Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AGAMA ISLAM

ETIKA, MORAL DAN AKHLAK

Disusun oleh :
Kelompok 06
Intania yudinda k 07131133309 Fisip Politik
Indriani Dwi W. 131611133034 FKp
Hanum Amalia Z. 131611133040 FKp
Dinda Diah Alhin K. 131611133043 FKp
Novia Tri Handika 131611133042 FKp

Dosen Pembimbing :
Dra. Hj. Udji Asiyah, M.Si.

Kelas Bersama
Mata Kuliah Wajib Universitas (MKWU)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kewarganegaraan yang berjudul “Etika Moral dan Akhlak”.
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Agama
Islam kelas R.A Kartini, Ibu Dra. Hj. Udji Asiyah, M.Si. yang telah membimbing kami
selama perkuliahan agama islam hingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini kami buat dengan tujuan agar pembaca lebih mengerti dan
memahami makna etika moral dan akhlak, sehingga pembaca bisa menilai diri mereka
dan memperbaiki etika moral dan akhlak mereka yang buruk.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas
kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.

Surabaya, 27 September 2016


Penyusun,

Kelompok 06

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
D. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak ......................................................... 3
B. Pesamaan dan Perbedaan Etika, Moral dan Akhlak.................................. 6
C. Ruang Lingkup Bahasan Etika, Moral dan Akhlak .................................. 6
D. Metode Mencapai Kesempurnaan ............................................................. 11
BAB III : KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara indonesia merupakan negara yang memiliki budaya saling menghormati
mejunjung tinggi nilai nilai budaya dan kesopan dalam kehidupan sehari hari. setiap
kebudayaan indonesia memiliki nilai akhlak, moral dan etika tersendiri walaupun
disetiap daerah memiliki perbedaan. Namun banyak pemda kita yang mulai
meninggalkan budaya budaya yang mengandung etika, moral dan akhlak
merekalebih memilih budaya asing sebagai pedoman kehidupan mereka.
Sebagai generasi muda seharusnya kita meniru kepribadian nabi muhammad di
dalam sitiap tindakan, banyak sekali prilaku nabi yang dijelaskan dalam Al-Quran,
disana telah dijelskan begitu sempurnnya etika, moral dan akhlak beliau. Seperti
halya beliau tetap sabar dan menyapa kepada orang orang kafir qurais yang dengan
sengaja menghina, menyakiti dan melukai beliu. Beliau begitu sabar dengan
perlakuan orang orang kafi, disanalah letak akhlak nabi yang perlu dicontoh.dan
masih banyak lgi etika etika dan moral nabi yang perlu dimenjadi telatan di era
moderenisasi seperti sekaran agar pera pemuda sekarang tidak lagi menjujung nilai
nilai barat dalam kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas ialah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud etika, moral dan akhlak?
2. Apa persamaan etika, moral dan akhlak?
3. Apa perbedaan etika, moral dan akhlak?
4. Apa saja ruang lingkup bahasan akhlak?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan makna dari etika moral dan akhlak
2. Menyebutkan persamaan dari etika moral dan akhlak
3. Menyebutkan persamaan dari etika moral dan akhlak
4. Menjelaskan apa saja ruang lingkup bahasan akhlak

1
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Pembaca dapat menambah pengetahuan mengenai Etika, Moral dan Akhlak,
serta menumbuhkan etika, moral dan akhlak yang baik dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
2. Penulis dapat mengasah kemampuan dalam penyusunan makalah serta dapat
lebih memahami tentang bagaimana etika, moral dan akhlak yang baik seperti
apa

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
Akhlak, etika dan moral adalah istilah-istilah yang tidak asing lagi di dalam
dunia pendidikan, kamus Lisan (Ibn Manzur, 1300H) dan kamus Al-Munjid (Luis
Ma 'luf, tt) mengatakan bahawa perkataan akhlak berasal dari Bahasa Arab, khuluq.
Luis Ma'luf mengatakan khuluq adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Berdasarkan ayat dan hadis berikut, khuluq adalah suatu istilah yang
membawa maksud tertentu di dalam Al-Qur 'an dan juga hadis: Dan sesungguhnya-
kamu (Muhammad saw) benar-benar memiliki akhlak. yang agung (khuluqin
'azim). (Maksud Al-Qur'an 68:4)

“Sesungguhnya, aku telah diutus untuk menyempumakan akhlak yang mulia”


(Maksud sabda Rasulullah saw dIm. 'Ali Muttaqi, 1989, jld. 3, ms. 6, hadis
no. 5217,5218 - hadis sahih). Contohnya, jika seseorang individu itu memiliki
naluri suka memberi dan membiasakan dirinya dengan sifat terse but maka individu
tersebut dikenali sebagai seorang yang dermawan (memiliki akhlak dermawan) atau
bersifat pemurah (AsmaraAs, 1992). Selain itu juga terdapat pada surat Al Maidah
ayat 8

........................ .

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang


selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. “

3
Hadis sahih: "Sesungguhnya, aku telah diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia" (Maksud sabda Rasulullah saw dlm, 'Ali Muttaqi, 1989,jld. 3,
ms. 6, hadis no. 5217,5218). Oleh itu, konsep akhlak perlu dihayati dengan
sebaiknya oleh guru dan juga pelajar Pendidikan Islam bagi menjamin pelaksanaan
akhlak mulia yang dikehendaki oleh Allah swt. Mohd Nasir Omar (1986, ms. 25)
telah memberi definisi akhlak yang menyeluruh berteraskan kepada tiga ciri akhlak
yaitu:
1. Aspek batin atau keadaan jiwa seseorang yang merupakan tenaga penggerak
kepada pembentukan tingkah laku
2. Aspek luaran atau tingkah laku itu sendiri yang dilakukan bukan kerana
tekanan emosi atau desakan-desakan dari luar seperti paksaan
3. Perbuatan-perbuatan itu pula hendaklah dilakukan secara berterusan hingga
menjadi kebiasaan dan darah daging kepada seseorang.
Moral secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa
latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat
kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah
penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya
dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun
tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga sebagai:
1. prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Seperti moral
terdapat pada surat yunus-ayat-13-14

{ْ‫ونْ أَهلَكنَا َولَقَد‬


َ ‫ن القُ ُر‬ ْ ‫سلُ ُهمْ َو َجا َءت ُهمْ َظلَ ُموا لَ َّما قَب ِلكُمْ ِم‬
ُ ‫ُر‬
ِْ ‫ين القَو َْم نَج ِزي َكذَ ِلكَْ ِليُؤ ِمنُوا كَانُوا َو َما ِبالبَ ِينَا‬
‫ت‬ َْ ‫( ال ُمج ِر ِم‬13) ‫ث ُ َّْم‬
ْ‫فْ َجعَلنَاكُم‬
َ ‫ضْ فِي َخال ِئ‬ ُ ‫ف ِلنَن‬
ِ ‫ظ َْر بَع ِد ِهمْ ِمنْ األر‬ َ ُ‫( تَع َمل‬14)
َْ ‫ونْ كَي‬
}

4
”Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum
kalian, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang
kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka
sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang berbuat dosa. Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-
pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan
bagaimana kalian berbuat.”
Tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk
dinamakan moral. Moral terbagi menjadi dua yaitu :
a) Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
b) Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk
Moral juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan,
akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1956 : 957). Dengan demikian
moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Moral dapat diukur secara
subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati nurani memberikan ukuran yang
subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang obyektif (Hardiwardoyo,1990).
Dorothy Emmet(1979) mengatakan bahawa manusia bergantung kepada tatasusila,
adat, kebiasaan masyarakat dan agama untuk membantu menilai tingkahlaku
seseorang. Moral berkaitan dengan moralitas.
Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan
etika atau sopan santun. Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau
kelompok mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral.
Akhlak Pengertian Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu
Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan
baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Sedangkan sebagaian ulama
yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa
seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul
dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Akhlak yang baik akan

5
mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk akan
membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia.
Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan
yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi
S.A.W.bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya,
ialah yang paling baik akhlaknya."
B. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa akhlak berbeda dengan etika dan
moral. Kalau akhlak lebih bersifat transcendental karena berasal dan bersumber dari
Allah, maka etika dan moral bersifat relatif, dinamis, dan nisbi karena merupakan
pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi ijtihadnya terhadap
persoalanbaik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat. Berdasarkan perbedaan sumber ini maka etika dan
moral senantiasa bersifat dinamis, berobah-obah sesuai dengan perkembangan
kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Etika sebagai aturan baik dan buruk yang
ditentukan oleh akal pikiran manusia bertujuan untuk menciptakan keharmonisan.
Begitu juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan kepada tradisi, adat
budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk terciptanya
keselarasan hidup manusia. Etika, moral dan akhlak merupakan salah satu cara
untuk menciptakan keharmonisan dalam hubungan antara sesama manusia (habl
minannas) dan hubungan vertikal dengan khaliq (habl minallah).
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika dan, moral,
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga
sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika, moral, kesusilaan dan
kesopanan yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk .

C. Ruang Lingkup Bahasan Etika, Moral dan Akhlak


a) Akhlak kepada Allah
Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah

6
membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah. Kekuatan do’a dalam ajaran
Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh
karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang
bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim. Orang yang tidak pernah
berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia
karena itu dipandang sebagai orang yang sombong. Tawakal kepada Allah, yaitu
berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti
akibat dari suatu keadaan. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan
Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha
Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak
mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
b) Akhlak kepada Rasulullah SAW
Akhlak-akhlak kepada Rasulullah SAW dapat diwujudkan dalam sikap dan
tindakan sebagai berikut:
1. Ridha beriman kepadanya
2. Mencintai dan memuliakannya
3. Menaati dan menghidupkan sunnahnya
4. Mengucapkan shalawat dan salam kepadanya
5. Menghormati pewarisnya
6. Melanjutkan misinya
c) Akhlak kepada Diri Sendiri
Akhlak kepada diri sendiri dapat diwujudkan dalam berbagai hal diantaranya
sebagai berikut :
1) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah.
2) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

7
3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain
d) Akhlak kepada Keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara
anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu
bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat
baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara
bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta
menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. Apabila kasih
sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir
wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua
pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam
komunikasisemua pihak dalam keluarga. Dari komunikasi semacam itu akan lahir
saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan
menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan
hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang
damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya.
e) Akhlak kepada Lingkungan
Ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagai bentuk akhlak yang baik
kepada lingkungan hidup agar kita bisa melaksanakannya
1. Keharusan Menjaga Lingkungan Hidup

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan


di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang yang
mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang
yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari (QS 2: 11-12)

8
2. Anjuran Menanam Pohon
Anjuran menanam pohon ini terdapat dalam hadits Nabi Saw: Jika hari
kiamat datang dan pada tangan seseorang diantara kamu terdapat sebuah bibit
tanaman, jika ia mampu menanamnya sebelum datangnya kiamat itu, maka
hendaklah ia menanamnya (HR. Ahmad dan Bukhari) Manakala pohon yang
ditanam itu menghasilkan buah yang banyak, maka pahala untuk orang yang
menanam pohon itu akan lebih besar lagi, Rasulullah Saw bersabda: Tidak
seorangpun menanam tanaman, kecuali ditulis baginya pahala sesuai dengan
buah yang dihasilkan oleh tanaman itu (HR. Ahmad)
3. Tidak Boleh Buang Air di Jalan, Tempat Bernaung dan dekat sumber air
Lingkungan hidup yang bersih, indah dan nyaman merupakan dambaan
bagi setiap orang, karena itu harus dicegah adanya usaha untuk mengotori
lingkungan, karena itu Rasulullah Saw melarang siapapun untuk membuang
air di jalan, tempat bernaung maupun dekat sumber air, Rasulullah Saw
bersabda: Takutlah kepada dua hal yang dilaknati. Mereka (sahabat) bertanya:
Apakah dua hal yang dilaknati itu, ya Rasulullah?. Rasulullah Saw
menjawab: Orang yang membuang hajat di jalan umum atau di bawah pohon
tempat orang berteduh (HR. Muslim)

4. Tidak Boleh Buang Air di Air Yang Tergenang


Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi masusia, dalam
kehidupan sekarang, manusia tidak hanya mengandalkan air dari dalam tanah,
tapi justeru sekarang ini banyak orang yang mengandalkan air sungai yang
dibersihkan dan disucikan. Karena itu, manusia jangan sampai mengotori atau
mencemari air sungai. Disamping itu, kebersihan lingkungan juga harus
dijaga dan dipelihara dengan tidak “buang air “ pada air yang tergenang,
karena hal itu akan mendatangkan penyakit dan bau yang tak sedap,
Rasulullah Saw bersabda: Jabir ra berkata: Rasulullah Saw telah melarang
kencing dalam air yang berhenti tidak mengalir (HR. Muslim)
5. Memelihara Tanaman

9
َ َ‫علَ ٓى قَا ٓ ِّئ َمة تَ َر ْكت ُ ُموهَا أَ ْو ِّلينَة ِّمن ق‬
‫ط ْعتُم َما‬ ُ ُ ‫ٱّللِّ فَ ِّبإِّ ْذ ِّن أ‬
َ ‫صو ِّل َها‬ َ
َ ‫ْٱلفَ ِّس ِّقينَ َو ِّليُ ْخ ِّز‬
‫ى‬
“Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang kafir) atau
yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah
dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-
orang fasik (QS 59:5)”
6. Boleh Memakan Buah

‫ع‬
َ ‫الز ْر‬ َّ ‫ت َوالنَّ ْخ َل َو‬ ٍ ‫غي َْر َم ْع ُروشَا‬ َ ‫ت َو‬ ٍ ‫ت َّم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫شأ َ َجنَّا‬َ ‫َو ُه َو الَّذِي أَن‬
‫غي َْر ُمتَشَا ِب ٍه ُكلُواْ ِمن ثَ َم ِر ِه ِإذَا‬ َ ‫الر َّمانَ ُمتَشَا ِب ًها َو‬ ُّ ‫الز ْيتُونَ َو‬َّ ‫ُم ْختَ ِلفًا أ ُ ُكلُهُ َو‬
َ‫ب ْال ُم ْس ِرفِين‬
ُّ ‫صا ِد ِه َوالَ ت ُ ْس ِرفُواْ ِإنَّهُ الَ يُ ِح‬َ ‫أَثْ َم َر َوآتُواْ َحقَّهُ َي ْو َم َح‬
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama
rasanya. Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,
dan tunaikanlah haknya dari memetik hasilnya (zakat); dan janganlah kamu
berlebihlebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan (QS 6:141)”

7. Tidak Menggunakan Air Secara Boros


Hal yang juga amat penting untuk mendapat perhatian kita adalah
menggunakan air secara hemat, karenanya wudhu itu masing-masing dilakukan
maksimal tiga kali, meskipun wudhu pada air yang banyak, bahkan wudhu di
sungai sekalipun, karenanya Rasulullah berwudhu hanya menggunakan sedikit
air, hal ini tergambar dalam hadits: Adalah Rasulullah Saw berwudhu, dengan
satu mud air (HR. Abu Daud dan Nasa’I). Datang seorang Badui kepada Nabi
Saw, kemudian bertanya kepada beliau tentang wudhu, maka Nabi Saw
memperlihatkan padanya tiga kali, tiga kali, lalu sabda: “Inilah wudhu, siapa
yang lebih berarti telah berbuat keburukan dan kezaliman (HR. Nasa’I, Ahmad
dan Ibnu Majah)
8. Meminta Hujan Saat Kemarau

10
Musim kemarau apalagi kemarau panjang bisa mengakibatkan kesengsaraan
bagi manusia, karena bisa mengakibatkan kekurangan persediaan air yang pada
akhirnya kegagalan dalam pertanian dan perkebunan. Bahkan musim kemarau
bisa mengakibatkan bencana yang lebih besar lagi seperti mudahnya terjadi
kebakaran, termasuk kebakaran hutan. Disamping itu, kesengsaraan juga dialami
oleh binatang yang kesulitan bahan makanan karena daun dan rumput yang biasa
dimakan menjadi kering serta kesengsaraan bagi lingkungan hidup itu sendiri.
Oleh karena itu, sebagai upaya menumbuhkan alam lingkungan yang subur,
indah dan nyaman, menjadi suatu keharusan bagi kaum muslimin untuk berdo’a
meminta hujan dengan melaksanakan shalat istisqa.
D. Metode Mencapai Kesempurnaan
Allah SWT menjelaskan dalam QS Al-Fajr (89):27-30

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah
ke dalam syurga-Ku”
Ayat tersebut menegaskan bahwa nafsu muthma’innah merupakan titik
berangkat untuk kembali pada Tuhan, Imam Ghazali (1989), menjelaskan tujuh
macam nafsu (sekaligus tujuh tangga) sebagai proses taraqqi (menaik) manusia
menuju Tuhan. Insan kamil adalah manusia yang sudah menanggalkan karakter
kemanusiaannya yang rendah dan telah mencapai tangga nafsu tertinggi (tangga
nafsu ketujuh). Tujuh macam nafsu dan tanga tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nafsu Ammarah
Nafsu yang selalu mendorong untuk berbuat sesuatu diluar
pertimbangan akal yang tenang, sehingga tidak mampu membedakan
mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk.
Ciri-ciri nafsu ammarah antara lain: sombong, iri-dengki, dendam,
menuruti nafsu, serakah, jor-joran, suka marah, membenci, tidak
mengetahui kewajiban, akhirnya gelap tidak mengenali Tuhan.
2. Nafsu Lawwamah
Nafsu yang sudah punya kesadaran, sehingga seseorang yang
(terlanjur) berbuat salah atau tercela, akan tersadar lalu menyesali diri
atau merasa berdosa. Nafsu ini berdiri di simpang jalan antara ammarah
dan muthmainnah. Ciri-ciri nafsu lawwamah antara lain: enggan, cuek,
suka memuji diri, pamer, dusta, mencari aib orang, suka menyakiti, dan
pura-pura tidak mengetahui kewajiban.

11
3. Nafsu Mulhimah
Nafsu jiwa yang menerima ilham dari Tuhan, misalnya berbentuk
ilmu pengetahuan. Ciri-ciri nafsu mulhimah antara lain: suka sedekah,
sederhana, menerima apa adanya, belas kasih, lemah lembut, tobat, sabar,
tahan menghadapi kesulitan, dan siap menanggung betapa beratnya
menjalankan kewajiban.
4. Nafsu Muthmainnah
Nafsu yang telah didominasi dan dikuasai oleh iman lantaran sudah
begitu masak oleh pengalaman dan gemblengan badai derita, sehingga
mampu dan terampil memilah yang haq dari yang batil, di mana yang
terakhir ini akan terpental dengan sendirinya. Disegala situasi, baik dalam
duka derita maupun suka cita, nafsu ini tetap dingin dan tenang atau
dengan bahasa Buya Hamka, ia punya dua sayap: sayap sabar (dicuaca
kelam dan kesulitan) dan sayap syukur (disaat jaya dan maksur). Disini
perlunya iman dan dzikir. Ciri-ciri nafsu muthmainnah antara lain: suka
beribadah, suka bersedekah, mensyukuri nikmat dengan memperbanyak
amal, bertawakal, ridha dengan ketentuan Allah, dan takut kepada Allah.
5. Nafsu Radhiah
Unsur jiwa yang menginsafi apa yang diterimanya dan menyatakan
rasa syukur dalam menerima ridha Allah. Ciri-ciri nafsu Radhiah antara
lain: pribadi yang mulia, zuhud, ikhlas, wira’i, riyadhah, dan menepati
janji
6. Nafsu Mardhiyah
Nafsu yang senantiasa pasrah akan ridha Allah. Ciri-ciri nafsu
Mardhiyah antara lain: bagusnya budi pekerti, bersih dari segala dosa
makhluk, rela menghilangkan kegelapannya makhluk, dan senang
mengajak serta memberikan penerangan kepada roh-Nya makhluk.

7. Nafsu Kamilah
Unsur jiwa yang telah memiliki kesempurnaan, baik kulit maupun
isi, lahir dan batin, luar dan dalam. Ciri-ciri nafsu Kamilah antara lain:
‘Ilmul-yaqin, ‘ainul-yaqin, dan Haqqul-yaqin. Orang yang sudah mencapai
tangga nafsu tertinggi ini matanya akan terang benderang sehingga bisa
melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki
nafsu dibawahnya, terlebih lagi orang-orang umum.

12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam diri seorang muslim terdapat etika,moral dan akhlak. Etika sebagai
aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan, bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa
seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul
dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Dapat dipahami bahwa
akhlak berbeda dengan etika dan moral. Berdasarkan perbedaan sumber ini maka
etika dan moral senantiasa bersifat dinamis, berobah-obah sesuai dengan
perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Beribadah kepada Allah, yaitu
melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya.
Akhlak-akhlak kepada Rasulullah SAW dapat diwujudkan dalam sikap dan
tindakan. Sedangkan akhlak kepada diri sendiri dapat diwujudkan dalam berbagai
hal diantaranya sabar, syukur dan tawaduk. Akhlak terhadap keluarga adalah
mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam
bentuk komunikasi. Ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagai bentuk akhlak
yang baik kepada lingkungan hidup agar kita bisa melaksanakannya, keharusan
menjaga lingkungan hidup, anjuran untuk menanam pohon, tidak boleh buang air
pada air yang tergenang, tidak buang air dijalan, tempat bernaung dan dekat dengan
sumber, memelihara tanaman, boleh memakan buah, tidak menggunakan air secara
boros danmeminta hujan pada musim kemarau. Dalam metode pencapaian ada tujuh
tingkatan yaitu nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu mulhimah, nafsu
muthmainnah, nafsu radhiah, nafsu kamilah.

B. Saran
Sebagai seorang muslim sudah sewajibnya bagi kita untuk menjalankan
semua perintahNya dan menjauhi laranganNya. Selain itu sebagai seorang muslim
,kita wajib untuk memperbaiki diri kita dari etika, moral dan akhlak yang buruk
untuk menjadi individu yang baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://dunianyasiayu.files.wordpress.com/2009/08/makalah-etika-moral-dan-
akhlak.pdf
https:/www.researchgate.net/profile/zaharah_hussin/publication/242202737_me
ndidik_generasi_berakhlak_mulia_fokus_peranan_guru_pendidikan_islam/links/00b49
529c0b9529e42000000.pdf
https://khultur.wordpress.com/2011/09/14/al-maidah-ayat8/
Https://www.google.co.id/search?q=al+maidah+ayat+8&oq=al+maidah+ayat+8
&aqs=chrome..69i57j0l5.1466j0j4&sourceid=chrome&ie=utf-8
http://jurnal.pnl.ac.id/wp-
content/plugins/Flutter/files_flutter/1366010522EtikaMoraldanAkhlak_JurnalLenteraL
PPMAlmuslimBireu.pdf
http://documentslide.com/documents/18-macam-nafsu.html#

14

Anda mungkin juga menyukai