OLEH :
KELOMPOK 13
Muhammad Suhaili
Nurhafizah
Teteh Intan Lestari
Windya Fatma Lestari
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji syukur kita hanturkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat terutama nikmat sehat dan sempat sehingga alhamdulillah
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “AGAMA DAN KESEHATAN’’ ini
dapat diselesaikan dengan apa adanya dan tepat pada waktunya. Apabila didalam
makalah ini masih terdapat kekeliruan, oleh sebab itu saya mengharapkan keritikan
dan saran dari Bapak/Ibu pembimbing dan Teman-Teman agar kami memiliki bahan
untuk merefisi makalah ini.
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan
bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi bahan referensi
untuk pembelajaran kita bersama.
COVER............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................4
C. TUJUAN........................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan.Kesehatan
merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas
lainnya.Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
Sebagaimana Firman Allah yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah : 168 yang
artinya : “wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa
yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu.” (Q.S.Al-Baqarah: 168)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Kesehatan menurut Islam ?
2. Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan dalam Konteks Islam?
3. Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Kesehatan menurut Islam
2. Untuk mengetahui Cara Menjaga Kesehatan dalam Konteks Islam
3. Untuk mengetahui Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam
4. Tujuan pendidikan kesehtan untuh mengubah perilaku masyarakat yang tidak
sehat menjadi sehat
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KESEHATAAN
Ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam:
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata “afiat” dipersamakan dengan “sehat”.
Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).
Walaupun Islam mengenal hal-hal tersebut, namun sejak dini perlu digarisbawahi
satu hal pokok berkaitan dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang dikandung
oleh kata afiat. Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk makna yang
berbeda, kendati diakui tidak jarang hanya disebut salah satunya (secara berdiri
sendiri), karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang dikandung
oleh kata yang tidak disebut.
Pakar bahasa al-Quran dapat memahami dari ungkapan sehat wal-afiat bahwa kata
sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata penghubung
yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat)
dan yang disebut kedua (afiat). Nah, atas dasar itu, dipahami adanya perbedaan makna
di antara keduanya.
Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai “perlindungan Allah untuk
hambaNya dari segala macam bencana dan tipu daya”. Perlindungan itu tentunya tidak
dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-
petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai: “berfungsinya anggota tubuh
manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.”
Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka
agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat
maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang
dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata.
Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan
sehat.Menjadi sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada
manusia.Adalah tak mungkin untuk bertindak benar dan memberi perhatian yang
layak kepada ketaatan kepada Tuhan jika tubuh tidak sehat.
Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan.Karenanya, hamba Allah
hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimiltkinya dan tidak bersikap kufur. Nabi
saw. bersabda, “Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu
kesehatan yang baik dan waktu luang.”(HR. Bukhari)
Abu Darda berkata, “Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan bersyukur
karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan
sabar?” Nabi saw menjawab, “Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti
engkau juga menyenanginya.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw
bersabda: ‘Barangsiapa bangun di pagi hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula,
dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia seluruhnya.”
Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi
dan bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit.Sehat Wal Afiat ini dapat
diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan
masyarakat.
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan
Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih
merujuk kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan
Afiat itu mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan
salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang
terkandung dalam kata yang tidak disebut.Dalam kamus bahasa arab sehat diartikan
sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai
perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya.
Perlindungan Allah itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna
kecuali bagi orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya.Dengan demikian makna
afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan
tujuan penciptaannya.
Maksud dari konsep itu yakni suatu kondisi sehat di mana seseorang mengalami
kesehatan yang paripurna, jasmani, dan rohani atau fisik dan psikis. Jika makna sehat
seluruhnya berhubungan dengan masalah fisik-ragawi, maka makna al-afiat ialah
segala bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu
daya.Atau, menurut istilah Quraish Shihab ialah berfungsi bagi seluruh anggota tubuh
manusia sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.
D. Pembagian kesehatan
1. Kesehatan Rohani
Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang tertuang dalam Al – Qur’an
surat Al- Ra’d : 28 yang berbunyi : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah lah hati menjadi tentram. (Q.S. AlRa’d: 28)
Sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan
Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat
dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar M.A, Guru besar UIN Syarif hidayatullah
Jakarta mengatakan didalam manusia ada unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa,
dan unsur ruh yang dalam Al-Qur’an di sebut KHALQAN AKHAR. Seseorang
baru disebut manusia jika memiliki ke 3 unsur ini.
Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang
makhluk menaati apa yang di perintahkan Allah, ciri-ciri jiwa yang sehat yang
dalam Al-Qur’an di sebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-
taqwa), hati yang selalu menjaga dari hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu
ada manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah (al-faqir).
2. Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal
yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada
sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan
seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota
badan.
3. Kesehatan social
Terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan,
status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
E. CARA MENJAGA KESEHATAN DALAM KONTEKS ISLAM
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan
tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini
diupayakan agar orang tetap sehat.Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih
baik daripada meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW,
saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca
dalam doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan,
kemudian aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya
Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi
menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan
kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)
Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita mengenai kesehatan, tidak sedikit
dari ucapannya mengandung unsur medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau
mengenai perihal orang sakit ialah:
1. Perintah untuk berobat. Kewajiban bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.
2. Setiap penyakit ada obatnya
1. Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
b. tertentu
c. Pendidikan kesehatan dimasyarakat dengan masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatandirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan disekolah dengan sasaran pelajar
c. Pendidikan kesehatan dimasyarakat atau tempat kerja dengan sasaran
masyarakat atau pekerja
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (health promotion), misal :
peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan
sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (spesific protection)
misal : imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early
diagnotic and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan
sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (rehabilitation) misal : dengan
memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
C. Metode pendidikan kesehatan
1. Metode pendididkan individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada dua bentuk:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu:
Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya,
Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih medalam.
2. Metode pendidikan kelompok
Metoe pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar
atau kecil, karena metodenya akan lain.efektifitas metodenya pun akan tergantung
pada besarnya sasaran.
a) Kelompok besar
Terdapat : cerama dan seminar
b) Kelompok kecil
Terdapat : Diskusi kelompok, Curah pendapat (brain storming), bola salju
(snow balling), kelompok kecil (buzz group), memainkan peranan (role play),
permainan simulasi (simulation game).
3. Metode pendidikan massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. biasanya
menggunakan atau melalui media massa.
4. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan
Alat batu (peraga) : alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam
menyampaikan bahan pendidik/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga.
5. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan
(audio visual aids/ AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut
merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat
tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi
masyarakat atau “klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 yaitu : cetak, elektronik, media
papan (bill board).
Kesehatan Mental manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat,
keturunan dan sebagainya. Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri
seseorang seperti lingkungan, keluarga.
Faktor luar lain yang berpengaruh seperti hukum, politik, sosial budaya, agama,
pekerjaan dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental sehat
seseorang, namun faktor external yang buruk/tidak baik dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.
b. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam
kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala
segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada
integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
3. Pemanfaatan potensi
Mental yang sakit dari aspek psikis, sosial, moral religius dan dari aspek kesehatan
fisik, memiliki ciri yang berkebalikan arah dengan karakteristik mental sehat. Secara
sosial misalnya, Seseorang yang gagal dalam beradaptasi secara positif dengan
lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda
dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan
pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya.
ASPEK KARAKTERISTIK
PRIBAD
I
Fisik - Perkembangannya normal.
- Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
- Sehat, tidak sakit-sakitan
Psikis - Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Memiliki Insight dan rasa humor.
- Memiliki respons emosional yang wajar.
- Mampu berpikir realistik dan objektif.
- Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
- Bersifat kreatif dan inovatif.
- Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
- Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan
pendapat dan bertindak.
Sosial - Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang
(affection) terhadap orang lain,
serta senang untuk memberikan pertolongan kepada
orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
- Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat,
penuh cinta kasih dan persahabatan.
- Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang
kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras,
atau warna kulit.
Moral- - Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-
Religius Nya.
- Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam
beramal
Gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :
Gangguan mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik
yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik
tergolong sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan. Dari uraian ini
disimpulkan bahwa gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi
mental yang berpengaruh pada ketidak wajaran dalam berperilaku. Gangguan mental
ini sesuai dengan Al-Quran (QS. Al-Baqoroh 2:10) yang Artinya: “Dalam hati mereka
ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” Penyakit yang dimaksud disini yakni keyakinan mereka
terhadap kebenaran Nabi Muhammad SAW sangat lemah. Kelemahan keyakinan itu,
menimbulkan kedengkian, iri hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan orang-
orang Islam. Ciri-ciri mental yang tidak sehat lainnya:
6. Ketidakmatangan emosi
7. Kepribadiannya terganggu
DAFTAR PUSTAKA
1. Notosoedirjo & Latipun, 2001: 21. 2. Darajat, Zakiah,
1991, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 3. Zakiah
Daradjat, 1995, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, Dana Bakti Prima Yasa 4. Kartono, 2000,
Kesehatan Mental Konsep dan Terapi, UMM Press Kartini
https://id.scribd.com/doc/304958707/CONTOH-MAKALAH-
AGAMA-ISLAM-DAN-KESEHATAN