Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Perbedaan Community Resilience dengan Preparedness

Menurut Van Breda (2001) dalam (Karimatunnisa & Pandjaitan, 2018) resiliensi
komunitas adalah kemampuan masyarakat untuk membangun, mempertahankan atau
mendapatan kembali tingkat kapasitas komunitas yang diharapkan dalam mengahadapi
kesulitan dan tantanan posistif. Konsep resiliensi dalam psikologis termasuk dalam
pendekatan psikologi positif yang menganggap manusia memiliki potensi positif yang
berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu atau pribadi kearah
yang lebih baik. Menurut Holanday (1997) dalam Tampi, Kumaat, & Masi, 2013 individu
dianggap memiliki resiliensi ketika mereka mampu secara cepat kembali kepada kondisi
sebelum trauma dan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang
negatif. Terdapat 3 level atau tipe menurut Gallopin (2006) yaitu:

1. Engieering resilience/local stability (perubahan di area dekat titik keseimbangan)


2. Ecotogical resilience (perubahan pada keadaan dalam sistem; perubahan dalam
sistem antara bencana dengan daerah stabil)
3. Robustness/vulnerability/structural stability (perubahan dalam stabilitas daerah itu
sendiri)

Menurut Arbon et al. (2013), resiliensi komunitas memiliki karakter kunci yang
mendefinisikan komunitas yang tangguh, yaitu komunitas yang berfungsi dengan baik
ketika dalam keadaan stress, sukses beradaptasi pada tantangan baru,mandiri dan memiliki
kapasitas sosial. Selainitu keberhasilan resiliensi diperkuat dengan pembangunan
ekonomi,keterampilan masyarakat, informasi, dan komunikasi efektif.

Komponen dan pengukurnya dalam keberhasilan resiliensi komunitas menurt Arbon et


al. (2013)

1) Communty connectedness (keterhubungan komunitas)


Kemampuan komunitas untuk mengakses informasi saat bencana, berhubungan
dengan anggota komunitas, kemampuan komunitas berhubungan dengan orang lain
diuar komunitas dan wilayah yang lebih luas
2) Risk and vulnerability (risiko dan kerentanan)
Kemampuan komunitas mengatasi risiko kegentingan dan memperkirakan
(pengetahuan tanda-tanda) terjadinya bencana, keberhasilan komunitas
menyelematkan diri daribencana, mampu tetap aktif sevra normal setalah bencana
3) Planng and procedur (perencaaan dan prosedur)
Pengetahuan mengenai tangap dan pemulihan bencana dan kemampuan komunitas
mempersiapkan diri terhadap bencana yang datang
4) Avaibe resources (ketersediaan sumber daya)
Tersedianya infrasruktur lokal, pelayanan publik, tersedianya cadanganmakanan
dan pemenuhan kebutuhan dalam suatu komunitas
Aspek Resiliensi, Wolin & Wolin (Setyowati, Hartati, & Sawitri, 2010)
menyebutkan bahwa resiliensi terdiri dari tujuh aspek utama yaitu:

1. Insight merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mampu memahami


diri sendiri dan juga orang lain. Kemampuan ini juga mampu memberi arti sebuah
situasi, sehingga individu dapat melakukan penyesuaian diri dengan berbagai
situasi
2. Kemandirian merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk bisa
mengambil jarak secara emosional ataupun fisik dari sumber masalah sementara
memenuhi tuntutan hati nurani
3. Hubungan merupakan suatu hubungan yang saling mendukung, jujur dan terbuka
serta berkualitas bagi kehidupan
4. Inisiatif merupakan kemapuan untuk dapat mengambil alih kontrol atas masalah
yang dihadapi, dimana mampu bersikap secara proaktif, bukan reaktif.
5. Kreatif proses mental untuk menciptakan gagasan baru dalam menghadapi
tantangan hidup
6. Humor, kemampuan yang dimiliki indiividu guna mencari kemudian menemukan
kegembiraan atau kebahagiaan dalam situasi apapun
7. Moralitas, merupakan pengenalan dalam pemahaman nilai ditandai dengan
adanya keinginan untuk menjalani kehidupan dengan cara lebih baik dan
produktif.
Faktor Pengembangan Resiliensi, Neil (2006) dalam (Jannah, 2018)
mengungkap beberapa faktor yang dapat berperan dalam pengembangan resiliensi

a. Faktor internal meliputi keterampilan kognitif maupun sumber-sumber


psikologis
Komunitas sebaiknya memiliki keseimbangan tiga atribut resiliensi
(1) Institusional memory, menjadikan peristiwa (bencana) menjadi sebuah
ingatan dan pengalaman
(2) Innovative learning, menggunakan memori dan ingatan belajar,berinovssi
dan mengorganisasi sumber daya untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungan
(3) Connectedness, keterhubugab dan komuniksi dengan orang lain
didalammaupun diluar komunitas
b. Faktor eksternal meliputi
1. Dukungan sosial
Menurut Maslikhah (2011) dukungan sosial merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menjelaskan bagaimana suatu hubungan sosial mampu
memberi sumbangan yang bermanfaat untuk kesehatan mental maupun
kesehatan fisik. Cara mendapatkan dukungan sosial dimasa-masa sulit adalah
dengan melakuakan atau menjalin hubungan sosial dengan orang lain, dapat
berupa hubungan berbagi sosial, pendengar yang baik, mampu memberi
solusi, saran atau nasihat. Menurut Longstaff et al (2010) mengatakan bahwa
pemerintah bukanlah penjamin utama bahwa komunitas akan mampu
mengembalikan maupun bertahan dari bencana alam yan akan datang
meskipun hal tersebut merupakan fasilitator yang penting namun dukungan
sosial merupakan modal utama dalam melakukan resiliensi.
2. Pengaruh budaya
Menurut Longstaff et al (2010) mengatakan bahwa sumber daya yang
dimiliki masyarakat belum dapat membuat komunitas selamat dari bencana,

apabila komunitas tersebut tidak memanfaatkannya dengan benar

Preparedness
Definisi kesiapsiagaan (preparedness) menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
dalam pasal 1 ayat 4, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan menurut Carter (1991) dalam (Daud,
2014) adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi,
masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi
bencana secara cepat dan tepat guna. Selain itu, definisi lain menurut ADRRN,
(2009) kesiapsiagaan bencana adalah pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan
oleh pemerintah, lembaga-lembaga profesional dalam bidang respons dan pemulihan,
serta masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi, merespons dan pulih secara
efektif dari dampak-dampak peristiwa atau kondisi ancaman bahaya yang mungkin
ada, akan segera ada atau saat ini ada. Kesiagaan adalah tahapan yang paling
strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam
menghadapi datangnya suatu bencana (BNPB, 2012) dalam (Susumaningrum, 2017)
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana, kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat
bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
b) Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
c) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan.
d) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
e) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan.
f) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning).
g) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan).
h) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan).
YANG DI COPPY YANG TABEL AJA SHAAAY

Kategori Community Resilience Preparedness


Pengertian Kemampuan masyarakat untuk Serangkaian kegiatan yang
membangun, mempertahankan dilakukan untuk mengantisipasi
mendapatan kembali kapasitas bencana melalui pengorganisasian
komunitas dalam mengahadapi serta melalui langkah yang tepat
kesulitan guna dan berdaya guna.
Tujuan Untuk membangun, mempertahankan Untuk mengantisipasi
atau mendapatan kembali tingkat kemungkinan terjadinya bencana
kapasitas komunitas yang diharapkan guna menghindari jatuhnya
dalam menghadapi kesulitan dan korban jiwa, kerugian harta benda
tantangan posistif. dan berubahnya tata kehidupan
masyarakat.
Aspek pembentuk insight, kemandirian, hubungan, strategi komunikasi, pembentukan
inisiatif, kreatifitas, humor, moralitas tim penanggulangan dan
pembentukan peran/tugas masing-
masing anggota
Faktor pembentuk Faktor sosial, faktor budaya pengetahuan terhadap resiko
bencana, sikap terhadap risiko
bencana, kebijakan dan panduan,
rencana untuk keadaan darurat
bencana, sistem peringatan
bencana dan mobilisasi sumber
daya
Tindakan/ upaya pelaksanaan a. Community connectedness a. Mengaktifkan pos-pos siaga
b. Risk and vulnerability b. Pelatihan siaga/simulasi/ gladi/
c. Planning and procedure
teknis
d. Available resources
c. Inventarisasi sumber daya
pendukung
d. Penyiapan dukungan dan
mobilisasi sumber
daya/logistik
e. Penyiapan sistem informasi
dan komunikasi
f. Pemasangan instrumen sistem
peringatan dini
g. Penyusunan rencana
kontingensi
h. Mobilisasi sumber daya

Anda mungkin juga menyukai