Diajukan sebagai persyaratan final mata kuliah Teknik Perawatan Rohani Islam.
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Lutfiyah Ainiyyah. A
50200121063
2023
KATA PENGANTAR
Yang kedua, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H.
M. Sattu Alang, M.A. yang telah memberikan arahan dan ajaran tentang mata kuliah
Teknik Perawatan Rohani Islam.
Adapun yang terakhir saya menyadari makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu saya mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai pembelajaran.
Lutfiyah Ainiyyah. A
i
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ..................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sakit adalah ketika merasa tidak nyaman di tubuh dan dibeberapa bagian
tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit kepala, dan lain-lain). Sakit
juga merupakan gangguan dalam fungsi normal seseorang, sakit juga dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Baik itu dari lingkungan yang kurang bersih,
1
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. ( Jakarta : PT. Risneka
Cipta, 2005), h.2
2
Agus Mustofa, Untuk Apa Berpuasa : Scientific Fasting, (Surabaya : Padma Press,
2004),h. 104
1
2
Sakit juga sebagai sebuah ujian kesabaran karena derita sakit itu bisa
menjadikan detik-detik umurmu setara dengan berjam-jam ibadah. Sebab
ibadah terbagi menjadi dua, yaitu : pertama, ibadah aktif (ijabah) yang
terwujud dalam pelaksanaan shalat, doa dan yang semisalnya. Kedua,
ibadah pasif (salbiah) dimana penderitaan sakit bersimpuh menyerahkan
diri kepada Allah Swt yang maha penyayang sembari memohon
perlindungan dan bersujud pada-Nya. Hal itu didasari dengan rasa
ketidakmampuan dihadapan penyakit dan musibah tersebut sehingga ia
mendapatkan ibadah maknawi yang tulus dan bersih dari segala bentuk riya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat, yaitu :
1. Bagaimana indikator tinjauan medis dan tinjauan Islam tentang sehat dan
sakit?
2. Bagaimana sikap terhadap penyakit yang diderita?
3
Badiuzzaman Said Nursi, Terapi Maknawi dengan Resep Qur’ani. (Tangerang : Risalah
Nur Press, 2014), h. 35
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sehat
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-
Shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat, dari cela, nyata, benar,
dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula, pertama
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit),
kedua, mendatangkan kebaikan pada badan, ketiga sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-Shihhhah yaitu al’-
‘afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna).
Kedua kata Ash-shihah dan al-afiah sering digabung menjadi satu yaitu
ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diartikan menjadi sehat wal afiat
atau sehat secara sempurna.5
Kata sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan atau kondidi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas
dari sakit. Mengacu pada Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992
4
Irwan, Etika dan Perilaku Kesehatan. (Gorontalo : CV. Absolute Media, 2017), h. 23.
5
Nadya “Konsep Sehat dan Sakit”, diakses melalui https://uin-
alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit, pada 21 September 2023, pukul 02.30 WITA
3
4
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis.
Konsep “sehat”, Word Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik
fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan atau cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas
dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya
belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.6
2. Pengertian Sakit
Sakit pada umumnya diartikan suatu keadaan yang tidak normal atau
lazim pada diri seseorang. Misalnya bila seseorang mempunyai keluhan
tanda gejala sakit gigi yang tidak tertahankan, demam, dan lain
sebagainya ini yang dikatakan dengan sakit atau bahkan mengalami
penyakit bila telah didiagnosis oleh dokter atau pun medis. Sakit adalah
dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya
proses penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. 7
Sakit merupakan salah satu bentuk ujian yang diturunkan kepada
manusia baik sebagai musibah ataupun sebagai rahmat. Sakit tidak
selalu kembali pada konotasi musibah, karena sakit yang diberikan oleh
Allah Swt bisa jadi mengandung banyak hikmah. Bila ditelaah lebih
lanjut, bahwa musibah yang diturunkan Allah Swt, sebagaimana
informasi Al-Qur’an setidaknya, ada empat konteks pemahaman, yaitu
sebagai ujian bagi orang mukmin, sebagai peringatan atau teguran,
sebagai azab atau siksa bagi manusia yang banyak berbuat dosa atau
6
Nadya, “Konsep Sehat dan Sakit”, diakses melalui http://uin-
alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit, pada 21 September 2023, pukul 02.30 WITA
7
Irwan, Etika dan Perilaku Kesehatan,h. 26
5
8
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit. (Yogyakarta : Aswaja
pressindo, 2021), h.10
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta : Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, 2012), h.24
10
Elly Yuliandari, Psikologi Klinis, Cet. 1. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2018), h.24
6
secara baik, dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental atau psikis
adalah sehatnya pikiran, emosional, maupun spritual dari seseorang. 11
1. Life spam, yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat,
atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang
bukan karena mati tua.
2. Disease or infirmity, yang merupakan keadaan sakit atau cacat
secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
3. Discomfort or ilness yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang
keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
4. Disability or incapacity, maksudnya adalah ketidakmampuan
seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan
menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5. Participation in health care, yaitu kemampuan dan kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu
dalam keadaan sehat.
6. Health behavior, merupakan perilaku manusia yang nyata dari
anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah
kesehatan.
7. Ecologic behavior, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan,
spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
11
Zaraz Obella NA, Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat, Jurnal Fakultas
Kesehatan Universitas Lampung, h.109
7
12
Zaraz Obella NA, Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat, Jurnal Fakultas
Kesehatan Universitas Lampung, h. 111
13
D. Suryo Soularto, Petunjuk Ksehatan Dalam al-Qur’an dan As-Sunnah (Fakultas
Kedokteran UMY Press, 2010), h. 13
8
ْ َواِذَا َم ِر
ضتُ فَ ُه َو يَ ْش ِفي ِْن
14
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.370
15
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an. (Bandung : Mizan Pustaka, 2006), h.181
16
Ade Hashman, Rahasia Kesehatan Rasulullah, (Jakarta : Naura Book, 2012), h.54
9
17
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2006), h.190
18
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h.153
19
D. Suryo Soularto, Petunjuk Ksehatan Dalam al-Qur’an dan As-Sunnah, h.9
10
20
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj, Abdul Ghoffar, Jilid 5 (Jakarta : Pustaka Ibnu
Katsir,2008), h.154
21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.481
11
علَى التَّقْ ٰوى ِم ْن ا َ َّو ِل يَ ْو ٍم ا َ َح ُّق ا َ ْن تَقُ ْو َم َ س َ َْل تَقُ ْم ِف ْي ِه اَبَد ًِۗا لَ َمس ِْجد ٌ ا ُ ِس
ط ِه ِر ْي َن ّٰ ط َّه ُر ْو ِۗا َو
َّ ّٰللاُ يُ ِحبُّ ْال ُم َ َ فِ ْي ِِۗه فِ ْي ِه ِر َجا ٌل ي ُِّحب ُّْونَ ا َ ْن يَّت
22
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj, Abdul Ghoffar, Jilid 5, h. 60
23
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 204
24
Afif Abdul Fatah Thabbarah, Tafsir Juz, Amma : lengkap dan ilmiah, terj. Bahrun Abu
Bakar, (Bandung : CV. Sinar Baru, 1989), h.191
12
25
M. Nur Wahyudi, Pola Hidup Sehat Dalam Prespektif Al-Qur’an (Semarang : Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora, 2015), h.35
26
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.122
13
b. Sehat Rohani
Sehat secara rohani tertera dalam Al-Qur’an surah al-A’la 87 ayat 14
27
Ahmad Ali, Junaidi Ismail,dkk, Ar-Rahman the Inspire al-Qur’anul Karim, (Jakarta :
CV. Al Qalam Publishing, 2004), h.9
28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.364
29
Ahmad Ali, Junaidi Ismail,dkk, Ar-Rahman the Inspire al-Qur’anul Karim, h.10
14
30
Ahmad Ali, Junaidi Ismail dkk, Ar-Rahman the inspire al-Qur’anul Karim, h.31
31
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.523
15
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), h.89
16
Dapat disimpulkan bahwa dalam Islam, sikap dan cara menyikapi sakit
memiliki beberapa aspek penting yang mencakup yaitu, ikhlas, tawakkal,
sabar, berdoa, percaya takdir Allah, introspeksi diri, melaksanakan
kewajiban semampunya, percaya pertolongan Allah, berserah diri dan lain
sebagainya. Semua aspek ini mengajarkan umat Islam untuk menghadapi
sakit dengan kesabaran dan pengabdian kepada-Nya, serta mengambil
pelajaran dan hikmah dari setiap ujian yang diberikan.
33
Suharyanto Arby, “Amalan Shaleh : “15 Cara Menyikapi Sakit Menurut Islam”. Diakses
melalui https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/cara-menyikapi-sakit-menurut-islam/amp,
pada 23 September 2023, pukul 10.00 WITA
34
Abdullah, Bimbingan Perwatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.23
18
Allah banyak berbicara tentang penyakit jiwa. Mereka yang lemah iman
dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya. Penyakit-
penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap
berkeluh kesah, angkuh, sombong, dan membantah. Allah menyatakan,
bahwa dalam rohani manusia memang ada sifat dan sikap yang seperti itu.
Antara lain dalam surat Al-Ma’arij ayat 19, yang berbunyi: “Sesungguhnya
manusia itu diciptakan (bersifat) keluh kesah lagi kikir.35
1. Riya
Kita adalah makhluk hidup yang tentunya memiliki sifat baik yang
telah melekat dalam dirinya, hal itu adalah sebuah fitrah yang Allah
tanamkan didalam diri masing-masing. Belajar ikhlas dalam
mengerjakan sesuatu agar tidak ada rasa terbebani, segala hal yang
dilakukannya terasa ringan dan menyenangkan. Kalimat riya’ sangatlah
tidak asing di dengar oleh telinga kita, hal ini perlunya kita mengerti
arti kalimat yakni; riya’ di ambil dari asal kata ru’yah yang artinya
seseorang menyukai jika dilihat dari orang lain. Lalu dirinya beramal
soleh dengan tujuan supaya mereka memujinya. Riya’ adalah amal
perbuatan yang kelihatannya dilakukan karena Allah Swt namun
bathinnya berniat supaya diperhatikan orang.36
2. Bakhil
Bakhil berasal dari kata bakhil atau bakhula yabkhalu atau
yabkhulu-bulkhan yang berarti memegang erat. Jadi bakhil yaitu orang
yang menahan apa yang seharusnya tidak ditahan, baik berdasarkan
hukum syari’at ataupun hukum muru’ah. Penggunaan kata bakhil
sendiri dalam Al-Qur’an selalu dimaknai dengan isyarat tentang
larangan dan celaan tentang semuanya terkait dengan terlenanya
35
Abdullah, Bimbingan Perwatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.24
36
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.24-25
19
37
Ardianingsih, Jujuk Najibah. Qabil dan Habil Kisah Orang-Orang Zalim. (Yogyakarta :
Mitra Pustka, 2004), h.18-25
38
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.30-31
20
39
Ilyas Musyikah, Ghibah Perspektif Sunnah, Al-Qadau, Vol. 5 No. 1. Musthafa Al-
Adawy. 2006, Fiqih Akhlaq, (Jakarta : Qisthi Press, 2018), h.818
40
Yustiani Tuti, Be Smart Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Grafindo Media Pratama,
2008), h.73
41
Abdullah, Bimbingan Perawatan Rohani Islam Bagi Orang Sakit, h.58
21
turunya tingkat keimanan kita sebagai manusia, dan lalai atas apa yang telah
dilarangkan oleh Allah Swt, seperti Riya’ adalah amal perbuatan yang
kelihatannya dilakukan karena Allah Swt namun bathinnya berniat supaya
diperhatikan orang. Ghibah merupakan suatu pembicaraan yang tujuannya
membongkar aib seseorang dibelakang atau tanpa diketahui oleh obyek
yang diperbincangkan, tidak ada orangnya. Dan Hubbud Dunya (Cinta
Dunia) merupakan salah satu syahwat yang sering menimpa manusia
dimana, penyakit ini memiliki ciri bahwa kekuasaan, jabatan, dan segala
yang menggiringnya pada popularitas dan ketenaran merupakan tujuan
hidupnya.
F. Metode Mengobati Orang Sakit
42
M. Sanusi, Terapi Kesehatan Warisan Kedokteran Islam Klasik. (Yogyakarta : Najah
Divapress, 2012), h. 40-41
22
43
Feni Hikmawati, Bimbingan Dan Konseling Prespektif Islam. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2015), h.50
44
Khairunnisa Rajab, Psikologi Ibadah: Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia
(Cet. 1; Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2011), h.41
45
Ahsin W. Fiqih Kesehatan, (Jakarta : Amzah, 2010), h.105
23
46
Samsul Munir Amin dan Hariyanto Al-Fandi, Energi Dzikir, Menentramkan Jiwa,
Membangkitkan Optimisme, (Jakarta : Amzah, 2008), h.206
47
Moh Sholeh, Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi: Telah Menuju Ilmu Kedokteran
Holistik. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 240
48
Ibnu Sina dalam Buku Adji Suranto, Terapi Madu, (Bogor : Penebar Swadaya, 2007),
h.49
BAB III
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26