Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN AGAMA

“Konsep Sehat, Sakit, Pendampingan Orang Sakit, dan


Bimbingan Pasies Sakaratul Maut dalam Perspektif
Agama”

Oleh :
Garry Vebrian

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI


JURUSAN S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2021/2022
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat


memandang sehat dan sakit sebagai sesuatu Hitam atau
Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari
penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit.
Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat
diterapkan dengan mudah, akan tetapi mengabaikan adanya
rentang sehat-sakit. Pendekatan yang digunakan pada abad
ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas

 Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak


dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan
klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya.
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan
harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan

 Lalu bagaimana dengan konsep sehat-sakit dalam perspektif


Agama?

 Secara teori, agama manapun memandang sehat-sakit tentu


tidak hanya sekedar sehat-sakit secara fisik tapi juga sehat-
sakit secara spiritual
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab


“ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela,
nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat
diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2)
mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit.

 Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah


yaitu al-‘afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang
sempurna ). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah  sering
digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa
al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal
afiat’ dan  artinya sehat secara sempurna.
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO)


merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu
“keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial,
tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.
Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari
penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun
tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam
keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

 Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO di atas


merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis,
psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan
aktifitas secara optimal.
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3


karakteristik yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan
ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan
penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi
merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini
adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik
mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

 Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO


meliputi fisik, mental, dan sosial
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Lalu bagaimana dengan sehat spiritual? Sehat spiritual


tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam
dan seisinya yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan
kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan
norma-norma masyarakat

 Lalu bagaimana dengan konsep SAKIT? Istilah


penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar
dalam penggunaannya sehari-hari padahal keduanya
memiliki arti yang berbeda. Penyakit adalah istilah medis
yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh
yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi
ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat
dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat  seseorang
tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang normal
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Lalu bagaimana dengan sehat-sakit dalam perspektif Agama


Islam? Konsep sehat dan sakit bagi kebanyakan orang masih
membingungkan dan kurang jelas. Sakit dan penyakit
merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup
manusia sejak jaman Nabi Adam. Kita memahami apapun
yang menimpa manusia adalah takdir, sakit pun merupakan
takdir yang dialami manusia. Meskipun sehat dan sakit
merupakan takdir  tetapi menjaga kesehatan dan mencegah
agar supaya kita tidak sakit ataupun mencari pengobatan
ketika jatuh sakit harus dilakukan dan  al-Qur’an
memberikan petunjuk mengenai hal ini
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Meskipun kata sehat wal afiat  yang merupakan Indonesiasi


dari bahasa Arab ash-shihah dan al’ afiah tetapi tidak ada satu
kata pun di dalam al-Qur’an menyebutkan kata ash-shihhah
dan al’afiah, tetapi al-Qur’an menyebutkan perkataan syifa’
yang berarti kesembuhan (dari sakit), dan pengobatan
(menuju kesembuhan dari keadaan sakit). Kata syifa’ disebut
dalam al-Qur’an dimana disebutkan bahwa di samping
sebagai petunjuk al-Qur’an juga dinyatakan sebagai obat
yang menyembuhkan Firman Allah di dalam Qs. Al Israa’
(17): 82; “……dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian”
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa al-Qur’an sebagai


penyembuh hanya kepada orang yang beriman secara Islam.
Dengan demikian, yang dimaksud sehat atau sakit dalam
ayat ini bersifat rohaniah. Secara fisik orang dikatakan sehat
tetapi secara rohaniah belum tentu dikatakan sehat. Ukuran
sehat atau sakit terletak pada ‘iman’ secara Islam.
Karakteristik kesehatan yang demikian ini secara lebih
eksplisit, yaitu penyakit hati, kata lain dari rohani, 
disebutkan kembali dalam  Qs. Yunus (10) : 57; “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Pandangan mengenai konsep sehat dan sakit dapat pula kita


peroleh dari kisah yang dialami oleh Nabi Ayub  dalam al-
Qur’an Surah Al Anbiyaa (21): 83-84

83. “dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya


Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua
Penyayang".

84. “Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami


lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan
keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan
mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah”.
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayub yang ditimpa


penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya. Dari seluruh
tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa
penyakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah
tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayub untuk berzikir
dan memohon keridhoan Allah, dan Allah pun
mengabulkan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayub sembuh
dan dikembalikan harta dan keluarganya. Dari sini dapat
diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk
kepada Allah, tidak berputus asa akan rahmat Allah serta
bersabar dalam menerima takdir Allah. Karena kita sebagai
manusia perlu meyakini bahwa apabila Allah mentakdirkan
sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah
mentakdirkan kesembuhan, tiada daya upaya kecuali
dengan izin-Nya kita sembuh.
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Penjelasan lain mengenai konsep sakit dalam padangan


Islam dapat juga kita temukan  dalam Al Quran surah Asy
Syuaraa (26) : 72-82;

78. “(yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang
menunjuki Aku,
79. dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu,
80. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,
81. dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali),
82. dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada
hari kiamat".
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Sakit dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang


hina atau memalukan melainkan kedudukan mulia bagi
seorang hamba karena dengan mengalami sakit maka
seorang hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur. Hal
ini karena keselamatan dan kesehatan merupakan nikmat
Allah yang terbesar dan harus diterima dengan rasa syukur
sebagaimana firman Allah dalam Al quran Surah Ibrahim
(14) : 7;

7. “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;


Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
KERANGKA BERPIKIR
 Konsep Sehat & Sakit

 Ayat di atas mengajarkan kepada manusia bahwa  manusia


senantiasa harus bersykur dan salah satu cara untuk
menunjukkan rasa syukur kepada Allah adalah dengan
selalu berprilaku sehat dan menjaga Kesehatan

 Sehat dan sakit memang merupakan ketentuan Allah tetapi


ketika berada dalam kondisi sakit manusia tidak seharusnya
menjadi pribadi yang lemah dan berputus asa karena sakit
adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa manusia, hal ini
dijelaskan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh
Al Bukhari yang artinya “Tidak ada yang yang menimpa
seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis),
kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri
yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus
dosanya”
KERANGKA BERPIKIR
 Cara Beribadah dan Bimbingan Orang Sakit

 Agama sangat inklusif terhadap orang-orang yang sedang


sakit dalam hal beribadah. Artinya bahwa agama tidak
membebankan orang sakit beribadah sesuai dengan aturan
yang normatif. Dalam hal shalat misalnya orang yang sakit
tidak mampu berdiri maka dibolehkan sambil duduk. Jika
tidak mampu duduk maka dibolehkan dengan berbaring.
Jika tidak mampu berbaring, maka boleh dilakukan dengan
semampunya, misal dengan isyarat. Hal-hal tersebut sangat
jelas dijelaskan dengan qaul-qaul ulama melalui penafsiran
hadis dan nas-nas.
KERANGKA BERPIKIR
 Pendampingan Pasien Sakaratul Maut Menurut Islam

 Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat


menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap
kematiannya untuk menemui Allah

 Fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan


menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah; “Rasanya
sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang”

 Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga


perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara seperti
ini:
1) Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

2) Hendaklah mendo’akannya dan janganlah


mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang
baik. Karena ada satu sabda Nabi; “Apabila kalian
mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir
mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang
baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian
ucapkan.” Maka perawat harus berupaya memberikan
suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah
Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik
buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua
matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya

3) Berbaik sangka kepada Allah. “Tidak akan mati masing-


masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT” . Maka perawat mengusahakan untuk
mendorong secara spiritual kepada pasien tersebut
untuk selalu berbaik sangka kepada Allah apapun ujian
penyakit yang diberikannya
4) Membasahi kerongkongan pasien yang sedang
mengalami sakaratul maut. “Disunnahkan bagi orang-
orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang
yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau
minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi
bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja
kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya,
sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air
dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang
dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal
itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua
kalimat syahadat

5) Menghadapkan pasien sakaratul maut ke arah kiblat.


Ketentuan ini tidak terlalu jelas anjuran Rasulallah, jika
perawat tidak memungkinkan untuk mengarahkan
pasien ke arah kiblat maka tidak perlu dilakukan
KERANGKA BERPIKIR
 Adab Terhadap Jenazah

 Ketika pasien sudah melewati fase dying (sakaratul maut),


maka adab yang utama dilakukan oleh seseorang apalagi
perawat yang berada di dekat si mayit dalam Islam
memejamkan matanya (diusap dengan telapak tangan)
sambil membaca do’a “Bismillah wa alaa milati rasulillah”.
Rasulullah SAW menutup kedua mata Abu Salamah ketika
wafat. Beliau SAW bersabda: "Sesungguhnya pandangan mata
akan mengikuti ruh saat keluar" (HR Muslim)
PENUTUP
“Agama bukan sekedar iman, identitas atau menjadi anggota suatu
kelompok. Beragama adalah berperilaku sebagai manusia yang utuh dan
berguna” –Abdillah Toha-

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai