Anda di halaman 1dari 14

HUKUM OPERASI PERGANTIAN KELAMIN

Dosen Pengampu : Evi Ni’matuzzakiyah, S.Th.I., M.A

DISUSUN OLEH :

1. Adiba Hasna Sholihati 14205022


2. Dea Amanda Putri 14205028
3. Latifah Hardiyanti 14205038
4. Nurhaliza 14205043
5. Raden Dina Putri Brillian 14205045
6. Wahyu Kartika Arum 14205054
7. Yuni Istanti 14205057

KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan
rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan sehat wal’afiat. Serta salam
dan shalawat kita kirimkan kepada Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya
dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan bagi
ummat-Nya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Hukum Operasi
Pergantian Kelamin” yang kami sajikan berdasarkan pengetahuan dari berbagai sumber yang
telah menjadi acuan kami dalam penyelesaian tugas. Adapun laporan ini disusun dengan tujuan
memenuhi tugas mata kuliah Aplikasi Agama dalam Kesehatan Masyarakat.

Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk laporan ini, agar laporan ini nantinya bisa menjadi laporan yang
lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan setelah membaca laporan ini. Semoga bermanfaat.

Yogyakarta, 11 Maret 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

A. Pengertian ............................................................................................................................6

B. ..............................................................................................................................................6

C. ..............................................................................................................................................7

BAB III............................................................................................................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................................................8

B. Saran.....................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya Allah hanya menciptakan dua jenis manusia yakni laki-laki dan
perempuan, tetapi tidak sedikit pula kita melihat hal yang berbeda dalammasyarakat di
sekitar kita, manusia tidak hanya antara laki-laki dan perempuansaja tetapi juga ada
diantara keduanya yang sering disebut dengan waria yaitu singkatan dari wanita pria.
Waria dalam konteks psikologis termasuk sebagai penderita transseksualisme, yakni
seseorang yang secara jasmani mempunyai jenis kelaminnya jelas dan sempurna, namun
secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis. Berbicara tentang
transseksual adalah berbicara tentang abnormalitas seksual yang kompleks. Ia tidak
hanya berada dalam ranah biologi, psikologi, medis, sosiologi, politik, ekonomi tetapi
juga dalam hal agama. Transseksualisme termasuk dalam golongan gangguan identitas
jenis ( gender identity disorder gambaran utama dari gangguan identitas jenis ini adalah
ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis ( gender identity).

Kemajuan teknologi di Indonesia khusunya dalam bidang


kedokteran,memungkinkan penderita transseksual untuk melakukan operasi bedah
plastik,sebagai salah satu solusi untuk mengatasi gangguan kejiwaanya, dengan cara
merubah kelamin sesuai dengan yang dikehendakinya. Permasalahannya adalah operasi
pergantian jenis kelamin ini sangat tabu dimasyarakat dan di negara Indonesia yang
mayoritas penduduknya adalah umat Islam, selain itu masalah ini juga belum ada di
zaman nabi. Pelaku transseksual juga acap kali menerima penolakan, cacian, dan sindiran
dari masayarakat, olehkarena itu hal ini sangat penting untuk dibahas salah satunya untuk
memeberikan gambaran dan pemahaman mengenai operasi pergantian kelamin ini,
sehinggamasyarakat dapat menyikapi masalah ini dengan sudut pandang yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pergantian kelamin ?
2. Apa hukum pergantian kelamin dalam islam ?
3. Siapa saja yang boleh melakukan operasi pergantian kelamin?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari operasi pergantian kelami
2. Untuk mengetahui tentang hukum pergantian kelamin dalam islam.
3. Untuk mengetahui tentang siapa saja yang boleh melakukan operasi pergantian
kelamin.

2
BAB II
Pembahasan

A. Operasi Pergantian Kelamin


Operasi ganti kelamin, yang juga dikenal sebagai operasi pergantian jenis kelamin
atau rekonstruksi alat kelamin, adalah pembedahan yang merubah struktur seksual (jenis
kelamin) seseorang, baik dari segi penampilan dan fungsi, dari seorang pria menjadi
seorang wanita, atau sebaliknya. Operasi ini, secara medis juga dikenal sebagai
feminisasi atau maskulinisasi, genitoplasti, penektomi atau vaginoplasti, orkiektomi, atau
faloplasti, tergantung dari jenis kelamin asli dan jenis kelamin yang diinginkan. Hal ini
dimanfaatkan oleh pribadi transgender untuk beralih dari gender (karakteristik sesuai
jenis kelamin) biologis mereka, menjadi sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan,
sebagai perawatan untuk kelainan yang disebut disforia gender.

Kemajuan dunia perubatan pada hari ini telah banyak memberi manfaat kepada
kehidupan manusia. Banyak penemuan baru dapat dicapai dalam kaidah rawatan melalui
berbagai metode serta penciptaan peralatan yang canggih. Karena dianggap sebagai satu
pencapaian yang gemilang dan menakjubkan serta membuktikan kebijaksanaan manusia.
Dari sudut yang lain pula, pencapaian ini merupakan satu tantangan kepada para ilmuan
dan mujtahid Islam yang seharusnya melihat fenomena ini dengan penuh kepekaan dan
rasa tanggungjawab. Maka dari itu, para ulama‟ hari ini perlu tampil ke hadapan untuk
menjawab berbagai persoalan yang dikemukakan oleh masyarakat berkenaan hukum dan
perkara perkara yang berkaitan dengannya. Pada hari ini, kita dihadapkan dengan
beberapa permasalahan, yang mana permasalahan tersebut dari zaman 90-an ulama‟ fikih
sudah menentukan hukum yang berkaitan dengannya. Akan tetapi sampai sekarang,
permasalahan tersebutmasih belum dapat diselesaikan secara keseluruhan karena faktor-
faktor masyarakat yang tidak memahami hukum islam dan juga terdapat berbagai
persoalan serta ketidakpuasan masyarakat mengenai hukum yang telah dikeluarkan.

3
B. Hukum Pergantian Kelamin
Melakukan operasi pergantian kelamin yang dilakukan oleh orang yang normal dan
sempurna tidak dibolehkan dan diharamkan. Berikut dalil yang mengharamkan operasi
pergantian kelamin.
1. Q.S. Al-Hujurat (49): ayat 13

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َجَع ْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل َأْتَقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakn kamu dari seorang pria dan
wanita dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
dan lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-hujuraat: (49):13).
Dari ayat diatas mengartikan bahwa manusia itu di hadapan Tuhan dan hukum
sama kedudukannya ( Equality before God and Law). Dan yang menyebabkan tinggi
atau rendah kedudukan manusia itu bukan karena perbedaan jenis kelamin, ras,
bahasa, kekayaan, kedudukan, dan sebagainya, melainkan karena ketaqwaannya
kepada Allah Swt. Karena itu, jenis kelamin yang normal yang diberikan kepada
seseorang, harus disyukuri dengan jalan menerima kodratnya dan menjalankan semua
kewajibannya sebagai makhluk terhadap Khaliknya sesuai dengan kodratnya tanpa
mengubah jenis kelaminnya.
2. Q.S. An-Nisa (4): 119.

‫َّو ُاَلِض َّلَّنُهْم َو ُاَلَم ِّنَيَّنُهْم َو ٰاَل ُمَر َّنُهْم َفَلُيَبِّتُك َّن ٰا َذ اَن اَاْلْنَع اِم َو ٰاَل ُمَر َّنُهْم َفَلُيَغِّيُر َّن َخ ْلَق ِهّٰللاۚ َو َم ْن َّيَّتِخِذ الَّش ْيٰط َن َو ِلًّيا ِّم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا‬
‫َفَقْد َخ ِس َر ُخ ْس َر اًنا ُّم ِبْيًنا‬
“ Dan Saya (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka (memotong telingatelinga hewan ternak), lalu
mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan
Allah), maka mereka sungguh mengubahnya. Barang siapa ayng menjadikan setan
menjadi pelindung selain dari Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata.” (Q.S. An-Nisa: (4) 119.
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa “mengubah ciptaaan Allah” itu sangat
diharamkan, contohnya mengkebiri manusia, homoseksual, lesbian, menyambung

4
rambut dengan sopak, pangur, membuat tato, mencukur bulu muka (alis) dan
takhannuts artinya pria berpakaian dan bertingkah laku seperti wanita atau sebaliknya.

3. Hadist Nabi riwayat Bukhari dari Ibnu Mas’ud.


(arabnya gak bisa di salin ditempatku berantakan)

“...Allah mengutuk para wanita tukang tato, yang meminta ditato, yang menghilangkan
bulu muka, yang meminta dihilangkan bulu mukanya, dan para wanita yang
memotong (pengur) giginya, yang semua itu dilakukan untuk kecantikan dengan
mengubah ciptaan Allah.”
Makna dari hadis itu bahwa seorang pria atau wanita yang normal jenis kelaminnya
dilarang oleh Islam mengubah jenis kelaminnya, karena mengubah ciptaan Allah tanpa
alasan yang hak yang dibenarkan oleh Islam.
Berdasarkan dalil-dalil tersebut maka hukum transeksual (operasi kelamin) dalam
Islam adalah tegas hukumnya haram. Dalam hal ini, termasuk ikut menanggung dosa
dilakukannya transeksual adalah semua pihak yang membantu pelaksanaannya, seperti
dokter beserta tim medisnya dan lain-lain. Ketidakbolehan atau haram hukumnya
melakukan transeksual (operasi kelamin) juga ditegaskan dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia tanggal 1 Juni 1980, keputusan nomor 1: Merubah jenis kelamin laki-laki
menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram, karena bertentangan dengan al-
Quran surat an-Nisa’ ayat 119 dan bertentangan pula dengan jiwa syara’.” Berkaitan
dengan transgender, maka upaya yang tepat dilakukan adalah mengembalikan
kecenderungannya sesuai dengan jenis kelaminnya. Mengembalikan kecenderungan
sesuai dengan jenis kelaminnya baik bagi transgender disebabkan faktor bawaan
(hormon dan gen) serta faktor lingkungan. Faktor bawaan, maka upaya yang dapat
dilakukan dengan melakukan upaya-upaya medis dengan menyeimbangkan kondisi
hormonal guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin.

Bahkan upaya medis dapat dilakukan secara preventif dengan melakukan


pemeriksaan medis bagi pasangan yang akan melakukan pernikahan. Bagi calon
pasangan menikah yang sama-sama memiliki hormon yang lemah, maka dalam rangka

5
kemaslahatan anak (keturunan) lebih baik jika tidak melanjutkan pernikahan.
Penyimpangan faktor genetika dapat diterapi secara moral dan secara religius.
Sedangkan transgender yang disebabkan faktor lingkungan, pendekatanpendekatan
keagamaan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran perlu dilakukan secara
intensif dan melalui cara-cara yang bijak. Tindakan-tindakan yang menghakimi,
memberikan stigma negatif, menyudutkan dan sebagainya harus dihindari dan tidak
perlu dilakukan, karena akan lebih memperkuat keinginan untuk berperilaku
menyimpang. Sebagaimana juga dikemukakan oleh Quraish Shihab; mengimbau agar
umat tidak melakukan tindakan sewenangwenang terhadap kaum LGBT. Sebab,
menurut dia, mereka adalah orang yang sedang dijangkiti penyakit dan membutuhkan
pertolongan dan pengobatan dari umat. Sedangkan mengenai orang yang lahir tidak
normal organ kelaminnya, hukum melakukan operasi kelaminnya tergantung organ
kelamin luar dan dalam, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Apabila seseorang memiliki organ kelamin dua/ganda, penis dan vagina, maka
untuk memperjelas identitas jenis kelaminnya, ia boleh melakukan operasi
mematikan organ kelamin yang satu dan menghidupkan organ kelamin yang lain
yang sesuai dengan organ kelamin bagian dalam. Misalnya seseorang yang
memiliki dua alat kelamin yang berlawanan, yaitu penis dan vagina, dan disamping
itu juga memiliki rahim dan ovarium yang merupakan ciri khas untuk jenis
kelamin wanita, maka ia dibolehkan bahkan dianjurkan untuk melakukan operasi
mengangkat penisnya demi mempertegas identitas jenis kelamin kewanitaannya.
2. Apabila seseorang yang memiliki organ kelamin yang kurang sempurna
bentuknya, misalnya vagina yang tidak berlubang dan ia mempunyai rahim dan
ovarium, maka ia dibolehkan bahkan dianjurkan oleh agama untuk operasi
memberi lubang pada vaginanya. Demikian pula kalau seseorang memiliki penis
dan testis, tatapi lubang penisnya tidak berada diujung penisnya (glas penis) tetapi
dibagian bawah penisnya, maka ia pun baleh bahkan dianjurkan operasi untuk
dibuatkan lubangnya yang normal.
Adapun dalil-dalil syar’i yang membenarkan tindakan tersebut adalah sebagai
berikut:

6
1. Untuk mengusahakan kemaslahatan dan menghilangkan kemudlaratan. Karena
itu, apabila kemajuan tekhnologi kedokteran bisa memperbaiki kondisi
kesehatan fisik dan psikis si banci alami/orang yang tidak memiliki organ
kelamin yang sempurna melalui operasi kelamin, maka Islam membolehkan
bahkan menganjurkan, karena akan tercapainya maslahah yang lebih besar
daripada mafsadahnya.
2. Kalau kebencian alami bisa dikategorikan sebagai “penyakit” maka wajib
berikhtiyar untuk diobati, sebagaimana tersebut dalam hadits: “Berobatlah hai
hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak mengadakan penyakit
kecuali mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit ialah penyakit tua.”

Adapun hadits nabi yang melarang orang merubah ciptaan Allah


sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan lain-lain dari Ibnu Mas’ud di atas,
apabila tidak membawa maslahah yang besar, bahkan mafsadah (mudlarat) lebih
besar. Tetapi apabila merubah ciptaan Allah itu membawa maslahah yang besar
dan menghindari mafsadah dan kemudlaratan, maka sangat dianjurkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka operasi kelamin yang dilakukan dalam rangka
menyempurnakan alat kelamin, baik bagi yang memiliki alat kelamin ganda atau
alat kelamin yang tidak sempurna, maka hukumnya dalam Islam boleh bahkan
dianjurkan. Hal ini sangat beralasan, karena operasi kelamin yang dilakukan
merupakan upaya untuk memperjelas identias kelamin bagi yang memiliki alat
kelamin ganda dengan mematikan/menghilangkan alat kelamin yang tidak
wajar/tidak seharusnya ada sesuai dengan kecenderungan yang lebih kuat, yaitu
didasarkan kesesuaian alat kelamin dengan organ tumbuh di dalam. Demikian juga
sebagai upaya menyempurnakan terhadap alat kelamin yang tidak sempurna.
Operasi kelamin yang sedemikian merupakan upaya untuk
penyempurnaan/perbaikan terhadap alat kelamin yang ada.

C. Orang yang Diperbolehkan Melakukan Operasi Pergantian Kelamnin


Setiap manusia lahir membawa keunikan dan kondisi yang berbeda. Selain itu, ada
beberapa kondisi lahir yang membuat seseorang harus melakukan “modifikasi” untuk

7
dapat hidup dengan lebih baik. Salah satunya mungkin dengan melakukan operasi
kelamin.
1) Kelamin Ganda
Salah satu kelainan medis yang disarankan untuk menjalani operasi ini adalah
kelamin ganda. Kelamin ganda merupakan gangguan perkembangan seksual.
Kondisi ini dapat membuat fungsi kelamin tidak berkembang dengan sempurna.
Kelamin ganda atau ambiguous genital termasuk dalam kelainan yang cukup langka.
Kondisi ini biasanya bisa dikenali segera setelah bayi lahir, yaitu saat penampilan
organ kelamin bayi tidak jelas antara perempuan atau lelaki. Misalnya, saat seorang
bayi diketahui memiliki ovarium, tetapi bentuk alat kelamin eksternal malah
menyerupai Mr P.
2) Kelamin Ambigu
Berbeda dengan kelamin ganda, kasus kelamin ambigu terjadi karena bentuk fisik
kelamin seseorang, terutama anak-anak, dari luar tampak tidak jelas, kedua kondisi
ini sering dianggap sama, padahal tidak. Berbeda dengan kelamin ganda yang
terdapat dua jenis organ kelamin, kondisi ini menjadi ambigu karena bentuk. Yaitu,
seorang bayi memiliki bentuk alat kelamin yang tidak jelas dan sulit untuk dikenali
sebagai laki-laki atau perempuan.
Hal ini bisa jadi disebabkan karena adanya kelainan pada saluran kencing yang tidak
terbentuk sempurna. Namun, sebenarnya bayi memiliki satu jenis kelamin pasti. Oleh
karena itu, dalam kasus ini mungkin akan dilakukan pemeriksaan lebih jauh dan
prosedur operasi kelamin.
3) Gonadal Dysgenesis
Kondisi ini terjadi karena adanya proses yang tidak selesai pada perkembangan organ
reproduksi bayi. Hal ini terjadi karena ada kerusakan sel punca yang berperan dalam
pembentukan testis. Karena “bagian” ini rusak, bayi berpeluang memiliki kromosom
laki-laki, tetapi saat tumbuh dewasa memiliki organ internal dan eksternal
perempuan.
4) Androgen Insensitivity Syndrome
Kelainan ini seringnya terjadi dan ditemukan pada bayi laki-laki. Sindrom yang satu
ini merupakan kelainan genetik yang membuat tubuh tidak dapat merespon hormon,

8
dalam hal ini adalah hormon testosteron. Padahal, hormon tersebut penting untuk
perkembangan karakteristik seks laki-laki.

9
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
B. puskesmas sebagai
C. sarana Kesehatan tingkat pertama dalam melayani masyarakat diwilayah kerjanya juga
D. harus mengikuti kemajuan jaman salah satunya dengan ikut serta dalam
penggunaan
E. tekonologi sehingga dapat membantu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
F. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menggunakan aplikasi Sistem
Informasi
G. Kesehatan atau SIMPUS.
H. Dengan begitu, system yang ada dapat membantu rekapitulasi posyandu
sesuai
I. jadwal/kunjungan
Kesimpulan yang didapatkan dari pemaparan makalah ini yaitu Mengubah alat
kelamin dari pria menjadi wanita atau sebaliknya yang dilakukan dengan sengaja, misal
dengan operasi kelamin, hukumnya haram. Sedangkan Menyempurnakan alat kelamin
bagi seorang khantsa yang fungsi alat kelamin laki-lakinya lebih dominan atau
sebaliknya, melalui proses operasi penyempurnaan alat kelamin, maka hukumnya
diperbolehkan

B. Saran
C. Saran yang dapat penulis berikan kepada posyandu-posyandu yang belum memiliki
D. program atau aplikasi SIMPUS agar segera mengaplikasikan program ini ke
dalam
E. pelayanannya. Dan juga memberikan pelatihan bagi tenaga Kesehatan agar aplikasi ini
F. dapat berjalan
Saran yang dari penulis berikan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Referensi : https://almanhaj.or.id/4262-hukum-operasi-ganti-kelamin-dan-konsekuensinya-
menurut-islam.html

https://suduthukum.com/2016/11/hukum-operasi-kelamin-dalam-islam.html

https://www.docdoc.com/id/info/procedure/bedah-ganti-kelamin

http://repository.uinbanten.ac.id/2748/2/BAB%20I.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai