Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA ISLAM

Kelas F

KELOMPOK 1 :

1. ALYA JIHAN RAIHANA (17312232)


2. DELIA MUTIA PRATIWI (17312231)
3. SONY YUSTYA A.A (17312485)
4. CICIH AFNI SURYAMINGSIH (17312489)
5. BAGUS PERMONO (16312053)

ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ialam
rahmatan lil alamin tentang Etika islam.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Syahdara Anisa Makruf ,S.Pd.I.,
M.Pd.I. selaku dosen Iskam rahmatan lil alamin yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 9 Maret 2018

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................i

Daftar isi...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1-2

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

BAB III PENUTUP.......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan etika merupakan suatu hal yang urgen dan tidak bisa dianggap
remeh.Pasalnya, dalam kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari nilai-nilai moral yang
telah menyatu dalam sebuah sistem kehidupan, baik dalam sekup yang kecil maupun
yang besar. Harus diakui bahwa kehidupan manusia, mulai bangun tidur sampai tidur lagi
sarat dengan nilai-nilai etika. Oleh karena itu, masalah etika termasuk bagian dari objek
kajian filsafat aksiologi yang menekankan pada aspek nilai-nilai yang ada pada
kehidupan. Selain itu, dalam Islam pun, etika mempunyai peran yang sangat besar
dalam merubah kehidupan manusia dalam sepanjang sejarah, khususnya masyarakat Arab
dan sekitarnya. Hal ini bisa kita lihat pada risalah kenabian Muhammad saw. Yang antara
lain adalah untuk menyempurnakan akhlak atau perilaku manusia, agar menjadi lebih
baik dan mulia, Meskipun Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar
terhadap masalah etika, namun umat manusia yang kurang perhatian dan mengindahkan
hadis nabi tersebut. Terbukti kehidupan kita sekarang banyak diwarnai dengan hal-hal
yang kurang bahkan tidak mencerminkan moral. Hal ini antara lain disebabkan oleh
masuknya budaya-budaya asing yang semakin sulit dibendung lagi atau kepentingan-
kepentingan manusia yang cenderung kapitalis. Maka dari itu, Etika menjadi sangat
penting untuk dikaji dan dihidupkan kembali, demi memperbaiki moral generasi bangsa
kita serta meneruskan misi Rasulullah saw.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Etika Islam?
2. Apa saja sumber etika?
3. Apa saja karakteristik dalam Etika Islam?
4. Apa saja bentuk-bentuk Etika Islam ?
5. Bagaimana ukuran baik buruk dalam Etika Islam ?

1
1.3 Tujuan

1. Menjelaskan definisi Etika Islam.


2. Menjelaskan darimana sumber Etika Islam.
3. Menjelaskan karakteristik dalam Etika Islam.
4. Menjelaskan bentuk-bentuk Etika Islam.
5. Menjelaskan ukuran baik buruk dalam Etika Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Dalam Islam


Etika dalam islam merupakan pedoman mengenai perilaku manusia di segala aspek
kehidupan yang sesuai dengan ajaran islam.

Berikut salah satu Hadits yang menerangkan tentang etika (akhlak) :

َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل َما ِم ْن َش ْي ٍء يُو‬


‫ض ُع فِي‬ َ ‫ي‬ ُ ‫ع َْن أَبِي ال َّدرْ دَا ِء قَا َل َس ِمع‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
َّ ‫ب ال‬
‫صوْ ِم‬ ِ ‫صا ِح‬ ِ ُ‫ب ُحس ِْن ْال ُخل‬
َ َ‫ق لَيَ ْبلُ ُغ بِ ِه د ََر َجة‬ َ ‫اح‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ق َوإِ َّن‬ ِ ُ‫ْال ِميزَا ِن أَ ْثقَ ُل ِم ْن ُح ْس ِن ْال ُخل‬
‫صاَل ِة‬
َّ ‫َوال‬

Abu Darda’ meriwayatkan: Aku mendengar Nabi Muhammad saw berkata, “Tak ada
yang lebih berat pada timbangan (Mizan, di hari Pembalasan) dari pada akhlak yang
baik. Sungguh, orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa
dan sholat.” (Hadits riwayat al-Tirmidzi)

2.2 Sumber Etika Islam


Akhlak yang benar akan terbentuk jika sumbernya juga benar. Sumber akhlak yang
benar bagi muslim adalah Al-Quran dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik dan buruk,
patut atau tidak patut secara utuh ada di dalam Al-Quran dan as-Sunnah.

2.3 Karakteristik dalam Etika Islam


Karakteristik etika islam yaitu :
 Etika islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang
baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk
 Etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan
buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada Al-Quran dan al-Hadits
 Etika islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada

3
 Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manus.ia kejenjang akhlak yang
luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia

2.4 Bentuk-bentuk Etika Islam


Bentuk-bentuk etika dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari perbedaan manusia dalam
segala seginya, dan dari segi perbuatan manusia. Bila ditinjau dari perbuatan manusia,
etika dibedakan menjadi dua yaitu akhlak madzmumah (etika tercela) dan akhlak
mahmudah (etika terpuji).
Selanjutnya dalam pembahasan ini hanya dikaji akhlak mahmudah (etika terpuji) yang
khususnya pada hubungan manusia dengan Allah SWT yang meliputi shalat lima waktu
dan puasa Ramadlan serta hubungan manusia dengan sesamanya yang meliputi etika
terhadap orang tua, etika terhadap guru, etika terhadap teman sebaya dan etika terhadap
masyarakat pada umumnya.
a. Etika terhadap Allah
Etika terhadap Allah meliputi amal perbuatan yang dilakukan dengan cara
berhubungan dengan Allah, melalui media-media yang telah disediakan Allah, seperti
salat, puasa dan haji. Berikut ayat Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 119

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang orang yang benar." (QS. (At-Taubah: 119)

b. Etika manusia terhadap manusia


Etika terhadap sesama manusia ini mengarah kepada bergaul dan berbuat baik kepada
orang lain.

َ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَخ ََو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)

Etika ini meliputi semua hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain,
yang terdiri dari :
1) Etika terhadap orang tua

4
Orang tua (ayah dan ibu) adalah sosok yang luhur maka dihadapan anak-
anaknya mereka memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya tanpa
mengharapkan imbalan apapun, hanya harapan untuk dikaruniai putra-putri yang
shaleh dan shalehah.
Allah S.W.T.  berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ : 23

َ ‫ك ْال ِكبَ • َر أَ َح• َدهُما‬


َ ‫َوقَضى َربُّكَ اَالَّ تَعْبـ ُ ُدوْ إِالَّ إِيّاَهُ َوبا ِ ْلواَلِ َدي ِْن إِحْ سـَانا ً إِ ّما َ يَبـْلُغ ََّن ِعنـْ َد‬
) 23 : ‫ف َوالَتَ ْنهَرْ هُما َ َوقُلْ لَّهُما َ قَوْ الً َك ِريْما ً (االسراء‬ ٍّ ُ‫أَوْ ِكالَهُما َ فَالَ تَقُـلْ لَهُما َ أ‬.

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya, jika salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu maka sekali-kali kamu jangan mengatakan kepadanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan mulia (QS. Al-Isra’: 23).
Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan bahawa perintah berbakti kepada
orang tua ditetapkan pada urutan setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah
S.W.T. yakni perintah untuk tidak berkata kasar kepadanya melainkan harus
mempergauli keduanya dengan tutur kata yang sopan.

2) Etika terhadap guru


Guru adalah orang tua kedua bagi anak setelah orang tua kandungnya, karena
gurulah yang mendidik anak sebagai lanjutan dari pendidikan yang diterima dalam
keluarga, oleh karena itu seorang murid harus selalu menghormati dan
memuliakan gurunya. Sebagaiman penuturan Azzarnuji sebagai berikut ;

‫ْـظي ِْم َوأَ ْهـلِ ِه َوتَعْـ ِظي ِْم االُسْتـَا ِذ َوتَوْ قِب ِْر ِه‬
ِ ‫ب ْال ِع ْـل ِم الَيَ ْنتَفِـ ُع بِ ِه إِالَّ بِتَع‬
َ ِ‫إِ ْعلَ ْم بِا َ َّن طاَل‬ 
Artinya : Ketahuilah bahwasannya seorang yang mencari ilmu tidak akan
mendapat ilmu dan manfaat kecuali dengan menghormati dan memuliakan ilmu
dan pemikirannya serta menghormati dan memuliakan gurunya

3) Etika terhadap keluarga

5
Keluarga merupakan sebuah persekutuan antara ibu-bapak dengan anak-
anaknya yang hidup bersama dalam sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan
perkawinan yang sah menurut hukum, dimana di dalamnya ada interaksi (saling
berhubungan dan mempengaruhi) antara satu dengan lainnya. Kehidupan dalam
keluarga mampu menumbuhkembangkan potensi anak sebagai wahana
menstranfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Oleh karena itu
penanaman keimanan dan pembiasaan beribadah kepada Allah yang dimulai dari
kehidupan keluarga amat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
ajaran Allah yang ditunjukkan dalam Al Qur'an Surat Al An'aam ayat 151 :

َ‫قُلْ تَ َعالَوْ ا أَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم أَالَّ تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا َوال‬
‫ش َما ظَهَ َر‬ َ ‫ق نَحْ ُن نَرْ ُزقُ ُك ْم َوإِيَّاهُ ْم َوالَ تَ ْق َربُوا ْالفَ َوا ِح‬ ٍ َ‫تَ ْقتُلُوا أَوْ الَ َد ُك ْم ِم ْن إِ ْمال‬
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ إِالَّ بِ ْال َح‬
‫ق َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه‬ َ ‫ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ َوالَ تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
)151( َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬

Artinya :  Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-
anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS. Al-An'aam : 151)
Ayat ini menjelaskan tentang larangan menyekutukan Allah, perintah
memelihara dan mendidik anak-anak mereka, larangan berbuat keji. Hal ini
menunjukkan bahwa pengajaran budi pekerti kepada anak-anaknya tentang
bagaimana membentuk keluarga yang baik dan bagaimana memelihara keturunan
merupakan hal yang sebenarnya telah ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu tidak
ada alasan bagi seseorang untuk tidak menikah dan tidak membentuk keluarga
sakinah, karena hal itu merupakan perbuatan yang benar-benar telah diatur
berdasarkan petunjuk Allah.

6
4) Etika terhadap tetangga
Tetangga merupakan orang yang berada di sekitar kita dan hidup bersama
berdampingan dengan kita. mereka selalu bersama-sama membentuk sebuah
masyarakat yang baik dan saling menghormati dan menjaga diri dan keluarga
mereka masing-masing sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Allah
berfirman dalam Al Qur'an Surat An Nisaa' Ayat 36 :

‫َوا ْعبُ ُدوا هَّللا َ َوالَ تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى‬
ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل‬ ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَى َو ْال َج‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬ ِ ‫َو ْال َم َسا ِك‬
)36( ‫خورًا‬ ُ َ‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم إِ َّن هَّللا َ الَ ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَاالً ف‬ْ ‫َو َما َملَ َك‬

Artinya :  Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-
Nisaa' : 36).
Ayat ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik kepada tetangga baik yang
dekat maupun yang jauh. Berbuat baik dapat diterjemahkan sebagai perilaku yang
baik untuk saling menghormati dan saling menghargai karena mereka harus hidup
untuk saling berdampingan satu sama lainnya. Perbuatan yang baik kepada
tetangga akan membuahkan hasil yang baik pula yaitu mendapatkan perlakuan
yang baik diantara mereka dan mendapatkan ketentraman hidup selama mereka
hidup bermasyarakat.

5) Etika terhadap teman sebaya


Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Ia tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kehadiran teman sangat
diperlukan baik perorangan maupun kelompok. Dalam bahasan ini yang terutama
adalah teman sebaya baik sebaya dari segi usia maupun sebaya dari segi lainnya.
Agar diterima sebagaimana teman atau sahabat maka setiap orang harus dapat

7
membawa diri, menjaga perasaan serta mengetahui hak-hak yang harus dipenuhi.
Seperti hadits Nabi Muhammad S.A.W. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ;

َ َ ‫ َوإِذاَ دَع•ا‬،‫ إِذاَ لَقَيْتـَهُ فَ َس•لِّ ْم َعلَيْـ ِه‬: ‫ت‬


َ‫ فَ•اِذا‬،ُ‫ك فَا َ ِجبْـه‬ ٌّ ‫َلى ال ُم ْسلِ ِم ِس‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫ق ال ُم ْسلِ ِم ع‬
َ‫ َوإِذا‬،ُ‫ض فَعُـ ْده‬ ِ •‫ َوإِذاَ َم‬،ُ‫س فَ َح ِمـ َد هللاَ فَ َش ِّم ْتـه‬
َ ‫•ر‬ َ ‫ص َحكَ فا َ ْن‬
َ َ‫ َوإِذاَ َعط‬،ُ‫صحْ لَه‬ َ ‫ْستَ ْن‬
)‫ماَتَ فا َ ْتبَعْـهُ (رواه مسلم‬

Artinya : Hak orang Islam terhadap orang lainnya ada 6 (enam) apabila engkau
berjumpa dengannya berilah salam kepadanya, apabila mengundangmu
penuhilah undangannya, apabila meminta nasihat padamu nasihatilah dia,
apabila ia bersin lalu memuja Allah S.W.T. maka doakanlah ia olehmu, apabila
ia sakit tengoklah dia dan apabila dia meninggal dunia iringlah dia.
Dalam kehidupan sehari-hari seorang teman harus senantiasa menjaga dan
memenuhi hak-hak yang lain serta dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat
yang dapat diberikan antara lain dalam bentuk saling membantu atau saling
menolong dalam hal-hal yang dibenarkan oleh agama. Firman Allah S.W.T. dalam
Al-Qur’an surat Al-Maidah Ayat 2 :

)2 : ‫اال ْث ِم َوالعدواَ ِن (المائدة‬ َ ‫اون ُو ْا‬


َ ‫على البِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَتَ َع‬
ِ ‫اونُوا عَل َى‬ َ ‫َوتَ َع‬

Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan


taqwa dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS.
Al-Maidah : 3)
Demikian Islam telah meletakkan dasar persatuan di kalangan umat Islam.
Dengan dipenuhi hak-hak teman, saling membantu dan menolong serta
menghindari sifat-sifat dan perbuatan yang menjadi sebab perpecahan maka akan
terbina kerukunan dan kebersamaan antar sesama manusia.

6) Etika terhadap masyarakat pada umumnya


Sebagai mahluk sosial yang hidup dalam masyarakat maka setiap manusia
harus dapat menempatkan dirinya pada posisi yang tepat sehingga kehadirannya
dapat diterima oleh masyarakat tersebut, karena di dalam masyarakat inilah

8
sesungguhnya hakikat kehidupan manusia. Masyarakat tersusun dari pribadi-
pribadi yang beraneka ragam. Agar dapat bergaul dengan mereka secara baik,
menurut pandangan Islam, seorang mu’min adalah saudara bagi mu’min lainnya.
Tidak hanya memandang kaya atau miskin, berpangkat atau jelata, berkulit putih
atau hitam, semuanya adalah saudara sekeyakinan. Sebagaimana firman Allah
S.W.T. dalam Surat Al-Hujarat : 10

َ َ‫ُـوا بيَنَ أ‬
َ‫خَ••و ْي ُك ْم واَتَّق•• ُوا هللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمـوْ ن‬ ْ ‫إِنَّم••ا َ ال ُم ْؤ ِمنُـوْ نَ إِ ْخـ َوةٌ فَاَصْ لِح‬
) 10 : ‫(الحجـرات‬

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu


damaikanlah antar kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat (QS. Al-Hujurat: 10).

2.5 Ukuran Baik Buruk dalam Etika Islam


Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
1. Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan
mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan
merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing –
masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan
ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan
yang dianggap buruk.
2. Rasio
Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang
membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat
menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat
menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan
begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami
perubahan sesuai dengan pengalaman – pengalaman yang mereka miliki.
3. Adat

9
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi
salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu
yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan
menjadi problem dalam berinteraksi. Masing – masing kelompok atau masyarakat
tertentu memiliki batasan – batasan tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan
yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu
demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan
anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik
dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.
4. Pandangan Individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau masyarakat
yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan
kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing individu memiliki kemerdekaan
untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan
kelompok atau masyarakatnya. Masing–masing individu memiliki hak untuk
menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang
dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh
masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil
meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.
5. Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut
norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk
dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut
bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan
buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha
Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar dari
subyektifitas individu maupun kelompok.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa ,Manusia berdasarkan perilakunya dapat dibagi menjadi tiga golongan. Bahwa
ada manusia yang baik dari asalnya. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kejahatan,
meski bagaimanapun, golongan ini tidak akan berubah dan akan tetap akan cenderung baik.
Golongan ini merupakan minoritas. Golongan yang memang jahat asalnya adalah mayoritas,
sama sekali tidak akan cenderung kepada kebaikan. Di antara golongan tersebut ada golongan
yang dapat beralih kepada kebaikan dan kejahatan, karena pendidikan dan pengaruh
lingkungan

3.2 Saran

Semoga etika islam lebih sangat diterapkan di indonesia berhubung sangat penting
dalam kehidupan manusia

11
DAFTAR PUSTAKA

Divisi Ilmiyah Dar Al Wathan. 2009. Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari. Islam House.
Bagir, Haidar. 2005. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Penerbit Mizan.
Muazir. 2013. Pentingnya Akhlak, Moral dan Etika.
Sudarsono. 1997. Filsafat Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
http://djawa89.blogspot.co.id/2011/04/etika-islam.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_Islam

12

Anda mungkin juga menyukai