Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Sakit Dalam Pandangan Agama Islam


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Tahun Pelajaran 2019/2020

Oleh
Kelompok 5
1. Selvi Anuri 201902522
2. Setya Rahayu Dwi Kurniawati 201902523

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Sakit Dalam Pandangan Agama Islam ”
Dalam menyusun makalah ini , kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Nuruddin, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing
2. Teman –teman prodi kesehatan masyarakat
Kami berdoa agar segala uluran cinta dan kasih yang mereka berikan senantiasa diberkati Allah SWT.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun agar menjadi lebih baik.

Kudus , 19 Oktober 2019

Kelompok 5

2|Page
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………………………………………………………….....1
KATA PENGANTAR……………………......………………...........................................................................................2
DAFTAR ISI………....…………………………………………............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………….....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..………………...…..............................................5
1.3 Tujuan Makalah……………………………………...…………………………….................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sakit Dalam Pandangan Islam ……………………………..................................................................6
2.2 Kedudukan Orang Sakit Dalam Agama……...…………................................................................6
2.3 Hikmah Sakit Dalam Islam………………………………….........................................…......................7
2.4 Kewajiban Orang Sakit Dalam Perspektif Agama…………………………………………………..………8
2.5 Berobat Dalam Pandangan Islam…………………………………………………......................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………......................................….....................................................12
3.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA………............…………………………………...............................................................................13

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehat
merupakan nikmat Allah Swt yang paling berharga dalam kehidupan ini. Setiap orang
mendambakan kesehatan baik sehat secara jasmani maupun rohani, karena apabila manusia
sedang sakit akan sangat berpengaruh pada kehidupannya. Sebagian besar orang yang sedang
sakit akan mengalami timbulnya goncangan mental dan jiwanya karena penyakit yang
dideritanya. Orang yang mengalami kondisi tersebut sangat memerlukan bantuan motivasi yang
dapat menimbulkan rasa optimis dan selalu sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT.
Sebagaimana Allah Swt telah memerintahkan manusia untuk selalu sabar dalam menghadapi
segala musibah yang menghadangnya, baik itu ujian, cobaan, ataupun peringatan dari Allah Swt.
Pada dasarnya manusia menginginkan dirinya sehat, baik sehat jasmani maupun rohani,
sehingga diantara hikmah Allah Swt menurunkan Al-Quran yang didalamya ada petunjuk dapat
menjadi obat bagi penyakit yang terjangkit pada manusia baik fisik maupun psikis. Firman Allah
Swt dalam surat Al-Isra ayat 82:

Artinya: Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar atau rahmat bagi orang
yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah pada orang-orang yang zalim selain
kerugian (Q.S Al-Isra: 82).
Dibalik sakit yang kita alami, tentu mengandung hikmah yang sangat berharga bagi si
penderita khususnya dan bagi orang lain pada umumnya. Allah Swt pasti menyimpan hikmah di
balik setiap sakit yang kita alami. Allah Swt mentakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan
tersendiri yang menjadi penyebab semua itu. Tidak mungkin Allah Swt melakukan sesuatu tanpa
sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik itu semua. Oleh karena itu, sebaiknya

4|Page
kita selalu menerima, ikhlas dan bersabar atas apa yang dikaruniakan oleh kepada kita,
termasuk karunia sakit.
Berdasarkan paparan di atas, kelompok 5 tertarik untuk menjelaskan tentang sakit
dalam pandangan agama islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana sakit dalam pandangan islam ?
2. Bagaimana kedudukan orang sakit dalam agama ?
3. Apa saja hikmah dan makna sakit dalam islam?
4. Apa saja kewajiban orang sakit dalam perspektif agama ?
5. Bagaimana berobat dalam pandangan islam ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana sakit dalam pandangan islam
2. Mengetahui kedudukan orang sakit dalam agama
3. Mengetahui hikmah dan makna sakit dalam islam
4. Mengetahui kewajiban orang sakit dalam perspektif agama
5. Mengetahui berobat dalam pandangan islam

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sakit dalam pandangan islam


Sakit yang dimaksud adalah sakit fisik. Yaitu suatu keadaan dimana metabolisme dalam tubuh
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Walaupun sakit merupakan suatu kondisi yang tidak
mengenakkan, sebagai seorang muslim kita tidak perlu banyak mengeluh. Karena terlalu banyak
mengeluh merupakan bagian dari godaan syaithan.
Saat Allah Swt mentakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi
penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah Swt melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya
atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah Swt pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang
kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzon
kepada Allah Swt. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk takdir.
Rasulullah saw pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya: “ Kenapa engkau menggigil
seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab:” Karena demam wahai Rasulullah,
sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.” Rasulullah saw bersabda:” jangan engkau mengecam
penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses
pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)

2.2 Kedudukan Orang Sakit Dalam Agama


Semua orang pasti pernah mengalami sakit, entah itu sakit ringan maupun sakit yang cukup
serius, hal ini memang sudah manusiawi. Karena sebagai manusia biasa, dengan seiring
berjalannya waktu tentu akan mengalami penurunan kondisi fisik yang disebabkan oleh banyak
faktor, sehingga penurunan tersebut menyebabkan seseorang menjadi sakit.
Dibalik penyakit yang kita alami, tentu mengandung hikmah yang sangat berharga bagi
penderita khususnya dan bagi orang lain pada umumnya. Allah Swt pasti menyimpan hikmah di
balik setiap sakit yang kita alami. Allah SWT mentakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan
tersendiri yang menjadi penyebab semua itu. Tidak mungkin Allah Swt melakukan sesuatu tanpa
sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik itu semua . Selain itu sakit merupakan
sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Hal itu diindikasikan oleh hadits Abu Hurairah r.a. ia
berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi
Allah Swt, ia tidaklah memperoleh dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan

6|Page
sesuatu yang tidak disukainya, hingga ia memperolehnya“(HR. Al-Hakim dan ia menshahihkannya
1/495)

2.3 Hikmah dan Makna Sakit dalam Agama Islam


Beberapa hikmah sakit dalam agama islam diantaranya:
a) Sakit adalah ujian
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (Al-Anbiya: 35)
Begitulah Allah Swt menguji manusia, untuk melihat siapa di antara hambaNya yang
memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman
bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus tertanam di dalam hati dan
diwujudkan dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.
b) Sakit adalah adzab
Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan mendekatkan
dirinya kepada Allah SWT. Namun bagi sebagian orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan
membinasakan dirinya. Allah SWT berfirman:
Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain.
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar
mereka memahami(nya).” (Q.S. Al-Annam: 65)
c) Sakit Sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan
Sakit merupakan penebus berbagai dosa dan menghapuskan segala kesalahan, sehingga
sakit menjadi sebagai balasan keburukan dari apa yang dilakukan hamba, lalu di hapus dari
catatan amalnya hingga menjadi ringan dari dosa-dosa.
“Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula dengan seorang
muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan Allah Swt menggugurkan kesalahan-kesalahannya
dengan hal itu, sebagaimana bergugurnya dedaunan dari pohon.” (HR. Ahmad, 3/346)

7|Page
d) Sakit Akan Menambah Derajat dan Menambah Kebaikan
Sesungguhnya sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan. Dalil-dalil tentang
hal itu diantaranya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah saw bersabda:
Tidak ada seorang muslim pun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis
untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan.”(HR. Muslim no. 2572)
e) Sakit Membawa Manusia Kepada Muhasabah (Intropeksi Diri)
Sesungguhnya sakit membawa kepada muhasabah (introspeksi diri) dan tidak sakit
membuat orang terperdaya. Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita.
Sesungguhnya apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali
kepada petunjuk-Nya, dan memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas
segala kekurangan dalam ketaatan, dan menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat,
perbuatan haram serta penyebab-penyebab yang mengarah kepadanya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata:
Musibah yang engkau terima dengannya terhadap Allah Swt lebih baik bagimu daripada nikmat
yang membuatmu lupa untuk berdzikir kepada-Nya. (Tasliyatu ahli al-Masha’ib)

2.4 Kewajiban Orang Sakit dalam Perspektif Agama


Sakit adalah Allah yang memberikan dan tentulah sepatutnya semua urusan diserahkan
kepada Allah. Berikut kewajiban yang harus dilakukan oleh orang sakit:
a. Bersikap sabar dan senantiasa berikhtiar
Berdasarkan hadits dari Shuhaib
“Sungguh mengagumkan perkara orang mukmin karena semua urusannya adalah baik, dan hal itu
tidak terjadi pada seorangpun kecuali orang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan kemudian ia
bersyukur, maka hal itu baik baginya. dan apabila ditimpa kesulitan kemudian ia bersabar, maka
hal itupun baik baginya“. (HR. Muslim : Shahih Muslim)
b. Hendaknya si sakit merasa antara takut dan berharap, takut kepada azab Allah karena dosa
dosanya dan berharap kepada rahmatNya.
Berdasarkan HR. Tirmidzi: Sunan al Tirmidzi
“Bahwa Rasulullah saw pernah mendatangi pemuda yang hampir pada ajalnya, maka beliau
bersabda:”Bagaimana perasaanmu? Jawabnya:”Aku berharap kepada Allah dan khawatir akan
dosaku”. Maka beliau saw bersabda:”Kalau berkumpul kedua sifat itu dalam hati seorang

8|Page
hamba pada peristiwa seperti ini tentulah Allah memberikan apa yang diharapkan dan
melindunginya dari apa yang ditakutkan”.
c. Berprasangka baik kepada Allah, apabila sampai pada akhir ajalnya
Berdasarkan hadits dari Jabir:

ُ
‫ِن‬‫ْس‬ ُُّ
‫يح‬ ‫هن‬ ‫ِاه‬
‫َّللُِالظ‬ ‫ُ ب‬
‫هو‬ُ ‫و‬
ُ ِ‫ْ ه‬
ُ
‫ّل‬ ُُ
‫م‬ ‫دك‬ُ‫ه أح‬ُ‫ُوت‬
‫ن‬ ‫ُ يم‬
‫ل ل‬ ُ‫ُو‬‫يق‬
‫ِ ب‬
‫ِثَلث‬
ُ ُِ
‫ه‬ ‫ُ وفات‬ ‫ْل‬
‫ُ قب‬‫لم‬‫ِ وسه‬ ُْ
‫ه‬ ‫لى اه‬
‫َّللُ علي‬
ُ ‫يه صه‬
ُِ‫هب‬
‫الن‬
ُ
‫ْت‬‫ِع‬‫سم‬
Aku pernah mendengar Rasulullah saw, bersabda sebelum wafatnya:”Janganlah salah seorang
dari kamu semua mati, kecuali berbaik sangka (Husnudzan) kepada Allah”.
(HR. Muslim : Shahih Muslim)
d. Berwasiat Kepada Sanak Keluarga

Firman Allah Swt:

ُ
‫ِي‬‫ُتهق‬ ْ ‫ُِ ع ل ى‬
‫ال م‬ ‫ُوف‬ ‫ْر‬ ْ ‫ًّا ب‬
‫ِال م ع‬ ‫ُ حق‬ ۖ ُ
‫ِين‬ ‫ْر ب‬‫ق‬ ْ‫و ا‬
ُ
‫ل‬
ُِ
‫ين‬ ِ‫ْ و ا‬
ْ‫ل د‬ ‫لل‬ِ ُ‫ُ ترك‬ ُ ْ ً
‫ال و صِيهة‬ ‫ُ خ يْر‬‫ْت‬ ْ ُ
‫ال م و‬ ْ
‫ِن‬‫إ‬ ‫ُم‬
ُ ‫أحدك‬ ُ
‫حضر‬
‫ِذ ا‬‫إ‬ ‫ع ل يْكُم‬
ْ
ُ ُ
‫ِب‬‫ُت‬
‫ك‬
Di wajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika
ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara
ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al Baqarah: 180)

2.5 Berobat dalam Pandangan Islam


a) Makna Berobat
Dalam bahasa arab, usaha untuk mendapatkan kesembuhan biasa disebut dengan istilah
At-Tadawi yang artinya menggunakan obat; diambil dari akar kata dawa (mufrad) yang bentuk
jamaknya adalah Adwiyah. Kalimat dawa yang biasa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
dengan arti obat; adalah segala yang digunakan oleh manusia untuk menghilangkan penyakit
yang mereka derita. Sementara penyakit yang akan diobati, dalam bahasa arab biasa disebut
dengan istilah Daa-un
b) Hukum Berobat
Para ahli fikih dari berbagai mazhab; yaitu ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan
ulama mazhab hambali sepakat tentang bolehnya seseorang mengobati penyakit yang
dideritanya. Pendapat para ulama tersebut didasari oleh dalil yang menunjukkan kebolehan
mengobati penyakit.

9|Page
ً‫ُّداءُدوا‬
ُ‫ء‬ ِ‫ُل‬
‫لك‬ ‫داءُواله‬
ُِ‫دواءُوجعل‬ ‫ْزلُاله‬ ‫ِه‬
‫نُهللااُأنـ‬ ‫إ‬
‫ْاُبحِۖرام‬
‫ْاُولُتداوو‬
‫فـتداوو‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah
menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat
dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)

Hadist ini menunjukkah bahwa seorang Muslim boleh mengobati penyakitnya. Sebab,
diturunkannya penyakit oleh Allah SWT. Disertai dengan diturunkan obatnya menunjukkan
bahwa seorang Muslim diizinkan untuk mengobati penyakit yang dideritanya.

c) Pengobatan Cara Islam


Di antara keistimewaan pengobatan dalam Islam, sesungguhnyaAllah Swt
mengumpulkan antara pengobatan secara alami (medis) dengan al-ilaju ar- rabbani wa an-
nabawi (pengobatan secara ke Tuhanan dan Nabi) dalam bentuk yang lembut dan realistis,
jauh dari prasangka, tahayyul dan mantera. Dua metode di atas, yaitu pengobatan secara
medis dan ke Tuhanan itu berdasarkan dasar-dasar kaidah dan definisi yang jelas. Diantara
contoh pengobatan yang dilakukan secara islami antara lain:
1. Ruqyah Syar’iyah
Ruqyah syar’iyah yakni ruqyah dengan ta’awudz dan lainnya berupa asma Allah. Apabila
yang membaca ruqyah adalah orang yang berlisan baik, maka insya Allah akan mewujudkan
kesembuhan.
Ruqyah ini adalah ruqyah yang lepas dari kesyirikan, sebagaimana yang dijelaskan para
ulama berdasarkan hadits Auf bin Malik r.a. yang meriwayatkan, Kami melakukan ruqyah pada
masa Jahiliah, lalu kami bertanya, ‘Ya Rasulullah! Bagaimana pendapatmu tentang itu?’ Beliau
menjawab:

ُِ ‫ُْف‬
‫ِيه‬ ‫ُن‬‫ُْيك‬
ۖ‫ُّقىُمالم‬ ‫ْسُب‬
‫ِالر‬ ‫ُم‬
‫ُْلُبأ‬ ‫ُواُعليُّر‬
‫ُقاك‬ ‫ِض‬‫ْر‬
‫اع‬
)‫ُُ(رواهُالبخاريُمسلم‬‫شُِرك‬

10 | P a g e
Artinya: “Coba bacakan kepadaku ruqiahmu, tidak mengapa ruqiah selama ia tidak
mengandung syirik” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Madu
Di dalam Sunah Ibnu Majah disebutkan secara marfu’ dari hadits Abu Hurairah, “Siapa
yang meminum madu tiga kali tenggakan pada pagi hari setiap bulan, maka dia tidak akan
terkena penyakit yang parah.”
Manfaat madu sudah digunakan sebagai obat alamiah yang sangat manjur sejak ribuan
tahun yang lalu. Sejarah penggunaan madu boleh dikatakan dimulai sejak sejarah manusia itu
sendiri. Madu adalah keajaiban yang diberikan alam kepada manusia, cairan kental ini berasa
manis dan banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Sampai saat ini, orang-orang masih menggunakan manfaat madu untuk menjaga kesehatan
atau sebagai obat alami.
3. Bekam
Bekam atau Al-Hijamah berasal dari bahasa Arab yaitu hajama, yang berarti menghisap
dan hijama yang artinya pelepasan darah kotor. Kata kerjanya adalah hajama-yahjimu-
yahjumu. Al-Hajam adalah orang yang menghisap lubang alat bekam. Mihjam dan mihjamah
artinya alat bekam, bisa alat untuk menghisap darah, untuk mengumpulkan darah, maupun
untuk menyayat dalam proses pembekaman. Tentang berbekam, disebutkan di dalam Ash-
Shahihain, dari hadits Thawus, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw pernah meminta untuk
dibekam dan memberikan upah kepada orang yang membekam beliau.
Beliau bersabda:
ُ‫ِ الحِجام‬
‫ة‬
ُ ُِ
‫ه‬ ُُ
‫ْ ب‬
‫م‬ ‫ْت‬ ‫ْر‬
‫ُ ما تـرا ويـ‬ ُ‫خي‬
‫ـ‬
Artinya: “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah berbekam.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

11 | P a g e
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas kelompok kami menyimpulkan bahwa sebagai manusia tentu
akan mengalami penurunan fisik yang disebabkan oleh beberapa faktor, sehingga penurunan
tersebut menyebabkan seseorang menjadi sakit. Orang sakit mempunyai banyak hikmah dan
makna diantaranya sakit sebagai ujian, sakit sebagai adzab, sakit sebagai penebus dosa, sakit dapat
mengangkat derajat, serta sakit membawa manusia kepada muhasabah.
Sakit adalah keadaan metabolism dalam tubuh tidak berjalan semestinya, tetapi kita seorang
muslim tidak perlu banyak mengeluh karena karena itu semua merupakan godaan syaithan.
Adapun kewajiban orang sakit yaitu bersikap sabar, senantiasa berikhtiar, takut kepada adzab
Allah Swt karena dosa-dosanya, dan berprasangka baik kepada Allah Swt apabila sampai pada
ajalnya.
Berobat adalah cara untuk mendapatkan kesembuhan atau biasa disebut At-Tadawi . Hukum
berobat dalam pandangan islam adalah suatu kebolehan. Orang yang sakit biasanya melakukan
pengobatan secara medis dan non medis. Tetapi secara pandangan islam orang sakit juga
membutuhkan pengobatan yang dilakukan secara islam diantaranya seperti ruqyah syari’ah, madu,
dan bekam.
b. Saran
Dari penjelasan materi diatas, kelompok kami menyarankan sebagai berikut :

12 | P a g e
1. Sebagai seorang muslim kita harus menjaga kesehatan kita karena kesehatan adalah hal yang
paling berharga walaupun terkadang banyak orang yang mengabaikan tentang kesehatan sendiri.
2. Saat sedang sakit sebaiknya kita harus berpikir positif karena sakit banyak mengandung hikmah
yang berharga bagi penderita maupun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

a. Salabi.M.R.2002. Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perfektif Al-Qur’an dan Sains. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Tersedia pada http://eprints.walisongo.ac.id/1746/2/081111034_Bab1.pdf
b. Sepdhani. (2014, 5 Mei). Makna sakit dalam islam sesungguhnya. Di kutip dari 17 Oktober 2019 dari
https://sepdhani.wordpress.com/2014/05/02/makna-sakit-yang-sesungguhnya-dalam-islam-
bagian-1/
c. Laili Al Fadhli.(2015, 24 Juni).Sakit dalam Pandangan Islam.Di kutip dari 18 Oktober 2019 dari
https://www.kompasiana.com/elfadl/552bb1026ea83421658b457b/sakit-dalam-pandangan-islam
d. Muhammad Utsman Syabir.Pengobatan Alternatif Dalam Islam. (Jakarta: Grafindo, 2005), hal. 20.

e. Saidan Effendi.(2011, 26 Januari).Kewajiban Orang Sakit. Di kutip dari 18 Oktober 2019 dari
http://saidaneffendi-darussalam.blogspot.com/2011/01/kewajiban-orang-yang-sakit.html

f. Muhammad Utsman Syabir, Pengobatan Alternatif Dalam Islam, (Jakarta: Grafindo, 2005), hal. 20.
g. Sakit Tanda Sayang Allah dari https://www.youtube.com/watch?v=7MQ9ELmcCzw&t=50s oleh
Syekh Ali Jaber
h. Hikmah Sakit dari https://www.youtube.com/watch?v=BbBixG9NQUU&t=39s oleh Ustadz Abdul
Somad

13 | P a g e
14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai