Anda di halaman 1dari 9

I’JAZ AL-QUR’AN DALAM SEGI MEDIS

Dosen Pengampu: Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA

KELOMPOK 12:
Ahmad Shibli ( 11200340000157 )
Alda Wiguna Nur Haristsa ( 11200340000158 )
Dewi Safitri ( 11200340000155 )
Pengertian Penyakit dan Pengobatan
Dalam literature keagamaan, kesehatan dalam pandangan islam biasanya menggunakan istilah Sehat wal ‘afiyat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“afiat” dipersamakan dengan “sehat”. Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Majelis Ulama Indonesia juga turut memberikan
definisi kesehatan sebagai “ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang
wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta mengembangkannya. Namun, definisi-defiinisi
diatas tentunya berbeda dengan definisi kesehatan jika ditinjau dari ilmu kesehatan dimana didalamnya juga terdapat
pembagian istilah-istilah lain, seperti kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan masyarakat.
Pakar bahasa al-Qur’an dapat memahami dari ungkapakn sehat wal-afiat bahwa kata sehat berbeda dengan kata afiat,
karena wa yang berarti “dan” adalah kata penghubung yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut
pertama (sehat) dan yang disebut kedua (afiat). Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah
untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Seperti do’a Rasulullah SAW:

‫اللهم إنيني أسألك العفو والعافية فيفي الدنيا وألخرة‬

Artinya : “Ya Allah Aku mohon ampunan dan perlindungan-Mu di dunia dan akhirat”
Al-Qur’an sebagai Sarana Kesehatan

• manfaat bacaan-bacaan al-Qur’an bagi kesehatan.


Ibnu Katsir berkata, “Allah swt mengabarkan tentang kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya saw.
yaitu al-Qur’an, yang tidak terdapat kebatilan di dalamnya baik dari sisi depan maupun belakang, yang
diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji, bahwa sesungguhnya al-Qur’an itu merupakan
penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin.Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan,
kesyirikan, penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Qur’anlah yang menyembuhkan itu
semua. Di samping itu, ia merupakan rahmat yang membuahkan keimanan, hikmah, mencari kebaikan dan
mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh orang yang mengimani,
membenarkan, serta mengikutinya. Bagi orang yang seperti ini, al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat.
Adapun orang kafir yang mendzalimi dirinya sendiri, maka tatkala mendengarkan al-Qur`an tidaklah bertambah
baginya melainkan semakin jauh dan semakin kufur. Seperti yang terdapat dalam firman Allah.
“Katakanlah, al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang
tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu
adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat: 44)
prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam melakukan pengobatan
• Tidak berobat dengan zat yang diharamkan
Prinsip ini menunjukkan bahwa berobat dengan menggunakan zat-zat yang diharamkan sementara kondisinya tidak benar-
benar darurat, maka penggunaan zat tersebut diharamkan. Contohnya dalam pelaksanaan ibadah haji, setiap calon jamaah haji
wajib diberi vaksin meningitis yang di dalamnya ada kandungan unsur enzim babi (porcein). Ketika belum ditemukan alternatif
vaksin lainnya, maka klasifikasi penggunaan vaksin ini bersifat darurat karena implikasi penyakit ini yang sangat berbahaya.
Namun ketika sudah ada alternatif penggunaan vaksin lainnya, maka penggunaan vaksin tersebut menjadi diharamkan.
• Berobat kepada ahlinya (ilmiah)
Prinsip ini menunjukkan bahwa pengobatan yang dilakukan harus ilmiah. Dalam arti dapat diukur. Seorang dokter dalam
mengembangkan pengobatannya dapat diukur kebenaran metodologinya oleh dokter lainnya. Sementara seorang dukun dalam
mengobati pasiennya, tidak dapat diukur metode yang digunakannya oleh dukun yang lain. Sistem yang tidak dapat diukur
disebut tidak ilmiah dan tidak metodologis.
• Tidak menggunakan mantra (sihir)
Hal ini harus menjadi perhatian besar dari orang-orang yang mendatangi pengobatan alternatif. Memperhatikan dengan
seksama, apakah pengobatan yang dilakukannya itu menggunakan sihir atau tidak. Pengobatan yang melibatkan unsur- unsur
syirik adalah termasuk salah satu bentuk kemusyrikan. Tiga prinsip inilah yang harus ditransformasikan kepada masyarakat
secara umum.
Sarana menjaga kesehatan atau sebagai alat pengobatan Dalam al-Qur’an

1. Air
• Qs. Al-Anbiya: 30
• Qs. Shad: 42
2. Madu lebah
• Qs. Al-Nahl: 69
3. Minyak zaitun
• Qs. An-Nur: 35
4. Madu
• Qs. An-Nahl: 66
5. Kurma dan Anggur
• Qs. An-Nahl: 67
Keterkaitan Kesehatan Fisik dan Kesehatan Jiwa
• Kesehatan Fisik (Jasmani)
Islam merupakan agama yang mengatur berbagai hal kompleks dari hal terkecil, diantaranya tentang kesehatan jasmani
manusia. Sehat jasmani dapat di dapatkan dalam menjaga pola makanan yang dikonsumsi sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-
Maidah: 88
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya.”
Ayat ini merupakan perintah Allah Swt, kepada setiap manusia agar memakan makanan yang halal dan baik. Halal dari
aspek hukumnya dan baik dilihat dari subtansinya. Ada juga yang menterjemahkan bahwa “Halal” artinya boleh dan thoyyib
(baik) adalah yang bergizi. Makanlah olehmu makanan yang dibolehkan oleh agama dan mengandung gizi yang baik. Tidak
hanya dalam hal makanan, Nabi juga menganjurkan kita untuk berolahraga. Diantara olahraga yang pernah dicontohkan Rasul
seperti olahraga berenang, memanah, berkuda dan lain sebagainya. Islam juga menganjurkan umatnya untuk berpuasa yang
bermanfaat bagi kesehatan jasmani. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah yang artinya:
“Berjalanlah kalian maka kalian akan mendapatkan keuntungan, berpuasalah kalian maka kalian akan menjadi sehat, dan
berjihadlah kalian di jalan Allah maka kalian akan mendapatkan ganimah’. (HR Ahmad)
• Kesehatan Jiwa (Rohani)
Sehat secara rohani tertera dalam Al-Qur‟an surat al-A’la: 14
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)”

Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda bahwa Qad aflaha man tazzaka
maksudnya adalah orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan mensucikan-Nya dari
sekutu dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah. Surat al-A’la ayat 14 juga memberikan penjelasan tentang
ajaran akhlak yang tinggi kedudukannya. Dalam penemuan ilmu jiwa modern menyatakan bahwa
sesungguhnya kita tidak akan berhasil untuk membentuk pribadi yang sukses dan berakhlak lurus hanya
dengan meditasi belaka, akan tetapi hal tersebut harus di tempuh dengan cara melatih jiwa seperti
membersihkan jiwa, mengendalikan dan menguasainya. Memperbanyak ibadah merupakan salah satu hal yang
diperintahkan oleh Allah Swt, termasuk shalat lima waktu. Ketika sudah melaksanakan perintahnya, maka
bathin akan menjadi bahagia sebab tidak ada rasa telah melanggar perintah-Nya. Ibadah tidak hanya dimaknai
sebagai shalat lima waktu sja, tetapi didalamnya memiliki interpretasi tang sangat luas yaitu semua perkara
yang dilakukan atau diniati untuk mencari ridha Allah Swt. Semua ibadah akan diterima oleh Allah aslkan
memenuhi tiga unsur; pertama, Niat yang harus di ucapkan di dalam hati, kedua Ikhlas, ketiga dengan Ilmu.
Disamping itu, Allah Swt telah mengingatan dalam Qs. Adz-Dzariyat:56 bahwa ia telah menciptakan
manusia untuk beribadah, yang berbunyi:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Dalam ayat tersebut sudah jelas bahwa tujuan utama dalam penciptaan manusia ialah untuk
beribadah kepada Allah. Dalam hal ini tidak menunjukkan bahwa Allah yang membutuhkan manusia,
melainkan manusialah yang membutuhkan Allah. Ayat ini juga menunjukkan wajibnya manusia
untuk mentauhidkan Allah dan barang siapa yang mengingkarinya maka ia akan termasuk orang yang
kafir, yang tidak ada balasan baginya kecuali neraka.
Untuk menjaga kesehatan rohani, manusia juga membutuhkan jiwa yang tenang dan energi positif.
Dalam rangka tersebut, Allah memberikan solusi bagi orang yang beriman dengan berdzikir seperti
yang Allah firmankan dalam Qs. Ar-Ra’du: 28
“Yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka aman tentram dengan dzikir pada Allah,
ingatlah dengan dzikir pada Allah itu, maka hati pun akan merasa aman dan tentram.” (QS Ar-
Ro’d: 28).
Sekian dan

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai