Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENGANTAR ILMU DAKWAH

Tentang

(Kode etik dakwah dan etika dai)

Disusun Oleh

Kelompok 12

1.Elbi Novita (2112030121)

2.Ilham Aulia Robbi (2112030117)

3.Rahulil asyar (2112030092)

Dosen Pembimbing

Nazirman,MA

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN IMAN BONJOL PADANG 1443 H / 2021 M


KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang mana dengan Izin dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tentang “Kode etik dakwah dan etika
dai”tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar ilmu
dakwah.Selain itu,makalah ini juga memberikan wawasan kepada Pembaca dan penulis secara
mendalam dan Mendetail. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nazirman,MA yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah Ini. Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan masalah ini. Masih jauh dari Sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang
membangun di harapkan Demi kesempurnaan makalah ini.Sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi Kita semua. Amin ya robbal alamin.

Padang, November 2021

Penulis
PEMBAHASAN KODE ETIK DAKWAH DAN ETIKA DAI

A. Pengertian Kode Etik

Istilah kode etik lazimnya merujuk pada aturan – aturan atau prinsip Prinsip yang merumuskan
perlakuan benar dan salah. Secara umum Etika dakwah itu adalah etika islam itu sendiri,di mana
secara umum Seorang da’I harus melakukan tindakan – tindakan yang terpuji dan Menjauhkan diri
dari prilaku – prilaku yang tercela. Dan pengertian kode Etik dakwah adalah rambu – rambu etis yang
harus dimiliki oleh seorang Juru dakwah. Namun secara khusus dalam dakwah terdapat kode etik
tersendiri. Dalam berdakwah terdapat beberapa etika yang merupakan rambu rambu etis juru
dakwah, sehingga dapat dihasilkan dakwah yang bersifat responsif. Seorang da’I atau pelaku dakwah
dituntut untuk memiliki etika – etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku perilaku yang
tercela.

Beberapa kode etik dakwah adalah sebagai berikut :

1.Harus bersikap sopan

Kesopanan seorang da’i harus di jaga baik itu dalam perbuatan Ataupun perkataan, cara
mengenakan pakaian, dan bentuk serta model Pakaian, harus di jaga serapih mungkin, agar mad’u
dapat menghormati Da’i tersebut, cara berpakaian dan bentuk pakaian yang dikenakan harus Dijaga
dengan sebaik mungkin dan tidak menyolok, yang perlu diingat Oleh da’I adalah ia bertindak sebagai
mubaligh yaitu penyampai ajaran Kebenaran islam , bukan sebagai peragawan atau peragawati,
ataupun Model, karena itu kesopanan dan kepantasan menjadi hal yang harus Diperrtimbangkan
oleh da’I dalam melakukuan aktivitas dakwahnya.

2.Seorang da’I harus jujur

DalamMenyampaikan Aktivitas Dakwah,Hendaklah Da’I Menyampaikan sesuatu informasi dengan


jujur, seorang da’I juga harus Menyampaikan sesuatu yang keluar dari lisannya harus sesuai dengan
Perbuatannya, seorang da’I tidak boleh berkata bohong, apalagi sengaja Berbohong dalam suatu
tema atau topic pembicaraan.

3.Tidak melakukan toleransi/kompromi dengan agama lain

Toleransi memang dianjurkan oleh islam tetapi dalam batas-batas Tertentu dan tidak menyangkut
masalah agama atau aqidah. Dalam hal ini Islam memberikan garis tegas tidak bertoleransi,dan
kompromi. Ketika Nabi masih tinggal di mekkah orang-orang musyrikin mencoba mengajak Beliau
Untuk Melakukan Kompromi Agama,Kata Mereka“wahai Muhammad ikutilah agama kami maka
kami pun akan mengikuti kamu,Kamu menyembah tuhan-tuhan kami selama satu tahun nanti kami
akan Menyembah tuhan kamu selama satu tahun, mendengar ajakan itu nabi Berkata“Saya Mohon
Perlindungan Allah Agar Tidak mempersekutukanNYA dengan yang lain”, kemudian turun Surat
AlKafrun yang intinya orang islam tidak diperkenankan menyembah sesembahan orang – orang kafr (
QS. Al – Kafrun ayat 4)

Artinya : “ Dan aku tidak akan menjadi penyembah apa yang kamu Sembah.”
4.Tidak mencerca agama lain

Pada waktu nabi masih di mekkah orang musyrikin mengatakan Bahwa beliau dan para pengikutnya
sering meghina dan mencerca Berhala Sesembahan Mereka Akhirnya Secara Emosional Mereka
Mencerca Allah sesembahan Nabi, lalu Allah menurunkan ayat yang Berbunyi : ( QS. Al – An’am ayat
108) Artinya : “ Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka Sembah selain Allah”.

5. Tidak melakukan diskriminasi

Dalam Perkenankan Menjalankan Melakukan Tugas Dakwah Diskriminasi Sosial Seorang Da’i Tidak Di
Antara Orang Yang Di Dakwahi,seorang da’i tidak di perkenankan lebih mementingkan orangorang
kelas elite saja, sementara orang kelas bawah dinomorduakan,Maka turunlah ayat yang berbunyi : (
QS. Abasa ayat 1 – 2 ).Artinya : “ Dia berwajah masam dan berpaling karena seorang buta Telah
datang kepadanya”.

6. Tidak memungut imbalan

Suatu hal yang sangat penting dalam dakwah Rasulullah saw Maupun nabi-nabi sebelumnya beliau
tidak pernah memungut imbalan Dari pihak-pihak yang didakwahi beliau hanya mengharapkan
imbalan dari Allah saja, selain itu juga meminta imbalan dari kegiatan dakwah lebih Buruk Dari
Sekedar Menerimanya,Meminta Berarti Pendakwah Menentukan besaran honorarium, baik secara
sepihak maupun dengan Negoisasi, sedangkan menerima imbalan semata, artiya tanpa meminta
minta Berarti Pendakwah Bersikap Pasif,Tidak Meminta-mintanya Merupakan penentuan dari mitrah
dakwah, sementara pendakwah berhak Menerima atau menolaknya.

7.Tidak Berteman Dengan Pelaku Maksiat

Berkawan dengan pelaku maksiat ini dikhawatirkan akan berdampak buruk, Karena orang yang
bermaksiat itu beranggapan seakan-akan perbuatan Maksiatnya itu direstui dakwah, pada sisi lain
integritas seorang da’i tersebut Akan berkurang

8.Tidak Menyampaikan Hal-Hal Yang Tidak Diketahui

Da’i yang menyampaikan suatu hukum, sementara ia tidak mengetahui hukum Itu pasti ia akan
menyesatkan umat. Seorang dakwah tidak boleh asal menjawab Pertanyaan orang menurut
seleranya sendiri tanpa ada dasar hukumnya.13 Hal ini berdasarkan QS. Al-Isra’:36

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan Tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan Diminta pertanggung
jawabannya.”

Hikmah Kode Etik Dakwah

Rambu-rambu etis dalam berdakwah atau yang disebut dengan kode Etik dakwah apabila
diaplikasiakn dengan sungguh-sungguh akan berdampak pada Mad’u atau oleh sang da’i. Pada
mad’u akan memperoleh simpati atau respon yang Baik karena dengan menggunakan etika dakwah
yang benar akan tergambar Bahwa islam itu merupakan agama yang harmonis, cinta damai, dan
yang penuh Dengan tatanan-tatanan dalam kehidupan masyarakat. Namun secara umum Hikmah
dalam pengaplikasian kode etik dakwah itu adalah :

Kemajuan ruhani, dimana bagi seorang juru dakwah ia akan selalu Berpegang pada rambu-rambu
etis islam, maka secara otomatisia akan memiliki Akhlak yang mulia. Sebagai penuntun kebikan,
kode etik dakwah bukan menuntun Sang da’i pada jalan kebaikan tetapi mendorong dan memotivasi
membentuk Kehidupan yang suci dengan memprodusir kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan
kemanfaatan bagi sang da’i khususnya dan umat manusia pada umumnya.

Membawa pada kesmpurnaan iman. Iman yag sempurna akan melahirkan kesempurnaan diri.
Dengan bahasa lain bahwa keindahan etika adalah manifestasi kesempurnaan iman. Kerukunan
antar umat beragama, untuk membina keharmonisan secara ekstern dan intern pada diri sang da’i.

Membawa pada kesmpurnaan iman. Iman yag sempurna akan melahirkan kesempurnaan diri.
Dengan bahasa lain bahwa keindahan etika adalah manifestasi kesempurnaan iman. Kerukunan
antar umat beragama, untuk membina keharmonisan secara ekstern dan intern pada diri sang da’i.

Macam-Macam Etika Da'i

a. Etika Dakwah Dai

Etika/ akhlak dai adalah akhlak Islam yang Allah nyatakan dalam Alquran dan Sunnah Rasul
menurut Tutty Alawiyah adalah sebagai berikut:

1) Al-Shidq (benar, tidak dusta), yakni meliputi kasad (niat), perkataan dan perbuatan.Dai
yang benar, tampak bekasan benarnya itu pada wajah dan suaranya. Allah memerintahkan
setiap mukmin supaya berperilaku “benar”, tidak boleh berdusta. Allah SWT berfirman : “Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar”.

2) Al-Shabr (sabar dan tabah) Sabar terbagi menjadi tiga, yakni; sabar dalam ketaatan kepada
Allah, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, dan sabar dalam menghadapi musibah atau bahaya.

3) Ar-rahmah (rasa kasih sayang)

4) Tawadu’(merendahkan diri, tidak sombong).

5) Suka bergaul

.6) Amanah (terpercaya), sifat utama yang harus dimiliki seorang dai. Sebelum sifat-sifat yang
lain.

Menurut Fathul Bahri AnNabiry, akhlak yang harus dimiliki dai adalah sebagai berikut:

1) Beriman Adalah wajib bagi seorang dai untuk beriman kepada apa yang ia dakwahkan, yaitu
beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, juga beriman
pada ketentuan-ketentuan Allah, yang baik maupun yang buruk.

2) Bertakwa Takwa adalah pemeliharaan. Memelihara diri dari yang dilarang agama Islam serta
melaksanakan ajaran Islam.

3) Ikhlas Menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi,ikhlas adalah orang yang amal perbuatannya hanya
didasari dengan mengharap keridhaan Allah Swt.

4) Tawadhu’
Ialah merendahkan diri dan penuh cinta kasih terhadap orang-orang yang Beriman, terlebih lagi
terhadap mereka yang muallaf, agar iman mereka Semakin teguh.

5) Amanah

Adalah sikap yang asasi bagi seorang dai, karena merupakan hiasan bagi para Nabi, para rasul, dan
orang-orang shaleh.

6) Sabar dan tabah

Sabar dapat berati tabah, tahan uji, tidak mudah putus asa, tidak tergesa-gesa, Juga tidak mudah
marah.

7) Tawakkal

Tawakkal sealalu diirigi dengan syukur dan sabar.

8) Ramah (kasih sayang)

Kasih sayang dalan segala hal sangat diharapkan, disukai, dan dianjurkan, baik Dalam syariat
maupun secara akal

9) Uswah dan Qudwah Hasanah

Qudwah hasanah adalah keteladanan yang baik.

10)Cerdas dan bersih

Cerdas akalnya, memandang sesuatu secara proporsional, tidak ditambah atau Dikurangi. Sedangkan
bersih adalah bersih hatinya. Yakni dapat mencintai dan Menyayangi orang lain.

11)Tidak memelihara penyakit hati

(Ghibah/menggunjing orang lain, takabur/kagum terhadap diri sendiri, Hasut/iri hati terhadap orang
lain, kikir/pelit terhadap harta atau kebaikan).

Kepribadian da’I yang punya pengaruh besar untuk diterima orang dakwahnya. Imam Muhammad
Abu Zahrah, da’I wajib menghiasi diri dengan sifat berikut ini:

✓.Punya niat yang baik sehingga dalam berdakwah tidak mengharapkan imbalan harta atau
kedudukan, tapi semata-mata mengharapkan kerhidoan dari Allah

✓.Berkemampuan dalam merangkan

✓.Punya kepribadian yang menarik

✓.Mengetahui kandungan dan al-Hadist

✓.Lemah lembut pergaulan tapi bukan sebagai tanda kelemahan


Sifat-sifat atau karakter yang wajib dipunyai oleh da’I menurut syekh Ali Mahfudz adalah:

•Memahami al-quran dan al-sunnah

•Beramal menurut ilmunya

•Sopan santun dan berlapang dada

•Punya sifat berani. Tidak gentar menghadapi seseorang dalam mengucapkan yang hak

•Bersifat ‘qana’ah’

•Berkemampuan member keterangan dan penjelasan serta kepaseha berbicara

•Mendalami beberapa cabang ilmu

•Punya hubungan kuat dengan Allah

•Tawadhu atau rendah hati

•Tidak kikir dalam mengajarkan ilmu apa saja yang di pandang baik

•Tidak tergopoh dan terburu-buru dalam semua urusan

•Bercita-cita tinggi dan berjiwa besar

•Bersifat sabar dalam melancarkan dakwah

•Bertaqwa dan amanah

Beberapa perilaku etika yang berlaku dalam masyarakat, hendaklah dipahami oleh setiap da’i atau
mubaligh dalam melakukan aktivitas dakwahnya. Sehingga dengan demikian aktivitas dakwah akan
berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan keresahan dan benturan-benturan baik dikalangan
antar da’i maupun dikalangan masyarakat pada umumnya, karena da’i bukanlah provokator. Etika
dan kode etik dalam melaksanakan dakwah hendaknya tetap dipertahankan oleh para aktivis
dakwah, sehingga aktivitas dakwah akan menuai simpatik.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si. Hajir Tajiri, M.Ag, Suatu Pendekatan Teologis

& Filosofis Etika Dakwah. Bandung : Widya Padjadjaran, 2009.

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah,2009.

Mafri Amir, Etika Komunikasi massa dalam Pandangan Islam. Jakarta :

Logos, 1999.

M. Munir, Metode Daakwah. Jakarta : Kencana, 2006.

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009

Anda mungkin juga menyukai