingkungan dengan dua macam tujuan.
Pertama, pendayagunaan, baik dalam arti konsumsi langsung maupun
dalam arti memproduksi. Kedua, mengambil pelajaran (i‟tibar) terhadap
fenomena yang terjadi dari hubungan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya, maupun hubungan anatara lingkungan itu sendiri
(ekosistem), baik yang berakibat konstruktif (ishlah) maupun yang
berakibat destruktif (ifsad).

Ajaran Islam Tentang Kesehatan


Kata “sehat” merupakan indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-
shihhah” dan
berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai
dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan
baik segenap
badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2)
mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit

Kebutuhan hidup yang tersedia tidak akan berguna apabila tidak


diiringi dengan kesehatan badan. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda ”Perhatikanlah lima perkara ini sebelum
datang lima perkara yaitu: 1. Hidupmu
sebelum datang ajalmu; 2. Jagalah kesehatanmu sebelum datang
sakitmu; 3. Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatanmu sebelum datang
kesibukanmu; 4. Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa
tuamu; 5. Manfaatkan kekayaanmu sebelum datang masa fakirmu." (HR.
Ahmad dan Baihaqi).

Islam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan dan


kesucian lahir dan batin. Antara kesehatan jasmani dengan kesehatan
rohani merupakan kesatuan sistem yang terpadu, sebab kesehatan
jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya suatu kehidupan
yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Kesehatan dapat didaapatkan dengan menjaga kebersihan.


Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan
lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka
mewujudkan dan melestarikan keidupan yang sehat dan nyaman.

Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat


adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Begitu
pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang
membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh
Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu
:“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-
orang yang
menyucikan diri” (Q.S. al-Baqarah :222)

Sehat terbagi dua yaitu sehat jasmani dan sehat rohani;


1. Sehat Jasmani
Bersih merupakan pangkal dari sehat berarti modal pertama untuk
memperoleh kesehatan adalah kebersihan selain itu, makanan dan
minuman yang dikonsumsi harus yang bergizi dan harus sekaligus halal.
Bergizi saja tidak cukup dan halal saja juga belum cukup. Allah memang
memerintahkan kepada kaum muslimin supaya makan makanan yang
halalan thayyiban.
2. Sehat Rohani
Seorang dikatakan sehat rohaninya jika ia terbebas dari penyakit
batiniah. Penyakit ini cukup banyak. Al-Ghazali menyebutkan antara
lain: Hubb ad-Dunya (Cinta dunia), Rakus, Kikir, Ria (Pamer) dan
Takabbur (Sombong), Ujub, Munafiq

Dalam membahas perkara kebersihan dalam agama Islam digunakan


tiga macam istilah, yaitu:
1. Nazāfah (nazīf) secara bahasa yaitu kebersihan lawan dari kata
kotor. Berasal dari kata Nazufa-yanzufu-nazāfatan.4 Nazāfah yaitu
kebersihan tingkat pertama, yang meliputi bersih dari kotoran dan noda
secara lahiriah dengan alat pembersihnya benda yang bersih, antara
lain air.
2. Tahārah secara bahasa yaitu menyucikan atau membersihkan.
Berasal dari kata Tahara-yathuru-tuhran wa tahāratan. Tahārah
mengandung pengertian yang lebih luas yakni meliputi kebersihan
lahiriah dan batiniah, sedangkan nazāfah hanya menitik beratkan pada
kebersihan lahiriah saja. Pada kitab-kitab klasik khusunya bab al-
tahārah biasanya disandingkan dengan bab al-najasah yang selanjutnya
juga dibahas masalah air dan tanah, wudhu dan mandi, tayamum dan
lainnya. Namun demikian, ketika Allah, menerangkan tentang
penggunaan air untuk tahārah (mensucikan) disandingkan pula dengan
kesucian secara maknawiah, dimaksud dengan maknawiah karena
kesucian dari hadas, baik hadas besar maupun hadas
kecil, sehingga dapat melaksanan ibadah, seperti salat dan tawaf.

3. Tazkiyah secara bahasa yaitu tumbuh atau membersihkan, berasal


dari kata zakka-yuzakki-tazkiyah.9 Tazkiyah mengandung arti ganda,
yaitu membersihkan diri dari sifat-sifat (perbuatan) tercela dan
menumbuhkan serta memperbaiki jiwa dengan sifat-sifat terpuji.10 Kata
Tazkiyah juga digunakan untuk mengungkapkan aspek kebersihan harta
dan jiwa. Sebagai contoh, ungkapan Allah dalam al-Qur‟an ketika
menyebut zakat yang seakar dengan tazkiyah, memang maksudnya
untuk membersihkan harta, sehingga harta yang dizakati adalah bersih
dan yang tidak dizakati dinilai kotor.
B. KAJIAN HADIS KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Secara ideal, agama Islam sebagai landasan ideologis masyarakat


muslim, diyakini memiliki nilai-nilai yang cukup intens dalam
permasalahan lingkungan. Nabi Muhammad saw telah memberi
perhatian sangat besar terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan
seperti tanah, udara, cuaca dan air. Beliau telah
meletakkan pedoman dasar lingkungan dan kebersihannya. Hal itu
mendahului deklarasi maupun komitmen-komitmen kebersihan
lingkungan berbagai organisasi dunia dan juga pesan-pesan sebagai
riset ilmiah modern mengenai tekanan terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan. Beberapa poin
pedoman dasar yang diajarkan Nabi saw antara lain:

1. Tidak mengotori sumber-sumber air.


2. Membersihkan halaman dan rumah.
3. Menghilangkan halangan yang merintangi atau mengusik
pengguna jalan,
pasar dan tempat umum lainnya.
4. Mengharamkan memotong pohon dan tanaman di tempat-tempat
umum.

1. Hadis Kebersihan Air


Air adalah asal kehidupan dan menjaga sumber-sumbernya adalah
kewajiban, karena air yang tercemar dapat menyebabkan tersebarnya
berbagai penyakit. Islam sungguh-sungguh menganjurkan agar tidak
mengotori air, karena air merupakan salah satu sumber kebutuhan
pokok manusia. Oleh karena itu Islam melarang membuang kotoran,
najis dan kencing ke dalam air.
1. Takhrīj al-Hadīts
ُُ ‫ّج‬-‫جخر‬
Secara etimologi takhrīj berasal dari kata َ ‫ي ر‬ َ yang artinya
mengeluarkan, menampakkan dan menyelesaikan. Sedangkan takhrīj
secara terminologi yaitu mencari atau mengeluarkan hadis dari
persembunyiannya yang terdapat dalam kitab induk hadis.

Hadis diatas menunjukan kemuliaan dan keluhuran syariat Islam dari


sisi kebersihan dan usahanya menjauhi kotoran serta mengingatkan
orang-orang terhadap sesuatu yang dapat membahayakan badan,
agama, dan akhlak mereka. Hadis diatas juga memberi gambaran
tentang universalitas Islam. Islam tidak membiarkan suatu kebaikan
kecuali mengajak melakukannya dan tidak pula membiarkan keburukan
kecuali mengajak meninggalkannya. Termasuk kaitannya dengan
tempat-tempat tersebut, Islam menerangkan kepada manusia tempat
buang air yang selayaknya dan tempat-tempat yang harus dijauhi
mereka.

Adapun yang dimaksud air yang tak mengalir ialah air atau sungai
yang mungkin masih dipakai atau mengenai orang lainnya. Tentu saja,
biarpun air sungai itu mengalir tetapi air limbah tersebut mengenai orang
lain, maka najis, polusi, dan bahayanya akan mengancam kesehatan
dan kesucian jasmani. Sementara diketahui air dan fungsinya adalah
bersih dan membersihkan.
Hadis diatas menunjukkan tentang larangan buang hajat di air tenang
seperti kolam dan semisalnya. Larangan ini menunjukkan hukum
makruh tahrim melakukannya. Menurut al-Nawawi, pemahaman hadis
secara tekstual, maka dapat diambil masalah yakni tidak apa-apa jika
buang hajat di air yang banyak dan mengalir. Akan tetapi yang lebih
utama adalah menjauhinya meskipun air itu sedikit dan mengalir. Al-
Nawawi menambahkan, jika ada air banyak dan tenang sebagian ulama
ada yang memakruhkan dan tidak mengharamkan meskipun sebagian
lain berpendapat
haram.

Para ulama fikih berpendapat mengenai membuang hajat di air yang


tidak mengalir:
a. Madzhab Hanafi, berpendapat buang air di air yang sedikit dan tidak
mengalir itu haram hukumnya. Jika air itu banyak maka hukumnya
makruh tahrim dengan pengertian bahwa keharamannya itu lebih ringan
karena banyaknya air tersebut. Sedangan apabila air itu mengalir, maka
buang air di tempat itu hukumnya makruh tanzih kecuali apabila air itu
milik orang lain dan ia tidak mengizinkan kencing di dalamnya, maka
kencing di dalamnya itu haram walaupun air itu banyak.
b. Madzhab Maliki berpendapat bahwa buang air (berhajat) di dalam air
yang tidak mengalir itu haram yaitu apabila air itu hanya sedikit. Akan
tetapi, jika air itu banyak seperti air yang berada di danau, taman yang
besar atau kolam-kolam yang luas maka hukumnya tidak haram, kecuali
jika air itu milik orang lain dan ia tidak mengizinkan untuk dipakai.
Dengan demikian, buang air di tempat tersebut haram hukumnya.
c. Madzhab Syafi‟i berpendapat bahwa buang air (berhajat) di air itu
tidak haram hukumnya, baik air tersebut sedikit ataupun banyak, akan
tetapi hanya dimakruhkan saja, kecuali apabila air itu milik orang lain
dan ia tidak mengizinkan untuk digunakan atau air itu dialirkan akan
tetapi tidak banyak, maka dalam kedua hal tersebut hukumnya adalah
haram. Hanya saja mereka membedakan antara siang dan malam
dalam kemakruhannya. Mereka mengatakan bahwa berhajat di waktu
siang di air yang sedikit hukumnya adalah makruh. Tidak ada perbedaan
apakah air itu tergenang atau mengalir. Sedangkan di waktu malam,
mereka berpendapat bahwa kencing di air itu makruh, baik air itu sedikit
ataupun banyak.
d. Madzhab Hanbali mengatakan bahwa buang air besar di air tenang
atau yang mengalir itu haram hukumnya, baik air itu sedikit maupun
banyak, kecuali air laut. Adapun buang air kecil di air yang tergenang
hukumnya makruh dan tidak haram serta tidak dimakruhkan kencing di
air sedikit yang mengalir.

2. Hadis Menjaga Kebersihan Tempat Umum


Tempat umum atau tempat-tempat yang biasa dikunjungi dan
dimanfaatkan oleh masyarakat umum merupakan milik bersama bukan
milik pribadi sehingga kewajiban untuk menjaga kebersihan dan
kelestariaannya merupakan tanggung jawab bersama.

Dilihat dari matan hadis mengenai kebersihan tempat umum terdapat


perbedaan antara periwayatan Abu Dawud dan Imam Muslim. Pada
kedua hadis diatas terjadi perbedaan mengenai hal-hal yang terkutuk,
dalam periwayatan Abu Dawud disebutkan ‫ ) )اتقُواَ ْال َم َل عِ نالث َل َث َة‬terdapat tiga
hal yang terkutuk yaitu buang hajat pada sumber air, tempat berlalunya
manusia dan pada tempat berteduh, sedangkan dalam periwayat Imam
ْ ُ‫ )ِ اتق‬yaitu buang hajat
Muslim hanya disebutkan dua hal terkutuk ( ْ‫وااللّعان َين‬
di tempat berlalunya manusia dan pada tempat berteduh.
1. Fiqh al-Hadīts
Rumah sebagai kebutuhan pokok manusia merupakan tempat
membangun kehidupan keluarga, disanalah manusia berteduh,
beristirahat dan berkumpul bersama keluarga. Lingkungan yang
bersih akan memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia
dan sebaliknya lingkungan yang tidak bersih akan memberikan
dampak negatif bagi kesehatan manusia. Dalam teks hadis diatas
terdapat perintah untuk membersihkan halaman rumah, meskipun
hanya disebutkan dengan redaksi halaman rumah, tentunya
seluruh bagian rumah pun harus dibersihkan. Oleh karena itu
kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar rumah tidak boleh
diabaikan begitu saja, karena lingkungan rumah yang kotor dapat
mengganggu dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Imam al-Mubarakfuri berpendapat, jika kita telah teguh bahwa
Allah itu Mulia, maha Pemurah, dan menyukai kebersihan, maka
manusia sebagai hamba Allah memiliki kewajiban memperindah
dan memperbaiki segala sesuatu yang memungkinkan dapat
diperindah dan diperbaiki, dan juga bersihkanlah segala sesuatu
yang mudah bagi kalian membersihkannya hingga halamam atau
pekarangan rumah. Hal tersebut merupakan kinayah (kata kiasan)
dari semulia-mulia-Nya dan benar-benar kemurahan-Nya, karena
sesungguhnya halaman atau pekarangan rumah jika luas dan
bersih adalah suatu keindahan. Menurutnya, janganlah kita
menyerupai kaum Yahudi yang tidak menerapkan kesucian dan
kebersihan (lahir dan batin), sedikit wangi, bakhil, jorok, hina, dan
rendah
2. Perspektif Ilmu Kesehatan
Untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta tempat
umum yang bersih, indah dan nyaman perlu adanya penanganan
sampah yang serius di jalan-jalan, tempat-tempat umum dan ruang
terbuka hijau sehingga pengendalian kebersihan dan keindahan
lingkungan dapat terlaksana dengan efektif. Sehingga tidak
mengganggu kesehatan masyarakat, seperti polusi (baik polusi air
dan udara) lingkungan kotor, kumuh, limbah (baik limbah pabrik,
rumah tangga). Untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan
sehat, indah dan nyaman tentu perlu kepedulian semua pihak
mulai dari masyarakat hingga Pemerintah Daerah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
konsep kebersihan dan kesehatan lingkungan dalam hadis
sama dengan konsep etika lingkungan biosentrisme yaitu teori
yang memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup
mempunyai nilai dan berharga sehingga manusia memiliki
kewajiban moral terhadap lingkungan. Oleh karena itu manusia
harus selalu menjaga kebersihan sumber air, kebersihan rumah,
kebersihan tempat umum dan tidak menebang pohon dan
tanaman di tempat-tempat umum tanpa tujuan yang tidak jelas.

Anjuran hadis untuk mejaga kebersihan dan kesehatan


lingkungan tidak hanya terkait pada etika tetapi juga bernilai
ibadah. Sehingga dengan mengamalkan hadis-hadis tersebut
niscaya dapat terwujud lingkungan yang bersih
dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai