Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dari dulu sampai sekarang ilmu agama sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia
terutama di bidang kesehatan. Di bidang kesehatan banyak hal yang harus diperhatikan
karena menyangkut nyawa manusia. Ilmu agama membawa peran sangat penting dibidang
kesehatan banyak ayat-ayat suci Alloh yang menyinggung tentang pengetahuan di bidang
kesehatan. Dalam hal ini penulis akan memaparkan beberapa pendapat dari pendidikan
agama islam mengenai Aktivitas Ibadah Selama Dirawat dan Merawat Bayi Baru Lahir.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan hal-hal dibidang kesehatan yang berkaitan erat
dengan agama islam dan dapat membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan
berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota paramedis yang
mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya.
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kelompok kami mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari ibadah?
2. Ibadah apa saja yang bisa dilakukan saat dirawat?
3. Bagaimana tuntunan sholat saat sakit?
4. Bagaimana ibadah puasa orang sakit?
6. Bagaimana perawatan pada bayi baru lahir?
7. Kewajiban apa saja yang harus dilakukan pada bayi baru lahir?

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 AKTIVITAS IBADAH SELAMA DIRAWAT


1.1.1 Definisi Ibadah[1]
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.Sedangkan
menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap.
1.1.2 Beberapa ibadah yang bisa tetap dilakukan ketika dirawat
1. Membaca Al Quran
Satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan mencuri waktu
ketika sakit untuk membaca Al Quran.Karena Al Quran memang bisa mengobati
kesedihan, kegelisahan hati, serta bisa mengobati penyakit fisik.Ini berlaku untuk
semua ayat dalam Al Quran.
Allah Taala berfirman (yang artinya), Dan Kami turunkan dari Al Qur`an suatu
yang menjadi penawar kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS. Al Israa : 82)
2. Berdzikir kepada Allah
Waktu luang sangat banyak ketika sakit.Mungkin anggota badan lemah dan
tidak bisa bergerak tetapi kebanyakan orang sakit, lisan mereka masih mudah untuk
digerakkan berdzikir kepada Allah. Berdzikir akan menenangkan hati dan melawan
kegelisahan bagi si sakit.
Allah Taala berfirman (yang artinya), (yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Radu : 28)
3. Berdoa Kesembuhan kepada Allah
Misalnya doa berikut ini. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Letakkan tanganmu dibagian tubuh yang sakit, lalu ucapkanlah, bismillh tiga kali,
lalu ucapkan sebanyak tujuh kali Adzu billhi wa qudrtihi min syarri maa ajidu
wa uh aadzir,

(Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kemuliaan dan kekuasaan-Nya


dari segala keburukan yang kudapatkan dan kukhawatirkan) (HR. Muslim)
4. Tetap shalat dan melakukan ibadah yang lain
Agama kita diberi kemudahan yang banyak, orang yang sakit tetap shalat
seusai dengan kondisinya baik dengan cara duduk atau berbaring. Jika tidak bisa
menggunakan air, ia bisa melakukan tayammum.

1.1.3

Tuntunan Cara Shalat Sambil Berbaring [3]:

Pertama:
Wajib bagi orang sakit shalat fardhu dengan cara berdiri, walaupun bersandar
ke tembok, tiang, atau tongkat (jika mampu)
Kedua:
Jika tidak mampu shalat berdiri, maka shalat dengan cara duduk. Yang lebih
afdhal, duduk bersila ketika posisi berdiri dan rukuknya. Dan duduk iftirasy seperti
biasa ketika duduk antara dua sujud
Ketiga:
Jika tidak mampu shalat duduk, shalat dengan cara berbaring (miring)
menghadap kiblat. Miring kanan lebih baik daripada miring kiri. Jika tidak
memungkinkan menghadap kiblat, shalat menghadap mana saja dan tidak perlu
mengulang.

Keempat:
Jika tidak mampu shalat dengan berbaring (miring), maka shalat dengan cara
terlentang. Kaki menghadap kiblat dan yang lebih afdhal kepalanya sedikit diangkat
mengarah ke kiblat (bisa di sanggah dengan bantal-pen).Jika tidak mampu, maka bisa
menghadap ke mana saja dan tidak perlu mengulang.
Kelima:
Wajib bagi orang sakit melakukan rukuk dan sujud (secara normal meskipun
shalat dilakukan dengan cara duduk-red). Jika tidak mampu maka berisyarat dengan
kepalanya.Berisyarat dengan menundukkan kepala lebih rendah ketika sujud

dibanding rukuk. Jika tidak mampu sujud, maka ia rukuk ketika sujud dan berisyarat
saja untuk rukuk dan sebaliknya.
Keenam:
Jika tidak mampu berisyarat dengan kepalanya ketika rukuk dan sujud, maka
berisyarat dengan pandangannya yaitu matanya.Ia pejamkan matanya sebentar ketika
rukuk dan memejamkan mata lebih lama ketika sujud. Adapun berisyarat dengan
telunjuk yang dilakukan sebagian orang yang sakit maka tidak diketahui memiliki
dalil dari Al Quran, sunnah dan perkataan para ulama.
Ketujuh:
Jika dengan anggukan dan isyarat mata juga sudah tidak mampu maka
hendaknya ia shalat dengan hatinya. Jadi ia takbir, membaca surat, niat ruku, sujud,
berdiri dan duduk dengan hatinya Dan setiap orang mendapatkan sesuai yang
diniatkannya.
1.1.4

Ibadah Puasa bagi Orang Sakit[4]


Setiap umat Islam (muslim) diwajibkan untuk berpuasa Ramadhan karena
puasa ramadhan adalah salah satu rukun Islam. Orang yang berpuasa tidak
diperbolehkan makan dari semenjak terbit fajar hingga terbenam matahari. Bagi
orang yang sakit tentu akan memberatkan dan bahkan bisa jadi akan menambah
parah sakit orang tersebut.

a. Dalil - Dalil
Dalam Al Quran dijelaskan:

QS. Al Baqarah, ayat 185:


Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkanya itu, pada hari-hari yang lain.

QS. An Nisa, ayat 29:


Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu.

b. Pendapat para Ulama

Mayoritas ulama sependapat bahwa yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa adalah
orang yang sakit parah yang dapat memperparah penyakitnya jika ia tetap
memaksakan diri untuk berpuasa. Para ulama mendasarkan pendapat mereka pada dua
ayat di atas.

Ibnu Qudamah mengatakan dalam al Mughni, Madzhab Bukhari, Atha dan ulama
Zahiriyyah membolehkan seseorang berbuka karena segala macam rasa sakit, bahkan
karena telunjuk jari atau gusi yang sakit berdasarkan keumuman ayat tentang masalah
ini.

c. Analisa dan Kesimpulan


Dalam QS Al-Baqarah ayat 185 tersebut maupun dalam hadist Rasulullah SAW
memang tidak dijelaskan secara terperinci seperti apa kategori sakit, apakah sakit
karena jari telunjuk teriris pisau dan berdarah menjadikan seseorang boleh
membatalkan puasa ramadhannya.
Namun jika dikaitkan dengan QS. An Nisa ayat 29, maka jelas bahwa yang
dimaksud sakit yang diperbolehkan untuk berbuka puasa adalah yang jika karena
puasanya (lapar dan haus) khawatir sakitnya akan semakin berat atau bahkan bisa
mati. Namun jika penyakit yang dideritanya tidak bertambah parah karena rasa lapar
dan haus, maka orang tersebut tetap harus berpuasa. Pada dasarnya Allah tidak ingin
menjadikan kesukaran bagi hambaNya untuk menjalankan ibadah, sebagaimana
dalam QS. Al Hajj, ayat 78: Dan tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.
Namun bukan berarti kita mengentengkan atau mempermainkan apa yang sudah
ditaklifkan (dibebankan) kepada kita sebagai hamba Allah SWT.

Hal ini secara logis pun dapat diterima, karena jika semua bentuk sakit
menjadikan orang bisa tidak berpuasa maka sakit panu, bisulan, batuk, pilek dan
penyakit ringan lainnya pun bisa dijadikan alasan untuk seseorang untuk tidak
berpuasa. Jika seseorang sakit ringan secara beruntun dan tidak ada habisnya, bisa
dipastikan orang tersebut tidak akan berpuasa selama hidupnya karena jarang sekali
seseorang sehat wal afiat tanpa ada sakit atau luka sedikitpun.

1.1.5

Peran Perawat Membimbing Pasien dalam Beribadah


1. Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.
2. Membimbing pasien untuk bersuci
Bagi orang sakit bersuci bisa dilakukan dengan cara berwudhu jika dia mampu
namun jika dia tidak mampu untuk menggerakan badannya untuk berwudhu
maka di bolehkan untuk bertayamum , dan disini perawat membimbing pasien
dalam melaksanakan tayamumnya.
3. Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
4. Membimbing pasien membaca Al-Quran
5. Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah

Diunduh tanggal 8 September 2015 Pukul 13.34 WIB


[1] http://almanhaj.or.id/content/2267/slash/0/pengertian-ibadah-dalam-islam/
[2] Penulis : Ustadz dr. Raehanul Bahraen (Alumni Mahad Al Ilmi Yogyakarta)
[3] http://buletin.muslim.or.id/akhlaq/tetap-beribadah-ketika-sakit
(Fatawa Arkaanil Islam Syaikh Ibnu Utsaimin, diakses dari islamspirit.com)
[4] http://hukum-islam.com/2013/07/hukum-puasa-bagi-orang-sakit/

2.1 MERAWAT BAYI BARU LAHIR MENURUT AGAMA ISLAM[1]


2.1.1 Perawatan Bayi Baru Lahir Menurut Syariat Islam
1. Tangisan Pertama
Dalam Islam perawatan bayi ketika baru lahir hendaknya langsung di
perdengarkan adzan dan ayah dengan memperdengarkan adzan pada telinga
6

kanan dan iqomat pada telinga kiri. Ini bertujuan dalam perawatan bayi yang
baru lahir hendaknya mendengarkan kalimat-kalimat yang meng-Agungkan
kebesaran Allah SWT. Inilah mengapa seorang ayah wajib mengadzankan dan
mengqomatkan bayinya ketika baru lahir. Karena ketika baru lahir apapun yang
didengar oleh sang bayi akan selalu terekam dengan baik. Dan ini merupakan
pendidikan yang pertama kali yang didapat oleh sang buah hati ketika lahir ke
bumi bahwasannya ia diciptakan untuk selalu mengingat dan bersaksi bahwa
Allah SWT adalah Maha Besar.

2. Memberikan ASI
Tidak jauh berbeda dalam pandangan standar para ahli dan pakar perawatan
bayi dan anak. Susuilah bayi selekasnya setelah di bersihkan karena air susu
pertama dari ibu mengandung kollostrum, yang sangat di butuhkan oleh bayi,
biasakan ucapkan basmalah saat menyusui.
Alloh berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 233


"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian.Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah: 233).[2]
Selesai menyusui, selalu usahakan untuk mendekap anak, di dada sebelah
kiri. Pada dada kiri ibu terletak jantung, hingga anak merasakan detak jantung
ibunya, sebagai stimulant rasa sayang dan ikatan batin.
Sebenarnya tata cara atau perawatan bayi dalam islam tidak terlalu
mengikat dan baku. Yang terpenting/utama adalah mengenalkan Allah S.W.T
pada mereka sejak dini.
3. Perawatan Tali Pusar Bayi

Berhati-hati agar jangan sampai terinfeksi oleh kuman, karena dapat demam
karena hal ini adanya yang memerlukan waktu 5 hari, seminggu atau dua
minggu. Tapi umumnya akan puput atau lepas.
Cara merawatnya memandikan bayi seperti biasa, gosok perlahan tali pusat
dengan sabun keringkan pelan-pelan dan bersihkan dengan alkohol 70%. Dan
biarkan terbuka tanpa dibungkus kasa. Kecuali tali pusar ini infeksi.
4. Perhatikan BAB Bayi
Hal normal bila menyusu air susu ibu bisa melakukan BAB sampai 12-15 kali
dalam sehari.
5. Jagalah Suhu Ruangan
Bayi tidur pada suhu ruangan antara 24-32 C. 16 C pun masih diperbolehkan

2.1.2 Kewajiban yang Dilakukan pada Bayi Baru Lahir Menurut Agama Islam
1. Melakukan Aqiqah
Islam mengajarkan untuk melakukan aqiqah pada bayi yang baru lahir
sebagai perwujudan rasa syukur manusia atas pemberian anugerah dari Allah
S.W.T berupa seorang anak tersebut. Aqiqah dan mencukur di lakukan lebih
cepat lebih baik namun bila anda belum ada rezeki maka lakukanlah dalam
kelipatan 9, sejak hari kelahiran bayi.

2. Mencukur Rambut Bayi


Adalah bagian dari urutan kegiatan aqiqah setelah mencukur, kemudian
rambut ditimbang dan dibalancekan dengan harga emas sesuai dengan berat
timbangan rambut cukuran tadi, yang kemudian uang dari harga emas tersebut
di sedekahkan kepada fakir miskin.

3. Memberi Nama
Sunah nabi muhammad saw adalah memberi anak dengan nama-nama
yang baik. Bila lelaki disarankan untuk menggunakan nama Muhammad di
awalnya, ataupun boleh memakai nama-nama Allah SWT Sesuai asmaul husna
namun dengan mencamtumkan abdul atau abdullah didepannya.[1]

Diunduh tanggal 14 September 2015 pukul 15.32 WIB


8

[1] http://putrakietha.blogspot.com/2013/12/pelayanan-bayi-baru-lahirmenurut.html#ixzz3lhITp3hm

[2] https://tafsiralquran2.wordpress.com/2012/11/27/2-233/

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah setelah kita melihat perkembangan yang
terjadi pada era globalisasi maka kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan ini
adalah bahwa mengetahui aktivitas bagaimana cara merawat orang sakit dan bagaimana
merawat bayi yang baru lahir, ini bertujuan untuk membangun pengetahuan para mahasiswa
tentang hubungan antara agama islam dan ilmu keperawatan kearah yang baru yaitu
memberikan kesempatan bagi berkembangaya kreatifitas mahasiswa seluas-luasnya, karena
pendidikan

pada saat ini kurang memperhatikan perkembangan rasa, kecakapan dan

ketangkasan dan hanya memperhatikan aspek kognitif saja.

10

Anda mungkin juga menyukai