Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SEHAT DAN SAKIT DALAM ISLAM

Diajukan sebagai persyaratan final mata kuliah Teknik Perawatan Rohani Islam.

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. M. Sattu Alang, M.A

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Lutfiyah Ainiyyah. A

50200121063

PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya ucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala


yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Innayah-Nya sehingga saya bisa
menjalankan aktifitas seperti biasanya, shalawat beriringan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sehat dan Sakit dalam Islam” sebagai
tugas yang akan dikumpulkan dan dipresentasikan.

Yang kedua, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H.
M. Sattu Alang, M.A. yang telah memberikan arahan dan ajaran tentang mata kuliah
Teknik Perawatan Rohani Islam.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, serta


semua pihak yang terlibat dan telah memberikan dukungan dalam proses
pembuatan makalah ini.

Adapun yang terakhir saya menyadari makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu saya mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai pembelajaran.

Makassar, 14 September 2023

Lutfiyah Ainiyyah. A

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Pengertian Sehat dan Sakit ...................................................................... 3


B. Indikator Sehat dan Sakit Menurut Medis .............................................. 5
C. Indikator Sehat dan Sakit Menurut Islam................................................ 7
D. Sikap Terhadap Penyakit yang Diderita ..................................................15
E. Macam-Macam Penyakit Rohani dalam Islam .......................................17
F. Metode Mengobati Orang Sakit ..............................................................21

BAB III ...............................................................................................................24

KESIMPULAN ..................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat menurut Wold Health Organisation (WHO) adalah suatu keadaan


yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, sosial, dan bukan hanya
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Begitupun menurut UU No. 23
Tahun 1992 tentang kesehatan, sehat adalah keadaan kesejahteraan badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.1

Dalam pandangan agama, Islam merupakan agama yang sangat


sempurna dan berbeda dengan agama yang datang sebelumnya. Islam
sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam al-Qur’an dan
hadis ditemui banyak referensi tentang sehat. Kesehatan merupakan salah
satu faktor penentu seseorang dalam kehidupan. Sebagaimana pepatah
menyatakan bahwa sehat mahal harganya. Badan dan jiwa pada diri
manusia, bagaikan dua sisi yang berbeda ibarat satu keping mata uang.
Keduanya ada bersamaan dan saling berinteraksi serta saling
mempengaruhi. Badan yang sehat memiliki kontribusi untuk memperoleh
jiwa yang sehat. Begitu juga sebaliknya, jiwa yang sehat juga memiliki
kontribusi yang signifikan untuk menjadikan tubuh sehat.2

Sakit adalah ketika merasa tidak nyaman di tubuh dan dibeberapa bagian
tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit kepala, dan lain-lain). Sakit
juga merupakan gangguan dalam fungsi normal seseorang, sakit juga dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Baik itu dari lingkungan yang kurang bersih,

1
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. ( Jakarta : PT. Risneka
Cipta, 2005), h.2
2
Agus Mustofa, Untuk Apa Berpuasa : Scientific Fasting, (Surabaya : Padma Press,
2004),h. 104

1
2

gaya hidup yang tidak sehat ataupun menurunnya metabolisme dalam


tubuh.3

Setiap sakit pasti mempunyai obat, sedangkan umur manusia adalah


modal yang terus berkurang. Jika tidak diinventasikan maka akan habis
begitu saja. Apalagi jika umur itu digunakan untuk bersantai dan bersia-sia,
maka akan berlalu dengan cepat. Dengan demikian sakit dapat
menghasilkan keberuntungan yang besar bagi modal hidup dan tidak
mengizinkan umur itu berlalu begitu saja dengan cepat. Sakit tampak
memperlambat langkah-langkah umur, menghentikan serta
memperpanjanjangkan hingga kemudian menghilang. Ungkapan “umur
terasa panjang dengan penyakit” telah menjadi sebuah peribahasa sehingga
dikatakan “betapa panjang masa derita dan betapa pendek waktu gembira”.

Sakit juga sebagai sebuah ujian kesabaran karena derita sakit itu bisa
menjadikan detik-detik umurmu setara dengan berjam-jam ibadah. Sebab
ibadah terbagi menjadi dua, yaitu : pertama, ibadah aktif (ijabah) yang
terwujud dalam pelaksanaan shalat, doa dan yang semisalnya. Kedua,
ibadah pasif (salbiah) dimana penderitaan sakit bersimpuh menyerahkan
diri kepada Allah Swt yang maha penyayang sembari memohon
perlindungan dan bersujud pada-Nya. Hal itu didasari dengan rasa
ketidakmampuan dihadapan penyakit dan musibah tersebut sehingga ia
mendapatkan ibadah maknawi yang tulus dan bersih dari segala bentuk riya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat, yaitu :
1. Bagaimana indikator tinjauan medis dan tinjauan Islam tentang sehat dan
sakit?
2. Bagaimana sikap terhadap penyakit yang diderita?

3
Badiuzzaman Said Nursi, Terapi Maknawi dengan Resep Qur’ani. (Tangerang : Risalah
Nur Press, 2014), h. 35
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sehat dan Sakit

Konsep sehat-sakit senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita


tentang nilai, peran, penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan.
Dimulai pada zaman keemasan Yunani Bahwa sehat itu sebagai virtue,
sesuatu yang dibanggakan sedangkan sakit sebagai sesuatu yang tidak
bermanfaat. Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi
Cartesian yang berorientasi pada kesehatan fisik semata-mata yang
menyakan bahwa seseorang disebut sehat bila tidak ditemukan disfungsi
alat tubuh. Mental dan roh bukan urusan dokter-dokter melainkan urusan
agama.4

1. Pengertian Sehat
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-
Shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat, dari cela, nyata, benar,
dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula, pertama
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit),
kedua, mendatangkan kebaikan pada badan, ketiga sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-Shihhhah yaitu al’-
‘afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna).
Kedua kata Ash-shihah dan al-afiah sering digabung menjadi satu yaitu
ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diartikan menjadi sehat wal afiat
atau sehat secara sempurna.5
Kata sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan atau kondidi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas
dari sakit. Mengacu pada Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

4
Irwan, Etika dan Perilaku Kesehatan. (Gorontalo : CV. Absolute Media, 2017), h. 23.
5
Nadya “Konsep Sehat dan Sakit”, diakses melalui https://uin-
alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit, pada 21 September 2023, pukul 02.30 WITA

3
4

sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis.
Konsep “sehat”, Word Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik
fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan atau cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas
dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya
belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.6
2. Pengertian Sakit
Sakit pada umumnya diartikan suatu keadaan yang tidak normal atau
lazim pada diri seseorang. Misalnya bila seseorang mempunyai keluhan
tanda gejala sakit gigi yang tidak tertahankan, demam, dan lain
sebagainya ini yang dikatakan dengan sakit atau bahkan mengalami
penyakit bila telah didiagnosis oleh dokter atau pun medis. Sakit adalah
dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya
proses penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. 7
Sakit merupakan salah satu bentuk ujian yang diturunkan kepada
manusia baik sebagai musibah ataupun sebagai rahmat. Sakit tidak
selalu kembali pada konotasi musibah, karena sakit yang diberikan oleh
Allah Swt bisa jadi mengandung banyak hikmah. Bila ditelaah lebih
lanjut, bahwa musibah yang diturunkan Allah Swt, sebagaimana
informasi Al-Qur’an setidaknya, ada empat konteks pemahaman, yaitu
sebagai ujian bagi orang mukmin, sebagai peringatan atau teguran,
sebagai azab atau siksa bagi manusia yang banyak berbuat dosa atau

6
Nadya, “Konsep Sehat dan Sakit”, diakses melalui http://uin-
alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit, pada 21 September 2023, pukul 02.30 WITA
7
Irwan, Etika dan Perilaku Kesehatan,h. 26
5

maksiatdan sebagai kasih saya bagi orang mukmin. 8 Sebagaimana


firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah 2 ayat 155-156

‫ص ِمنَ ْاْلَ ْم َوا ِل َو ْاْلَ ْنفُ ِس‬


ٍ ْ‫ع َونَق‬ ْ ِ ‫يءٍ ِمنَ ْالخ َْو‬ َ ِ‫َولَنَ ْبل ُ َونَّ ُك ْم ب‬
ِ ‫ف َوال ُج ْو‬ ْ ‫ش‬
َ‫صبِ ِريْن‬
ّٰ ‫ت َوبَش ِِر ال‬ ِ ِۗ ‫َوالث َّ َم ٰر‬
Terjemahan : Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

‫ّلِل َواِنَّا ٓ اِلَ ْي ِه ٰر ِجع ُ ْو ِۗ َن‬


ِ ّٰ ِ ‫صيْبَةٌ ِۗ قَالُ ْٓوا اِنَّا‬ َ َ ‫ا َلَّ ِذيْنَ اِذَآ ا‬
ِ ‫صابَتْ ُه ْم ُّم‬
Terjemahan : (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
berkata “inna lillahi wa inna ilahi raji’un” (sesungguhnya
kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).9
B. Indikator Sehat Menurut Medis
Menurut John Wayne bahwa ada 6 prameter kesehatan yaitu :
1. Fungsi fisik, orang yang sehat tidak mengalami gangguan fisik.
2. Kesehatan mental, dimana perasaan nyaman, mampu mengontrol
emosi diri, perilaku positif.
3. Social well being, hubungan interpersonal aktif.
4. Fungsi peran, tidak mengalami gangguan hubungan dengan sesama.
5. Presepsi umum, pandangan diri tentang kesehatan pribadi.
6. Symtom-symtom, tidak ada gangguan fisiologi maupun psikologi. 10

Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan


jasmani, rohani, sosial dan tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan. Dikatakan sehat secara fisik adalah orang tersebut tidak
memiliki gangguan apapun secara klinis. Fungsi organ tubuhnya berfungsi

8
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit. (Yogyakarta : Aswaja
pressindo, 2021), h.10
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta : Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, 2012), h.24
10
Elly Yuliandari, Psikologi Klinis, Cet. 1. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2018), h.24
6

secara baik, dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental atau psikis
adalah sehatnya pikiran, emosional, maupun spritual dari seseorang. 11

Terdapat empat pilar yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang,


diantaranya adalah keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan
perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan dan
perilaku. Contoh perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah gaya
hidup dan personal hygiene.

Adapun 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan,


adalah:

1. Life spam, yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat,
atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang
bukan karena mati tua.
2. Disease or infirmity, yang merupakan keadaan sakit atau cacat
secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
3. Discomfort or ilness yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang
keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
4. Disability or incapacity, maksudnya adalah ketidakmampuan
seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan
menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5. Participation in health care, yaitu kemampuan dan kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu
dalam keadaan sehat.
6. Health behavior, merupakan perilaku manusia yang nyata dari
anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah
kesehatan.
7. Ecologic behavior, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan,
spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.

11
Zaraz Obella NA, Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat, Jurnal Fakultas
Kesehatan Universitas Lampung, h.109
7

8. Social behaviour, yang berarti perilaku anggota masyarakat terhadap


sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
9. Interpersonal relationship, yaitu kualitas komunikasi anggota
masyarakat terhadap sesamanya.
10. Reserve or positive health, adalah daya tahan anggota masyarakat
terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam
menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
11. External satisfaction, yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat
terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan,
rekreasi dan transportasi.
12. Internal satisfaction, yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap
seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.12

Dapat disimpulkan bahwa derajat kesehatan suatu masyarakat dapat


diukur melalui sejumlah indikator yang mencakup aspek fisik, mental,
sosial, dan lingkungan. Masing-masing indikator memiliki peran penting
dalam menentukan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Upaya
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat tidak hanya terbatas pada aspek
fisik, tetapi juga mencakup perilaku kesehatan, hubungan dengan
lingkungan, serta kepuasan internal dan eksternal.

C. Indikator Sehat Menurut Islam


1. Keutamaan Kesehatan dalam Al-Qur’an
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara
agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari
yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Maka, bisa ditemukan
Islam amat kaya dengan tuntutan kesehatan. Paling tidak, ada ayat yang
mengisyaratkan dan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya
kesehatan dalam pandangan Islam.13

12
Zaraz Obella NA, Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat, Jurnal Fakultas
Kesehatan Universitas Lampung, h. 111
13
D. Suryo Soularto, Petunjuk Ksehatan Dalam al-Qur’an dan As-Sunnah (Fakultas
Kedokteran UMY Press, 2010), h. 13
8

Demikian juga ayat-ayat al-Qur’am di pahami dalam konteks


peristiwa paling mutakhir dalam bidang kesehatan. Namun dalam ajaran
Islam juga di tekankan bahwa obat dan upaya hanyalah “sebab”,
sedangkan sesungguhnya dibalik sebab atau upaya itu adalah Allah Swt,
seperti ucapan Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam QS. Asy-Syu’ara 26
ayat 80

ْ ‫َواِذَا َم ِر‬
‫ضتُ فَ ُه َو يَ ْش ِفي ِْن‬

Terjemahan : “Dan apabila Aku sakit , Dialah yang menyembuhkan


Aku”14
Tujuan utama pengobatan adalah memenuhi tujuan kedua shari’at,
melindungi hidup, hifdh al nafs. Pengobatan tidak bisa mencegah atau
mengundurkan kematian karena perkara-perkara itu hanya di tangan
Allah. Tetapi menjaga kualitas tinggi hidup sampai ditetapkannya waktu
kematian. Pengobatan memberikan kontribusi untuk melindungi dan
menjaga kelanjutan kehidupan dengan fungsi gizi yang baik.
Pengetahuan medis digunakan untuk mencegah penyakit yang
melemahkan kesehatan manusia.15 Pengobatan penyakit dan rehabilitas
mendorong kearah kualitas kesehatan yang lebih baik. Kedokteran
memberikan kontribusi untuk memenuhi perlindungan terhadap
keturunan (hifdh al-nasl), dengan yakin bahwa kepedulian yang baik
terhadap anak-anak membawa mereka tumbuh dewasa dengan sehat
sehingga dapat melahirkan anak.16

Prinsip menjaga hidup dan kekayaan mungkin berbeda dalam


masalah keadaan sakit. Mengurus orang sakit banyak memakan sumber
daya yang dapat digunakan untuk mengobati orang lain dengan kondisi
yang berisiko sakit. Cara untuk memelihara lima kepentingan di atas
dikenal ada 3 peringkat, yaitu : dharuriyyat, hajjiyyat dan tahsiniyyat.

14
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.370
15
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an. (Bandung : Mizan Pustaka, 2006), h.181
16
Ade Hashman, Rahasia Kesehatan Rasulullah, (Jakarta : Naura Book, 2012), h.54
9

Ketiga peringkat tersebut saling berhubungan, kait-mengait, dan saling


melengkapi.17

Ad-dharuriyyat (kebutuhan Primer) adalah segala sesuatu yang tidak


dapat di tinggalkan dalam kehidupan keagamaan dan keduniaan manusia,
dalam arti, jika ia tidak ada maka kehidupan dunia menjadi rusak, hilang
kenikmatan dan akan menghadapi siksaan di akhirat. Hajjiyyat
(sekunder) yaitu suatu yang dibutuhkan oleh manusia dalam menghindari
kesempitan dan menolak kesulitan. Kelompok ini berkaitan erat dengan
rukhsah (keringanan) dalam Islam. Sedangkan kebutuhan tahsiniyyat
(tersier) adalah kebutuhan yang menunjang peringkatan martabat
seseorang dalam masyarakat dan dihadapan Tuhannya, sesuai dengan
kepatutan.18

2. Al-Qur’an sebagai Sarana Kesehatan


Membaca atau mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, dapat
memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. Baik mereka yang mengerti
maupun yang tidak mengerti Bahasa Arab, akan merasakan manfaat
tersebut. Dalam Islam, bagi mereka yang sedang mengaji disarankan
untuk bersuara atau minimal terdengar oleh telinga sendiri. Rupanya,
setiap sel di dalam tubuh manusia bergetar di dalam sebuah sistem yang
seksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini akan
menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh. Dr al Qadhi
menemukan, membaca al-Qur’an dengan bersuara, akan memberikan
pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan
keseimbangannya.19
Ibnu Katsir berkata, Allah Swt mengabarkan tentang Kitab-Nya
yang diturunkan kepada Rasul-Nya Saw, yaitu al-Qur’an yang tidak
terdapat kebatilan di dalamnya baik dari sisi depan maupun belakang,
yang diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji, bahwa

17
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2006), h.190
18
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h.153
19
D. Suryo Soularto, Petunjuk Ksehatan Dalam al-Qur’an dan As-Sunnah, h.9
10

sesungguhnya al-Qur’an itu merupakan penyembuh dan rahmat bagi


kaum mukmin. Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan,
kemunafikan, kesyirikan, penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat
dalam hati. Al- Qur’an yang menyembuhkan itu semua. Di samping itu,
ia merupakan rahmatyang membuahkan keimanan, hikmah, mencari
kebaikan dan mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah
didapatkan kecuali oleh orang yang mengimani, membenarkan serta
mengikutinya. Bagi orang yang seperti ini, al-Qur’an akan menjadi
penyembuh dan rahmat. Adapun orang kafir yang mendzalimi dirinya
sendiri, maka tatkala mendengarkan al-Qur’an tidaklah bertambah
baginya melainkan semakin jauh dan semakin kufur.20 Seperti yang
terdapat dalam firman Allah dalam QS Fussilat 41 ayat 44
َ۬
ٌّ ‫ت ٰا ٰيتُهٗ ِۗ َءا َ ْع َج ِم‬
‫ي‬ ْ َ ‫صل‬ ِ ُ‫َولَ ْو َجعَ ْل ٰنهُ قُ ْر ٰانًا ا َ ْع َج ِميًّا لَّقَال ُ ْوا لَ ْو َْل ف‬
َ‫ي ِۗ قُ ْل هُ َو ِللَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا هُدًى َّو ِشفَ ۤا ٌء َِۗوالَّ ِذيْنَ َْل يُؤْ ِمنُ ْون‬ ٌّ ‫ع َر ِب‬
َ ‫َّو‬
ٰۤ ُ
ٍ ٍۢ ‫ول ِٕىكَ يُنَادَ ْونَ ِم ْن َّم َك‬
‫ان‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم‬
‫ع ًم ِۗى ا‬ َ ‫ي ٰاذَا ِن ِه ْم َو ْق ٌر َّوهُ َو‬ ْٓ ‫ِف‬
ࣖ ‫بَ ِع ْي ٍد‬

Terjemahan : Seandainya kami menjadikannya (Al-Qur’an) bacaan


dalam bahasa selain Arab, niscaya mereka akan
mengatakan, “Mengapa ayat-ayatnya tidak dijelaskan
(dengan bahasa yang kami pahami)?” Apakah patut ( Al-
Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab, sedangkan
(rasul adalah) orang Arab? Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Al-Qur’an adalah petunjuk dan
penyembuh bagi orang-orang yang beriman, sedangkan
orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka
ada penyumbatan dan mereka buta terhadapnya (Al-
Qur’an). Mereka itu (seperti) orang-orang yang
dipanggil dari tempat yang jauh.”21
Penyembuhan yang terkandung dalam al-Qur’an bersifat umum
meliputi penyembuhan hati dari berbagai syubhat, kajahilan, berbagai

20
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj, Abdul Ghoffar, Jilid 5 (Jakarta : Pustaka Ibnu
Katsir,2008), h.154
21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.481
11

pemikiran yang merusak, penyimpangan yang jahat, dan berbagai


tendensi yang batil. Sebab ia (al-Qur’an) mengandung ilmu yakin, yang
dengannya akan musnah setiap syubhat dan kejahilan. Ia merupakan
pemberi nasehat serta peringatan, yang dengannya akan musnah setiap
syahwat yang menyelisihi perintah Allah. Di samping itu, al-Qur’an juga
menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit. 22

3. Pola Hidup Sehat dalam al-Qur’an.


a. Sehat Jasmani
Perilaku hidup bersih dan sehat sebagai unsur penting dalam
kesehatan, telah diisyaraktkan dalam al-Qur’an surah at-Taubah 9 ayat
108.

‫علَى التَّقْ ٰوى ِم ْن ا َ َّو ِل يَ ْو ٍم ا َ َح ُّق ا َ ْن تَقُ ْو َم‬ َ ‫س‬ َ ‫َْل تَقُ ْم ِف ْي ِه اَبَد ًِۗا لَ َمس ِْجد ٌ ا ُ ِس‬
‫ط ِه ِر ْي َن‬ ّٰ ‫ط َّه ُر ْو ِۗا َو‬
َّ ‫ّٰللاُ يُ ِحبُّ ْال ُم‬ َ َ ‫فِ ْي ِِۗه فِ ْي ِه ِر َجا ٌل ي ُِّحب ُّْونَ ا َ ْن يَّت‬

Terjemahan : Janganlah engkau melaksanakan salat di dalamnya (masjid


itu) selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas
dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau
melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-
orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai
orang-orang yang membersihkan diri.23
Ayat ini menerangkan bahwasanya, setelah mencela para pendiri
masjid dan mencela fungsi bangunan yang mereka namai masjid itu,
Allah memuji masjid yang dibangun oleh Rasul-Nya Nabi
Muhammad Saw. Serta memuji jamaah di masjid. Janganlah engkau
berdiri apalagi shalat di dalamnya yakni di dalam masjid yang
dibangun oleh orang-orang munafik itu untuk selama-lamanya.24

Dalam surat Taubah ayat 108 Allah memerintahkan hamba-Nya


untuk mensucikan diri baik secara jasmani maupun rohani, baik dari
najis maupun hadast. Bersuci tersebut dapat dilakukan dengan tetap

22
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj, Abdul Ghoffar, Jilid 5, h. 60
23
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 204
24
Afif Abdul Fatah Thabbarah, Tafsir Juz, Amma : lengkap dan ilmiah, terj. Bahrun Abu
Bakar, (Bandung : CV. Sinar Baru, 1989), h.191
12

menjaga kebersihan tempat ibadah serta lingkungan ataupun dengan


cara mensucikan diri seperti berwudhu, mandi mengerjakan shalat,
dzikir untuk tetap mendekatkan diri kepada-Nya, karena Allah
mencintai hambanya yang bertaqwa. Dalam hal ini, bersuci baik
tempat maupun hati akan memberikan dampak positif dalam
kesehatan.25 Selain untuk mensucikan diri. Sehat jasmani juga bisa
dilihat dari pola makanan yang dikonsumsi sebagaimana yang
terdapat dalam QS. Al-Maidah 5 ayat 88

ْٓ ‫ّٰللاَ الَّ ِذ‬


‫ي ا َ ْنت ُ ْم ِب ٖه ُمؤْ ِمن ُ ْو َن‬ َ ‫ّٰللاُ َح ٰل ًًل‬
ّٰ ‫طيِبًا َّۖواتَّقُوا‬ ّٰ ‫َو ُكل ُ ْوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم‬
Terjemahan : Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah
kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya.26
Ayat ini merupakan perintah Allah Swt, kepada setiap manusia
agar memakan makanan yang halal dan baik. Halal dari aspek
hukumnya dan baik dilihat dari substansinya. Ada juga yang
menterjemahkan bahwa “halal” artinya boleh dan thoyyib (baik)
adalah bergizi. Makanlah olehmu makanan yang dibolehkan oleh
agama da mengandung gizi yang baik.

Bahkan olahraga saja ternyata dianjurkan oleh Nabi Muhammad


Saw. Seperti berenang, memanah, berlari, berkuda, bergulat dan
sebagainya. Dalam Islam, sehat dipandang sebagai nikmat kedua
terbaik setelah Iman. Selain berolahraga, untuk terciptanya kesehatan
jasmani. Tubuh juga membutuhkan istirahat yang cukup, istirahat
dapat merelaksasikan tubuh sejenak untuk mendapatkan kebugaran

25
M. Nur Wahyudi, Pola Hidup Sehat Dalam Prespektif Al-Qur’an (Semarang : Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora, 2015), h.35
26
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.122
13

kembali.27 Perintah Istirahat telah diterangkan dalam Al-Qur’an


sebagaimana yang diijelaskan dalam QS. Al-Furqan 25 ayat 47

َ ‫سبَاتًا َّو َجعَ َل النَّ َه‬


ُ ُ‫ار ن‬
‫ش ْو ًرا‬ ً ‫ي َجعَ َل لَ ُك ُم الَّيْ َل ِلبَا‬
ُ ‫سا َّوالنَّ ْو َم‬ ْ ‫َوهُ َو الَّ ِذ‬
Terjemahan : Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian
dan tidur untuk istirahat. Dia menjadikan siang untuk
bangkit berusaha.28
Allah menjadikan malam sebagai waktu istirahat. Al-Qur’an
menggambarkan malam dengan pakaian (libasa). Maksudnya,
kegelapan malam itu dapat menutupi aurat atau tubuh manusia.
Karena itu, manusia dapat menikmati kegelapan malam tanpa harus
berpakaian, karena kegelapan itulah sebagai pakaiannya. Kondisi
seperti itu, menjadikan manusia benar-benat rileks, tanpa melakukan
tugas atau pekerjaan untuk mencari nafkah atau kehidupan.
Sedangkan waktu siang adalah untuk berusaha atau bekerja. Maka,
secara naluriah, manusia dapat menggunakan waktu secara efektif da
efesien. Saat waktu itu digunakan sesuai dengan sunnahtullah yang
telah ditetapkan. Jika manusia menyalahinya, maka akan terjadi
kelainan- kalainan yang mengarah kepada efek negatif terhadap daya
tahan tubuh manusia itu sendiri.29

b. Sehat Rohani
Sehat secara rohani tertera dalam Al-Qur’an surah al-A’la 87 ayat 14

‫قَدْ ا َ ْفلَ َح َم ْن ت َزَ ّٰكى‬


Terjemahan : Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri
(dengan beriman).
Ayat ini menerangkan bahwa kesadaran akan kehadiran Allah Swt
dan pengetahuannya yang menyeluruh termasuk gerak langkah serta

27
Ahmad Ali, Junaidi Ismail,dkk, Ar-Rahman the Inspire al-Qur’anul Karim, (Jakarta :
CV. Al Qalam Publishing, 2004), h.9
28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.364
29
Ahmad Ali, Junaidi Ismail,dkk, Ar-Rahman the Inspire al-Qur’anul Karim, h.10
14

detak hati manusia akan mengantar manusia menhindari kedurhakaan


penganiayaan, karena pasti maha kuasa itu akan menegakkan keadilan
dengan memberi basalan dan ganjaran. Perbanyak ibadah artinya
memperbanyak melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah
Swt, sebagai contoh mendirikan shalat 5 waktu. Sebab jika orang yang
selalu melakukan perintah Allah bathiniyah akan bahagia sebab tidak
akan merasa melanggar perintah-Nya. Sehingga jiwanya akan tenang,
tentram dan damai. Adapun makna ibadah itu tidak hanya sebatas
shalat, akan tetapi makna ibadah dalam interpretasi yang sangat luas
adalah semua perkara atau pekerjaan yang niat untuk mencari ridha
Allah itu ibadah. Semua ibadah akan diterima oleh Allah asalkan
memenuhi tiga unsur, pertama Niat, kedua ikhlas, dan ketiga dengan
ilmu.30

Senyum terhadap sesama manusia pun juga termasuk ibadah.


Bekerja dengan niat menafkahi keluarga juga ibadah, bahkan makan
dengan niat untuk menambah kekuatan agar bisa ibadah kepada Allah
juga termasuk ibadah. Bukankah manusia diciptakan oleh Allah hanya
untuk beribadah? Sebagaimana firman Allah Qs Az-Dzariyat 51 ayat
56.

‫س ا َِّْل ِليَع‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬


َ ‫اْل ْن‬
Terjemahan : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku.31
Inilah tujuan yang utama dari penciptaan manusia, yaitu agar
manusia beribadah kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa
tidaklah Allah menciptakan manusia karena butuh kepada manusia,
akan tetapi justru manusialah yang membutuhkan Allah. Ayat ini
menunjukkan pula tentang wajibnya manusia untuk mentauhidkan

30
Ahmad Ali, Junaidi Ismail dkk, Ar-Rahman the inspire al-Qur’anul Karim, h.31
31
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.523
15

Allah dan barang siapa yang mengingkarinya maka ia akan termasuk


orang yang kafir, yang tidak ada basalan bagianya kecuali neraka.32

D. Sikap terhadap Penyakit yang Diderita.


Dalam Islam, sikap terhadap penyakit yang diderita dapat dipandang
sebagai bagian dari perawatan. Islam memberikan panduan tentang cara
menyikapi sakit yang diderti dengan menggunakan aspek spritual, adapun
cara-cara menyikapi sakit menurut Islam yaitu :
1. Ikhlas, cara menyikapi sakit dalam islam yang pertama ialah ikhlas,
yakni menerima bahwa segala ketetapan hanya dari Allah dan segala
yang dilalui seorang hamba adalah jalan takdir terbaik yang sudah
digariskan.
2. Berfirkir Positif, Allah senantiasa memberikan pada hamba-Nya sesuai
yang diprasangkakan, sehingga ketika dalam kondisi sakit harus tetap
disikapi dengan berpikir positif kepada Allah Swt bahwa sakit tersebut
adalah ujian dan ujian akan menggugurkan dosa-dosa orang yang
terkena sakit.
3. Tawakkal, Salah satu prinsip utama dalam Islam adalah bertawakkal,
yaitu tawakkal (percaya) kepada Allah. Ini berarti bahwa sementara kita
mencari perawatan medis dan obat-obatan, kita juga harus meletakkan
kepercayaan kita pada Allah sebagai pemberi kesembuhan sejati.
4. Sabar, cara menyikapi sakit menurut Islam tentu saja dengan cara
bersabar. Setiap orang yang diciptakan Allah memiliki ujian sendiri-
sendiri, belum tentu ujian yang menimpa seseorang lebih ringan dari
ujian orang lain, tetap sabar dan memperbanyak ikhtiar serta doa.
5. Berdoa, jangan lupa libatkan Allah dalam setiap urusan, termasuk
ketika menyikapi rasa sakit, berdoa adalah cara untuk berkomunikasi
secara langsung kepada Allah, dengan berdoa hati akan menjadi tenang
dan segala urusan akan terasa mudah karena sudah menyampaikan
segalanya kepada yang Maha penolong.

32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), h.89
16

6. Percaya Takdir Allah, percaya bahwa garis hidup sudah ditentukan,


termasuk kondisi sakit yang saat ini menimpa, tidak perlu menyalahkan
keadaan atau menyalahkan penyebab sakit cukup jadikan sebagai
pelajaran dan bagikan kepada orang lain agar orang lain tidak terkena
hal yang sama.
7. Berusaha Mencari Pengobatan, jangan berdiam diri ketika sakit, hal
tersebut sama saja tidak memiliki semangat hidup dan tidak disukai
oleh Allah wajib berusaha mencari obat yang terbaik disertai doa
kepada Allah agar mendapatkan berkah dan kesembuhan dari obat
tersebut dan sakit yang diderita dapat sembuh.
8. Jangan Berandai Andai, jangan membayangkan hidup orang lain yang
lebih sehatatau membayangkan mengubah keadaan agar tidak terkena
sakit, sebagai umat muslim menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dan
masa depan sebagai harapan.
9. Instropeksi Diri, jangan lupa intropeksi diri, jika mungkin pernah
berbuat salah satau menyakiti orang lain hingga orang tersebut
mendoakan keburukan maka wajib segera meminta maaf dan menebus
kesalah semampunya.
10. Tidak Meminta Belas Kasih Orang Lain, jangan bersikap lemah dengan
meminta belas kasihan diri orang lain, tetap berbuat dan berusaha
semampu diri sendiri, meletakkan harapan pada manusia pada akhirnya
hanya akan menimbulkan luka dan rasa kecewa.
11. Lakukan Kewajiban Semampunya, setiap umat muslim wajib
melakukan kewajiban seperti shalat lima waktu yang harus dilakukan
dalam keadaam apapun setiap hari, jika dalam kondisi sakit jangan
mengabaikan shalat, tetap lakukan shlat walaupun dalam keadaan
duduk atau tidur.
12. Percaya Pertolongan Allah, Allah tentu tidak pernah membebani
seseorang dengan ujian yang melebihi kemampuannya, Allah yang
lebih mengerti kemampuan hamba-Nya. Cara menyikapi sakit menurut
17

Islam, wajib melaksanakan hal tersebut, wajib percaya bahwa


pertolongan Allah itu nyata.
13. Berserah Diri, ketika sudah melakukan yang terbaik seperti sudah
berusaha mencari pengobatan yang terbaik sudah menjalankan terapi
atau makan-makanan yang dianjurkan dengan sungguh-sungguh, serta
sudah berusaha intropeksi diri tetap belum juga mendapatkan
kesembuhan, maka selanjutnya wajib berserah diri kepada Allah.
14. Ambil Hikmahnya, setiap ujian yang diberikan Allah tentu ada
hikmahnya, contohnya ialah sakit yang dikarenakan terlalu banyak
makan makanan yang tidak sehat, mengakibatkan timbulnya penyakit.
15. Mohon Ampun Pada Orang Tua dan Sesama, bagi orang yang sakit dan
masih memiliki orang tua serta keluarga lengkap, jalin silaturahmi
dengan mereka.33

Dapat disimpulkan bahwa dalam Islam, sikap dan cara menyikapi sakit
memiliki beberapa aspek penting yang mencakup yaitu, ikhlas, tawakkal,
sabar, berdoa, percaya takdir Allah, introspeksi diri, melaksanakan
kewajiban semampunya, percaya pertolongan Allah, berserah diri dan lain
sebagainya. Semua aspek ini mengajarkan umat Islam untuk menghadapi
sakit dengan kesabaran dan pengabdian kepada-Nya, serta mengambil
pelajaran dan hikmah dari setiap ujian yang diberikan.

E. Macam-Macam Penyakit Rohani dalam Islam

Secara singkat dapat dikatakan, bahwa penyakit rohani ialah adanya


sifat dan sikap (budi pekerti) yang buruk dalam rohani seseorang manusia,
yang mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan
terganggunya kebahagiaan dan terhalangnya dia dari memperoleh
keridhaan Allah.34

33
Suharyanto Arby, “Amalan Shaleh : “15 Cara Menyikapi Sakit Menurut Islam”. Diakses
melalui https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/cara-menyikapi-sakit-menurut-islam/amp,
pada 23 September 2023, pukul 10.00 WITA
34
Abdullah, Bimbingan Perwatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.23
18

Allah banyak berbicara tentang penyakit jiwa. Mereka yang lemah iman
dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya. Penyakit-
penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap
berkeluh kesah, angkuh, sombong, dan membantah. Allah menyatakan,
bahwa dalam rohani manusia memang ada sifat dan sikap yang seperti itu.
Antara lain dalam surat Al-Ma’arij ayat 19, yang berbunyi: “Sesungguhnya
manusia itu diciptakan (bersifat) keluh kesah lagi kikir.35

Setidaknya penyakit rohani yang terdapat dalam diri terbagi oleh


beberapa macam dan jenisnya yakni sebagai berikut :

1. Riya
Kita adalah makhluk hidup yang tentunya memiliki sifat baik yang
telah melekat dalam dirinya, hal itu adalah sebuah fitrah yang Allah
tanamkan didalam diri masing-masing. Belajar ikhlas dalam
mengerjakan sesuatu agar tidak ada rasa terbebani, segala hal yang
dilakukannya terasa ringan dan menyenangkan. Kalimat riya’ sangatlah
tidak asing di dengar oleh telinga kita, hal ini perlunya kita mengerti
arti kalimat yakni; riya’ di ambil dari asal kata ru’yah yang artinya
seseorang menyukai jika dilihat dari orang lain. Lalu dirinya beramal
soleh dengan tujuan supaya mereka memujinya. Riya’ adalah amal
perbuatan yang kelihatannya dilakukan karena Allah Swt namun
bathinnya berniat supaya diperhatikan orang.36
2. Bakhil
Bakhil berasal dari kata bakhil atau bakhula yabkhalu atau
yabkhulu-bulkhan yang berarti memegang erat. Jadi bakhil yaitu orang
yang menahan apa yang seharusnya tidak ditahan, baik berdasarkan
hukum syari’at ataupun hukum muru’ah. Penggunaan kata bakhil
sendiri dalam Al-Qur’an selalu dimaknai dengan isyarat tentang
larangan dan celaan tentang semuanya terkait dengan terlenanya

35
Abdullah, Bimbingan Perwatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.24
36
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.24-25
19

dengan kenikmatan dunia. Gaya hidup ini ditandai pula dengan


keengganan untuk berzakat dan bersedekah, hilangnya rasa ukhwah dan
solidaritas kemanusiaan, dan yang menonjol adalah semangat
individualistik dan kebakhilan.37
3. Dengki
Ibnu Manzhur penulis kamus Lisan Al-‘Arab memaparkan, hasad
(dengki) berasal dari akar kata “hasada” yahsiduhu hasadan wa
hassadahu. Artinya, menginginkan perpindahan kenikmatan dan
karunia yang dimiliki orang lain kepada dirinya atau mengharapkan
keterampasannya dari orang tersebut. Secara terminologis, Al Hafidz
Ibnu Hajar rahimahullah mendefinisikan, hasad (dengki) adalah
mengharapkan hilangnya suatu kenikmatan dari si pemilik kenikmatan
tersebut kepada dirinya. Beberapa penyebab dan dampak munculnya
sifat dengki antara lain; cinta dunia dan ambis kekuasaan, permusuhan
dan kebencian, kelemahan iman dan kekhawatiran disombong
manusia.38
4. Ghibah
Ghibah, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk
gosip atau membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengatahuan
siempunya. Namun, makna yang dapat diambil dari bahasa aslinya,
yaitu Arab, bahwa Ghibah mempunyai arti dasar sesuatu yang
tersembunyi dari mata. Dari kata ini, terciptalah kata al-gaib yang
berarti sesuatu yang tidak nampak, dan al-ghibah. Merupakan istilah
yang menunjukkan kepada hal yang membicarakan tentang keburukan
atau aib seseorang yang tidak ada. Sehingga Ghibah secara eksplisit
merupakan suatu pembicaraan yang tujuannya membongkar aib
seseorang dibelakang atau tanpa diketahui oleh obyek yang
diperbincangkan, tidak ada orangnya. Bila aib yang dibongkar tersebut

37
Ardianingsih, Jujuk Najibah. Qabil dan Habil Kisah Orang-Orang Zalim. (Yogyakarta :
Mitra Pustka, 2004), h.18-25
38
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.30-31
20

tidak berdasar serta merupakan berita bohong, maka bahasanya sudah


menjadi sangat keras, yaitu fitnah. Namun terlepas dari benar atau
tidaknya pembicaraan tersebut, tetap saja pelakunya diberi peringatan
yang keras dan balasan yang pedih kelak.39
5. Takabur
Secara bahasa takabur adalah berarti merasa diri lebih besar dari
orang lain, sedangkan secara istilah adalah sikap mental dan perbuatan
yang merasa dirinya lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai atau lebih
segalanya dan memandang orang lain lebih rendah. Seseorang yang
memiliki sikap dan perbuatan takabur disebut mutakabbir, lawan dari
perilaku takabur adalah tawaduk yang artinya rendah hati. Takabur
secara umum terbagi menjadi dua yaitu takabr bathin dan takabur lahir,
takabur batin yaitu sifat dalam jiwa yang tidak terlihat dan melekat
dalam hati, seperti sifat merasa besar dan merasa lebih pandai
sedangkan takabur lahir adalah perbuatan dan tingkah laku yang dapat
dilihat seperti merendahkan atau menyepelekan orang lain.40
6. Hubbud Dunya
Hubbud Dunya (Cinta Dunia) merupakan salah satu syahwat yang
sering menimpa manusia dimana, penyakit ini memiliki ciri bahwa
kekuasaan, jabatan, dan segala yang menggiringnya pada popularitas
dan ketenaran merupakan tujuan hidupnya. Cinta dalam Islam
merupakan fitrah manusia tetapi bagaimana manusia dapat mengelola
cinta itu. Cinta yang paling besar adalah cinta kita pada Allah Swt.
Bukan cinta kepada makhluk ciptaannya atau anugerahnya secara
berlebihan.41
Jadi dari beberapan macam bentuk penyakit rohani dalam Islam dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa macam penyakit yang dapat menyebabkan

39
Ilyas Musyikah, Ghibah Perspektif Sunnah, Al-Qadau, Vol. 5 No. 1. Musthafa Al-
Adawy. 2006, Fiqih Akhlaq, (Jakarta : Qisthi Press, 2018), h.818
40
Yustiani Tuti, Be Smart Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Grafindo Media Pratama,
2008), h.73
41
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.58
21

turunya tingkat keimanan kita sebagai manusia, dan lalai atas apa yang telah
dilarangkan oleh Allah Swt, seperti Riya’ adalah amal perbuatan yang
kelihatannya dilakukan karena Allah Swt namun bathinnya berniat supaya
diperhatikan orang. Ghibah merupakan suatu pembicaraan yang tujuannya
membongkar aib seseorang dibelakang atau tanpa diketahui oleh obyek
yang diperbincangkan, tidak ada orangnya. Dan Hubbud Dunya (Cinta
Dunia) merupakan salah satu syahwat yang sering menimpa manusia
dimana, penyakit ini memiliki ciri bahwa kekuasaan, jabatan, dan segala
yang menggiringnya pada popularitas dan ketenaran merupakan tujuan
hidupnya.
F. Metode Mengobati Orang Sakit

Dalam ajaran Islam, gangguan spritual sering terkait dengan kondisi


hati, jiwa, dan hubungan seseorang dengan Allah Swt. Berikut ada beberapa
langkah atau metode untuk menyembuhkan penyakit rohani dalam
prespektif Islam:

1. Puasa untuk kesehatan jasmani dan rohani


Orang pertama yang memperkenalkan efek positif puasa terhadap
kesehatan adalah Rasulullah Saw, selain sebagai amalan ibadah yang
wajib dilakukan satu bulan penuh dalam setahun, puasa juga berdampak
baik bagi kesehatan. Rasulullah Saw bersabda: “Berpuasalah, niscaya
kalian akan sehat”.42
2. Pengajaran Al-Qur’an dan Al-Hikmah
Al-qur’an merupakan rahmat bagi ummat manusia yang menjadi
sumber dan pedoman utama dalam segala aspek kehidupan dunia
maupun akhirat. Dikarenakan alqur’an merupakan kitab Allah yang
diturunkan langsung kepada Rasulullah Saw. Melalui malaikat Jibril,
dan sebagai penyempurna bagi kitab-kitab terdahulu yang memiliki
keistimewaan sekaligus penawar dan obat yang paling baik dalam hal

42
M. Sanusi, Terapi Kesehatan Warisan Kedokteran Islam Klasik. (Yogyakarta : Najah
Divapress, 2012), h. 40-41
22

ini Psikoterapi Islam mencegah dan menyembuhkan segala bentuk


penyakit baik fisik maupun penyakit psikis. Alqur’an dianggap sebagai
terapi yang pertama dan utama, sebab di dalamnya terdapat rahasia
mengenai bagaimana menyembuhkan penyakit jiwa manusia.43
3. Shalat
Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia
dengan Allah Swt. Dengan shalat kelezatan munajat kepada Allah akan
terasa, pengabdian kepada-Nya dapat diapresiasikan, begitu juga
dengan penyerahan segala urusan kepada-Nya. Shalat merupakan
perilaku Ihsan hamba kepada Allah. Ihsan shalat adalah dengan
menyempurnakan dengan membulatkan budi dan hati sehingga pikiran,
penghayatan dan anggota badan menjadi satu, tertuju hanya kepada
Allah Swt.44
Hikmah yang bisa diperoleh dari gerakan-gerakan shalat ibu bagi
kehesatan jasmani, dan dengan sendirinya akan membawa pada aspek
kesehatan ruhaniah atau mental seseorang ditinjau dari ilmu kesehatan,
setiap gerakan, setiap sikap, serta dalam setiap perubahan dalam gerak
dan sikap tubuh, pada waktu melaksanakan shalat adalah yang paling
sempurna dalam memelihara kondisi kesehatan tubuh.45
4. Dzikir
Secara ilmu jiwa, dzikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang
yang hilang, sebab aktivitas dzikir mendorong seseorang untuk
mengingat, menyebut dan mereduksi kembali hal-hal yang tersembunyi
dalam hatinya. Dzikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa
yang membuat dan menyembuhkan berbagai macam penyakit, terutama
penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, dan meredam tingkat

43
Feni Hikmawati, Bimbingan Dan Konseling Prespektif Islam. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2015), h.50
44
Khairunnisa Rajab, Psikologi Ibadah: Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia
(Cet. 1; Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2011), h.41
45
Ahsin W. Fiqih Kesehatan, (Jakarta : Amzah, 2010), h.105
23

emosional seseorang. Dalam Al-qur’an juga menganjurkan untuk


senantiasa berdzikir.46
5. Sabar
Sabar secara etimologi berasal dari bahasa Arab dari kata shabaro
yang berarti tabah hati, menahan dan mencegah, memaksa. Secara
terminologi sabar adalah menahan diri untuk tetap mengerjakan sesuatu
yang disukai oleh Allah Swt atau menghindarkan diri dari melakukan
sesuatu yang dibenci Oleh-Nya47
6. Madu dan mawar untuk pengobatan
Sebagai langkah pengobatan penyakit, Ibnu Sina
merekomendasikan campuran madu dan mawar yang dikonsumsi setiap
pagi. Madu memang memiliki banyak manfaat, selain sebagai racun
bagi penyakit, madu juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Selain
itu, bunga mawar juga bermanfaat untuk meredakan demam,
menormalkan siklus haid, menghilangkan bengkak, mensterilkan racun
serta menghilangkan panas dan racun dalam tubuh.48
Jadi dapat disimpulkan dari point di atas bahwa ada beberapa cara
atau metode dalam mengobati menurut ajaran Islam, yang mempunyai
kegunaan atau manfaat masing-masing dari beberapa metode seperti,
puasa, dzikir, sabar, shalat, pengajaran Al-Qur’an dan meminum madu
dan mawar.

46
Samsul Munir Amin dan Hariyanto Al-Fandi, Energi Dzikir, Menentramkan Jiwa,
Membangkitkan Optimisme, (Jakarta : Amzah, 2008), h.206
47
Moh Sholeh, Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi: Telah Menuju Ilmu Kedokteran
Holistik. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 240
48
Ibnu Sina dalam Buku Adji Suranto, Terapi Madu, (Bogor : Penebar Swadaya, 2007),
h.49
BAB III

KESIMPULAN

1. Islam menganggap kesehatan sebagai aspek penting dalam kehidupan manusia.


Al-Qur'an mengandung pengajaran tentang keutamaan kesehatan, pentingnya
menjaga kesehatan jasmani dan rohani, serta pola hidup sehat. Ada tiga
peringkat kepentingan dalam menjaga kesehatan yang meliputi dharuriyyat
(kebutuhan primer), hajjiyyat (kebutuhan sekunder), dan tahsiniyyat
(kebutuhan tersier). Al-Qur'an juga dianggap sebagai sarana kesehatan, baik
secara fisik maupun mental, dengan mendengarkan atau membaca ayat-
ayatnya. Ayat-ayat dalam Al-Qur'an dapat memberikan penyembuhan dan
ketenangan hati. Pola hidup sehat dalam Islam melibatkan menjaga kebersihan,
mengonsumsi makanan yang halal dan baik, berolahraga, dan memberikan
waktu istirahat yang cukup. Selain itu, menjaga kebersihan hati, beribadah
dengan ikhlas, dan berusaha untuk menjalankan perintah Allah juga merupakan
bagian dari pola hidup sehat secara rohani.
2. Dalam Islam, sikap dan cara menyikapi sakit memiliki beberapa aspek penting
yang mencakup yaitu, ikhlas, tawakkal, sabar, berdoa, percaya takdir Allah,
introspeksi diri, melaksanakan kewajiban semampunya, percaya pertolongan
Allah, berserah diri dan lain sebagainya. Semua aspek ini mengajarkan umat
Islam untuk menghadapi sakit dengan kesabaran dan pengabdian kepada-Nya,
serta mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap ujian yang diberikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2021. Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit.


Yogyakarta: Aswaja pressindo.
Ali, Ahmad, Junaidi Ismail,dkk. 2004. Ar-Rahman the Inspire al-Qur’anul Karim.
Jakarta : CV. Al Qalam Publishing.
Amin, Samsul Munir dan Hariyanto Al-Fandi. 2008. Energi Dzikir, Menentramkan
Jiwa, Membangkitkan Optimisme. Jakarta : Amzah.
Arby, Suharyanto. 2018. “Amalan Shaleh : “15 Cara Menyikapi Sakit Menurut
Islam”. Diakses melalui https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-
shaleh/cara-menyikapi-sakit-menurut-islam/amp, pada 23 September 2023,
pukul 10.00 WITA.
Ardianingsih, Jujuk Najibah. 2004. Qabil dan Habil Kisah Orang-Orang Zalim.
Yogyakarta : Mitra Pustka.
Hashman, Ade. 2012. Rahasia Kesehatan Rasulullah, Jakarta : Naura Book.
Hikmawati, Feni. 2015. Bimbingan Dan Konseling Prespektif Islam. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Ibnu Sina dalam Buku Adji Suranto. 2007. Terapi Madu. Bogor : Penebar Swadaya.
Irwan. 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. Gorontalo : CV. Absolute Media.
Katsir,Ibnu. 2008. Tafsir Ibnu Katsir, Terj, Abdul Ghoffar, Jilid 5. Jakarta : Pustaka
Ibnu Katsir.
Kementrian Agama RI, 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah.
Musyikah, Ilyas.2018. Ghibah Perspektif Sunnah, Al-Qadau, Vol. 5 No. 1.
Musthafa Al-Adawy. 2006, Fiqih Akhlaq. Jakarta : Qisthi Press.
Mustofa, Agus. 2004. Untuk Apa Berpuasa : Scientific Fasting. Surabaya : Padma
Press.
Nadya “Konsep Sehat dan Sakit”, diakses melalui https://uin-
alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit, pada 21 September
2023, pukul 02.30 WITA.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.
Risneka Cipta.
Nursi, Badiuzzaman Said. 2014. Terapi Maknawi dengan Resep Qur’ani.
Tangerang : Risalah Nur Press.
Rajab, Khairunnisa. 2011. Psikologi Ibadah: Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati
Manusia. Cet. 1; Jakarta : Sinar Grafika Offset.

25
26

Sanusi, M. 2012. Terapi Kesehatan Warisan Kedokteran Islam Klasik. Yogyakarta


: Najah Divapress.
Shihab, M. Quraish. 2006. Membumikan al-Qur’an. Bandung : Mizan Pustaka.
Shihab, M. Quraish. 2006. Wawasan al-Qur’an. Bandung : Mizan Pustaka.
Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati.
Sholeh, Moh. Imam Musbikin. 2005. Agama Sebagai Terapi: Telah Menuju Ilmu
Kedokteran Holistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Soularto, D. Suryo. 2010 Petunjuk Ksehatan Dalam al-Qur’an dan As-Sunnah.
Fakultas Kedokteran UMY Press
Thabbarah, Afif Abdul Fatah. 1989. Tafsir Juz, Amma : lengkap dan ilmiah, terj.
Bahrun Abu Bakar. Bandung : CV. Sinar Baru.
Tuti, Yustiani. 2008. Be Smart Pendidikan Agama Islam. Bandung : Grafindo
Media Pratama.
Wahyudi, M. Nur. 2015. Pola Hidup Sehat Dalam Prespektif Al-Qur’an. Semarang
: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.
W. Ahsin. 2010. Fiqih Kesehatan. Jakarta : Amzah.
Yuliandari, Elly. 2018. Psikologi Klinis, Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Zaraz Obella NA, Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat, Jurnal
Fakultas Kesehatan Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai