ETIKA DA’I
Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
Arman. M : 50200121058
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Definisi Etika................................................................................................3
B. Etika Da’i dalam Berdakwah........................................................................4
BAB III PENUTUP.................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak menempati posisi penting dalam kehidupan baik individu,
masyarakat, maupun bangsa terlebih bagi seorang juru dakwah yang selalu
berinteraksi dengan khalayak dalam mengemban dan menyampaikan amanah
yang suci dari Tuhan. Eksistensi akhlak dalam berdakwah yang
mengharuskan adanya komitmen pada setiap perkataan dan perbuatan
dipandang begitu berat dan membebani dalam mengaplikasikannya. Itulah
yang banyak menimbulkan persepsi tentang esensi dakwah, bahwa
signifikansi dakwah bukan hanya sebatas mensucikan fitrah manusia ke jalan
Tuhannya melainkan juga mengandung pesan moral dan kesucian akhlaknya
yang mesti dipertanggung jawabkan. Karenanya, profesi berdakwah tak
jarang ditinggalkan, dengan berlandaskan Al-Qur’an surah as-Shaf ayat 2-3:
Jika para da’i sadar akan tugas yang sedang diembannya, maka tugas
da’i bukan hanya menyampaikan saja, tetapi sebagai warosatul anbiya, yaitu
bahwa dirinya mengemban amanah dari Allah SWT, dan ia pun dituntut
untuk mengamalkannya. Oleh karenanya penting bagi da’i untuk terus, dan
terus meningkatkan ilmu pengetahuannya, memperbaiki akhlaq dan
kepribadiannya dan meningkatkan kompetensinya. Serta mengetahui
bagaimana akhlaq-akhlaq dan keteladanan para nabi dalam berdakwah,
sehingga kita bisa belajar dari keberhasilan dakwah para nabi. Dan juga para
juru dakwah pun perlu mengetahui rambu-rambu etis dalam berdakwah,
sebagai patokan/ tolok ukur dalam proses dakwahnya.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari disusunnya makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Bagaimana etika da’i dalam berdakwah?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa itu etika.
2. Untuk mengetahui etika seorang da’i dalam berdakwah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang artinya tampak
dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya adalah
perbuatan, sikap, atau tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus adalah
ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu individu dalam lingkungan pergaulannya
yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku yang dianggap benar.
Dengan begitu, Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruknya serta
kewajiban, hak, dan tanggung jawab, baik itu secara sosial maupun moral, pada
setiap individu di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Atau bisa dikatakan juga
bahwa etika mencakup nilai yang berhubungan dengan akhlak individu terkait
benar dan salahnya.
Adapun banyak jenis etika yang dapat kita jumpai di lingkungan sekitar,
misalnya, etika berteman, etika profesi atau kerja, etika dalam rumah tangga,
etika dalam melakukan bisnis, dan semacamnya. Etika tentunya harus dimiliki
oleh setiap individu dan sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi yang mana hal itu
menjadi jembatan agar terciptanya suatu kondisi yang baik di dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sebagai contoh, etika yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan
sekitar, yakni mengucap salam saat bertamu ke rumah orang, baik itu saudara,
kerabat, maupun teman. Kemudian, meminta maaf setelah kita berbuat kesalahan,
dan mengucapkan terima kasih saat seseorang telah menolong atau membantu
kita.
3
B. Etika Da’i dalam Berdakwah
1. Lakukan apa yang disampaikan.
Dalam berdakwah yang mempunyai karakter mengajak, dai semestinya
“turut serta” dan larut dalam ajakan kebaikan tersebut. Materi dalam dakwah
yang berisi kebaikan, dan disampaikan kepada orang lain, semestinya menjadi
bahan refleksi diri dan membetot kesadaran agar dai-lah orang pertama yang
seharusnya melakukan apa yang disampaikan. Hal ini, mampu menimbulkan
atsar (bekas) pada diri audiens, sehingga perkataan dai bisa didengar dan
diikuti .
َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هّٰللا ِ اَنْ تَقُ ْولُ ْوا َما اَل تَ ْف َعلُ ْو َن
Artinya: “(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.”
4
3. Memiliki visi kemaslahatan audiens/pengikut (mashâliḫ mutbi‘în) dengan
belas kasih dan penuh kerahmatan (al-ra’fah wa al-raḫmah).
Etika berdakwah ini semestinya memberikan peringatan kepada dakwah
akan efek, baik sosial maupun lainnya, atas materi dakwah yang disampaikan.
Oleh karena itu, penyampaian dan materi dakwah semestinya berisi dan
disampaikan dengan penuh belas kasih dan keramahan.
ص َعلَ ْي ُك ْم
ٌ س ُك ْم َع ِز ْي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِر ْي ُ لَقَ ْد َج ۤا َء ُك ْم َر
ِ ُس ْو ٌل ِّمنْ اَ ْنف
بِا ْل ُمْؤ ِمنِ ْي َن َر ُء ْوفٌ َّر ِح ْي ٌم
Artinya: “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri, yang tidak tahan melihat penderitaanmu, yang sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, serta penyantun dan penyayang
terhadap orang-orang yang beriman.”
5
هّٰللا
ْض ْوا ِمن ِ فَبِ َما َر ْح َم ٍة ِّم َن ِ لِ ْنتَ لَ ُه ْم ۚ َولَ ْو ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ا ْلقَ ْل
ُّ َب اَل ْنف
َستَ ْغفِ ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَاِ َذا َع َز ْمت ْ َح ْولِ َك ۖ فَاعْفُ َع ْن ُه ْم َوا
فَت ََو َّك ْل َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِنَّ هّٰللا َ يُ ِح ُّب ا ْل ُمتَ َو ِّكلِ ْي َن
Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal.”
Dalam ayat tersebut, kumulasi karakter dai yang terpuji terkumpul dalam
pribadi Rasulullah dalam berdakwah. Sikap lemah lembut (layn dan rifq),
tidak keras dan kasar, berjiwa pemaaf, dan mengajak diskusi/berdialog dalam
urusan tertentu.
6
BAB III
PENUTUP
7
DAFTAR PUSTAKA