Anda di halaman 1dari 14

Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis

Dosen
Ade Tika H, S.Kep.,Ners., M.Kep
Disusun Oleh
Anggi Novianti (AKX.16.)
Pratama Wijaya (AKX.16.)
Selly Rizka Dewi (AKX.16.119)

D III Keperawatan Konsentrasi Anestesi

STIkes Bhakti Kencana Bandung

Jln. Soekarno Hatta No.754

Cibiru Bandung

2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah tentang “Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Osteoporosis”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca. Sehingga menambah wawasan para pembaca.

Bandung, 13 Maret 2018

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. ..i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah ......................................................... ..1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. ..2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... ..3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengeritan.......................................................................4
2.2 Etiologi..........................................................................5
2.3 Patofisiologis……………………......................................6
2.4 Tanda dan Gejala……………………………......................7
2.5 Pemeriksaan Penunjang…………………………………......7
2.6 Penatalaksanaan...............................................................8
2.7 Pathway.........................................................................9

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................10
3.2 Saran...........................................................................10
Daftar Pustaka.............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif padaorganisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibelserta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alamiyang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupunsosial akan
saling berinteraksi satu sama laini. Proses menua yang terjadipada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akandialami bersamaan dengan proses
kemunduran.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secaralinear.
Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkathilang tulang
ini sekitar 0,5 - 1% per tahun dari berat tulang pada wanitapasca menopause dan
pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula
disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan
osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula <
14% (nilai normal pada lansia 14 - 24% ).
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh
selosteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang
berjalanbersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai
denganpertumbuhan badan (proses remodelling). Oleh karena itu dapat
dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja
(growth spurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan
danpengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan
(resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul
osteoporosis.

1
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari
sindromgeriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup
significant.
Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini
terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa
hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena
kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factornutrisi yang
disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehinggadiperluan kerja sama
yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokterdan pasien.
Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi
karena kurangnya pengetahuan. Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah
dokter dan perawatsangatlah mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya
akan membantu dalam mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan
memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,penyebab dan gejala
osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis.
Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan keseh
atan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya
dalammelaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian osteoporosis?
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan medis pada klien osteoporosis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis?

2
1.3 Tujuan Penulisan

1. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi,


pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medis pada klien osteoporosis.
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien
osteoporosis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit
volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur
terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh
berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun
ukuran trabekula tulang.
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan,
meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya.
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas :
1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain,
yang dibedakan lagi atas :
a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama
dibagian trabekula
b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah
korteks
c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab
yang tidak diketahui
2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

2.2 Etiologi
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai
factor antara lain :
a. Faktor Genetic

4
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang.
b. Faktor Mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang.
Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang.
Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga
massa tulang yang besar.
c. Faktor Makanan dan Hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal
sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan
2. Determinan pengurangan Massa Tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang
pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada
dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.
a. Faktor Genetik
Factor genetik berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
b. Faktor Mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia
dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Faktor Lain
1) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan
kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan
keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya.

5
2) Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negatif
3) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena
menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium diginjal.
4) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung
akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
5) Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.

2.3 Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok,
minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan
karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang.
Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan
resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D
penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet
mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan

6
remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak
mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan
pertumbuhan osteoporosis.

2.4 Tanda Dan Gejala


1. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
2. Nyeri timbul secara mendadadak
3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari
atau karena pergerakan yang salah
5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra
7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah
terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika
vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis
menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase
alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju
endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang juga
menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa
tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-
foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan
informasi menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat

7
berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon
terhadap terapi.

2.6 Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan umur
pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan
progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan
mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi
subkutan atau intramuskular. Efek samping (missal : gangguan gastrointestinal,
aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami.
Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.

8
2.7 Pathway

Normal

Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon

Penurunan masa tulang

Osteoporosis (gangguan muskuloskeletal)

Kiposis/Gibbus

Pengaruh pada fisik Pengaruh pada


psikososial

Fungsi tubuh Keterbatasan gerak Konsep diri


menurun
-pembatasan gerak -gambaran body image -Isolasi social
- kemampuan memenuhi ADL - Inefektif koping
individu
- ileus (obstruksi usus)
imobilitas fisik

spasme otot Kurang pengetahuan


Konstipasi b/d ilues Fraktur
b/d proses osteoporosis

Reseptor nyeri
Risiko cedera
b/d imobilitas

Nyeri akut b/d fraktur

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.


Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, menyebabkan penurunan massa
tulang total. Tulang secara progresif mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur.
(brunner and suddarth, 2002)

3.2 Saran

Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan


dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian
osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis.
Berperan juga dalam peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam
melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja
sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini
akan member nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan masyarakat.

10
Daftar Pustaka

Brunner and Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, EGC, Jakarta

https://beingagoodnurse.wordpress.com/2014/09/23/makalah-osteoporosis/

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/296985300?extension=docx&ft
=1520946565&lt=1520950175&user_id=331035235&uahk=nfINUVkGFcMJOuUPb
Ba3pdbh5VE

11

Anda mungkin juga menyukai