Menurut Van Breda (2001) dalam (Karimatunnisa & Pandjaitan, 2018) resiliensi
komunitas adalah kemampuan masyarakat untuk membangun, mempertahankan atau
mendapatan kembali tingkat kapasitas komunitas yang diharapkan dalam mengahadapi
kesulitan dan tantanan posistif. Konsep resiliensi dalam psikologis termasuk dalam
pendekatan psikologi positif yang menganggap manusia memiliki potensi positif yang
berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu atau pribadi kearah
yang lebih baik. Menurut Holanday (1997) dalam Tampi, Kumaat, & Masi, 2013 individu
dianggap memiliki resiliensi ketika mereka mampu secara cepat kembali kepada kondisi
sebelum trauma dan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang
negatif. Terdapat 3 level atau tipe menurut Gallopin (2006) yaitu:
Menurut Arbon et al. (2013), resiliensi komunitas memiliki karakter kunci yang
mendefinisikan komunitas yang tangguh, yaitu komunitas yang berfungsi dengan baik
ketika dalam keadaan stress, sukses beradaptasi pada tantangan baru,mandiri dan memiliki
kapasitas sosial. Selainitu keberhasilan resiliensi diperkuat dengan pembangunan
ekonomi,keterampilan masyarakat, informasi, dan komunikasi efektif.
Preparedness
Definisi kesiapsiagaan (preparedness) menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
dalam pasal 1 ayat 4, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan menurut Carter (1991) dalam (Daud,
2014) adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi,
masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi
bencana secara cepat dan tepat guna. Selain itu, definisi lain menurut ADRRN,
(2009) kesiapsiagaan bencana adalah pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan
oleh pemerintah, lembaga-lembaga profesional dalam bidang respons dan pemulihan,
serta masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi, merespons dan pulih secara
efektif dari dampak-dampak peristiwa atau kondisi ancaman bahaya yang mungkin
ada, akan segera ada atau saat ini ada. Kesiagaan adalah tahapan yang paling
strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam
menghadapi datangnya suatu bencana (BNPB, 2012) dalam (Susumaningrum, 2017)
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana, kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat
bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
b) Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
c) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan.
d) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
e) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan.
f) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning).
g) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan).
h) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan).
YANG DI COPPY YANG TABEL AJA SHAAAY