Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP

TRANPLANTASI DAN ABORSI

Dosen Pembimbing :
A.Fitra Fatkhur Rokhmansyah, S.Sos

Di Susun Oleh :
1. Nur Makrufah Rahayu (0960221010)
2. Siti Juma’ani (0960221016)

AKADEMI KEBIDANAN AR-RAHMA PASURUAN


TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memeuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Pendidikan Agama dengan judul “Pandangan Agama Terhadap Aborsi Dan
Tranplantasi”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak A. Fitra Fatkhur Rokhmansyah,
S.Sos,selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama yang membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di karenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................
C. Tujuan………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan Agama Terhadap Tranplantasi............................................................................
B. Pandangan Agama Terhadap Aborsi.....................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................
1. Pandangan Agama Terhadap Aborsi
2. Pandangan Agama Terhadap Tranplantasi
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehat merupakan
nikmat Allah SWT yang paling berharga dalam kehidupan ini. Setiap orang mendambakan
kesehatan baik sehat secara jasmani maupun rohani, karena apabila manusia sedang sakit
akan sangat berpengaruh pada kehidupannya, selain sehat, merasakan sakit juga membuat
manusia tidak produktif lagi merasa kurang percaya diri. Orang sakit merasa telah menjadi
orang yang terbodoh, terlemah, dan termalang di dunia sehingga mengambil keputusan yang
sekecil-kecilnya menjadi ragu-ragu.
Sebagian besar orang yang sedang sakit akan mengalami timbulnya goncangan mental dan
jiwanya karena penyakit yang dideritanya. Pasien yang mengalami kondisi tersebut sangat
memerlukan bantuan motivasi yang dapat menimbulkan rasa optimis dan selalu sabar dalam
menghadapi cobaan dari Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT telah memerintahkan manusia
untuk selalu sabar dalam menghadapi segala musibah yang menghadangnya, baik itu ujian,
cobaan, ataupun peringatan dari Allah SWT. Karena jika pasien sabar,
maka Allah SWT akan menampakan kebaikannya, agar manusia bisa
memahami kemaslahatan yang tersembunyi dibalik itu.
Hidup sehat adalah hajat manusia yang paling essensial, karena hidup sehat selain dapat
mengantarkan kepada taraf hidup yang lebih baik dan sejahtera,juga merupakan bagian dari
persyaratan kesempurnaan ibadahnya,ole karena itu, manusia harus berikhtiar dan berusaha
memelihara kesehatan secara terus-menerus,dalam arti memperkuat daya tahan dari serangan
penyakit dan mencegah akan timbulnya penyakit.
Pada dasarnya manusia menginginkan dirinya sehat, baik sehat jasmani maupun rohani,
sehingga diantara hikmah Allah SWT menurunkan Al-Quran yang didalamya ada petunjuk
dapat menjadi obat bagi penyakit yang terjangkit pada manusia baik fisik maupun psikis.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra' ayat 82:

ٰ ‫ونُنَ ِّز ُل منَ ْالـقُرْ ٰا ن ما هُو شفَٓا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْـلمْؤ من ْينَ  ۙ واَل يز ْي ُد‬
‫الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل َخ َسا رًا‬ ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
”Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang
yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah
kerugian."
Pada umumnya, orang beranggapan bahwa kesehatan penting bagi kehidupan manusia.
Tetapi sebagian besar berpandangan bahwa seseorang dianggap sehat bila berada dalam
keadaan tidak sakit dan tidak cacat. Kesehatan dipandang sebagai sesuatu yang alami dimiliki
oleh setiap orang. Kadangkala orang baru sadar akan pentingnya pemeliharaan kesehatan bila
pada suatu saat dirinya atau anggota keluarganya terkena sakit. Dengan kata lain, pengertian
kesehatan terlalu sempit, hanya terbatas pada”upaya mencari pengobatan” terhadap penyakit
yang sedang dideritanya.
Kesehatan juga dipahami secara statis, hanya terbatas pada keadaan sehat atau
sakit, yaitu “sehat dalam arti tidak sakit” dan “sakit dalam arti tidak sehat”. Tingkatan
keadaan sehat atau sakit kurang dipahami, sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas kesehatan yang mestinya dilakukan pada waktu sehat, kurang diperhatikanoleh
masyarakat luas. Padahal, pemeliharaan kesehatan untuk mencegah penyakit nilainya lebih
baik dari pengobatan terhadap penyakit. Para ulama mengatakan “Menjaga kesehatan itu
lebih baik dari pada mengobati setelah sakit “ .
Bila dipahami secara mendalam, maka sebenarnya banyak ajaran Islam tentang ibadah yang
erat kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan. Misalnya ajaran Islam tentang thaharah atau
bersuci seperti mandi,wudhu dan istinja yang harus mempergunakan air bersih merupakan
amaliyah yang mengandung manfaat bagi pemeliharaan kesehatan. Demikian pula ajaran
tentang Muamalat seperti makan dan minum erat kaitannya dengan kesehatan. Sebaliknya
upaya-upaya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan megandung nilai ibadah. Imam
al-ghazali mengatakan bahwa tujuan syar’i pada manusia ada lima perkara, yaitu
terpeliharanya agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Maka setiap apa saja yang menjamin
terpeliharanya kelima perkara itu, adalah maslahat. Sebaliknya apa saja yang menyebabkan
lepasnya keselamatan atas lima perkara perkara itu adalah mafsadat.
Dan oleh karenanya, upaya menolak mafsadat itu adalah maslahat.
Jadi,pengamalan ajaran agama sebagai konsekuensi dari Iman, disamping mengandung nilai
ibadah yang mendapat pahala dari Allah SWT, juga bersamaan dengan itu, merupakan usaha
pemeliharaan kesehatan yang bermanfaat bagi dirinya,keluarga dan masyarakat lingkungan
yang mempunyai nilai maslahat.
Namun demikian perlu diakui bahwa memelihara kesehatan pada waktu kini bukanlah
suatuyang mudah dan murah. Usaha-usaha untuk hidup bersih dihadapkan kepada tekanan-
tekanan hidup yang semakin kompleks, berupa kemiskinan, pencemaran lingkungan dan
keterbatasan daya dukung alam sebagai akibat pertambahan penduduk yang berlipat. Seperti
diketahui bahwa kesehatan sangat erat dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Kehidupan yang kurang bersih apalagi ditambah lingkunganyang tercemar, maka akan
mudah terserang berbagai penyakit.
Dari berbagai ulasan di atas,kita tahu bahwa kesehatan adalah rahmat yang istimewa yang di
berikan tuhan kepada kita,dan upaya-upaya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan
mengandung nilai-nilai ibadah dan manfaat bagi diri sendiri,masyarakat dan lingkungan yang
mempunyai nilai maslahat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Transplantasi Organ Tubuh Mayat menurut Muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama dan bagaimana pendapat keduanya?
2. Bagaimana Istinbath Hukum Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam menentukan
kedudukan Hukum mengenai transplantasi Organ Tubuh mayat?
3. Bagaimana Analisis Komparatif terhadap Istinbath Hukum dan dasar Hukum Transplatasi
Organ Tubuh Mayat Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama?
4. Bagaimana Ketentuan Aborsi Menurut PP. No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi ?
5. Bagaimana Hukum Aborsi dalam Perspektif Hukum Islam ?
6. Bagaimana persamaan dan perbedaan PP. No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi dan Hukum Islam mengenai aborsi ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pandangan hukum Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mengenai
Transplantasi Organ Tubuh Mayat.
2. untuk mengetahui perbandingan Hukum antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
mengenai Transplantasi Organ Tubuh Mayat.
3. Untuk mengetahui analisis kedua fatwa ormas tersebut.
4. Untuk mengetahui Ketentuan Aborsi Menurut PP. No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi.
5. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Aborsi dalam Perspektif Fiqih.
6. Untuk mengetahu bagaimana persamaan dan perbedaan PP. No. 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi dan Hukum Islam mengenai aborsi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Agama Terhadap Tranplantasi


Transplantasi organ tubuh ini merupakan masalah yang baru yang belum pernah dibahas oleh
ulama fiqih terdahulu dan menjadi masalah yang masih diperdebatkan oleh ulama
kontemporer. Ormas islam juga berbeda pendapat mengenai masalah transplantasi organ
tubuh tersebut, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Dalam masalah transplantasi organ tubuh manusia, dilihat dari cara pengobatannya
melibatkan dua orang yaitu, resipen (penerima organ) dan donor (pemberi organ). Masalah
ini menyebabkan adanya kedhorurotan antara ke dua orang tersebut, baik itu dari donor yang
masih hidup maupun yang sudah mati.
Dari kaidah-kaidah pokok hukum islam yang ada lima, Al-Qawaid Al-Khams yaitu: (5 (
‫العادة مح كمة‬. .1( ‫ (اآلمور بمقا صد ها‬2( ‫ (ل الهقهن يز ال با ل ش ك‬3َّ( ‫ (تجلب التهسهر المشق ة‬4( ‫الضرريزال‬
Masalah transplantasi organ tubuh masuk dalam kategori kaidah yang ke empat yaitu :
‫ الضرريزال‬yang merupakan kaidah umum yang mempunyai cabang-cabang kaidah. Kaidah
cabang yang tepat untuk masalah transplantasi menurut penyusun adalah kaidah : ‫إذتعاض مفسد‬
‫تان رسعي أعظمهما ضررابارتكاباخفهما‬
Kaidah ini menjelaskan bahwa bila terdapat dua mafsadah maka diambil mafsadah yang lebih
kecil resikonya. Hal ini sesuai dengan kasus transplantasi organ tubuh, karena pendonor
menanggung resiko berkurangnya organ tubuh pendonor yang mempengaruhi daya kesehatan
pendonor bagi donor hidup demi untuk menolong kehidupan penerima. Bagi donor yang
sudah mati, kehormatan dan keutuhan jasad menjadi resikonya. Dua hal diatas saling
bertentangan yaitu menyelamatkan nyawa pasien tetapi mengorbankan pendonor untuk
menanggung resiko dari transplantasi yang ia lakukan. Jadi dalam kasus transplantasi ini
terdapat dua mafsadat, yaitu pertama pasien bila tidak dilakukan transplantasi nyawanya
terancam, kedua pendonor bila melakukan transplantasi maka ia akan mendapat resiko dari
transplantasi organ tubuh tersebut.
Dari uraian diatas penulis menggunakan metode maslahah dengan melihat mafsadat yang
lebih ringan harus didahulukan dan mafsadat yang lebih berat demi kemaslahatan. Oleh
karena itu pendekatan yang penyusun gunakan adalah pendekatan ushul fiqih.
Dalam masalah Transplantasi Organ Tubuh Mayat menurut Bahsul Matsail Nahlatul Ulama
dan Majelis Tarjih Muhammadiyah teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
Teori Ikhtilaf (perbedaan Pendapat), perbedaan di sini bisa karena dalil yang digunakan
ataupun metode istinbath yang digunakan oleh kedua ormas.

B. Pandangan Agama Terhadap Aborsi


Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus─embrio, atau fetus
yang belum dapat hidup. Dengan kata lain, aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Dalam dunia kedokteran,
aborsi dibagi menjadi dua. Pertama, Spontaneous abortion: gugur kandungan yang
disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami. Kedua, Induced abortion atau
procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya
adalah: - Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah
pemerkosaan. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya, tetapi ini semua atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak tergesa-gesa. - Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan
terhadap janin yang cacat. - Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alas
an-alasan lain.
Aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat
terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu
dilakukan oleh remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang
tidak mau dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan kelahiran bayi ke dunia ini.
Kelahiran anak yang seharusnya dianggap sebagai suatu anugerah yang tidak terhingga
dari Allah Swt, justru dianggap sebagai suatu beban yang kehadirannya tidak diinginkan.
Ironis sekali memang, karena di satu sisi terdapat sekian banyak pasangan suami istri
yang mendambakan kehadiran seorang anak selama bertahun-tahun masa perkawinan
belum mendapatkannya, namun di sisi lain terdapat pasangan yang membuang anaknya
bahkan janin yang masih dalam kandungan tanpa pertimbangan nurani kemanusiaan.
Aborsi pada dasarnya adalah fenomena yang hidup dalam masyarakat Indonesia.
Aborsi dapat dikatakan sebagai fenomena "terselubung" karena praktik aborsi sering tidak
tampil ke permukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku ataupun masyarakat, bahkan
negara. Ketertutupan ini antara lain dipengaruhi oleh hukum formal dan nilai-nilai sosial,
budaya, agama yang hidup dalam masyarakat serta politik.
Secara hukum, aborsi diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 283, 299,
346, 348, 349, 535 dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasa1 2 dan 1363. Pasal-
pasal tersebut menyatakan bahwa tuntutan dikenakan bagi orang-orang yang melakukan
aborsi ataupun orang-orang yang membantu melakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Pada intinya hukum formal tersebut mengatur masalah aborsi menyatakan bahwa
pemerintah Indonesia menolak aborsi. Pengecualian diberikan jika ada indikasi medis
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal
15 dan Pasal 80. Selain itu, masalah aborsi juga terkait dengan Sumpah Dokter Indonesia
yang antara lain menyatakan bahwa dokter akan menghormati setiap kehidupan.
Keberadaan praktik aborsi kembali mendapat perhatian dengan disyahkannya Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan pada akhirnya tahun 2014
pemerintahan Indonesia kembali mengeluarkan PP No. 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi yang isinya bahwa aborsi legal di Indonesia. Lahirnya PP No. 61
Tahun 2014 ini kembali menimbulkan kontroversi diberbagai lapisan masyarakat karena
adanya pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi dalam praktek medis mengandung
berbagai reaksi. Sebagaimana Pasal 31 menegaskan bahwa larangan praktik aborsi
tersebut dikecualikan apabila:
(1) Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis;
atau b. kehamilan akibat perkosaan.
Terlepas dari hukum formal yang mengatur, aborsi merupakan fenomena yang terkait
erat dengan nilai-nilai sosial budaya agama yang hidup dalam masyarakat. Dalam
konteks Indonesia aborsi lebih condong sebagai aib sosial daripada manifestasi
kehendak bebas tiap individu. Aborsi merupakan masalah yang sarat dengan nilai-
nilai sosial, budaya, agama, dan politik. Aturan normatif legal formal menolak aborsi
meski masih ada ruang untuk hal-hal khusus. Aturan normatif sosial-budaya-agama
yang "informal" pada umumnya juga menolak aborsi, meski terdapat variasi dan
kelonggaran di sana-sini.
Persoalan aborsi penting untuk dibahas karena fenomena ini berkaitan erat dengan
persoalan hukum dan kesehatan reproduksi perempuan. Di Indonesia, seperti
diketahui bahwa legalisasi aborsi melalui PP. No 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi mendapat tanggapan yang berbeda di tengah- tengah masyarakat.
Sebagaimana menurut Muhammadiyah, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah secara
tegas menolak PP No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi berdasarkan
syariat atau pandangan ajaran Agama Islam bahwa aborsi tanpa alasan kesehatan
(medis) dilarang.
Aborsi menurut sebagian masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) sebagian setuju terhadap
peraturan yang melegalkan aborsi, namun sebagian lain tidak, sementara sejauh ini
NU Kota Medan belum mengeluarkan rekomendasi khusus tentang Peraturan
Pemerintahan tersebut. Sedangkan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim
Saifuddin mengatakan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 mengenai
pelegalan aborsi bagi 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2014 Tentang Kesehatan Reproduksi. perempuan korban pemerkosaan sesuai fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai tindakan aborsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pokok pembahasan dan uraian-uraian sebagai mana telah digambarkan dalam
deskripsi, diatas dapat di ambil kesimpulan yaitu:
1. Pandangan Agama Terhadap Aborsi
1. Aborsi merupakan perbuatan yag berkaitan dengan janin yaitu pengguguran janin
ibu hamil yang dikeluarkan secara paksa baik janin itu sudah terbentuk sempurna
maupun belum sempurna. Namun, pada pokok inti pembahasan ini adalah
mengenai aborsi yang dilakukan oleh perempuan korban perkosaan. Pada
dasarnya aborsi ini dilarang, namun di dalam undang-undang nomer 36 tahun
2009 tentang kesehatan, dijelaskan didalam pasal 75 yang pada intinya aborsi itu
boleh dilakukan apa bila kehamilan itu mengancam keselamatan ibu dan janinnya
dala keadaaan darurat dan kehamilan bagi korban perkosaan menyebabkan trauma
psikologis. Akan tetapi hal tersebut harus benar-benar diperhatikan bahwa
kehamilana tersebut berbahaya bagi ibu yang hamil tersebut. Khususnya mengenal
aborsi yang dilakukan bagai korban pemerkosaan harus memenuhi persyaratan
tertentu untuk melakukan aborsi yang telah dijelaskan di dalam peraturan
pemerintah (pp) nommer 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi denganan
jangka waktu yang ditetapkan yaitu 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari
pertama haid.
2. Pada dasarnya didalam hukum islam aborsi itu diharamkan, naamun para ulama
yaitu madzhab hanafi, adzhab hambali, madzhab syafi’aidan, , madzhab maliki
sepakat memperbolehkan ibu hamil untuk melakukan aborsi sebelu penipuan ruh,
dengan alasan untuk menyelamatkan ibu, karna kehamilan tersebut mengancam
nyawa ibu hamil tersebut. Mengenai aborsi yang dilakukan dalam keadaan darurat
dan benar-benar terpaksa demi menyelamatkan nyawa ibu hamil tersebut, maka
Islam membolehkannya. Hukum tersebut dapat pula berlaku bagi wanita hamil
akibat perkosaan yang mengakibatkan setres berat, kalau tidak digugurkan
kandungannya akan gila. Sedangkan wanita tersebut sudah dibawa konsultasi
dengan psikoterapi dan sudah dinasehat oleh ahli agama dan tetap tidak berhasil.
2. Pandanga Agama Terhadap Tranplantasi Organ
Transplantasi merupakan salah satu temuan teknologi kedokteran modern dengan
metode kerja berupa pemindahan jaringan atau organ tubuh dari satu tempat ke tempat
lainnya.
Dengan begitu definisi transplantasi adalah pemindahan jaringan atau organ dari
tempat satu ke tempat lain. Dan hati adalah daging berwana hitam di dalam perut.
Pandangan syari’at terhadap transplantasi hati antara orang muslim dengan non
muslim ada tiga fenomenal yang harus difahami lebih detail dan dikaji ulang. Yaitu :
1. Hukum Transplantasi hati dengan akad jual-beli tidak diperbolehkan, antara
muslim dengan muslim atau antara muslim dengan non muslim dan sebaliknya.
Karena hal itu adalah merendahkan derajat manusia dengan menyamakan manusia
dengan barang.
2. Hukum Transplantasi hati dengan akad hibah adalah mengorbankan dirinya sendiri
untuk menyelamatkan orang lain dari kematian. Hal yang tidak boleh dan tidak
dianjurkan dalam syariat islam.
3. Hukum Transplantasi hati dengan wasiat diperbolehkan apabila seorang muslim
diperbolehkan mendonorkan organ tubuhnya pada waktu hidup. Karena memberi
manfaat yang utuh kepada orang lain tanpa menimbulkan mudarat sedikitpun kepada
dirinya. Dan mendermakan organ tubuhnya itu dengan niat mendekatkan diri dan
mencari keridhaan Al ah. Dan menurut ulama Mutaqodimin hukum Transplantasi hati
dengan wasiat tidak diperbolehkan karena barang yang diwasiatkan harus berupa mal
(harta). Sebagaiman imam Suyuti menjelaskan hal tersebut.

B. Saran
Sebagai manusia kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh kita demikian sabda
Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia,sesuatu yang
sesuai dengan fitrah manusia, maka islam menegaskan pentingnya istiqomah
memantapkan dirinya dengan menegakkan agama islam. Salah satunya jalan dengan
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjau
DAFTAR PUSTAKA

Ali,mohammad Daud:”pendidikan agama islam”Jakarta Yacub,Hamzah. Etika


islam.Bandung Amir Syarifuddin, 2006. Hukum perkawinan islam di Indonesia Antar Fiqh
Munakahat Dan Undang-undang perkawinan, Jakarta: KENCANA
Abd Rahman Ghazaly, 2006. Fiqh Munakahat, Jakarta: KENCANA Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat,(Jakarta: Gramedika Pustaka
Utama, 2008) Zakiah Derajat, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, cet 3. Jakarta Sofiyah
Sauri, Membangun Komunikasi Dalam Keluarga, (Kajian Nilai Religi, Sosial, Dan Edukatif),
(Bandung:2006) Masganti Sit, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing , 2015) Abdul
ah Nashih Ulwan, Selongan Pemuda Muslim Islam, (Jakarta: An-Nadwah, 20

Anda mungkin juga menyukai