Disusun oleh :
Tingkat I B S-1 Keperawatan
Kelompok 10 :
Rima Dwiky P D (085784800730)
Riko Aditya R
Rizky Fadhila Z
Riski Ahmad R
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan Penyusunan
1.3 Sistematika Penulisan
Bab 2 : Pembahasan
2.1 Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam
2.2 Mengunjungi Orang Sakit
Bab 3 : Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan fisik, mental maupun
kesehatan lingkungan. Pada zaman nabi, perawat diberi nama “Al Asiyah” dari kata Aasa
yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan memberi obat.
Pelayanan kesehatan telah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat
wanita yang pertama yang bernama Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas
kesehatan krena petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.
Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan kepada orang yang
membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan atau pelayanan kepada pasien.
Hubungan antara petugas kesehatan dan pasien adalah sebagai penjual jasa dan pemakai
jasa. Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad hijrah. Akad Hijrah adalah suatu
akad dimana satu pihak memanfaatkan barang, tenaga, pikiran dan keahlian.
Sementara ketika seseorang sedang sakit, maka dia serta seluruh kerabatnya
menginginkannya agar sembuh untuk melanjutkan kembali aktivitasnya dan dapat
nerkumpul lagi dengan kerabatnya. Agar lekas mendapat kesembuhan orang yang sedang
sakit tersebut harus mendapat keperawatan yang baik utamanya dari pihak pelayanan
kesehatan yaitu tanaga medis.
Selain mendapat keperawatan yang baik dari tenaga medis, tentunya orang yang sakit
ini juga membutuhkan dukungan dan semangat dari kerabatnya. Untuk itu kita perlu
mengetahui bagaimana adab mengunjungi orang sakit.
Dalam hal ini Islam juga telah mengajarkan tentang definisi konsep sehat dan sakit dan
mengunjungi orang sakit.
1.2 Tujuan Penyusunan
a. Untuk mengetahui apa definisi konsep sehat dan sakit dalam Islam.
b. Untuk mengetahui adab mengunjungi orang sakit.
Kandungan Al- Quran Yang Melandasi Konsep Sehat dan Kesehatan Menurut Islam :
Di antara ucapan- ucapan bijaksana Nabi Dawud as ada¬lah sebagai berikut, "Kesehatan
adalah kerajaan yang tersembunyi". Juga. "Kesedihan sesaat membuat orang lebih tua satu
tahun". Juga, "Kesehatan adalah mahkota di kepala orang-orang yang sehat, yang hanya
bisa dilihat oleh orang- orang yang sakit." Dan juga, "Kesehatan adalah harta karun yang tak
terlihat."
Abu Darda berkata, "Ya Rasulullah, jika saya sembuh da¬ri sakit saya dan bersyukur
karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan sabar?"
Nabi saw menjawab, "Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga
menyenanginya."
Dari Ibn 'Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku,
Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa
yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: "Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah
saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat." (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-
Bazzar).
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka
dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta‟ala.” (HR. Muslim)
Rasulullah saw. bahwa, "Berobatlah, karena tiadalah suatu penyakit yang diturunkan
Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya selain satu penyakit, yaitu ketuaan".
Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”
(HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk Allah SWT. Dialah Penciptanya, Pemberi kehidupan,
Pemberi rezeki dan Penyembuh hakiki dari semua penyakit. Peran tenaga medis dan para
medis hanyalah upaya manusia dengan menuruti sunnatullah. Harap si pasien berupaya
berobat melalui pengobatan dan perawatan.
Mengunjungi orang sakit adalah pola, tingkah laku, kebiasaan atau tata cara dalam
mengunjungi orang sakit. Dalam adab mengunjungi orang sakit, ada beberapa peraturan
yang harus pembesuk ketahui. Hal ini sangat penting untuk pembesuk ketahui, karena besuk
yang memenuhi aturan dapat menjadi dorongan, pemberi semangat untuk percaya diri
dalam mengatasi gangguan jiwa serta dapat menjadi terapi bagi jiwanya.
3.2 Kritik dan saran
Penulis sadar dalam makalah masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
[1]HR Al-Bukhari. (1239), Muslim (2066) dan Ahmad (18034), At Tirmidzi (2809), An-Nasaa’I
(1939).
[2] (Syarhus Sunnah 5/216).
[3]HR. Muslim (2578), Ahmad (21868) dan At-Tirmidzi (967).
[4]Kasyful Musykil Min Hadits As-Shahihain. no. (710), (2/236) dengan perubahan
seperlunya.
[5]Al-Adab Asy-Syar’iyah (2/190).
[6]Al-Adab Asy-Syar’iyah (2/189). Akan tetapi kalau kebiasaan manusia berziarah di waktu
zhuhur maka hal itu tidaklah makruh.
[7]At-Tamhid karya Ibnu Abdil Bar (24/277) bersamaan dengan mendahulukan dan
mengakhirkan teksnya.
[8]Al-Bukhari (463).
[9]HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrod (536) dan Al-Albani menshahihkannya dengan
no. hadits (416).
[10]HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrod (537) dan Al-Albani berkata : “sanadnya
shahih ” (417).
[11]Takhrij haditsnya telah berlalu.
[12]HR. Muslim (919), Muslim (25958), At-Tirmidzi (977) An-Nasaa’I (1825) dan Ibnu Majah
(1447).
[13]Fathul Baari (10/126).
[14]Ibnu Hajar berkata di dalam Al-Fath (10/126) : Abu Ya’la mengeluarkannya dengan
sanad yang hasan