Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TINJAUAN AGAMA TERHADAP SUMPAH


PERAWAT, PENGOBATAN ALTERNATIF,
TRANFUSI DARAH DAN JUAL BELI DARAH

Disusun oleh :

1. AHMAD SAFI’I
2. IRGHAMUL HUDA
3. KUSNUL ROVIANA
4. LEIYIN EKAWATI

KELOMPOK 4 S1-KEPERAWATAN TINGKAT 1-B


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA
2015
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Adapun judul Makalah Ilmiah
ini yang kami ambil adalah “TINJAUAN AGAMA TERHADAP SUMPAH
PERAWAT, PENGOBATAN ALTERNATIF, TRANSFUSI DARAH DAN
JUAL BELI DARAH”
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah
satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hutama Abdi Husada. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Karya Tulis Ilmiah ini, diantaranya :
1. DR. H. Akhyak, M. Ag
2. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun
makalah ini.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis
apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar Karya Tulis
Ilmiah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat
bagi semua pihak dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis
sehingga dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akandatang.

Tulungagung, 21 September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................................................
B. Perumusan Masalah............................................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjaun Agama terhadap Sumpah Perawat ...........................................................................
B. Tinjauan Agama terhadap Pengobatan Alternatif...................................................................
C. Tinjuan Agama terhadap Tranfusi Darah dan Jual Beli Darah........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai mahluk sosial tentunya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain untuk dapat terus berkembang dan melangsungkan hidupnya. Dalam
perkembangannya seseorang membutuhkan ilmu dan agama sebagai pedoman
hidupnya. Ilmu Pengetahuan atau biasa disebut SAINS. Dalam ilmu agama
SAINS merupakan ilmu yang harus di miliki oleh setiap manusia. Seiring
berkembangnya jaman, kemajuan tehnologi berkembang lebih pesat. SAINS
dan tehnologi ternyata sudah di jelaskan di dalam Al-Qur’an sejak jaman para
nabi. Dalam ilmu kedokteran dan keperawatan ilmu SAINS dan tehnologi
dapat kita tinjau dari Agama kita. Hal-hal tersebut antara lain Sumpah
Perawat, Pengobatan Alternatif, Transfusi Darah Dan Jual Beli Darah. Oleh
karena itu,kami ingin membuat makalah dengan judul : “Fungsi Agama
Dalam SAINS Dan Tehnologi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa tinjauan agama terhadap sumpah perawat ?
2. Apa tinjauan agama terhadap pengobatan alternatif ?
3. Apa tinjauan agam terhadap tranfusi darah dan jual beli darah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa tinjauan agama terhadap sumpah perawat.
2. Mengetahui tinjauan agama terhadap pengobatan alternatif.
3. Mengetahui tinjauan agama terhadap transfusi darah dan jual beli darah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN AGAMA TERHADAP SUMPAH PERAWAT

Mulianya Profesi Perawat

Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud


Syaltout (l973: l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang
jelas sekali menuntut perlunya profesi keperawatan. Perintah untuk berobat,
peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap
penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll,
menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat
menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang
yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan
tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di
dalamnya.

Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat,


sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka
ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu
ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab al-
maridh wa al-thib). Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan
bahwa pengobatan dan keperawatan merupakan profesi mulia. Allah
menghormatinyamelalui mukjizat Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim
yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah sebagai
penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu
pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu
Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak
diketahuinya.

Allah berfirman: Iqra wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam,


allamal insana ma lam ya’lam (Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia,
yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia
mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya. (QS al-
Alaq:3-5).
Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap
organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan
kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb.
Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan
kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap
makhluk-makhluk-NYA.

Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan


adalah perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang
diwakili oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan
pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali,
tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban
ini merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para
dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini
merupakan kewajiban negara terhadap warganegaranya. Kesehatan harus
menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan,
dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal,
waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan
keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan
kesenangan yang pantas. Status istimewa harus diberikan kepada pasien
selama ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang
pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan bukan
karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena
itulah dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah
jabatannya mereka sudah bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk
mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua
tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk
menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan. Allah
berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa
saja yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak
prerogatif Allah menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang
maksimal untuk mengatasi penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat.
Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah sekalipun, dokter dan perawat
tetap melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup para pasien
bersangkutan.

 Lafal sumpah perawat

Demi Allah saya bersumpah


1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,
terutama dalam bidang keperawatan.
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik – baiknya sesuai
martabat dan tradisi luhur jabatan keperawatan.
3. Saya akan merahasiakan sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan keilmuan saya sebagai sarjana keperawatan.
4. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
pengetahuan keperawatan untuk sesuatu yang bertentangan dengan
hukum perikemanusiaan.
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial.
6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh – sungguh dan dengan
penuh keinsafan.

http://cepmaftuh.blogspot.com/

B. TINJAUAN AGAMA TERHADAP PENGOBATAN ALTERNATIF

Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang


menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar
pengobatan kedokteran modern ( pelayanan kedokteran standar ) dan
dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran
modern tersebut. Manfaat dan khasiat serta mekanisme pengobatan alternatif
biasanya masih dalam taraf diperdebatkan.

Oleh karena itu, ada berbagai ragam bentuk dan jenis pengobatan
alternatif. Dalam ensiklopedia pengobatan alternatif, jenis pengobatan ini
dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Terapi Energi yang meliputi : Akupuntur , Akupresur, Shiatsu, Do-in,
Shaolin, Qigong,, T’ai chi ch’uan, Yoga, Meditasi, Terapi polaritas,
Refleksiologi, Metamorphic technique, Reiki, Metode Bowen, Ayurveda,
Terapi tumpangan tangan.
2. Terapi fisik yang meliputi : Masase, Aromaterapi, Osteopati,
Chiropractic, Kinesiology, Rolfing, Hellework, Feldenkrais method,
Teknik Alexander, Trager work, Zero balancing, Teknik relaksasi,
Hidroterapi, Flotation therapy, Metode Bates.
3. Terapi pikiran dan spiritual yang meliputi : Psikoterapi, Psikoanalitik,
Terapi kognitif, Terapi humanistik, Terapi keluarga, Terapi kelompok,
Terapi autogenik, Biofeedback, Visualisasi, Hipnoterapi, Dreamwork,
Terapi Dance movement , Terapi musik, Terapi suara, Terapi seni, Terapi
cahaya, Biorhythms, Terapi warna.

Selain itu, karena namanya alternatif, harus benar-benar dijadikan jalan


tempuh alternatif atau terakhir. Pengobatan tradisional sendiri memiliki 5
kategori, yaitu:
1. Pengobat tradisional keterampilan. Seperti pijat urut dan patah
tulang,dukun bayi, pijat refleksi, akupunturis dan akupresuris,
chiropractor, dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
2. Pengobat tradisional dengan ramuan. Sebut saja pengobatan dengan jamu,
gurah, tabib, shinshe, homeopathy, maupun aromaterapi.
3. Pengobat tradisional dengan pendekatan agama.
4. Pengobat tradisional dengan pendekatan supranatural, termasuk di
dalamnya menggunakan tenaga dalam (prana), paranormal, reiky master,
gigong, maupun dukun kebatinan.
5. Pengobat tradisional yang menggunakan lebih dari satu pendekatan.

Dari beberapa jenis pengobatan tradisional/alternatif di atas, umat


Islam harus dapat memilih dan memilah jenis pengobatan alternatif yang akan
digunakan. Yang harus diperhatikan antara lain adalah bagaimana praktek
pengobatan itu dilaksanakan dan dari bahan apa saja obat-obatannya dibuat,
sehingga dalam menggunakan pengobatan alternatif dapat
dipertanggungjawabkan kemaslahatannya dunia dan akhirat.
http://adamhabibie.blogspot.com/

Hukum Pengobatan Alternatif

Syarat pengobatan alternatif yang dibenarkan syariah


hanya perlu diperhatikan dalam pengobatan alternatif agar tidak melakukan
hal-hal yang dilarang syariat, seperti minta bantuan jin, memberi sesajian atau
hal-hal lain yang membawa kepada kemusyrikan.
Diantara ciri-ciri pengobatan alternatif yang diharamkan adalah :

a. Bila terindikasi adanya persembahan kepada selain Allah

Misalnya bila harus ada ketentuan menyembelih nyawa hewan


tertentu untuk dipersembahkan sebagai syarat tertentu. Padahal kita
diharamkan untuk menyembelih hewan kecuali untuk jenis ibadah
tertentu yang terbatas, seperti ibadah qurban, aqiqah, membayar dam haji.
Sedangkan penyembelihan yang ditujukan sebagai ritual khusus akan
sangat terindikasi sebagai penyembelihan yang tujuannya bukan karena
Allah.
Diharamkan bagimu bangkai, darah , daging babi, yang disembelih atas
nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya dan yang disembelih untuk berhala. (QS. Al-Maidah : 3)

b. Bila terindikasi menggunakan jin (makhluq halus)

Misalnya dengan bantuan khadam, jin atau nama-nama lainnya


yang intinya adalah makhluk ghaib. Perbuatan ini jelas bertentangan
dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat.
Sebab mereka belum pernah berobat dengan menggunakan media jin atau
makhluk halus jenis apapun.

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia


meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-
jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.(QS. Al-Jin : 6))
Yang agak sulit untuk dibedakan adalah bila sang penyembuh tidak
mengatakan bahwa pengobatannnya menggunakan makhluq seperti jin.
Tetapi menyamarkannya dengan istilah-istilah yang terkesan agak berbau
ilmiyah. Misalnya pengobatan dengan menggunakan energi tertentu.
Padahal istilah energi adalah kosa kata milik ilmu fisika yang terukur dan
jelas jenisnya apakah energi kinetik atau energi potensial. Penggunaan
istilah energi dalam kebanyakan pengobatan alternatif cenderung sulit
dipisahkan dengan makna yang berbau makhluq halus.

Dan tidak sedikit diantara mereka yang pada awalnya memang


semata-mata tidak menggunakan makhluq halus, namun pada tingkat
tertentu dari pengobatan itu, barulah jin memainkan peranan. Siasat
seperti ini sudah bukan hal yang aneh lagi buat para jin. Sebab bila sejak
awal sudah disebutkan ada peranan jin dalam pengobatan itu, biasanya
orang-orang akan enggan berobat. Maka jin baru akan digunakan ketika
para pasien sudah mulai percaya atas sistem pengobatannya.
Memang demikianlah ciri syetan, selalu punya langkah-langkah yang
spesifik dalam menjerat korbannya. Padahal Allah SWT sudah
mengingatkan kita agar tidak terperangkap langkah-langkahnya.
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(QS.
Al-Baqarah : 168)
c. Bila terindikasi menggunakan cara syirik

Misalnya pasien diminta untuk melakukan tapa di tempat tertentu.


Atau memasang jimat tertentu yang hukumnya syirik. Atau diminta untuk
mendatangi makam / kuburan keramat tertentu. Padahal baik kuburan
maupun mayat yang terbujur kaku di dalamnya sama sekali tidak bisa
membela dirinya sendiri, apalagi membagi-bagikan obat untuk orang yang
masih hidup. Tentu tindakan seperti ini adalah bentuk kemusyrikan yang
pelakunya diancam tidak akan diampuni dosanya di akhirat.

Sebagaimana firman Allah SWT :


Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An-Nisa : 48)

d. Bila terindikasi menggunakan cara-cara yang diharamkan

Misalnya pengobatan dengan meminta pasien meminum air


kencingnya sendiri. Padahal air kencing itu hukumnya najis dan haram
diminum. Atau dengan memakan makanan yang jelas-jelas telah
diharamkan oleh Allah SWT dalam syariat Islam. Misalnya pasien
diminta memakan daging babi, daging anjing, atau minum darah serta
memakan makanan haram lainnya.

Bila melihat hadits di atas bahwa setiap Allah SWT menurunkan


penyakit, maka sudah pasti ada obatnya yang juga Allah turunkan.
Tentunya obat itu bukan dari barang yang haram secara syar’i.
Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang
dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.(QS. Al-An’am : 145)

https://elfadhi.wordpress.com/2007/03/29/hukum-pengobatan-alternatif/
C. TINJAUAN AGAMA TERHADAP TRANSFUSI DARAH DAN JUAL BELI
DARAH

Transfusi darah dan jual beli darah menjadi objek komersial


sebagaimana dilarang Syariat Islam dan bertentangan dengan perikemanusiaan,
sehingga setiap individu tanpa dibatasi status ekonomi dan sosialnya
berkesempatan untuk mendapatkan bantuan darah setiap saat bilamana
membutuhkannya sebab di sini harus berlaku hukum barang siapa menamam
kebaikan maka ia berhak mendapat pahala dan ganjaran kebaikannya. Imam
Abu Hanifah dan Zahiri membolehkan menjual-belikan benda najis yang ada
manfaatnya, seperti kotoran hewan seperti serbuk. Secara analogis mazhab ini
membolehkan jual beli darah karena besar manfaatnya bagi manusia untuk
keperluan transfusi darah untuk keperluan operasi dan sebagainya. Namun
Imam Syafi’i mengharamkan jual beli benda najis termasuk darah .

Ayat Al-Qur’an menyatakan secara tegas bahwa darah


termasuk benda yang diharamkan. Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 3
yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai darah, daging babi
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”.

(QS. Al-Maidah ayat 3). Benda yang diharamkan tidak boleh untuk
dijual belikan. Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW yang artinya:
“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu, maka mengharamkan juga
harganya”.

(HR. Ahmad dan Abu Daud). Memperhatikan dua silang pendapat


diatas, maka jual beli darah adalah sesuatu yang tidak pantas dan tidak etis.
Sebab jika hal ini diperbolehkan, maka darah dijadikan ajang bisnis oleh
manusia. Berkaitan jual beli darah nampaknya sangat bertentangan dengan
tujuan luhur dari donor darah, yaitu menyelamatkan jiwa manusia dari
kebinasaan.

Seharusnya PMI itu tidak boleh memperjual-belikan darah karena


PMI itu mendapatkan darahnya dari orang yng ikhlas dan tidak membutuhkan
berupa materi. Karena kalau darah itu diperjual-belikan berarti dia telah
menyulitkan orang yang membutuhkan darah. Terutama dia menyulitkan orang
yang tidak mampu untuk membayar sebuah darah karena darah itu mahal.
Selain itu, PMI juga harus memberikan darah bagi orang yang membutuhkan
dengan gratis atau percuma. Kalau ditinjau dari segi hukum, maka diantara
para ulama ada yang memperbolehkan jual beli darah, sebagaimana halnya jual
beli barang najis yang ada manfaatnya, seperti kotoran hewan. Dengan
demikian secara analogis (Qiyas), diperbolehkan memperjualbelikan darah
manusia dan memang besar manfaatnya untuk menolong jiwa manusia.
Pendapat ini dianut oleh mazhab Hanafi dan Zhahiri.
Kalau dipikir dalam-dalam, maka Palang Merah Indonesia yang
memperjualkanbelikan darah kepada rumah sakit itu kurang manusiawi, kalau
tidak dikatakan tidak manusiawi, sebab penggunaan darah itu untuk menolong
nyawa Si penderita (secara lahiriyah). Dalam keadaan yang semacam ini,
seharusnya yang bicara nurani, bukan materi yang selalu menonjol. Berbeda
halnya kalau uang dipungut untuk sekedar biaya administrasi, karena darah itu
memerlukan perawatan (pemeliharaan) yang baik sebelum dipergunakan.

http://nezfine.wordpress.com/transfusi-darah-menurut-pandangan-islam/ ,

Kesimpulan Dalam masalah transfusi darah sebagai penemuan ilmu


dan teknologi kedokteran, hukum Islam bukanlah hambatan. Hukum Islam
cukup fleksibel, transfusi darah dibolehkan untuk menyelamtkan jiwa
seseorang yang kehabisan darah. bahkan melaksanakan transfusi dalam
keadaan demikian dianjurkan demi menjaga keselamatan jiwa. Jika
pelaksanaannya didasarkan atas pengabdian kepada Allah, maka ia menjadi
ibadat bagi pelaksananya. Kebolehan transfusi darah disini didasarkan kepada
hajat dalam keadaan darurat, karena tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan
jiwa orang itu, kecuali dengan jalan transfusi. Demikian pula hukumnya
menjual darah untuk kepentingan pelaksanaan transfusi, Islam
membolehkannya, asal penjualan itu terjangkau oleh orang yang
membutuhkannya. Hal ini berguna untuk biaya memulihkan kekuatan dan
kesehatan setelah darahnya didonorkan. Akan tetapi apabila penjualannya
melampui batas kemampuan orang yang membutuhkan darah atau untuk tujuan
komersial, jelas hukumnya haram, karena bertentangan dengan prinsip
kemanusiaan dan memberi kemudharatan kepada orang lain.

Saran Seharusnya PMI itu tidak boleh memperjual-belikan darah


karena PMI itu mendapatkan darahnya dari orang yng ikhlas dan tidak
membutuhkan berupa materi. Karena kalau darah itu diperjual-belikan berarti
dia telah menyulitkan orang yang membutuhkan darah. Terutama dia
menyulitkan orang yang tidak mampu untuk membayar sebuah darah karena
darah itu mahal. Selain itu, PMI juga harus memberikan darah bagi orang yang
membutuhkan dengan gratis atau percuma. Bagi para mahasiswa agar dapat
mendonorkan darahnya untuk kemanusiaan, demi meringankan derita saudara-
saudara kita yang membutuhkan. Janganlah mengharap imbalan dari resipien
karena hal tersebut bertentangan dengan moral Agama dan Pancasila.
 Hukum Transfusi Darah

Menurut hukum Islam pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh

manusia termasuk najis mutawasithah. Maka darah tersebut hukumnya haram untuk

dimakan dan dimanfaatkan, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat

3:

...

” Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang

disembelih atas nama selain Allah,..”

Ayat diatas pada dasarnya melarang memakan maupun mempergunakan

darah, baik secara langsung ataupun tidak. Akan tetapi apabila darah merupakan

satu-satunya jalan untuk menyelamatkan jiwa seseorang yang kehabisan darah, maka

mempergunakan darah dibolehkan dengan jalan transfusi. Bahkan melaksanakan

transfusi darah dianjurkan demi kesehatan jiwa manusia. Sebagaimana firman Allah

dalam surat al-Maidah ayat 32 yang berbunyi sebagai berikut:

“... Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-

olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya....”

Yang demikian itu sesuai pula dengan tujuan syariat Islam, yaitu bahwa

sesungguhnya syariat Islam itu baik dan dasarnya ialah hikmah dan kemaslahatan

bagi umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

Kemaslahatan yang terkandung dalam mempergunakan darah dalam transfusi

darah adalah untuk menjaga keselamatan jiwa seseorang yang merupakan hajat

manusia dalam keadaan darurat, karena tidak ada bahan lain yang dapat

dipergunakan untuk menyelamatkan jiwanya. Maka, dalam hal ini najis seperti

darah pun boleh dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan. Misalnya

seseorang yang menderita kekurangan darah karena kecelakaan, maka dalam hal ini
diperbolehkan menerima darah dari orang lain. Hal tersebut sangat dibutuhkan

(dihajatkan) untuk menolong seseorang yang keadaannya darurat, sebagaimana

keterangan Qaidah Fiqhiyah yang berbunyi:

‫َاَحْلاَج ُة َتْنِز ُل َم ْنِز َلَة الَّض ُر ْو َر ِة َعاَّم ًة َك اَنْت َأْو َخ اَّصًة‬.


“Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan hukum

Islam), baik yang bersifat umum maupun yang khusus.”


‫َال ا اًلَّض ِة َالَك ا َة ا ا ِة‬.
‫َح َر َم َمَع ُر ْو َر َو َر َه َمَع َحْل َج‬
“Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan keadaan darurat, dan tidak ada yang

makruh bila berhadapan dengan hajat (kebutuhan).”

Maksud yang terkandung dalam kedua Qaidah tersebut menunjukkan bahwa

Islam membolehkan hal-hal yang makruh dan yang haram bila berhadapan dengan

hajat dan darurat. Dengan demikian transfusi darah untuk menyelamatkan seorang

pasien dibolehkan karena hajat dan keadaan darurat.

Kebolehan mempergunakan darah dalam transfusi dapat dipakai sebagai alasan

untuk mempergunakannya kepada yang lain, kecuali apabila ada dalil yang

menunjukkan kebolehannya. Hukum Islam melarang hal yang demikian, karena

dalam hal ini darah hanya dibutuhkan untuk ditransfer kepada pasien yang

membutuhkannya saja, sesuai dengan kaidah Fiqhiyah:

‫َم ا ُأِبْيُح ِللَّض ُر ْو َر ِة ِبَقْد ِر َتَعُّز ِر َه ا‬.

“Sesuatu yang dibolehkan karena darurat dibolehkan hanya sekedar menghilangkan

kedharuratan itu.”

Memang dalam Islam membolehkan memakan darah binatang bila betul-betul

dalam keadaan darurat, sebagaimana keterangan dalam ayat al-Qur’an yang

berbunyi sebagai berikut:


“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,

dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa

dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan

tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat diatas menunjukkan bahwa bangkai, darah, daging babi dan binatang

yang ketika disembelih disebut nama selain nama Allah, adalah haram dimakan.

Akan tetapi apabila dalam keadaan terpaksa dan tidak melampaui batas, maka boleh

dimakan dan tidak berdosa bagi yang memakannya.

Sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki

kesukaran dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama. Maka penyimpangan terhadap

hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh nash dalam keadaan terpaksa dapat

dibenarkan, asal tidak melampaui batas. Keadaan keterpaksaan dalam darurat

tersebut bersifat sementara, tidak permanen. Ini hanya berlaku selama dalam

keadaan darurat.

http://www.academia.edu/9959715/Hukum_transfusi_darah_dan_menjual_darah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud


Syaltout (l973: l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad
SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi keperawatan.
Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular,
perintah mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan
makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa
baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut
hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang
yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan
kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang
mengabdi di dalamnya.
 Syarat Pengobatan Alternatif Yang Dibenarkan Syariah
Hanya perlu diperhatikan dalam pengobatan alternatif agar tidak
melakukan hal-hal yang dilarang syariat, seperti minta bantuan jin,
memberi sesajian atau hal-hal lain yang membawa kepada
kemusyrikan.
 Hukum Islam cukup fleksibel, transfusi darah dibolehkan untuk
menyelamtkan jiwa seseorang yang kehabisan darah. bahkan
melaksanakan transfusi dalam keadaan demikian dianjurkan demi
menjaga keselamatan jiwa. Jika pelaksanaannya didasarkan atas
pengabdian kepada Allah, maka ia menjadi ibadat bagi
pelaksananya. Kebolehan transfusi darah disini didasarkan kepada
hajat dalam keadaan darurat, karena tidak ada jalan lain untuk
menyelamatkan jiwa orang itu, kecuali dengan jalan transfusi.
Demikian pula hukumnya menjual darah untuk kepentingan
pelaksanaan transfusi, Islam membolehkannya, asal penjualan itu
terjangkau oleh orang yang membutuhkannya.

B. Saran

Dari makalah yang kami buat kami menyarankan bahwa seorang perawat
hendaknya bekerja sesuai dengan ketentuan sumpah perawat. Dalam
melakukan pengobatan alternatif harus dengan cara yang benar sesuai
dengan ketentuan islam dan syari’ah islam, sehingga tidak merugikan satu
sama lain. Begitupun dengan tranfusi darah dan jual beli darah harus
sesuai ketentuan agama dan Undang-Undang.

DAFTAR PUSTAKA

http://cepmaftuh.blogspot.com/

http://cepmaftuh.blogspot.com/

https://elfadhi.wordpress.com/2007/03/29/hukum-pengobatan-alternatif/

http://nezfine.wordpress.com/transfusi-darah-menurut-pandangan-islam/

http://www.academia.edu/9959715/Hukum_transfusi_darah_dan_menjual_darah

Anda mungkin juga menyukai