Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP SAKIT DAN PENYAKIT MENURUT AGAMA

DOSEN PENGAMPU :
Muslim s.ag.m.ag

Disusun Oleh :
1. Cintya Angeline Prawesthi (191211519)
2. Vanesa Pradinta Yendra (191211558)
3. Amalia Saidah (191211516)
4. Silvania (191211554)

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


Prodi S-I Keperawatan (Kelas 1A)
Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
telah memberikan rahmat beserta hidayah-NYA kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ Konsep Sakit dan
Penyakit menurut Agama “ sebagai mata kuliah Agama islam.
Dalam menyelesaikan tugas ini kami banyak menemukan
kesulitan,tapi insyaallah kami dapat menyelesaikan dengan baik,semoga
bapak dan teman-teman bisa memahami makalah yang kami susun
dengan sebaik mungkin.
Kami masih menerima dengan tangan terbuka terhadap kritik dan
saran dari teman-teman yang peduli dengan makalah ini, agar menjadi
bahan perbaikan dikemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagian tersebut adalah
dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat
beribadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat
mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai
kenikmatan kedua setelah Iman. Dalam perjalanan hidupnya didunia,
manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat, sakit atau mati.
Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling
bertentangan, yang
saling berganti mengisi hidup ini tanpa pernah kosong sedikit pun. Sehat
dan sakit merupakan warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam diri
manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia
memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka
menganggap sehat itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit
hanya dianggap sebagai beban dan penderitaan, yang tidak ada maknanya
sama sekali. Orang yang beranggapan demikian jelas melakukan
kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau
memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah atau
pelajaran dibalik itu semua. (Q.S. Shaad : 27)
Konsep sehat dan sakit dalam islam merupakan konsep yang bersumber dari
pandangan Al-quran dan hadist, berikut salah satu ayat Al-quran yang
menjelaskan hal tersebut :
“(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakanku, maka Dialah yang memberi
petunjuk kepadaku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum
kepadaku.  Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. Dan
yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkanku (kembali).
Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari
kiamat”. (QS asy- Syu’arâ’ 26: 78-82).
Dari  penjelasan ayat Al-quran diatas tentulah sehat dan sakit merupakan
sesuatau yang diturtunkan oleh Allah SWT dengan bertujuan untuk
menguji hamba-Nya.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep sakit,dan penyakit menurut agama :
a. Pengertian sehat
b. Pengertian ‘afiat
c. Pengertian sakit
2. Konsep sehat,sakit,dan penyakit menurut sosial dan budaya
3. Konsep sehat,sakit,dan penyakit menurut islam

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep sehat,sakit,dan penyakit menurut agama :
a. Pengertian sehat
b. Pengertian ‘afiat
c. Pengertian sakit
2. Menjelaskan konsep sehat,sakit,dan penyakit menurut sosial dan
Budaya
3. Menjelaskan konsep sehat,sakit,dan penyakit menurut islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Sakit,Penyakit Menurut Agama


1. Pengertian sehat :
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-
shihhah” yang  berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata,
benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula:
(1) dalam keadaan baik segenap bada serta bagian-bagiannya (bebas dari
sakit) dan waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari
sakit.

Kata sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


suatu keadaan/kondisi seluruh  badan serta bagian-bagiannya
terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No
23 tahun 1992 “sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sisoal yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan
ekonomis. Konsep “sehat” World Health Organization (WHO)
merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “kedaan yang
sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas
dari  penyakit atau cacat”. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya
belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam kedaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. Pengertian sehat yang
dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi
biologis, psuologis, dan sosial sehin gga eseorang dapat melakukan
aktifita secara optimal. Definisi sehat dikemukakan oleh WHO
mengandung karakteristik yaitu:
1.Mereflekasikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan
eksternal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan
penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan
proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu
yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan
sosialnya.
2.Pengertian ‘Afiat
Kata afiat dalam bahasa kita sudah berpadu dengan kata sehat
sehingga terbentuklah frase ‘sehat wal afiat’. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (hlm.11) , kata afiat merupakan sinonim dari kata ‘sehat’,
sehingga pengertian frase tersebut menjadi (dalam kondisi) ‘sehat dan
sehat’. Kata afiat sesungguhnya termasuk serapan dari Bahasa Arab (
ْ al-‘âfiyah). Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam mempergunakan
‫ال َعافِ َي ُة‬,
kata itu dalam rangkaian doanya. Maka, pemahaman terhadap kata
tersebut akan tepat bila mengacu dalam buku-buku literatur Islam.

Pengertian afiyat dalam Islam cakupannya luas dan berdimensi


dunia dan akhirat. Luasnya makna ‘âfiat tampak secara tekstual pada doa
yang diajarkan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam berikut ini:

ْ‫ك ْال َع ْف َو َو ْال َعافِ َي َة فِيْ ِد ْينِيْ َوأَهْ لِيْ َو َمالِي‬


َ ُ‫ اللَّ ُه َّم إِ ِّني أَسْ أَل‬,‫ك ْال َع ْف َو َو ْال َعافِ َي َة فِي ال ُّد ْن َيا َواآلخ َِر َة‬
َ ُ‫…الل ُه َّم إِ ِّنيْ أَسْ أَل‬

“Ya Allah, sesungguhnya aku betul-betul memohon kepadaMu maaf, dan


‘afiyat di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku betul-betul
memohon kepadaMu maaf dan ‘afiyat pada agamaku, keluargaku dan
hartaku…” (HR. Abu Daud 5074, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi
Daud)

Secara global, afiat adalah perlindungan Allâh bagi hambaNya


dari berbagai macam penyakit,dan bencana.Makna afiat di dunia dan
akhirat yaitu memperoleh keselamatan dari hal-hal yang buruk, yang
otomatis mencakup seluruh keburukan yang telah berlalu maupun
yang akan datang. Afiyat mencakup keselamatan dari berbagai
fitnah, penyakit, musibah dan hal-hal buruk lainnya yang terjadi di
dunia ini. Sementara afiyat di akhirat, mencakup keselamatan dari
siksa setelah kematian, seperti siksa kubur, siksa Neraka dan
kengerian yang terjadi antara keduanya, hisab dan kesulitan-
kesulitan lainnya.
3.Pengertian Sakit
Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih
dimensi yang ada mengalamiperubahan atau penurunan bila dibandingkan
dengan kondisi individu sebelumnya.Sakit adalah keadaan dimana fisik,
emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorangberkurang
atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
 
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh
pasien dengan Leukemia yangsedang menjalani pengobatan mungkin
akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan pasien laindengan
kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi
mungkin akanmerasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
 
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara
seseorang memantau tubuhnya;mendefinisikan dan menginterpretasikan
gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; danpenggunaan
sistem pelayanan kesehatan.

Konsep Sakit dan Penyakit Menurut Agama

Konsep sehat dan sakit bagi kebanyakan orang masih membingungkan dan kurang
jelas. Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai
manusia sejak jaman Nabi Adam. Kita memahami apapun yang menimpa adalah
takdir, sakit pun merupakan takdir yang dialami manusia. Meskipun sehat dan sakit
merupakan takdir tetapi menjaga kesehatan dan mencegah agar supaya
kita tidak sakit ataupun mencari pengobatan ketika jatuh sakit harus
dilakukan dan Al-Quran memberikan  petunjuk mengenai hal ini. Meskipun
kata sehat wal afiat yang merupakan Indonesiasi dalam bahasa Arab ash-shhihah
dan al‟ afiah tetapi tidak satu kata pun didalam Al-Quran menyebutkan ash-
shhihah dan al‟fiah, tetapi Al-Quran menyebutkan perkataan syifa‟ berarti
sembuh (dari sakit), dan pengobatan (menuju kesembuhan dari keadaan
sakit). Kata syifa‟ disebut dalam Al-Quran dimana disebutkan bahwa
disamping sebagai petunjuk Al-Quran juga dinyatakan sebgaai obat yang
menyembuhkan. Firman Allah di dalam Qs. Al- Israa‟ 17: 82. Artinya :
“Dan kami turunkan dari Al -Quran  suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.

 Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Al-Quran sebagai penyembuh hanya kepada
orang yang beriman secara islam. Non muslim dikategorikan sebagai
orang-orang lalil, otomatis tidak sehat. Dengan demikian, yang dimaksud
sehat atau sakit dalam ayat ini bersifat rohaniah. Secara fisik orang yang
dikatakan sehat. Ukuran sehat atau sakit terletak pada
„iman‟ secara Islam.

 Karakteristik kesehatan yang demikian ini secraa eksplisit, yaitu penyakit


hati kata lain dari rohani, disebut kembali dalam Qs. Yunus 10 : 57.
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuhan bagi  penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman”.
 
Pandangan mengenai konsep sehat dan sakit dapat pula kita peroleh dari
kisah yang dialami oleh Nabi Ayyub dalam Al-Quran Surah An Anbiyya 21 :
83. Artinya :
 
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha penyayang
diantara semua
 penyayang”.
 Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami kembalikan
keluarganjya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi
semua yang menyemgah Allah.
Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayyub yang ditimpa penyakit, kehilangan
harta dan anak-anaknya,. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya
yang tiidak tertimpa sakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah
SWT tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub untuk berdzikir dan
memohon keridhoan Allah SWT dan Allah SWT pun mengabuklan doanya,
hingga akhirnya Nabi Ayyub sembuh dan di kembalikan harta dan
keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak
berprasangka buruk kepada Allah SWT, tidak berputus asa akan rahmat Allah
SWT serta bersabar dalam menerima takdir Allah SWT. Karena kita sebagai
manusia perlu meyakini bahwa apapun  bahwa apabila Allah menaktidrkan
sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan
kesembuhan tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita akan sembuh. Sakit
dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang hina atau memalukan
melainkan kedudukan mulia bagi seorang hamba karena dengan mengalami sakit
seorang hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur. Hal ini karena
keselamatan dan kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang terbesar
dan harus diterima dengan rasa syukur. Sehat dan sakit memang merupakan
ketentuan Allah SWT tetapi ketika berada dalam kondisi sakit manusia tidak
seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan berputus asa
karena sakit adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa manusia, hal dijelaskan
dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang artinya “Tidak ada
yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan
(kronis), kebimbangan, ksedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri
yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu All
ah menghapus dosanya”.
 Dari berbagai ayat dan hadist yang berkaitan dengan usaha kesembuhan dapat
disimpulkan bahwa Al-Quran maupaun As-Sunnah menjelaskan bahwa hidup sehat
itu adalah penting dan cara memperoleh kesehatan harus hati-hati, jangan
sampai jatuh kedalam praktik kemusyrikan. Menjaga kesehatan sebagai bagian
cara bersyukur kepada Allah adalah ciri muslim yang baik dan modal untuk
memperoleh kesehatan adalah dengan hidup bersih. Rasulullah saw
pernah bersabda dan amat populer di lingkungan dunia m
edika Islam “An
-Nadaftu min al-
iman” (Bersih itu sebagaiandari iman). Lawan
dari brsih dan kotor adalah kotor dan jorok. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa kotor dan jorok itu tidak mengundang kesehatan,
melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi kotor kotor atau jorok mengandung
penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat di pahami  bahwa independensi
(saling tergantung) antara bersih, sehat, dan iman. Bersih menyebabkan
sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman. Disisi lain, iman yang benar
menuntut supaya hidup bersih dan buah dari hidup bersih adalah sehat.
Perilaku hidup sehat dan bersih sesungguhnya telah lama diajarkan bagi
pemeluk agama Islam yang salah satu perwujudannya adalah dedngan menjaga
kebersihan pribadi. Hal ini dengan jelas terdapat dalam Al-Quran yang
menekankan kualitas hidup bersih atau suci, baik suci secara lahiriah maupun
suci secara batiniah. Sebagaimana firman Allah dalam Qs, Al-
Mudatstsir (74): 4. Artinya : “Dan pakaianmu bersihkanlah”.
 Kesempurnaan fisik merupakan gambaran kesehatan jasmani yang diartiakan
sebagai keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani,
sesuai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa,
yang terdapat dalam lingkungan, disamping secara positif merasa gesit, kuat
dan bersemangat dan islam menghendaki umatnya agar sehat dan kuat baik
jasmani maupun rohani karena jika diperhatikan secara seksama ternyata ada tipe
manusia yang secara rohani sehat yang indikasinya rajin ibadah, perilakunya
baik, berbicara sopan, membaca Al-Quran bagus dan hidupnya sederhana,
tetapi secara jasmani kurang sehat, terlihat lemah, batuk-batuk kecil, raut
muka kusut dan tempat huniannya kurang terawat. Tentu profil ini tidak
dikehendaki oleh Islam, ia mesti juga sehat secara jasmani maupun rohani.
Dengan demikian, anjuran terhadap umat islam dalam menjaga kesehatan terkait
dengan perilaku sehat (health behavior) dan perilaku sakit (illness
behavior). Teori-teori yang mengembangkan oleh antropolog kesehatan
mengartikan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyait,
perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran memalui olahraga dan memakan
makanan bergizi. Sedagkan perilaku sakit diartikan sebagai segala  bentuk
tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh
kesembuhan.

telah menjadi urusan publik makan terkait dengan kebijakan negara. Upaya
mewujudkan  perilaku sehat warga masyarakat dalam perspektif kebijakan
kesehatan antara lain: kebijakan penurunan angka kasakitan dan kematian
dari berbagai sebab dan penyakit, kebijakan peningkatan status gizi
masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi
masyarakat, kebijakan peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama
penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk meningkatkan mutj lingkungan hidup, kebijakan dalam
mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan pencegahan,
penyembuhan penyakit, dan  pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan
anak, dan kebijakan peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
B. Konsep Sehat,Sakit,dan Penyakit Menurut Sosisal Budaya
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural,sosial,dan
pengertian profesional yang beragam.dulu dari sudut pandangan
kedokteran,sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit.
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang
sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah
laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri
ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan
pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan
peran normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena
yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam
penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep
penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab
bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), ke -
biasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubu h, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit
bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional
(Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni
suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau
kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan.
Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,
wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari -hari
dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan
yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai
pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dik enal
oleh etnik Makasar sejak lama.
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala
massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang
mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam
waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut(8).
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai -
nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan
penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis
menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara
ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam
nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala
ikut tercakup di dalamnya.
Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan
intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan
terkutuk dan menderita kusta/kaddala.
Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di
keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam
masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai
penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa
dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia.
Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri
keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota
keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan
hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik
Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang
sangat berat.
Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis
kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di
Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990),
hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan
bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan
berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus
kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kala u
sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak
badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk -
batuk, mual, diare.
Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat
menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik
tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala
misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal,
luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan
kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik
mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda -
tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan
lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur tergan ggu, dan
badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya,
tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada
orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu
badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang,
sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit -
sakit badan(9).
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi
masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan
penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menim -
bulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan
tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja,
kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya
uang).
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit
ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap
tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas
dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan
pertama dan ke dua, dapat digunakan obat -obatan, ramuanramuan,
pijat, kerok, pantangan m akan, dan bantuan tenaga
kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus
dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan
demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada
kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
KEJADIAN PENYAKIT
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh
negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia
dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman
primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan
kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan
berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan
keadaan sakit dianggap sebagai peny impangan perilaku dari keadaan
sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan
biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat
disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu
bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya
merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat
kebiasaan manusia atau kebudayaan.
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis
penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara
lain parasit, vektor, manusia dan lingkungannya.
Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat
disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada
hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya,
tingkah laku penyakitnya dan cara -cara tingkah laku
penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui
proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978).

PERSEPSI MASYARAKAT
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai
saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.Persepsi
masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat
kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa,
binatang,dan sebagainya.
C. Konsep Sehat,Sakit,dan Penyakit menurut Islam
Konsep menurut islam memiliki esensi yang berbeda dengan
paradigma umum.Tentunya setiap konsep sehat dan sakit tiap pakar yang
berpendapat memiliki alasan tersendiri.Namun,konsep sehat dan sakit
menurut islam adalah sebuah argumentasi yang langsung didasarkan pada
Al-Quran dan Hadist.Maknanya,semua aspek dalam kehidupan islam telah
sempurna.
Allah selalu menciptakan suatu hal dari dua sisi yang berlawanan.Ada
baik ada buruk,ada hidup,ada mati,ada surga dan ada neraka.Dua sisi
yang berlainan sekaligus merupakan pasangannya itu sengaja diciptakan
Allah agar dipelajari manusia sehingga mampu memberi hikmah dan
manfaat.
Dengan memahami sifat dasar penciptaan yang saling berpasangan
tersebut,tubuh manusia bekerja atas dasar keseimbangan.Seimbang
antara sistem pertahanan tubuhnya,dengan berbagai ancaman yang
dialami di muka bumi ini.Saat tubuh mampu bertahan dengan sistem
pertahanannya dari ancaman tersebut maka tubuh dikatakan dalam
keadaan sehat.
Pasangan dari sehat adalah sakit,yaitu sebuah kondisi ketika
ancaman tersebut mampu mengalahkan sistem pertahanan tubuh
manusia.Jika ada beberapa istilah sehat yang diartikan dengan sehat
jasmani dan rohani,pada hakikatnya adalah kondisi seimbang antara
ancaman yang diterima fisikdan rohaninya dengan daya tahan tubuh baik
secara fisik,rohani pula.
Oleh karena itu,tugas manusia adalah memahami dua sisi
tersebut,sehingga manusia mampu menciptakan atau menjaga sebuah
keseimbangan yang telah menjadi fitrah dari sebuat penciptaan.Gangguan
dari siklus tubuh yang normal baik kelebihan maupun kekurangan akan
mendatangkan penyakit.
Tubuh tidak didesain untuk sakit hakikatnya manusia sbagai bagian
dari alam telah dikaruniai dengan sistem pertahanan tubuh yang sangat
hebat.Allah membekali manusia dengan sistem keamanan yang cukup
tangguh untuk menangkal segala bentuk ancaman bagi tubuh yang datang
dari dalam tubuh sendiri dan ancaman dari luar yaitu lingkungan berupa
mikroorganisme dan bahan-bahan kimia lainnya.
Sistem kekebalan manusia telah demikian sempurna oleh pencipta-
Nya.Berbagai komponen berlapis telah telah bersiaga diposnya masing-
masing untuk menjaga tubuh ini dari berbagai ancaman.

Anda mungkin juga menyukai