Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AGAMA DAN KESEHATAN

OLEH :

KELOMPOK 13

 Muhammad Suhaili
 Nurhafizah
 Teteh Intan Lestari
 Windya Fatma Lestari

POLTEKES KEMENKES MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hanturkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat terutama nikmat sehat dan sempat sehingga alhamdulillah
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “AGAMA DAN KESEHATAN’’ ini
dapat diselesaikan dengan apa adanya dan tepat pada waktunya. Apabila didalam
makalah ini masih terdapat kekeliruan, oleh sebab itu saya mengharapkan keritikan
dan saran dari Bapak/Ibu pembimbing dan Teman-Teman agar kami memiliki bahan
untuk merefisi makalah ini.
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan
bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi bahan referensi
untuk pembelajaran kita bersama.

Mataram, 11 September 2021


DAFTAR PUSTAKA

COVER............................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..........................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................4

C. TUJUAN........................................................................................................................4

BAB II..............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

1. PANDANGAN KESEHATAN DALAM AGAMA.......................................................5

2. PENDIDIKAN KESEHATA MASYARAKAT.............................................................9

3. ISLAM DAN KESEHATAN MENTAL......................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan.Kesehatan
merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas
lainnya.Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
Sebagaimana Firman Allah yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah : 168 yang
artinya : “wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa
yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu.” (Q.S.Al-Baqarah: 168)

Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk


mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan di pandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai atau sumur yang
airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat menekankan Kesucian
atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup
bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut
sendiri, penyakit sering kali berasal dari lingkungan yang kotor.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Kesehatan menurut Islam ?
2. Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan dalam Konteks Islam?
3. Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Kesehatan menurut Islam
2. Untuk mengetahui Cara Menjaga Kesehatan dalam Konteks Islam
3. Untuk mengetahui Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam
4. Tujuan pendidikan kesehtan untuh mengubah perilaku masyarakat yang tidak
sehat menjadi sehat
BAB II

PEMBAHASAN

1. PANDANGAN KESEHATAN DALAM AGAMA

A. PENGERTIAN KESEHATAAN
Ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam:

1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat


2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata “afiat” dipersamakan dengan “sehat”.
Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).

Walaupun Islam mengenal hal-hal tersebut, namun sejak dini perlu digarisbawahi
satu hal pokok berkaitan dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang dikandung
oleh kata afiat. Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk makna yang
berbeda, kendati diakui tidak jarang hanya disebut salah satunya (secara berdiri
sendiri), karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang dikandung
oleh kata yang tidak disebut.

Pakar bahasa al-Quran dapat memahami dari ungkapan sehat wal-afiat bahwa kata
sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata penghubung
yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat)
dan yang disebut kedua (afiat). Nah, atas dasar itu, dipahami adanya perbedaan makna
di antara keduanya.

Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai “perlindungan Allah untuk
hambaNya dari segala macam bencana dan tipu daya”. Perlindungan itu tentunya tidak
dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-
petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai: “berfungsinya anggota tubuh
manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.”
Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka
agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat
maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang
dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata.

Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap.Telah menetapkan prinsip-prinsip


dalam penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Diantara cara Islam menjaga
kesehatan dengan menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudlu dan mandi
secara rutin bagi setiap muslim.

Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan
sehat.Menjadi sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada
manusia.Adalah tak mungkin untuk bertindak benar dan memberi perhatian yang
layak kepada ketaatan kepada Tuhan jika tubuh tidak sehat.

Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan.Karenanya, hamba Allah
hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimiltkinya dan tidak bersikap kufur. Nabi
saw. bersabda, “Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu
kesehatan yang baik dan waktu luang.”(HR. Bukhari)

Abu Darda berkata, “Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan bersyukur
karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan
sabar?” Nabi saw menjawab, “Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti
engkau juga menyenanginya.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw
bersabda: ‘Barangsiapa bangun di pagi hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula,
dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia seluruhnya.”

Di antara ucapan-ucapan bijaksana Nabi Dawud as adalah sebagai berikut,


“Kesehatan adalah kerajaan yang tersembunyi.”Juga.“Kesedihan sesaat membuat
orang Jcbih tua satu tahun.”Juga, “Kesehatan adalah mahkota di kepala orang-orang
yang schat, yang hanya bisa dilihac oleh orang-orang yang sakit.”Dan juga,
“Kesehatan adalah harta karun yang tak terlihat.”
B. KESEHATAN MENURUT ISLAM
Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab suci Al
Quran.Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan
Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat.Misalnya Hadits Bukhari yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak
diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.”

Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi
dan bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit.Sehat Wal Afiat ini dapat
diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan
masyarakat.

Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan
Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih
merujuk kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan
Afiat itu mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan
salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang
terkandung dalam kata yang tidak disebut.Dalam kamus bahasa arab sehat diartikan
sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai
perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya.
Perlindungan Allah itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna
kecuali bagi orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya.Dengan demikian makna
afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan
tujuan penciptaannya.

C. KONSEP HIDUP SEHAT


Sehat (Arab"Al-shihah”), dalam Islam bukan hanya merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga menyangkut psikis
(jiwa). Karena itulah mengapa Islam memperkenalkan konsepsi al-Shihhah wa al-
afiyat (lazim diucapkan sehat wal'afiat).

Maksud dari konsep itu yakni suatu kondisi sehat di mana seseorang mengalami
kesehatan yang paripurna, jasmani, dan rohani atau fisik dan psikis. Jika makna sehat
seluruhnya berhubungan dengan masalah fisik-ragawi, maka makna al-afiat ialah
segala bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu
daya.Atau, menurut istilah Quraish Shihab ialah berfungsi bagi seluruh anggota tubuh
manusia sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.

D. Pembagian kesehatan
1. Kesehatan Rohani
Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang tertuang dalam Al – Qur’an
surat Al- Ra’d : 28 yang berbunyi : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah lah hati menjadi tentram. (Q.S. AlRa’d: 28)
Sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan
Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat
dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar M.A, Guru besar UIN Syarif hidayatullah
Jakarta mengatakan didalam manusia ada unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa,
dan unsur ruh yang dalam Al-Qur’an di sebut KHALQAN AKHAR. Seseorang
baru disebut manusia jika memiliki ke 3 unsur ini.
Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang
makhluk menaati apa yang di perintahkan Allah, ciri-ciri jiwa yang sehat yang
dalam Al-Qur’an di sebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-
taqwa), hati yang selalu menjaga dari hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu
ada manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah (al-faqir).
2. Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal
yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada
sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan
seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota
badan.
3. Kesehatan social
Terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan,
status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
E. CARA MENJAGA KESEHATAN DALAM KONTEKS ISLAM
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan
tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini
diupayakan agar orang tetap sehat.Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih
baik daripada meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW,
saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca
dalam doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan,
kemudian aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya
Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi
menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan
kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)
Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita mengenai kesehatan, tidak sedikit
dari ucapannya mengandung unsur medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau
mengenai perihal orang sakit ialah:
1. Perintah untuk berobat. Kewajiban bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.
2. Setiap penyakit ada obatnya

F. TIPS MEJAGA KESEHATAN DALAM ISLAM


1. Mengatur Pola Makan dan Minum
2. Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat
3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
4. Anjuran Menjaga Kebersihan

2. PENDIDIKAN KESEHATA MASYARAKAT

A. Prinsip Pendidikan Kesehatan

1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran dikelas, tetapi mrupakan


kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang
dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidikan adalah menciptakan sasaran
agar individu, keluarga, kelompok dan masyrakat dapat mengubah sikap
dan tingkah lakunya sendiri
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah
lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat

Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dibagi menjadi tiga dimensi,


yaitu:

1. Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
b. tertentu
c. Pendidikan kesehatan dimasyarakat dengan masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatandirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan disekolah dengan sasaran pelajar
c. Pendidikan kesehatan dimasyarakat atau tempat kerja dengan sasaran
masyarakat atau pekerja
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (health promotion), misal :
peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan
sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (spesific protection)
misal : imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early
diagnotic and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan
sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (rehabilitation) misal : dengan
memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
C. Metode pendidikan kesehatan
1. Metode pendididkan individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada dua bentuk:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu:
 Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
 Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya,
 Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
 Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
 Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih medalam.
2. Metode pendidikan kelompok
Metoe pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar
atau kecil, karena metodenya akan lain.efektifitas metodenya pun akan tergantung
pada besarnya sasaran.
a) Kelompok besar
Terdapat : cerama dan seminar
b) Kelompok kecil
Terdapat : Diskusi kelompok, Curah pendapat (brain storming), bola salju
(snow balling), kelompok kecil (buzz group), memainkan peranan (role play),
permainan simulasi (simulation game).
3. Metode pendidikan massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. biasanya
menggunakan atau melalui media massa.
4. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan
 Alat batu (peraga) : alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam
menyampaikan bahan pendidik/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga.
5. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan
(audio visual aids/ AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut
merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat
tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi
masyarakat atau “klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 yaitu : cetak, elektronik, media
papan (bill board).

3. ISLAM DAN KESEHATAN MENTAL


1) Ilmu kesehatan jiwa dalam islam
Konsep kesehatan mental atau altibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia
kedokteran islam oleh seorang dokter dari persia bernama Abu Zayd Ahmed Ibnu Sahl
al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul masalih al-Abdan wa al-Anfus
(makanan untuk tubuh dan jiwa), al-balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara
tubuh dan jiwa. Ia biasa menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani untuk menjelaskan
kesehatan spiritual dan kesehatan psikologi. Sedangkan untuk kesehatan mental dia
kerap enggunakan istilah tibb al-Qalb. Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat
dan bisa pula sakit. Inilah yang disebut keseimbangan dan
ketidakseimbangan.Ketidakseimbangn dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit
kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat
mencipatakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang
berhubungan dengan kejiwaan lainnya Selain al-Balkhi, peradaban Islam juga
memiliki dokter kejiwaan bernama Ali ibnu Sahl Rabban al-Tabari. Lewat kitab
Firdous al-Hikmah yang ditulisnya pada abad ke-9M, dia telah mengembangkan
psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari
menekankan kuatnya hubungan antara psikologi dengan kedokteran. Al-Tabari
menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau keyakinan yang
sesat.

Untuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan melalui ''konseling bijak''.


Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang cerdas dan punya humor yang
tinggi. Caranya dengan membangkitkan kembali kepercayaan diri pasiennya. Pemikir
Muslim lainnya yang turut menyumbangkan pemikirannya untuk pengobatan penyakit
kejiwaan adalah Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah
terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran. Ibnu Zuhr, alias
Avenzoar juga telah berhasil mengungkap penyakit syaraf secara akurat. Ibnu Zuhr
juga telah memberi sumbangan yang berarti bagi neuropharmakology modern.
2. Ciri-ciri Mental Sehat

Kesehatan Mental manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat,
keturunan dan sebagainya. Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri
seseorang seperti lingkungan, keluarga.

Faktor luar lain yang berpengaruh seperti hukum, politik, sosial budaya, agama,
pekerjaan dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental sehat
seseorang, namun faktor external yang buruk/tidak baik dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.

Karakteristik mental yang Sehat:

1. Terhindar dari Gangguan Jiwa

Zakiyah Daradjat (1985) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose)


dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:

a. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena


psikose tidak.

b. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam
kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala
segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada
integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

2. Penyesuaian diri Penyesuaian diri (self adjustment)

merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction),


dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara
tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila
dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak
merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama.

3. Pemanfaatan potensi

maksimal Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan


potensi yang dimilikinya, dalam kegiatankegiatan yang positif dan konstruktif bagi
pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan
belajar (dirumah, sekolah, atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi,
pengembangan hobi, dan berolahraga.

4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya


terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif
bagi dirinya dan atau orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai
kebahagiaan pribadi dan kebahagiaan bersama.

5. Ciri-ciri Mental Sakit

Mental yang sakit dari aspek psikis, sosial, moral religius dan dari aspek kesehatan
fisik, memiliki ciri yang berkebalikan arah dengan karakteristik mental sehat. Secara
sosial misalnya, Seseorang yang gagal dalam beradaptasi secara positif dengan
lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda
dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan
pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya.

Tabel 1. Karakteristik pribadi sehat mental

ASPEK KARAKTERISTIK
PRIBAD
I
Fisik - Perkembangannya normal.
- Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
- Sehat, tidak sakit-sakitan
Psikis - Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Memiliki Insight dan rasa humor.
- Memiliki respons emosional yang wajar.
- Mampu berpikir realistik dan objektif.
- Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
- Bersifat kreatif dan inovatif.
- Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
- Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan
pendapat dan bertindak.
Sosial - Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang
(affection) terhadap orang lain,
serta senang untuk memberikan pertolongan kepada
orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
- Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat,
penuh cinta kasih dan persahabatan.
- Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang
kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras,
atau warna kulit.
Moral- - Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-
Religius Nya.
- Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam
beramal
Gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :

I. Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental


perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
II. Ketidak bahagiaan secara subyektif
III. Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan
IV. Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris dirumah
sakit, namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut.

Gangguan mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik
yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik
tergolong sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan. Dari uraian ini
disimpulkan bahwa gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi
mental yang berpengaruh pada ketidak wajaran dalam berperilaku. Gangguan mental
ini sesuai dengan Al-Quran (QS. Al-Baqoroh 2:10) yang Artinya: “Dalam hati mereka
ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” Penyakit yang dimaksud disini yakni keyakinan mereka
terhadap kebenaran Nabi Muhammad SAW sangat lemah. Kelemahan keyakinan itu,
menimbulkan kedengkian, iri hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan orang-
orang Islam. Ciri-ciri mental yang tidak sehat lainnya:

1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy)


2. Perasaan tidak aman (insecurity)

3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)

4. Kurang memahami diri (self-understanding)

5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial

6. Ketidakmatangan emosi

7. Kepribadiannya terganggu

6. Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam


Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik
yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun
untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan
kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin
yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini
merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian
dinamakan pribadi (self) ataupun hati nurani (conscience of man).
Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.
Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak
beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam
(QS Ar Ruum 30:30) yang Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. fitrah Allah dalam ayat ini
maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
yaitu agama tauhid.
Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara
jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di antaranya yang membahas tentang ketenangan
dan kebahagiaan adalah (QS An Nahl 16:97) yang Artinya : “Barang siapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang Telah mereka kerjakan” Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki
dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh
harus disertai iman.
(QS Ar Ra’ad 13:28) yang Artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Ketika manusia melupakan Sang Maha Pencipta dan kehilangan God view-nya,
kehidupan jadi hampa. Menjauhkan diri dari Sang Pencipta, berarti mengosongkan
diri dari nilai-nilai imani. Sungguh merupakan “kerugian” terbesar bagi manusia
selaku makhluk berdimensi spiritual. “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan
dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah
mendapat petunjuk.” (QS 2:16). “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram.” (QS 13:28).
Ajaran Islam memberikan tuntunan kepada manusia dalam menghadapi cobaan
dan mengatasi kesulitan hidupnya, seperti dengan cara sabar dan shalat, dalam
firman Allah Swt dalam al-Qur`an yang menegaskan sebagai berikut: "Hai orang-
orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orangorang yang sabar ". (QS Al Baqarah ayat 153).
Pada umumnya sabar sering diartikan sebagai keteguhan hati dalam menghadapi
cobaan dan kesulitan, serta keuletan menghadapi cita-cita.
Ajaran Islam mengajarkan, penghayatan nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan
yang diberikan Nabi Muhammad SAW. Ajaran Islam memberikan tuntunan kepada
akal agar benar dalam berpikir melalui bimbingan wahyu (kitab suci AlQur'an al
Karim). Islam beserta seluruh petunjuk yang ada yang ada di dalam al-Qur’an
merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam
diri manusia (rohani). Firman Allah Swt dalam surat Yunus 57). "Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat (agama) dari Tuhanmu sebagai
penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam, dada (rohani), sebagai petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman".
Tuntunan ajaran Islam mewajibkan bagi manusia mengadakan hubungan yang
baik kepada Allah Swt, orang lain, maupun hubungan dengan, alam dan
lingkungan.
Peranan agama Islam dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan
mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kodisi kesehatan mental.
Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam manusia dapat
memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup di dunia maupun akhirat
7. Ibadah sebagai Psikoterapi
Manusia yang mengaku hamba Allah pasti terbiasa melaksanakan ibadah-ibadah
mahdhah. Namun, sejauh mana ibadah itu dilakukan dan pengaruhnya terhadap jiwa?
Kajian berikut akan mengulas beberapa bentuk ibadah dan efeknya secara psikis, yang
kemudian dikenal dengan psikoterapi melalui amalan ibadah.erat.
1. Shalat
Dalam hukum syara’ bahwa shalat akan sah jika muslim telah menunaikan wudhu.
Air suci dan mensucikan menjadi media wajib untuk berwudhu. Seperti diketahui, air
memiliki sifat jernih, mengalir dan menyegarkan. Sehingga dengan air kotoran-
kotoran yang menempel pada tubuh dapat dibersihkan dengan sempurna. Secara
maknawi, kotoran-kotoran baik secara fisik maupun psikis luntur dan mengalir
mengikuti aliran air wudhu.
Wudhu disebut juga sebagai salah satu bentuk dari terapi air ( water of therapy).
Terapi air merupakan bentuk terapi dengan memanfaatkan air sebagai media terapis.
Rafi’udin dan Alim Zainudin (2004: 117) mengatakan selain dampak psikis, wudhu
juga memiliki pengaruh fisiologis, sebab dengan dibasuhnya bagian tubuh sebanyak
lima kali sehari, lebih-lebih ditambah, maka akan membantu mengistirahatkan organ-
organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis.
Secara etimologi kata shalat berarti doa memohon kebaikan. Sholat memiliki
pengaruh yang sangat efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang
menghimpit manusia (Utsman, 2004:338). Saat sholat didirikan dengan
menyempurnakan wudhu, niat yang ikhlas, adab-adab seperti tuma’ninah ( tenang
sejenak), gerakan tidak terlalu cepat, memahami bacaan sholat maka akan
mendatangkan kekhusukan dan menjadi terapi tersendiri bagi jiwa. Dengan kata lain,
jiwa akan tenang jika shalat dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Melalui shalat, kepribadian seseorang akan terbimbing dalam menyikapi berbagai
persoalan kehidupan. Tidak mudah putus asa bila mengalami kegagalan
2. Dzikir
Firman Allah swt surat ar-Ra’ad: 28.“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” Alquran menjelaskan begitu penting
melakukan dzikrullah untuk menentramkan hati hamba-Nya yang beriman. Rasulullah
saw. pernah bersabda: “Tidaklah suatu kelompok yang duduk berzikir melainkan
mereka akan dikelilingi oleh para malaikat. Mereka mendapat limpahan rahmat dan
mencapai ketenangan. Dan Allah swt akan mengingat mereka dari seseorang yang
diterima di sisi-Nya” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
3. Membaca Alquran
Di beberapa tempat telah dibuka pusat-pusat pengobatan ruhani atau pengobatan
yang menggunakan Alquran. Pengobatan tersebut biasa dikenal dengan istilah ruqyah
syar’iah. Namun, secara umum sebagian masyarakat memandang ruqyah sebagai
bentuk terapi atau pengobatan alternatif guna membantu kesembuhan dari penyakit
yang disebabkan gangguan jin atau roh jahat di dalam tubuh manusia.
Paradigma tersebut keliru dalam memahami Alquran sebagai petunjuk bagi umat
manusia. Alquran adalah kalamullah yang suci, diturunkan oleh Allah dengan sebagai
petunjuk bagi manusia yang membedakan antara hak dan bathil. Membaca Alquran
disertai mentadabburi setiap bacaan ayat dapat membimbing jiwa agar ikhlas beramal
dan tawadhu dalam bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Alquran.
4. Shaum
Muhammad ‘Utsman Najati (2004: 344) mengatakan, ibadah puasa mengandung
beberapa manfaat yang besar, di antaranya menguatkan kemauan dan menumbuhkan
kemampuan jiwa manusia dalam mengontrol nafsu syahwatnya.
Puasa merupakan sarana latihan untuk menguasai dan mengontrol motivasi atau
dorongan emosi, serta menguatkan keinginan untuk mengalahkan hawa nafsu dan
syahwat. Rasulullah Saw menganjurkan kepada para pemuda yang belum mampu
menikah untuk berpuasa agar dapat membantu mereka mengontrol seksualnya.
Selain itu, kesabaran menahan rasa lapar dan dahaga membuat seseorang yang
berpuasa merasakan penderitaan orang lain yang serba kekurangan. Sehingga muncul
rasa kasih sayang terhadap sesama dan mendorong untuk membantu fakir miskin.
Perasaan dan sikap peka secara sosial di masyarakat inilah yang disebutkan ‘Ustman
(2004: 346) dapat melahirkan rasa kedamaian dan kelapangan jiwa.
5. Haji
Ibadah haji berawal dari kisah Nabi Ibrahim as. Kisah ini menggambarkan suatu
makna bahwa perjuangan untuk mendapatkan ridha Allah adalah dengan
mengorbankan apa yang paling disayangi dan dimiliki. Setelah itu dengan perjuangan
keras, penuh tawakal dan pengorbanan semua rahmat dan kasihsayang Allah akan
tercurah (Rudhy Suharto, 2002: 159). Ibadah haji dapat melatih kesabaran, melatih
jiwa untuk berjuang, serta mengontrol syahwat dan hawa nafsu.
Ibadah haji menjadi terapi atas kesombongan, arogansi, dan berbangga diri sebab
dalam praktek ibadah haji kedudukan semua manusia sama. Permohonan ampunan
dan ditambah suasana yang bergemuruh penuh lantunan Ilahi membuat suasana
ibadah haji sarat dengan nilai spiritualitas yang dapat mengobarkan rasa semangat
yang tinggi untuk meraih ketenangan (‘Utsman, 2004: 348).
Dengan melaksanakan ibadah haji akan membawa seseorang mampu
bermuhasabah diri guna mencari jati diri seorang hamba yang hakiki. Hakikat seorang
hamba adalah senantiasa mengabdikan diri dan kehidupannya untuk Allah semata.
Pengabdian dengan keikhlasan itulah yang mengundang curahan rahmat serta ridha-
Nya. Jiwa hamba pun akan suci dan tenang.

DAFTAR PUSTAKA
 1. Notosoedirjo & Latipun, 2001: 21. 2. Darajat, Zakiah,
1991, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 3. Zakiah
Daradjat, 1995, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, Dana Bakti Prima Yasa 4. Kartono, 2000,
Kesehatan Mental Konsep dan Terapi, UMM Press Kartini

 https://id.scribd.com/doc/304958707/CONTOH-MAKALAH-
AGAMA-ISLAM-DAN-KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai