Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

I’JAZ AL-QUR’AN DALAM SEGI MEDIS

Dosen Pengampu: Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA Diajukan


sebagai tugas dalam Mata Kuliah I’jaz Al-Qur’an

Disusun Oleh:

Ahmad Shibli (11200340000157)


Alda Wiguna Nur Haristsa (11200340000158)
Dewi Safitri (11200340000155)

ddDewi Safitri
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun Haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah I’jaz al-Qur’an dalam segi Medis ini
adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah I’jaz al- Qur’an. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang I’jaz al-Qur’an bagi para
pembaca dan juga bagi penyusun.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA
selaku dosen I’jaz al-Qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman sesuai dengan bidang studi yang penyusun
tekuni.

Penyusun menyadari, makalah yang tertulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Dabo Singkep, 13 Desember 2021

Penyusun

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................

1.3 Tujuan ..............................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit dan Pengobatan..................................................

2.2 al-Qur’an sebagai Sarana kesehatan .................................................

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

kemukjizatan al-Qur’an adalah kebenaran ayat-ayatnya yang kemudian


terungkap satu persatu sejalan dengan ilmu pengetahuan modern. Memahami isyarat-
isyarat ilmiah al-Qur’an harus dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada masa turunnya al-Qur’an (Quraish Shihab).

Masalah kesehatan adalah hal yang paling mendasar dalam kehidupan


manusia. Islam sungguh luar biasa dalam memberikan perhatian terhadap persoalan
kesehatan. Karena, kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan bekerja serta aktivitas lainnya. Tujuan
kehadiran agama islam adalah dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani,
harta dan keturunan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tujuan kehadiran agama
islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan yang sangat penting. Tanpa
adanya kondisi kesehatan seseorang, maka dengan sendirinya berbagai upaya untuk
memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dalam mencapai tujuan
kehadiran agama.

Mengacu pada kerangka pikir tersebut, dikemukan permasalahan pokok


tentang bagaimana konsep Al-Qur’an apabila berbicara tentang kesehatan? Apakah
ada tuntunan tersendiri dalam al-Qur’an tentang bagaimana menjaga kesehatan?

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penyakit dan pengobatan beserta kaitannya dengan I’jaz al-Qur’an ?

2. bagaimana peran al-Qur’an sebagai Sarana pengobatan?

1. 3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit dan pengobatannya.

2. Mengetahui peran al-Qur’an sebagai sarana pengobatan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit dan Pengobatan

Diantara kemukjizatan al-Qur’an ialah kebenaran ayat-ayatnya yang terbukti satu-


persatu.Untuk membuktikannya, dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
sarana yang membantunya.Diantara kebenaran-kebenaran tersebut ialah dalam bidang
kesehatan.Kesehatan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia dalam
kehidupan.Islam memberikan perhatian penuh terhadapnya karena kesehatan merupakan
penunjang utama bagi seorang hamba untuk melaksanakan ibadah . Syariat islam juga
memiliki tujuan sebagai penjaga agama, akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan. Hal
tersebut merupakan bukti bahwa islam tidak pernah meninggalkan hal yang sangat
penting.

Dalam literature keagamaan, kesehatan dalam pandangan islam biasanya


menggunakan istilah Sehat wal ‘afiyat. Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering
menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “afiat”
dipersamakan dengan “sehat”. Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat (sendiri)
antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas
dari sakit). Majelis Ulama Indonesia juga turut memberikan definisi kesehatan sebagai
“ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah
yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta
mengembangkannya. Namun, definisi-defiinisi diatas tentunya berbeda dengan definisi
kesehatan jika ditinjau dari ilmu kesehatan dimana didalamnya juga terdapat pembagian
istilah-istilah lain, seperti kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan masyarakat.

Pakar bahasa al-Qur’an dapat memahami dari ungkapakn sehat wal-afiat bahwa
kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata
penghubung yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama
(sehat) dan yang disebut kedua (afiat).1Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan
sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya.
Seperti do’a Rasulullah SAW:

‫اللهم إني أسألك العفو والعافية في الدنيا وألخرة‬

Artinya : “Ya Allah Aku mohon ampunan dan perlindungan-Mu di dunia dan akhirat”

1
Yogi Imam Perdana, “Aspek Kemukjzatan al-Qur’an tentang Kesehatan”. Jurnal Ulunnuha Vol.6 No.2. 2016
Perlindungan ini tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi
mereka yang mengindahkan petunjuk-Nya.Maka kata afiat dapat diartikan sebagai
berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.Kalau sehat
diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat
dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca
tanpa menggunakan kecamata.Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan
membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek
yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.2
Istilah pengobatan medis ialah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari
penyakit yang mengganggu hidup manusia didasarkan kepada ilmu yang diketahui
dengan kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi menurunnya
kesehatan, untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya ketika
kondisi tidak sehat.3

2.2 Al-Qur’an sebagai Sarana Kesehatan

Banyak penelitian yang sudah membuktikan adanya manfaat bacaan-bacaan al-


Qur’an bagi kesehatan. Dalam islam, ketika kita mengaji disarankan untuk bersuara atau
minimal dapat didengar oleh telinga kita sendiri. Rupanya, setiap sel di dalam tubuh manusia
bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran
ini akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh. Dr al Qadhi dalam karya
D.Surya Soularto menemukan, membaca al-Qur’an dengan bersuara, akan memberikan
pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya.
Penelitian berikutnya, membuktikan sel kanker dapat hancur dengan menggunakan frekuensi
suara saja. Ini membuktikan, membaca al-Qur’an memiliki dampak hebat dalam proses
penyembuhan penyakit sekalipun kanker, tentu harus dengan keyakinan dan tawakal.

Ibnu Katsir berkata, “Allah swt mengabarkan tentang kitab-Nya yang diturunkan
kepada Rasul-Nya saw. yaitu al-Qur’an, yang tidak terdapat kebatilan di dalamnya baik dari
sisi depan maupun belakang, yang diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji,
bahwa sesungguhnya al-Qur’an itu merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum
mukminin.Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan, kesyirikan,
penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Qur’anlah yang
menyembuhkan itu semua. Di samping itu, ia merupakan rahmat yang membuahkan
keimanan, hikmah, mencari kebaikan dan mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah
didapatkan kecuali oleh orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya. Bagi
orang yang seperti ini, al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat. Adapun orang kafir
yang mendzalimi dirinya sendiri, maka tatkala mendengarkan al-Qur`an tidaklah bertambah

2
Ibid. hal. 65
3
Andi Muflih, Tesis “Pengobatan dalam Islam”. (Makassar. 2013. UIN Alauddin Makassar).Hal. 81
baginya melainkan semakin jauh dan semakin kufur.4Seperti yang terdapat dalam firman
Allah:

‫صلتْ ءايته ءاْعجم ٌّي وعرب ٌّي قل هولّلذين ءامنواهدًوشفاء والّذين ال يؤمنون‬
ّ ِّ ‫ولو جعلنه قرءانًا أعجميًّا لّقالُوا لوالف‬
‫مكان بعي ٍد۝‬ٍ ‫في ءاذانهم وقر وهو عليهم ع ًمى ْأولئك ينادون من‬

“Katakanlah, al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang
beriman.Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang
al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka.Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang
dipanggil dari tempat yang jauh.”(Fushshilat: 44)

Penyembuhan dalam al-Qur’an yang dimaksudkan masih bersifat umum, seperti


penyembuhan hati dari berbagai syubhat, kejahilan, pemikiran yang merusak dan lainnya.
Al-Qur’an merupakan sebuah peringatan yang dengannya setiap syahwat yang
bertentangan dengan perintah Allah akan musnah. Di samping itu, al-Qur’an juga
menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit.Para ulama menukilkan dua pendapat
tentang penyakit yang dapat disebuhkan. Ada yang mengkhususkan penyakit hati da nada
pula yang menyebutkan penyakit jasmani yang dapat disembuhkan dengan cara ruqyah,
ber-ta’awudz dan semisalnya. Ikhtilaf ini disebutkan al- Qurthubi dalam Tafsir-
nya.Demikian pula disebutkan asy-Syaukani dalam Fathul Qadir.

Sebagai orang yang beriman, dalam proses penyembuhan harus sesuai dengan
tununan islam dan tidak boleh menyelisihinya. Allah Swt berfirman:

‫خسارا۝‬
ً ّ ‫وننز ُل من القرءان ما هوشِّفاء ورحمة لّلمؤمنين واليزيد ال‬
‫ظالمين ّإال‬ ّ ِّ

“Kami turunkan dari al-Qur’an ini, yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang
yang mukmin.” (Al Israa’:82)
Itu artinya dalam (bacaan) al-Qur’an terdapat energi, yang dengan izin Allah Swt,
mampu memberikan kesembuhan penyakit yang di derita manusia. Ada satu kisah
diriwayat dari Abdurrahman Ibn Abu Laila, disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-
laki datang menghadap Rasulullah Saw dan berkata: Saudaraku sedang sakit wahai
Rasulullah. Nabi bertanya: Sakit apa saudaramu?, Sejenis penyakit hilang ingatan, jawab
laki-laki itu. Lalu Nabi memerintahkan: “Bawalah ia padaku”. Setelah si pasien
dihadapkan kepada Rasulullah, lalu beliau menerapinya dengan membacakan ayat-ayat
dari beberapa surah al-fatiha, al-Baqarah dan surat lainnya di dalam al-Qur’an. Setelah
beberapa kali diterapi si pasien sembuh dan normal kembali.5

Adapun prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam melakukan pengobatan


yaitu:
a. Tidak berobat dengan zat yang diharamkan
Prinsip ini menunjukkan bahwa berobat dengan menggunakan zat-zat yang
diharamkan sementara kondisinya tidak benar-benar darurat, maka penggunaan zat
4
Ina Wati, Skripsi “Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an”. (Aceh. 2019. UIN Ar-Raniry Aceh)
5
Ibid. Hal. 22
tersebut diharamkan.Contohnya dalam pelaksanaan ibadah haji, setiap calon jamaah haji
wajib diberi vaksin meningitis yang di dalamnya ada kandungan unsur enzim babi
(porcein).Ketika belum ditemukan alternatif vaksin lainnya, maka klasifikasi penggunaan
vaksin ini bersifat darurat karena implikasi penyakit ini yang sangat berbahaya.Namun
ketika sudah ada alternatif penggunaan vaksin lainnya, maka penggunaan vaksin tersebut
menjadi diharamkan.

b. Berobat kepada ahlinya (ilmiah)


Prinsip ini menunjukkan bahwa pengobatan yang dilakukan harus ilmiah.Dalam
arti dapat diukur.Seorang dokter dalam mengembangkan pengobatannya dapat diukur
kebenaran metodologinya oleh dokter lainnya. Sementara seorang dukun dalam
mengobati pasiennya, tidak dapat diukur metode yang digunakannya oleh dukun yang
lain. Sistem yang tidak dapat diukur disebut tidak ilmiah dan tidak metodologis.

c. Tidak menggunakan mantra (sihir)


Hal ini harus menjadi perhatian besar dari orang-orang yang mendatangi
pengobatan alternatif.Memperhatikan dengan seksama, apakah pengobatan yang
dilakukannya itu menggunakan sihir atau tidak.Pengobatan yang melibatkan unsur- unsur
syirik adalah termasuk salah satu bentuk kemusyrikan.Tiga prinsip inilah yang harus
ditransformasikan kepada masyarakat secara umum.

Al-Qur’an telah menyebutkan beberapa obat yang dapat dijadikan sebagai sarana
untuk menjaga kesehatan atau sebagai alat pengobatan. Diantaranya yaitu:
a. Air
Qs. Al-Anbiya: 30
‫سبًل لعلّهم يهتدون۝‬
ً ‫وجعلنا في األرض رواسي أن تميد بهم وجعلنا فيها فجا ًجا‬
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya.dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?

Qs. Shad: 42
‫اركض بر ْجلك هذا مغتسل بارد وشراب۝‬
ْ
(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi dan
untuk minum.

b. Madu lebah
Qs. Al-Nahl: 69
ً ‫ث ّم كلي من ك ٍ ّل الثّمرات فاسلكي سبل ربِّّك‬
‫ذلًل يخرج من بطونها شراب ّمختلف أ ْلوانه فيه شفاء لّلنّاس إنّ في ذالك‬
‫قوم يتفكّرون۝‬ ٍ ّ‫أليلةً ل‬
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).dari perut lebah itu ke luar minuman (madu)
yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan’.
c. Minyak zaitun
Qs. An-Nur: 35
‫ي يوقد من‬ ّ ‫الزجاجة كأنّهاكوكب‬
ٌّ ‫در‬ ُّ ‫سموت واألرض مثل نوره كمشْكو ٍة فيها مصباح المصباح فى زجاح ٍة‬ ّ ‫نور ال‬
ُ ‫هللا‬
‫نور يهدى هللا لنوره من‬ ّ ّ
ٍ ‫شجر ٍة ّمبرك ٍة زيتون ٍة ال شرقيّ ٍة وال غربيّ ٍة يكاد زيتها يُضى ُء ولو ل ْم ت ْمسسه نار نور على‬
‫شيءٍ عليْم۝‬ ِّ ّ‫ب هللاُ ْاألمثال للن‬
ْ ‫اس وهللاُ ب ُك ِّ ّل‬ ُ ‫ويضر‬
ِّ ‫يشا ُء‬

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.perumpamaan cahaya Allah,


adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus37, yang di dalamnya ada pelita besar.
pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon
zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),
yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya
di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.”

d. Susu
Qs. An-Nahl: 66
‫صا سائغًا لّلشربين۝‬
ً ‫ودم لّبنًا خال‬
ٍ ‫ث‬ ٍ ‫وإنّ لكم في االنعام لعبرةًۖنّسقيكم ّم ّمافي بطونه من بين فر‬

“Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu.Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.”

e. Kurma dan anggur


Qs. An-Nahl:67
ٍ ّ‫ومن ثمرات النّخيل واألعنب تتّخذون منه سكرا ً ورز ًقا حسنًا إنّ في ذالك أليةً ل‬
‫قوم يعقلون۝‬
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan
rezki yang baik.Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.”

3 Keterkaitan Kesehatan Fisik dan Kesehatan Jiwa


a. Kesehatan Fisik(Jasmani)

Islam merupakan agama yang mengatur berbagai hal kompleks dari hal terkecil,
diantaranya tentang kesehatan jasmani manusia. Sehat jasmani dapat di dapatkan dalam
menjaga pola makanan yang dikonsumsi sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-Maidah: 88

‫وكلوا م ّما رزقكم هللا حل ًًل طيّبًا واتّق هللا الّذي أنتم به مؤمنون۝‬
ْ

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”

Ayat ini merupakan perintah Allah Swt, kepada setiap manusia agar memakan
makanan yang halal dan baik.Halal dari aspek hukumnya dan baik dilihat dari
subtansinya.Ada juga yang menterjemahkan bahwa “Halal” artinya boleh dan thoyyib
(baik) adalah yang bergizi.Makanlah olehmu makanan yang dibolehkan oleh agama dan
mengandung gizi yang baik.Tidak hanya dalam hal makanan, Nabi juga menganjurkan
kita untuk berolahraga.Diantara olahraga yang pernah dicontohkan Rasul seperti olahraga
berenang, memanah, berkuda dan lain sebagainya.Islam juga menganjurkan umatnya
untuk berpuasa yang bermanfaat bagi kesehatan jasmani. Hal ini senada dengan sabda
Rasulullah yang artinya:

“Berjalanlah kalian maka kalian akan mendapatkan keuntungan, berpuasalah


kalian maka kalian akan menjadi sehat, dan berjihadlah kalian di jalan Allah maka kalian
akan mendapatkan ganimah’. (HR Ahmad)

Hadis di atas memberi penegasan tentang pentingnya puasa bagi kesehatan


tubuh.Ketika berpuasa, banyak anggota tubuh yang beristirahat. Semua kelenjar sekresi
(pemompa) akan beristirahat sejenak, seperti ginjal, sistem dan saluran urin, dan rongga
perut akan berhenti sejenak untuk membesar, rongga pencernaan akan membersihkan gas
asam lambung yang terdapat di dalamnya.6
Selain berpuasa dan berolahraga, jasmani juga membutuhkan istirahat.Allah telah
mengatur adanya siang dan malam sebagaimana ritmenya untuk bekerja dan beristirahat.
Hal ini termaktub dalam Qs. Al-Furqan: 47

‫نشورا۝‬
ً ً ‫وهو الّذي جعل لكم الّيل لبا‬
‫ساوالنّوم سبات ًا وجعل النّهار‬
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat,
dan dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”

Dari ayat diatas Allah telah mengatur malam untuk beristiraha dimana malam
digambarkan sebagai pakaian. Maksudnya,kegelapan malam itu dapat menutupi aurat
atau tubuh manusia. Lalu Allah menjadikan siang sebagai waktu untuk berusaha atau
bekerja mencari nafkah. Dalam bidang Ilmu kesehatan Allah menerangkan dalam surah
al-Furqan ayat: 47 bahwasanya Allah menciptakan alam ini dengan terjadinya siang dan
malam supaya orang-orang memperhatikan dan membagi waktunya selama hidup di
dunia. Adakalanya waktu untuk belajar, bekerja dan beristirahat.supaya tubuh tetap sehat
dan bugar untuk menjalani aktifitas. Allah menciptakan malam sebagai waktu untuk
istirahat agar orang-orang ketika bangun siap untuk menjalani aktifitasnya kembali, untuk
berusaha dan beribadah.

b. Kesehatan Jiwa (Rohani)

Sehat secara rohani tertera dalam Al-Qur‟an surat al-A’la: 14

‫قد أفلح من تزكّى۝‬

6
Abdul Majid Ali Dariqah, Asrarul Ilaj bi al-Shaum (Kairo: Dar el-Zahabiah, 2008), diterjemahkan oleh Ali Muhsin
Siregar dengan judul Rahasia Pengobatan Dengan Puasa (cet. 1; Bandung: Sygma Publishing, 2001), h. 11-39.
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)”

Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda bahwa Qad


aflaha man tazzaka maksudnya adalah orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan
melainkan Allah dan mensucikan-Nya dari sekutu dan bersaksi bahwa aku adalah utusan
Allah. Surat al-A’la ayat 14 juga memberikan penjelasan tentang ajaran akhlak yang
tinggi kedudukannya. Dalam penemuan ilmu jiwa modern menyatakan bahwa
sesungguhnya kita tidak akan berhasil untuk membentuk pribadi yang sukses dan
berakhlak lurus hanya dengan meditasi belaka, akan tetapi hal tersebut harus di tempuh
dengan cara melatih jiwa seperti membersihkan jiwa, mengendalikan dan menguasainya.

Memperbanyak ibadah merupakan salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah
Swt, termasuk shalat lima waktu. Ketika sudah melaksanakan perintahnya, maka bathin
akan menjadi bahagia sebab tidak ada rasa telah melanggar perintah-Nya. Ibadah tidak
hanya dimaknai sebagai shalat lima waktu sja, tetapi didalamnya memiliki interpretasi
tang sangat luas yaitu semua perkara yang dilakukan atau diniati untuk mencari ridha
Allah Swt. Semua ibadah akan diterima oleh Allah aslkan memenuhi tiga unsur; pertama,
Niat yang harus di ucapkan di dalam hati, kedua Ikhlas, ketiga dengan Ilmu.7 Disamping
itu, Allah Swt telah mengingatan dalam Qs. Adz-Dzariyat:56 bahwa ia telah menciptakan
manusia untuk beribadah, yang berbunyi:

‫ق وماأريد أن يطعمون۝‬
ٍ ‫ماأريد منهم ّمن ّرز‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”

Dalam ayat tersebut sudah jelas bahwa tujuan utama dalam penciptaan manusia
ialah untuk beribadah kepada Allah.Dalam hal ini tidak menunjukkan bahwa Allah yang
membutuhkan manusia, melainkan manusialah yang membutuhkan Allah. Ayat ini juga
menunjukkan wajibnya manusia untuk mentauhidkan Allah dan barang siapa yang
mengingkarinya maka ia akan termasuk orang yang kafir, yang tidak ada balasan baginya
kecuali neraka.8

Untuk menjaga kesehatan rohani, manusia juga membutuhkan jiwa yang tenang
dan energi positif. Dalam rangka tersebut, Allah memberikan solusi bagi orang yang
beriman dengan berdzikir seperti yang Allah firmankan dalam Qs. Ar-Ra’du: 28

‫الّذين ءامنوا وتطمئنّ قلوبهم بذكرهللا أالبذكرهللا تطمئنّ القلوب۝‬

7
Ahmad Ali, Junaidi Ismail dkk, Ar-Rahman the inspire al-Qur‟anul Karim, (Jakarta: CV. Al Qalam Publishing,
2004), Hal.10
8
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), 89.
“Yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka aman tentram
dengan dzikir pada Allah, ingatlah dengan dzikir pada Allah itu, maka hati pun akan
merasa aman dan tentram.” (QS Ar-Ro'd;28).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Didalam islam ada 2 istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk
pentingnya kesehatan dalam pandangan islam, yaitu sehat diartikan sebagai keadaan baik
bagi segenap anggota badan, dan afiat yang berarti berfungsinya anggota tubuh manusia
sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Konsep pertama al-Qur’an mengenai kesehatan adalah menjaga (preventif) agar
tidak timbul penyakit. Menjaga kebersihan diri adalah pondasi pertama dan salah satu sisi
kesehatan preventif, sedangkan sisi yang lainnya adalah menjaga kesehatan lingkungan.
Makanya sering kita dengar dalam teori kesehatan bahwa orang yang senantiasa
membersihkan jasmani dan rohaninya akan menjadi penyebab baginya untuk
mendapatkan jiwa yang sehat.
Al-Qur’an juga memiliki tuntunan tersendiri dalam masalah kesehatan
diantaranya bagaimana memelihara kesehatan, menjaga dan meningkatkannya,
mengkonsumsi makanan yang baik, bagaimana mengobati penyakit serta harus
seimbangnya antara jasmani dan rohani.
Dari tulisan yang penyusun yang karang ini, penyusun berkesimpulan bahwa
memang al-Qur’an ini sungguh mukjizat yang luar biasa yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada nabi Muhammad SAW. Makanya kalau seandainya kita mau terus
mengkajinya maka niscaya akan semakin banyak lagi muncul isyarat-isyarat ilmiah yang
terkandung didalam al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Ali Dariqah, Asrarul Ilaj bi al-Shaum (Kairo: Dar el-Zahabiah, 2008),
diterjemahkan oleh Ali Muhsin Siregar dengan judul Rahasia Pengobatan Dengan Puasa (cet. 1;
Bandung: Sygma Publishing, 2001)

Ahmad Ali, Junaidi Ismail dkk, Ar-Rahman the inspire al-Qur‟anul Karim, (Jakarta: CV. Al
Qalam Publishing, 2004)

Andi Muflih, Tesis “Pengobatan dalam Islam”. (Makassar. 2013. UIN Alauddin Makassar).

Ina Wati, Skripsi “Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an”. (Aceh. 2019. UIN Ar-Raniry Aceh)

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2006),

Yogi Imam Perdana, “Aspek Kemukjzatan al-Qur’an tentang Kesehatan”. Jurnal Ulunnuha
Vol.6 No.2. 2016

Anda mungkin juga menyukai