Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH AGAMA

KONSEP SEHAT DAN SAKIT DALAM ISLAM


DAN
MENGUNJUNGI ORANG SAKIT

Disusun oleh :
Tingkat I B S-1 Keperawatan
Kelompok 10 :
Rima Dwiky P D (085784800730)
Riko Aditya R
Rizky Fadhila Z
Riski Ahmad R

DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Tulungagung, 21 September 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan Penyusunan
1.3 Sistematika Penulisan
Bab 2 : Pembahasan
2.1 Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam
2.2 Mengunjungi Orang Sakit
Bab 3 : Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan fisik, mental maupun
kesehatan lingkungan. Pada zaman nabi, perawat diberi nama “Al Asiyah” dari kata Aasa
yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan memberi obat.
Pelayanan kesehatan telah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat
wanita yang pertama yang bernama Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas
kesehatan krena petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.
Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan kepada orang yang
membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan atau pelayanan kepada pasien.
Hubungan antara petugas kesehatan dan pasien adalah sebagai penjual jasa dan pemakai
jasa. Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad hijrah. Akad Hijrah adalah suatu
akad dimana satu pihak memanfaatkan barang, tenaga, pikiran dan keahlian.
Sementara ketika seseorang sedang sakit, maka dia serta seluruh kerabatnya
menginginkannya agar sembuh untuk melanjutkan kembali aktivitasnya dan dapat
nerkumpul lagi dengan kerabatnya. Agar lekas mendapat kesembuhan orang yang sedang
sakit tersebut harus mendapat keperawatan yang baik utamanya dari pihak pelayanan
kesehatan yaitu tanaga medis.
Selain mendapat keperawatan yang baik dari tenaga medis, tentunya orang yang sakit
ini juga membutuhkan dukungan dan semangat dari kerabatnya. Untuk itu kita perlu
mengetahui bagaimana adab mengunjungi orang sakit.
Dalam hal ini Islam juga telah mengajarkan tentang definisi konsep sehat dan sakit dan
mengunjungi orang sakit.
1.2 Tujuan Penyusunan
a. Untuk mengetahui apa definisi konsep sehat dan sakit dalam Islam.
b. Untuk mengetahui adab mengunjungi orang sakit.

1.3 Sistematika Penulisan


a. Definisi konsep sehat
b. Definisi konsep sakit
c. Definisi adab mengunjungi orang sakit
d. Bersabar ketika sakit
e. Adab mengunjungi orang sakit
f. Merawat orang sakit
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam
A. Konsep Sehat
Konsep sehat menurut Islam adalah keadaan di mana seseorang dapat beribadah
dengan benar sehingga dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik.
Dengan konsep sehat seperti ini maka konsep sehat secara konvensional akan tercakup
seluruhnya, sebab seseorang yang ibadahnya benar dan dapat menjalankan fungsi
kekhalifahannya dengan baik dipastikan orang tersebut memiliki jasmani, rohani dan sosial
yang normal juga produktif dan tidak akan melakukan kejahatan atau hal yang merugikan
orang lain, hanya bedanya dalam Islam, semuanya dilandasi dengan akidah Islamiah yang
lurus.
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983
merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki
manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan- Nya,
dan memelihara serta mengembangkannya.
Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab suci Al- Quran.
Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al- Quran dan Hadits
ditemui banyak referensi tentang sehat. Kosa kata sehat wal afiat dalam bahasa Indonesia
mengacu pada kondisi ragawi dan bagian- bagiannya yang terbebas dari virus penyakit.
Sehat wal afiat ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun
kesehatan masyarakat.
Untuk memahami sehat secara Islami, ada beberapa terminologi yang berkaitan
dengan potensi manusia yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu:
1. Al- jasadu, yaitu fisik manusia yang tersusun dari jaringan- jaringan tubuh seperti
tangan, kaki, kepala dan lain sebagainya.
2. Ar- ruh, yaitu sesuatu yang ditiupkan ke dalam badan manusia setelah berumur tiga kali
empat puluh hari.
3. An- nafs, yaitu sebutan dari ar- ruh apabila telah bersatu dengan badan / jasad manusia.
4. Al- aql, yaitu alat untuk berfikir atau memahami sesuatu.
5. Al- qalbu, (1) dengan pendekatan secara jasmani mengandung arti jantung, (2) dengan
pendekatan secar ruhaniah mengandung artihati nurani.

Kandungan Al- Quran Yang Melandasi Konsep Sehat dan Kesehatan Menurut Islam :
 Di antara ucapan- ucapan bijaksana Nabi Dawud as ada¬lah sebagai berikut, "Kesehatan
adalah kerajaan yang tersembunyi". Juga. "Kesedihan sesaat membuat orang lebih tua satu
tahun". Juga, "Kesehatan adalah mahkota di kepala orang-orang yang sehat, yang hanya
bisa dilihat oleh orang- orang yang sakit." Dan juga, "Kesehatan adalah harta karun yang tak
terlihat."

 Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

 Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyaka


manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas)

 Abu Darda berkata, "Ya Rasulullah, jika saya sembuh da¬ri sakit saya dan bersyukur
karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan sabar?"
Nabi saw menjawab, "Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga
menyenanginya."

 Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa bangun di


pagi hari dengan badan sehat dan jiwa sehat pula, dan rezekinya dijamin, maka dia seperti
orang yang memiliki dunia seluruhnya."

 Dari Ibn 'Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku,
Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa
yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: "Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah
saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat." (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-
Bazzar).

 Artinya “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan


baginya penawar, diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang
yang tidak mengetahuinya”.

 “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka
dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta‟ala.” (HR. Muslim)
 Rasulullah saw. bahwa, "Berobatlah, karena tiadalah suatu penyakit yang diturunkan
Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya selain satu penyakit, yaitu ketuaan".

‫اويكون‬, ‫ إنكانمنشيئمنادويتكم‬:‫ سمعت النبي صلىاللهعليهوسلميقول‬:‫حديثجابربن عبدهللا رضياهلل عنهما قال‬


‫ خير‬,‫فىشيئمنادويتكم‬,
‫ وما أحبأن‬,‫ اولذعة بنار توافق الداء‬,‫ اوشربة عسل‬,‫ففىشرطةمحجم‬
‫أكتوى‬
 Artinya:
Hadis dari Jabir bin Abdillah, semoga Allah meridai keduanya, ia berkata: Aku telah
mendengar Nabi saw bersabda: jika telah ada sesuatu dari obatmu, atau akan ada sesuatu
dalam obatmu itu kebaikan, maka canduk (bekam), atau minum madu atau membakar besi
dengan api kemudian ditusukkan pada penyakitnya, dan aku tidak suka kei (membakar besi
kemudian ditusukkan pada yang sakit- HR. Muttafaqun ‘alaih).

‫متفقعليه‬.‫ فىالحبةالسوداءشفاءمنكلداءإالالسام‬:‫ أنه سمع رسوالهلل صلىاللهعليهوسلميقول‬,‫حديثأبىهريرة رضىاهلل عنه‬.


 Artinya:
Abu Hurairah mendengar dari Rasulullahsaw bersabda: di dalam jintan hitam itu terkandung
obat dari berbagai penyakit kecuali maut. (HR. Muttafaqun ‘alaih).

,‫ وأسحبيده‬,‫فلمااستدوجعهكنتأقرأعليه‬.‫ وينفث‬,‫ يقرأعلىنفسهبالمعوذات‬,‫أنرسوالللهصلىاللهعليهوسلمكانإذااشتكى‬


‫متفقعليه‬.‫رجاءبركتها‬.
 Artinya:
Bahwa, jika Rasulullah merasa sakit, ia membaca untuk dirinya surat al-mu’awwidzat (surat
al-Ikhlas, surat al-Falaq, dan surat an-Nas) kemudian meludahi- gerakan meludah tetapi
tidak keluar air ludahnya ke bagian yang sakit. Ketika sakitnya itu semakin berat, aku yang
membacakan untuknya dan aku yang mengusapkan dengan tangannya pada bagian yang
sakit dengan mengharapkan berkahnya (al-mu’awwidzat- HR. Muttafaqun ‘alaih).
B. Konsep sakit
Sakit yaitu keadaan tubuh atau jiwa yang mengalami gangguan fisik ataupun mental
sehingga timbul rasa atau perasaan yang tidak mengenakan, tidak nyaman, dan tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-hari. Sebagian manusia memandang sehat dan sakit secara
berbeda. Pada kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup sehat dan mengabaikan
perintah Allah Swt, sebaliknya pada kondisi sakit dianggapnya sebuah beban penderitaan,
malapetaka dan wujud kemurkaan Allah SWT kepadanya.
Padahal Allah SWT dalam Q.S. Shaad : 27 selalu menciptakan sesuatu atau
memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah/pelajaran dibalik itu semua.
Dalam Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh Sang Pencipta Allah
SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya.
Sabda Rasulullah SAW yang artinya "Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai
suatu kaum, dicobanya dengan berbagai cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia
akan memperoleh keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan
memperoleh kemurkaan Allah SWT" (H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi).
Sakit juga dapat dipandang sebagai peringatan dari Allah SWT untuk mengingatkan
segala dosa-dosa akibat perbuatan jahat yang dilakukannya selama hidupnya. Pada kondisi
sakit, kebanyakan manusia baru mengingat dosa-dosa dari perbuatan jahatnya dimasa lalu.
Dalam kondisi sakit itulah, kebanyakan manusia baru melakukan taubat dengan cara
memohon ampunan kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan
jahatnya di kemudian hari.
Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh
setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak menurunkan
juga obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Nabi
Muhammad SAW bersabda: ‫ َم اَأْن َز اَل لَّلُهَد اًء ِإاَّل َأْن َز َلَلُهِش َفاًء‬-Allah swt tidak menurunkan sakit, kecuali
juga menurunkan obatnya (HR Bukhari).
Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah Swt berupa penghapusan
dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya. Sebagaimana
sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, "Tidaklah seorang muslim tertimpa derita
dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit tersebut)
kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya."
Sementara bagi Umat Islam lainnya yang berada dalam kondisi sehat dianjurkan oleh
Allah Swt untuk menjenguk saudara seiman yang menderita sakit. Apabila orang yang sehat
minta didoakan dari orang yang sakit, maka Allah Swt berjanji akan mengabulkannya. Hal ini
diriwayatkan Asy-Suyuti, "Jika kamu menjenguk orang sakit, mintalah kepadanya agar
berdoa kepada Allah untukmu, karena doa orang yang sakit seperti doa para malaikat."
Dengan demikian, kedudukan orang yang menderita sakit bukanlah orang yang hina,
melainkan memiliki kedudukan yang mulia.
Simak hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari "Tidak ada yang yang menimpa
seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis), kebimbangan,
kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali
dengan itu Allah menghapus dosanya."
2.2 Mengunjungi Orang Sakit
Dari Al-Barra` bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu dia berkata : nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara :
beliau memerintahkan kami agar mengikuti iringan jenazah, mengunjungi orang sakit,
menjawab undangan, menolong orang yang dizhalimi, berbuat baik bagi orang yang
bersumpah, menjawab salam, menjawab orang yang bersin, dan beliau melarang kami
memakai bejana yang terbuat dari perak, cincin emas, kain sutra, kain yang bercampur
dengan sutra, al-qissi dan al-istibraq[1].
Definisi dari adab mengunjungi orang sakit adalah pola, tingkah laku, kebiasaan atau tata
cara dalam mengunjungi orang sakit.
Bersabar Ketika Sedang Sakit
Sabar adalah menahan diri dan membawanya kearah yang dituntut syara’ serta
menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan. Yakinlah bahwa musibah ini akan
menghapuskan sebagian dari dosa-dosa yang kita perbuat, sebagaimana sabda nabi :
“Tidak ada musibah yang menimpa, seperti keletihan, kelesuhan, sakit, duka, susah ,
dan gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Allah sebagian dari
dosa-dosanya”. (HR. Bukhori Muslim)
Alam sebuah hadst qudsy Allah berfirman : “Jika kubebankan kemalangan untuk
salah seorang hambaKu pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia menerimanya
dengan sabar yang sempurna, aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada
hari iamat atau membukakan buku catatan amal baginya”. (HR. Al-Qudha”I, Ad-Dailami, dan
At-Tirmizdi, dan Anas)
Kesabaran terhadap musibah ini ternyata membuahkan hasil yang menakjubkan,
yakni kemudahan menghadapi hisab di hari akhir. Dan seorang hamba yang senantiasa
bersabar dan bersyukur atas kemalangan yang menimpanya, baginya dituliskan pahala amal
yang bisa dikerjakan semasa sehatnya.
Adab Menjenguk Orang Sakit :
1. Keutamaan Menjenguk Orang Sakit.
Banyak Atsar menyebutkan keutamaannya di sini kami menyebutkan diantaranya :
hadits Tsauban radhiaallahu ‘anhu bekas budak rasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam
riwayatkan yang mana dia berkata : rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
“barang siapa yang menjenguk orang sakit maka dia senantiasa berada di taman kurma di
surga[2] sampai di kembali (ke rumah)”[3].
Keutamaan mengunjungi orang yang sakit adalah pahala bagi orang yang mengunjungi
orang yang sedang sakit yang didapatkan dari kunjungannya, maka tidak sepantasnya
meremehkan hal tersebut, bahkan harus untuk bersegera kepadanya, dan selalu berada di
atas amalan tersebut, sehingga rahmat dzat yang Maha penyayang dan Maha pengasih
dapat diraih, dan di dalam mengunjungi orang sakit ada beberapa manfaat lainnya selain
yang disebutkan tadi diantaranya : membersihkan hatinya (orang yang sakit), memeriksan
kebutuhan-kebutuhannya, mengambil nasehat dari musibah yang menimpanya
sebagaimana Ibnul Jauzi katakan[4].
Dan terdapat keutamaan lain dari mengunjungi orang sakit :
a. Keuntungan bagi orang yang menengok orang sakit adalah ia akan dijauhkan dari
neraka sepanjang 7 tahun perjalanan. (Abu Daud)
b. Bila menengok di pagi hari maka 70.000 malaikat akan mendo’akan maghfirah untuk
si penengok sampai sore hari dan jika menengoknya di sore hari, maka 70.000
malaikat akan mendo’akan maghfirah sampai pagi hari. (HR. Ahmad-756)

2. Waktu Menjenguk Orang Yang Sakit :


Tidak didapati adanya nash-nash dari al-ma’shum Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menjelaskan waktu-waktu tertentu untuk menjenguk orang yang sakit dan menziarahinya,
maka selama demikian perkaranya dibolehkan menziarahi orang yang sakit pada waktu
apapun di malam atau siang hari selama tidak adanya hal yang memberatkan mereka.
Karena diantara makna yang terkandung dalam menjenguk orang yang sakit adalah untuk
meringankan derita orang yang sakit dan untuk menyenangkan hatinya bukan untuk
memberatkannya waktu ziarahi itu bervariasi tergantung perbedaan zaman dan tempat,
terkadang berziarah di malam hari merupakan waktu yang dipersilahkan akan tetapi
terkadang dimakruhkan di waktu yang lain.
Al-Marwadzi berkata : “ Saya bersama Abu Abdullah pernah menjenguk orang sakit di
malam hari dan waktu itu di bulan Ramadhan, kemudian beliau berkata kepada saya : di
bulan Ramadhan orang sakit itu di jenguk di malam hari “[5].
Dan demikian pula di waktu zhuhur karena kebiasaan yang berlaku manusia sedang tidur
siang dan mereka tinggal untuk beristirahat. Al-Atsram berkata : dikatakan kepada Abu
Abdillah : seseorang sedang sakit dan ketika itu matahari sedang naik di waktu musim
panas, maka beliau berkata : ini bukan waktu menjenguk[6].
Maka zaman perlu diperhatikan di dalam menjenguk orang sakit, maka waktu
menjenguk yang telah dikenali oleh penduduk negeri ini dan yang telah menjadi kebiasaan
mereka untuk menjenguk dan berziarah terkadang bukan waktu yang biasa dilakukan oleh
sebagian penduduk negeri lainnya.
3. Meringankan Orang Yang Sakit ketika Dikunjungi :
Sepatutnya bagi orang yang menjenguk agar jangan berlama-lama duduk dan tinggal di
sisi orang yang sakit, karena orang yang sakit tersibukkan dengan rasa lapar dan sakitnya.
Dan ketika orang yang menjenguk berdiam lama di sisi orang yang sakit akan memberatkan
bagi orang yang sakit bahkan terkadang menambah sakitnya, oleh karena itu diantara
perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah dengan meringankannya.
Dari Ibnu Thawus dari ayahnya dia berkata : “ Menjenguk orang sakit yang paling baik
adalah yang paling ringan … “
Al-Auza’iy berkata : “ Saya pernah bepergian menuju Bashrah ingin menjumpai
Muhammad bin Sirin, namun saya mendapatinya dalam keadaan sakit di perutnya, maka
kami pun masuk kepadanya untuk menjenguknya dalam keadaan berdiri ...
Asy-Sya’bi berkata : “ Kunjungan orang-orang desa yang pandir lebih memberatkan bagi
orang yang sakit daripada sakit yang dideritanya, mereka mendatanginya bukan pada
waktunya dan berlama-lama duduk di sisinya[7].
Akan tetapi sepatutnya untuk diketahui bahwa apabila orang yang sakit menyukai
orang yang menjenguk tinggal lebih lama di sisinya dan terus menerus menziarahinya, maka
lebih utama bagi orang yang menjenguk untuk memenuhi keinginan orang yang sakit
dikarenakan di dalam amalan tersebut terkandung sesuatu yang dapat memasukkan
kebahagiaan bagi orang yang sakit, dan menyenangkan hatinya sebagaimana Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Sa’ad bin Mu’adz ketika terkena musibah di hari
peperangan Khandak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendirikan
kemah bagi Sa’ad di dalam masjid agar dia dapat menjenguknya dari dekat. Maka sahabat
mana yang tidak menyenangi keberadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdi sisinya dan
berulang-ulang menziarahinya.
4. Dimanakah Orang Yang Menjenguk Duduk? :
Disunnahkan bagi orang yang menjenguk untuk duduk di samping kepala orang yang
sakit. Hal ini pernah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan dan orang-orang shalih
setelah beliau. Di dalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu dia berkata : ” Adalah seorang budak
Yahudi yang sering membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lantas dia jatuh sakit maka
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya. Beliau duduk di samping kepalanya dan
berkata kepadanya : “ Masuklah ke dalam islam….al-hadits“[8].
Dan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata : ” Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjenguk orang yang sakit beliau duduk di sisi kepalanya … al-hadits“[9]
Dari Ar-Rabi’ bin Abdillah dia berkata : “ Saya pernah pergi bersama Al-Hasan
menjumpai Qatadah untuk menziarahinya, dan dia duduk di sisi kepalanya. Lalu beliau
bertanya kepadanya kemudian mendoakan kesembuhan baginya…[10].
Berkaitan dengan adab duduk orang yang menjenguk di samping kepala orang yang sakit
ada beberapa faedah diantaranya : Bahwa pada hadits tersebut adanya anjuran untuk
bersikap ramah kepada orang yang sakit. Diantaranya juga orang yang menjenguk
memungkinkan untuk meletakkan tangannya kepada orang yang sakit, mendoakan
kesembuhan baginya dan meniupkannya kepadanya, dan perbuatan yang semisal dengan
itu.
5. Bertanya Orang Yang Sakit tentang keadaannya Dan Memberi semangat bagi
orang yang sakit tersebut :
Termasuk perkara yang baik dalam menjenguk orang sakit adalah bertanya kepada
orang yang sakit tentang keadaannya dan apa yang menimpanya sebagaimana yang ada di
dalam hadits Aisyah radhiallahu anha, dia berkata : ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang ke Al-Madinah, sementara Abu Bakar dan Bilal dalam keadaan sakit demam,
maka Aisyah berkata : “ Maka saya pun masuk untuk melihat keadaan mereka berdua, lalu
saya bertanya : “ Wahai ayahku bagaimana keadaanmu, dan wahai Bilal bagaimana
keadaanmu….al-hadits[11].
Dan juga diantara perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah
menghilangkan kesusahan di karenakan sakit seperti mengucapkan kepadanya : Laa ba’sa
alaika satasyfi biidznillah (sakit ini tidaklah mengapa atas mu, kamu akan sembuh dengan
izin Allah), atau sesungguhnya penyakit ini bukan penyakit yang berbahaya niscaya Allah
akan memberikan kesehatan kepadamu –insya Allah- . Ucapan semacam ini, selama tidak
nampak padanya tanda-tanda dekatnya ajal. Dan yang demikian itu karena menganggap
jauh dari ajal orang yang sakit, banyak membantu cepatnya proses kesembuhan dari
penyakit, dan pengobatan ini sangat manjur dan sudah dikenal dikalangan manusia.
Faedah : Keluhan orang yang sakit tidak lepas dari dua keadaan :

 Pertama : Keluhan tersebut dengan cara menampakkan kecemasan dan keputus


asaan, dan ini tidak diragukan adalah perkara yang makruh karena menunjukkan
akan lemahnya iman dan tidak adanya keridhaan terhadap ketetapan Allah dan
takdirnya.
 Kedua : Dengan cara mengabarkan tentang keadaan tanpa adanya niatan untuk
memohon kepada para makhluk atau ketergantungan kepada mereka, dan hal ini
tidak diragukan tentang bolehnya dan dalil menguatkan akan bolehnya hal tersebut.
6. Doa Apa Saja Yang Diucapkan Di Sisi Orang Yang Sakit :
Sepatutnya bagi orang yang menjenguk orang sakit agar tidak mengucapkan suatu
ucapan kecuali yang baik, karena malaikat mengaminkan atas ucapannya itu. Hal itu telah
dijelaskan di dalam hadits Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, beliau berkata : Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ” Apabila kalian menghadiri orang yang sakit atau
mayyit maka ucapkanlah ucapan yang baik, karena sesungguhnya malaikat mengaminkan
atas apa yang kalian ucapkan “, Ummu Salamah berkata : “ Ketika Abu Salamah meninggal
saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya berkata : “ Wahai Rasulullah
sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal ”. Nabi bersabda : “ Ucapkanlah : Wahai Allah
ampunkanlah bagiku dan baginya, dan balaslah aku dari musibahku dengan balasan yang
baik “, Ummu Salamah berkata : “ Aku berkata : maka Allah membalasku dengan orang yang
lebih baik bagiku daripada Abu Salamah yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“[12].
Disunnahkan bagi orang yang menjenguk agar mendoakan orang yang sakit dengan
memohon rahmat dan ampunan, dan agar dibersihkan dari dosa-dosa serta keselamatan
dan kesehatan.
7. Meletakkan Tangan Di Atas Tubuh Orang Yang Sakit :
Disunnahkan bagi orang yang menjenguk agar meletakkan di atas jasad orang yang sakit
dan mendoakannya. Meneladani Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan terkadang
meletakkan tangan ini ada pengaruh di dalam meringankan sakit atau menghilangkannya
secara keseluruhan, akan tetapi tidak mungkin untuk mengharuskan hal tersebut
dikarenakan tidak adanya nash-nash yang khusus didalam masalah tersebut “.
Ibnul Baththal berkata : “ Meletakkan tangan di atas tubuh orang yang sakit adanya
sikap menghibur baginya dan untuk mengetahui seberapa parah sakitnya agar seseorang
mendoakan kesembuhan untuknya sesuai sakitnya yang nampak. Mungkin saja seseorang
merukyahnya dengan tangannya dan mengusap di atas tempat yang sakit dengan rukyah
yang dapat memberi manfaat kepada orang yang sakit, apabila yang menjenguk adalah
orang yang shalih “.
Saya katakan (Ibnu Hajar): “ Terkadang orang yang menjenguk mengetahui pengobatan
dan mengetahui penyakit sehingga dia dapat menerangkannya pengobatan yang sesuai bagi
orang yang sakit sesuai dengan penyakitnya itu[13].
Dan penyebutan tentang peletakan tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mulia datang di beberapa hadits. Di dalam hadits Sa’ad bin Abi Waqqash yang telah
dikemukakan didepan : ” Kemudian Nabi meletakkan tangannya di atas keningnya,
kemudian mengusapkan tangannya di atas wajah dan perut saya kemudian mengucapkan :
Ya Allah sembuhkanlah Sa’ad…..al-hadits”.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata : ” Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjenguk orang yang sakit beliau meletakkan tangannya di atas tempat yang
terasa sakit kemudian mengucapkan : Bismillah“[14]
Merawat Orang yang Sedang Sakit
Perawatan adalah cara pengobatan dimana si sakit harus menginap di rumah sakit.
Memang menjaga dan menunggu orang sakit memang butuh kesabaran ekstra. Berbagai
tugas mulia harus dilakukan dengan tekun dan tulus, mulai dari melayaninya, mengambilkan
sesuatu, mengurus ketika ia BAB dan BAK, mengganti pakaian, menjaga auratnya,
jasmaninya selalu bersih/thaharah, membantu berjalan, berbicara, dan makan-minum. Juga
membantu untuk beribadah/shalat karena dalam keadaan apapun seorang muslim
diwajibkan untuk melaksanakan shalat kecuali dalam keadaan tidak sadarkan diri, membaca
Al-Qur’an, mendengar radio, memberi hiburan yang berjiwa keagamaan, menciptakan pula
suasana yang islami dan sebagainya. Ini sangat menguras tenaga dan banyak menghabiskan
waktu. Namun kita harus senantiasa bersabar dalam merawat orang yang sedang sakit.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda:

‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ُأ‬


‫َو َم ا ْع ِط َي َح ٌد َع َط اًء َخ ْيًر ا َو ْو َسَع ِمَن الَّصْب ِر‬

Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”
(HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk Allah SWT. Dialah Penciptanya, Pemberi kehidupan,
Pemberi rezeki dan Penyembuh hakiki dari semua penyakit. Peran tenaga medis dan para
medis hanyalah upaya manusia dengan menuruti sunnatullah. Harap si pasien berupaya
berobat melalui pengobatan dan perawatan.
Mengunjungi orang sakit adalah pola, tingkah laku, kebiasaan atau tata cara dalam
mengunjungi orang sakit. Dalam adab mengunjungi orang sakit, ada beberapa peraturan
yang harus pembesuk ketahui. Hal ini sangat penting untuk pembesuk ketahui, karena besuk
yang memenuhi aturan dapat menjadi dorongan, pemberi semangat untuk percaya diri
dalam mengatasi gangguan jiwa serta dapat menjadi terapi bagi jiwanya.
3.2 Kritik dan saran
Penulis sadar dalam makalah masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
[1]HR Al-Bukhari. (1239), Muslim (2066) dan Ahmad (18034), At Tirmidzi (2809), An-Nasaa’I
(1939).
[2] (Syarhus Sunnah 5/216).
[3]HR. Muslim (2578), Ahmad (21868) dan At-Tirmidzi (967).
[4]Kasyful Musykil Min Hadits As-Shahihain. no. (710), (2/236) dengan perubahan
seperlunya.
[5]Al-Adab Asy-Syar’iyah (2/190).
[6]Al-Adab Asy-Syar’iyah (2/189). Akan tetapi kalau kebiasaan manusia berziarah di waktu
zhuhur maka hal itu tidaklah makruh.
[7]At-Tamhid karya Ibnu Abdil Bar (24/277) bersamaan dengan mendahulukan dan
mengakhirkan teksnya.
[8]Al-Bukhari (463).
[9]HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrod (536) dan Al-Albani menshahihkannya dengan
no. hadits (416).
[10]HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrod (537) dan Al-Albani berkata : “sanadnya
shahih ” (417).
[11]Takhrij haditsnya telah berlalu.
[12]HR. Muslim (919), Muslim (25958), At-Tirmidzi (977) An-Nasaa’I (1825) dan Ibnu Majah
(1447).
[13]Fathul Baari (10/126).
[14]Ibnu Hajar berkata di dalam Al-Fath (10/126) : Abu Ya’la mengeluarkannya dengan
sanad yang hasan

Anda mungkin juga menyukai