Anda di halaman 1dari 11

KONSEP SEHAT DAN SAKIT MENURUT PANDANGAN AGAMA

Oleh :

SHAZA AMELIA AMAY PUTERI


213213347/37

STIKES WIRA MEDIKA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP SEHAT
DAN SAKIT MENURUT PANDANGAN AGAMA”
Dengan tepat waktu dan tanpa adanya kendala sebagai tugas mata kuliah Keperawatan. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Banyuwangi, 24 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………….…………………….. iii
BAB 1…………………………………………………….…………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….…………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………….…………… 1
1.4 Manfaat…………………………………………………….……………………… 1
BAB 2 …………………………………………………….…………………………… 2
2.1 Pengertian Konsep Sehat dan Sakit………………….…………………………….2
2.2 Konsep Sehat Dan Sakit Menurut Agama…………………………………………2
BAB 3…………………………………………………….……………………………….7
3.1 Kesimpulan…………………………………………………….……………………7
3.2 Saran…………………………………………………….………………………….. 7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……………. 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua orang pasti ingin selalu sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Sebab, dengan tubuh
dan pikiran yang selalu sehat, kesejahteraan hidup dapat meningkat. Menjaga kesehatan pun
nyatanya tidak sesulit yang dibayangkan, salah satunya adalah dengan menerapkan gaya hidup
sehat setiap hari.
Kesehatan merupakan anugrah dari Yang Maha Kuasa. Hal tersebut merupakan suatu berkat yang
diberikan-Nya. Sedangkan Sakit adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat
melakukan peribadatan sehari-hari bahkan meningkat dari biasanya.
Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi
beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa
jadi pendamping keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu
terjadi perbaikan dari penyakit itu
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan konsep sehat dan sakit ?

2. Bagaimana Konsep Sehat dan Sakit menurut Agama?


1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah yaitu :


1. Untuk mengetahui apa pengertian konsep sehat dan sakit secara umum.

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep sehat dan sakit menurut agama.


1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah yaitu :
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui konsep-konsep sehat sakit menurut
pandangan agama.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONSEP SEHAT DAN SAKIT


A. Konsep Sehat
Konsep sehat adalah kondisi kesehatan ideal, baik dari segi biologis, psiologis, dan sosial. Hal ini
juga tentunya akan membuat seseorang dapat melakukan aktivitas secara maksimal dan optimal.
B. Konsep Sakit
Konsep sakit adalah kondisi perasaan umum saat seseorang merasa mengalami keadaan buruk
pada pikiran, tubuh, dan hal lain seperti jiwa
2.2 KONSEP SEHAT DAN SAKIT MENURUT PANDANGAN AGAMA

1. PANDANGAN AGAMA HINDU


Menurut ajaran agama hindu , konsep sehat sakit yaitu semua sistem dan unsur pembentuk tubuh
(Panca Mahabuta) dalam keadaan seimbang dan dapat berfungsi dengn baik, Sedangkat manusia
dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis) atau gangguan kesehatan
lain.Berikut ini adalah beberapa uraian mengenai konsep sehat dan sakit menurut agama hindu.
Dhanikah strotriyo raajaa
Nadii vaidyastu pancamah.
Panca yatra na vidyate
Na tatra divasam vaset.
(Canakya Nitisastra I,9)
Artinya:
Apabila tidak ada lima unsur seperti orang kaya (dhanikah), orang suci (strotria) yang ahli Veda,
pemimpin (Raja), orang yang ahli dalam pengobatan (vaidya) dan sungai (nadi), di tempat tersebut,
maka hendaknya janganlah bermukim di tempat itu.
Dalam Upa Veda ada yang disebut Ayur Veda sebagai ilmu yang mengajarkan tentang memelihara
kesehatan. Di kalangan umat Hindu di Bali dikenal kelompok Pustaka Lontar yang disebut usada.
Dalam usada tersebut juga diajarkan tentang ilmu pengetahuan untuk memelihara kesehatan
jasmani maupun rohani.
Dalam usada juga diajarkan mengenal tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan bahan obat-obatan.
Di India, Ayur Veda sudah dikembangkan sedemikian rupa, sehingga telah menjadi sebuah cara
memelihara kesehatan yang sudah memasyarakat. Di fakultas kedokteran di India sudah ada
jurusan kedokteran Ayur Veda, di samping kedokteran Barat.
Lama belajar antara kedokteran Ayur Veda dan kedokteran Barat sama. Setelah tamat mereka
dapat membuka praktik di masyarakat. Dengan demikian masyarakat bebas memilihnya.
Sistem kedokteran Ayur Veda dapat berkembang demikian, karena melalui proses yang panjang.
Demikian juga usada di Bali memang sudah dijadikan dasar dalam sistem pengobatan tradisional.
Ke depan, pengobatan dengan bahan tumbuh-tumbuhan ini tentu dapat dikembangkan secara
modern melalui berbagai penelitian, seminar, lokakarya dan berbagai percobaan. Dalam hal ini,
berbagai disiplin ilmu lainnya patut didayagunakan dalam membantu mengembangkan ilmu usada
ini agar dapat berkembang.
Ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu botani, ilmu farmasi, dll. patut dijadikan ilmu yang dapat membantu
pengembangan ilmu usada itu agar dapat diaplikasikan dalam sistem kehidupan modern. Para
ilmuwan Hindu dari berbagai disiplin ilmu diharapkan dapat terpanggil untuk ikut serta
memajukan ilmu usada ini, agar ilmu warisan nenek moyang kita lebih dapat didayagunakan untuk
kesejahteraan hidup umat manusia di kolong langit ini. Di samping itu, berbagai isi flora dan fauna
sebagai bahan obat-obatan dapat lebih dipahami maknanya dalam hidup ini.
2. PANDANGAN AGAMA KRISTEN
Pada mulanya manusia diciptakan oleh Allah baik adanya dan sempurna (Kejadian 1:26-28).
Tetapi rancangan Tuhan berubah ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa (Kejadian 3). Sebagai
konsekuensinya Hawa merasakan sakit pada saat melahirkan (Kejadian 3:16). Dan dosa
mengakibatkan Adam dan Hawa bisa mengalami kematian dan kematian ini masuk ke dunia
sebagai akibat dari keberdosaan manusia (Roma 5:12). Jadi, jelaslah bahwa sakit penyakit adalah
salah satu konsekuensi akibat manusia jatuh ke dalam dosa.
Hidup sehat adalah anugerah dan jika kita diizinkan Tuhan mengalami sakit yang bukan karena
dosa, maka itupun adalah anugerah. Jika kita diberikan oleh Tuhan kesehatan secara rohani dan
kesehatan secara lahiriah, maka itupun adalah anugerah agar kita semakin efektif dalam melayani
Tuhan. Iman kita kepada Tuhan tidak terlepas dari “Kasih” kita terhadap Tuhan. Artinya, iman
kita akan berelasi dengan seluruh aspek kehidupan kita, baik pada waktu sehat maupun sakit, baik
pada waktu lancar atau tidak lancar, baik pada waktu kaya atau miskin, dan lain sebagainya.
3. PANDANGAN AGAMA ISLAM
Dalam setiap perjalanan hidup manusia, senantiasa dipertemukan pada tiga kondisi dan situasi
yakni sehat, sakit atau mati. Sebagian manusia memandang sehat dan sakit secara berbeda. Pada
kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup sehat dan mengabaikan perintah Allah Swt,
sebaliknya pada kondisi sakit dianggapnya sebuah beban penderitaan, malapetaka dan wujud
kemurkaan Allah Swt kepadanya. Padahal Allah SWT dalam Q.S. Shaad : 27 selalu menciptakan
sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah/pelajaran dibalik itu
semua. Dalam perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh Sang
Pencipta Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sabda Rasulullah SAW
yang artinya "Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya dengan
berbagai cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh keridhoan Allah.
Dan barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan memperoleh kemurkaan Allah SWT" (H.R.
Ibnu Majah dan At Turmudzi). Sakit juga dapat dipandang sebagai peringatan dari Allah SWT
untuk mengingatkan segala dosa-dosa akibat perbuatan jahat yang dilakukannya selama hidupnya.
Pada kondisi sakit, kebanyakan manusia baru mengingat dosa-dosa dari perbuatan jahatnya dimasa
lalu. Dalam kondisi sakit itulah, kebanyakan manusia baru melakukan taubat dengan cara
memohon ampunan kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahatnya di
kemudian hari. Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh
setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak menurunkan juga
obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Nabi saw bersabda: ‫َما‬
‫ّللا دَاء ِإ َّل أَ ْنزَ َل لَهه شِ فَاء‬
‫ أَ ْنزَ َل َ ه‬-Allah swt tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya
(HR Bukhari). Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah Swt berupa
penghapusan dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya.
Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, "Tidaklah seorang muslim tertimpa
derita dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit tersebut)
kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya." Sementara
bagi Umat Islam lainnya yang berada dalam kondisi sehat dianjurkan oleh Allah Swt untuk
menjenguk saudara seiman yang menderita sakit. Apabila orang yang sehat minta didoakan dari
orang yang sakit, maka Allah Swt berjanji akan mengabulkannya. Hal ini diriwayatkan Asy-
Suyuti, "Jika kamu menjenguk orang sakit, mintalah kepadanya agar berdoa kepada Allah
untukmu, karena doa orang yang sakit seperti doa para malaikat." Dengan demikian, kedudukan
orang yang menderita sakit bukanlah orang yang hina, malah memiliki kedudukan yang mulia.
Simak hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari "Tidak ada yang yang menimpa seorang muslim
kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis), kebimbangan, kesedihan, penderitaan,
kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus
dosanya." Menurut Aswadi Syuhadak dalam sebuah tulisannya berjudul "Sakit versus
Kesembuhan Dalam Islam", kata maradl (Sakit) dan syifa' (Sembuh) dalam QS. Al-Syu`ara'
[26/47]: 80 ‫ِين‬ ِ ‫ َوإِذَا َم ِرضْته فَ هه َو يَ ْشف‬yang artinya, "apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku",
dikaitkan dengan manusia, sedangkan syifa' (kesembuhan) diberikan pada manusia dengan
disandarkan pada Allah swt. Kandungan makna demikian ini juga mengantarkan pada sebuah
pemahaman bahwa setiap ada penyakit pasti ada obatnya, dan apabila obatnya itu mengenai
penyakitnya sehingga memperoleh kesembuhan, maka kesembuhannya itu adalah atas ijin dari
Allah swt. sebagaimana diisyaratkan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi saw
bersabda: ‫ع َز َو َج َل‬ َ ‫ّللا‬ ِ َ ‫يب د ََوا هء الدَاءِ بَ َرأَ بِإِذْ ِن‬
َ ‫ص‬ِ ‫ ِلكه ِل دَاء د ََواء فَإِذَا أ ه‬. -Setiap penyakit pasti ada obatnya,
apabila obatnya itu digunakan untuk mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas ijin
Allah swt (HR. Muslim). Lebih lanjut merujuk pada catatan Ibnu Faris, maradl merupakan bentuk
kata yang berakar dari huruf-huruf m-r-dl (‫ ض‬-‫ ر‬- ‫ )م‬yang makna dasarnya berarti sakit atau segala
sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas kewajaran dan mengantar kepada
terganggunya fisik, mental bahkan tidak sempurnanya amal atau karya seseorang atau bila
kebutuhannya telah sampai pada tingkat kesulitan. Terlampauinya batas kewajaran tersebut dapat
berbentuk ke arah berlebihan yang disebut boros, sombong maupun takabbur; dan dapat pula ke
arah kekurangan yang disebut kikir, bodoh, dungu dan kolot. oleh karenanya maradl juga dapat
dikatakan sebagai hilangnya suatu keseimbangan bagi manusia. Aswadi Syuhadak menemukan
sebanyak tiga belas kali dalam Al-Qur'an kata maradl, kesemuanya dikaitkan dengan qulub ‫))قلوب‬,
hati dalam bentuk jamak, kecuali sekali disebut kata qalb dalam bentuk tungal. Kata maradl juga
biasa diidentikkan dengan kata saqam. Dalam hal ini, kata saqam hanya difokuskan pada penyakit
jasmani, sedangkan maradl terkadang digunakan untuk sebutan penyakit jasmani, ruhani dan
psikologis. Sementara kata syifa' itu sendiri adalah berakar dari huruf-huruf ‫ ي‬-‫ ف‬- ‫ ش‬dengan
pola perubahannya ‫ شفاء‬-‫ يشفي‬-‫( شفى‬syafa-yasyfi-syifa') yang menurut catatan ibnu Mandhur
berarti obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit Ibnu Faris bahkan
menegaskan bahwa term ini dikatakan syifa' karena ia telah mengalahkan penyakit dan
menyembuhkannya. Sejalan dengan pengertian ini, al-Raghib al-Ashfahani justru mengidentikkan
term syifa' min al-maradl (sembuh dari penyakit) dengan syifa' al-salamah (obat keselamatan) yang
pada perkembangan selanjutnya term ini digunakan sebagai nama dalam penyembuhan, baik
mabarrat, klinik maupun rumah sakit. Beberapa pengertian syifa' tersebut secara sederhana dapat
dipahami bahwa syifa' itu sendiri selain menunjuk pada proses dan perangkat tekniknya juga
merujuk pada hasil yang diperolehnya, yaitu sebuah kesembuhan dari suatu penyakit. Sedangkan
kata sehat yang merujuk pada kata salim sebagaimana tercantum dalam QS al-Shaffat [37]:85-86
dan QS as-Syu'ara' ayat 87-90. Kandungan ayat ini menunjukkan upaya dan permohonan Nabi
Ibrahim kepada Allah swt untuk memperoleh keselamatan maupun kesehatan sejak dalam
kehidupan di dunianya hingga di hari kebangkitan. Secara filosofis, makna kesehatan menurut
ajaran Islam adalah kebersihan dalam diri manusia meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir
dan batin. Orang yang sehat secara jasmani dan ruhani adalah orang berperilaku yang lebih
mengarah pada tuntunan nilai-nilai ruhaniyah, uluhiyah (ilahiyah) maupun rububiyyah (insaniyah)
sehingga melahirkan amal saleh. Jasad, raga, dan badan serta unsur-unsur fisik yang mengalami
kerusakan hingga kesakitan dapat disembuhkan melalui ayat-ayat qauliyah sebagaimana tersebut
dalam QS al-Isra': [17/50]: 82-83, ayat-ayat kauniyah dalam QS al-Nahl [16/70]: 69 dan gabungan
antara ayat-ayat qauliyah dan kauniyah sebagaimana diisyaratkan dalam QS al-Taubah [9/113]:
14 dan 15 yang dapat disebaut sebagai penyembuhan dan kegunaannya secara holistik. Untuk
mencegah datangnya penyakit, manusia dibebaskan untuk berikhtiar. Namun Islam sudah
memberikan kuncinya secara umum dengan cara mencegah kelebihan makan.Al Quran
mengingatkan, "Makan dan minumlah tapi jangan berlebih-lebihan. Allah tidak senang kepada
orang yang berlebih-lebihan (QS Al-A'raf [7]: 31). Rasulullah juga memberikan tips dalam
sabdanya," Tidak ada bencana yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri.
Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang
punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga
untuk minuman dan sepertiga sisanya untuk nafasnya" (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-
Hakim)
4. PANDANGAN AGAMA BUDHA
Agama Buddha memandang kesehatan dan penyakit sebagai sesuatu yang realistis. Ketika ada
penyakit, di sana pasti ada kesembuhan atau kesehatan. Penyakit bukanlah hukuman dari makhluk
adi kuasa, dan kesembuhan juga bukan hadiah darinya. Menurut agama Buddha, penyakit bisa
muncul karena disebabkan oleh kondisi alamiah di kehidupan saat ini, seperti faktor makanan,
iklim, cuaca, tempat tinggal, atau faktor-faktor alam lainnya yang dalam bahasa Buddhis disebut
Utu Niyama. Penyakit juga bisa muncul disebabkan karena faktor hukum perbuatan yang disebut
Kamma Niyama. Perbuatan di sini bisa mengacu pada perbuatan di kehidupan ini dan juga
perbuatan masa lampau di kehidupan-kehidupan sebelumnya yang berbuah di kehidupan ini.
Ketika agama Buddha berbicara tentang Kamma, itu berarti berbicara tentang perbuatan dan
akibatnya. Setiap perbuatan selalu menghasilkan akibat. Orang bisa menjadi sakit karena faktor
Kamma saat ini. Misalnya karena kurang tidur, jarang berolahraga, bekerja melebihi batas, karena
kelengahan sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan, atau sebab-sebab lainnya yang
dilakukan di kehidupan saat ini juga. Agama Buddha tidak menolak bahwa penyakit bisa
disebabkan oleh perbuatan di kehidupan lampau. Buddha pernah menyampaikan bahwa ia yang
sering menyiksa makhluk hidup, apabila ia masih punya cukup kebajikan, ia dapat terlahir di alam
manusia namun sakit-sakitan (bavhābādho). Jadi, orang yang sakit-sakitan saat ini bisa jadi karena
buah dari perbuatan masa lampaunya (M. III. 204).
5. PANDANGAN AGAMA KHONGHUCU
Hati Lapang Membawa Sehat dapat diartikan perasaan batin manusia yang di dalamnya terdapat
watak sejati (Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan, dan Kebijaksanaan). Apabila dapat di dijaga
dengan baik, dengan penuh dengan kesabaran dan keikhlasan, maka akan menyebabkan kita bebas
dari segala sakit hati, baik itu berupa iri hati, rasa benci, rasa dendam, rasa tidak puas hati dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah memahami bagaimana konsep sehat dan sakit menurut agama dapat disimpulkan bahwa
sehat adalah suatu berkat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri dan sakit adalah berkat
juga dan dijadikan sebagai motivasi untuk lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan.
3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini disarankan agar pembaca dan penulis dapat lebih mengetahui
tentang arti konsep sehat dan sakit . Selain itu makalah ini juga dapat menambah wawasan penulis
dan pembaca tentang hal-hal yang berhubungan dengan konsep sehat dan sakit menurut agama.
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan. (2004, March 5). Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Retrieved February 24,
2022, from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesehatan

Halodoc. (2020, July 7). Hidup Sehat. halodoc. https://www.halodoc.com/kesehatan/hidup-sehat

Hasibuan, L. (2021, January 20). Wajib Tahu, Ini Konsep Hidup Sehat Menurut WHO. CNBC
Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20210120153741-33-217480/wajib-tahu-
ini-konsep-hidup-sehat-menurut-who

Dayana, D. (2014, November 5). Pengobatan USADA. DWIDAUT


BLOG. https://dwidayananurse.blogspot.com/2014/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1

Hutahaean, T. (2021, May 10). Cara PANDANG Kristen MELIHAT SAKIT PENYAKIT Dan RESPONSNYA Yang
BENAR Pdt. Tumpal Hutahaean. GRII CIKARANG. https://grii-cikarang.org/cara-pandang-kristen-melihat-
sakit-penyakit-dan-responsnya-yang-benar-pdt-tumpal-hutahaean/

Gobel, F. A. (2010, September 28). Konsep Sakit, Perspektif Islam. Beyond Blogging
Kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/amp/yantigobel/konsep-sakit-perspektif-
islam_55002b1aa33311a96f51029d

Sakyaputra, S. (2019, January 11). Pandangan agama Buddha tentang Kesehatan.


Samanaputta. https://samanaputta.blogspot.com/2019/01/kesehatan-dalam-agama-buddha.html?m=1

Priyadi, H. (n.d.). Hati Lapang Membawa Sehat. Beranda | Kemenag. https://kemenag.go.id/read/hati-


lapang-membawa-sehat-01nxk

Anda mungkin juga menyukai