Disusun Oleh :
AINAL MARDHIAH
NIM.2318023P
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Makalah yang berjudul “Pandangan Islam
Terhadap Medis” ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halam
an
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan .......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
A. Authanasia.................................................................................................6
B. Sewa Rahim .............................................................................................13
C. Bank Sperma............................................................................................16
D. Pendapat Ulama........................................................................................18
BAB III PENUTUP............................................................................................21
A. Kesimpulan...............................................................................................21
B. Saran.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
begitupun pasien terikat secara etis pada dokter,dengan asumsi bahwa dokter
itu merupakan agen yang mewakili kegiatan pasien.
Perkembangan dunia yang semakin maju dan peradaban manusia yang
gemilang sebagai refleksi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
persoalan-persoalan norma dan hukum kemasyarakatan dunia bisa bergeser
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang bersangkutan.
Kebutuhan dan aspirasi masyarakat menempati kedudukan yang tinggi.
Apabila terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat, interpretasi terhadap hukum
juga bisa berubah.
Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan
upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan, pengurangan penderitaan
pasien, bahkan perhitungan saat kematian seorang pasien yang mengalami
penyakit tertentu dapat dilakukan secara cepat, tetapi kemajuan di bidang ilmu
kedokteran tidak mustahil akan mengundang permasalahan yang pelik dan
rumit, misalnya apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada kemungkinan
untuk mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah
seseorang boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya?
apabila segala upaya yang dilakukan akan sia-sia atau bahkan dapat dituduhkan
suatu kebohongan, karena disamping tidak membawa kesembuhan, keluarga
yang lain akan terseret dalam pengurasan dana yang banyak atau bahkan lebih
berbahaya jika dibiarkan. Salah satu yang masalah penting yang terpengaruh
kemajuan teknologi adalah praktek euthanasia. Euthanasia yang secara
sederhana membantu seseorang untuk mati agar terbebas dari penderitaan yang
sangat, dan juga praktek euthanasia menggunakan peralatan kedokteran
terhadap pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
tindakan euthanasia ini dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri atau
keluarganya.
Pada dasawarsa terakhir ini, muncullah penemuan teknologi di bidang
rekayasa genetik, dalam upaya membantu dan menolong suami-isteri yang
tidak dapat menurunkan anak rekayasa seperti ini ditandai dengan munculnya
bayi Tabung, bank-bank Sperma, atau kotak Ajaib yang mampu menyimpan
5
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari authanesia, sewa rahim dan bank sperma
2. Untuk mengetahui hukum dari authanesia, sewa rahim dan bank sperma
3. Untuk mengetahui penerapan ulama
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Authanesia
1. Pengertian Authanasia
Euthunasi berasal dari bahasa yunani, dari akar kata “eu” yang artinya
baik, tanpa penderitaan, dan “tanathos” yang artinya mati. Jadi “euthunasia”
artinya mati dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan atau mati
cepat tanpa derita. Secara harfiah Euthunasia terdiri dari dua kata: eu dan
thanasia. Eu berarti “baik”, dan thanasia berarti “mati”. Euthunaia berarti
mati secara baik, atau mati secara secara tenang. Biasanya, penderita yang
melakukan euthanasia seperti ini telah menderita sakit berat. Di negeri-
negeri di mana hukum telah membolehkan seseorang melakukan euthanasia,
penderita yang tidak kuat lagi menahan sakitnya yang telah lama, meminta
diberi kesempatan oleh dokter untuk mati.
Euthanasia atau euthanatos yang diterjemahkan secara bebas sebagai
mati dengan baik tanpa penderitaan. Kematian ini ditujukan kepada mereka
yang secara medis tidak lagi mempunyai harapan untuk sembuh dan
penyakitnya telah membuat pasien menderita, sedangkan batas waktu
penderitaan itu tidak jelas sampai berapa lama lagi. Oleh karena itu, untuk
alasan kemanusiaan dan belas kasih yang besar maka seseorang dapat
memilih untuk mengakhiri penderitaannya dengan cara ini
John Suryadi dan S. Koencoro mengemukakan bahwa menurut arti
bahasa euthunasia itu adalah obat untuk mati dengan tenang. Sementara
menurut dr. Med. Ahmad Ramli dan K. St. Pamoentjak, euthunasia berarti
mati suci derita. 4 Sautinius dalam buku Vitaceasarum merumuskan bahwa
euthanasia adalah mati cepat tanpa derita. Menurut Richard Lamerton,
euthanasia pada abad ke-20 ditafsirkan sebagai pembunuhan atas dasar belas
kasihan (mercy killing) juga diartikan sebagai perbuatan membiarkan
seseorang mati dengan sendirinya (Tarmizi Taher, Medical Ethics, 2017).
euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
7
Dalam islam bahwasanya ada tiga hal yang paling lazim diidamkan
setiap orang, yaitu kebahagiaan, kepuasaan, dan kesehatan dan sebaliknya,
ada tiga hal yang paling ditakuti setiap manusia, yaitu nyeri, penyakit, dan
kematian. Sebelum euthanasia dalam ajaran Islam dibahas lebih lanjut, akan
diuraikan lebih dulu mengenai konsep manusia dalam kehidupan duniawi
memegang peranan yang cukup penting, dalam Petrus Yoyo Karyadi
memaparkan bahwa Islam sangat memperhatikan keselamatan jiwa dan
kesejahteraan hidup manusia.
Untuk melindungi manusia, Islam menetapkan berbagai norma hukum
baik hukum perdata maupun hukum pidana dengan sanksi-sanksi
hukumannya. Sanksi hukumannya dapat berupa had, diyat (denda), dan
ta’zir. Bahkan pada hari kiamat mereka akan disiksa. Sebelum memaparkan
euthanasia menurut ajaran Islam, kita uraikan konsep manusia menurut
ajaran Islam terlebih dahulu. Melalui surat Al Mu’min (23) :
12-16 yang artinya : (12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13) Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). (14) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tuang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (15) Kemudian, sesudah
itu, sesungguhnya kamu sekalian benarbenar akan mati. (16) Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat (Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an,
1971: 527).
Kemudian menurut tafsiran Ibnu Kasstir Wal Baghawi juz VI, M-10
Apabila tiba (masanya) atas nuthfah (air mani dalam rahim) empat
bulan, Allah utus malaikat kepadanya lalu ia tiup (integrasikan) padanya roh
(setelah melalui) dalam kegelapan nuthfah, alaqah kemudian mudhghah.
Maka demikian itulah firman-Nya : (“kami jadikan makhluk yang berbentuk
lain”) yakni kami tiupkan kepadanya roh sehingga ia hidup dalam bentuk
lain.
9
3. Penerapan Euthanasia
Penerapan Euthanasia di Indonesia yaitu pererapan Euthanasia di
Indonesia dianggap sebagai suatu bentuk tindak pidana, karena merupakan
salah satu bentuk kejahatan terhadap nyawa, hal ini terbukti dengan adanya
pasal di KUHP yang berkaitan dengan Euthanasia yaitu Pasal 344 KUHP.
Indonesia sebagai negara berasaskan Pancasila, dengan sila pertamanya
“ketuhanan yang maha esa” tidak mungkin menerima tindakan Euthanasia
baik Euthanasia aktif maupun Euthanasia pasif.
H.Sutarno, Hukum Kesehatan, Euthanasia, Keadilan dan hukum positif
di Indonesia, Setara Press, Malang, 2014, hlm.91. 52 Saat ini, kaidah non
hukum yang manapun, baik agama, moral serta kesopanan menentukan
bahwa membantu orang lain mengakhiri hidupnya, meskipun atas
11
C. Bank Sperma
biaya jutaan rupiah, padahal ia sudah lama mati. Maka, merumuskan batasan
mati harus lebih diperjelas. Yang tidak boleh diabaikan, kita harus
memperlakukan orang yang sakit parah dengan menuntunnya agar bisa terus
berkomunikasi dengan Allah, dia haus di-talqin dengan lafal-lafal jalalah, agar
ia mati husnul khatimah. Ini lebih penting dari sekedar segala peralatan
canggih.
Para ulama mengharamkan sewa rahim jika menggunakan rahim wanita
selain isteri, mencampurkan benih antara suami dan wanita lain,
mencampurkan benih isteri dengan laki-laki lain, atau memasukan benih yang
dibuahi setelah kematian suami-isteri.8 Bahkan jika wanita tersebut adalah
isteri lain dari suaminya sendiri, menurut Yusuf Qaradhawi maka ini tidak
diperbolehkan juga. Pasalnya, dengan cara ini tidak diketahui siapakah
sebenarnya dari kedua isteri ini yang merupakan ibu dari bayi yang akan
dilahirkan kelak. Juga kepada siapakah nasab (keturunan) sang bayi
disandarkan, kepada pemilik sel telur atau si pemilik rahim.
Menurutnya, para ahli fiqih dan para pakar dari bidang kedokteran telah
mengeluarkan fatwa yang membolehkan suami-istri atau salah satunya untuk
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan demi membantu mereka
mewujudkan kelahiran anak, namun mereka mensyaratkan sperma yang
digunakan harus milik sang suami dan sel telur milik sang istri, tidak ada pihak
ketiga di antara mereka misalnya dalam masalah bayi tabung.27
Selanjutnya,Yusuf Qaradhawi menulis, jika sperma berasal dari laki-laki lain
baik diketahui maupun tidak, maka ini diharamkan. Begitu pula jika sel telur
berasal dari wanita lain, atau sel telur milik sang istri, tapi rahimnya milik
wanita lain, inipun tidak diperbolehkan. Ketidakbolehan ini, menurut
Qaradhawi, dikarenakan cara ini akan menimbulkan sebuah pertanyaan
membingungkan, siapakah sang ibu bayi tersebut, apakah si pemilik sel telur
yang membawa karakteristik keturunan, ataukah yang menderita dan
menanggung rasa sakit karena hamil dan melahirkan? Padahal, ia hamil dan
melahirkan bukan atas kemauannya sendiri.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seseorang pasien dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri, dengan demikian euthanasia dapat
diartikan mati.
Sewa rahim adalah suatu teknologi reproduksi buatan yang
mempertemukan antara sperma dan sel telur pasangan suami istri (pada
umumnya) dipertemukan diluar rahim kemudian benih tersebut dimasukan
kembali kedalam rahim ibu tompangan yang memiliki kesuburan dalam
rahimnya.
Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu
dibekukan dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan
fertilitas sperma. Dalam bahasa medis bisa disebut juga Cryiobanking.
B. Saran
Mengembalikan segala permasalahan yang ditimbulkan dari perkembangan
pemikiran manusia dan kemajuan teknologi kepada alQur’an dan sunah.
Diharapkan dengan kehadiran skripsi ini dapat membantu perkembangan
pemikiran dalam bidang hukum Islam, dan menjadi referensi tambahan bagi
peneliti kedepan.
22
DAFTAR PUSTAKA