TRANSPLANTASI ORGAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukun
Keperawatan yang diampu oleh Ibu Hosnu Inayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Mutiara Nikmah (722621752)
Siti Maisyaroh (722621789)
Rofiqoh Qurratul A. (722621760)
Radaghatul Maliyah (722621754)
Sunantiasih (722621785)
Khoirunnisak (722621793)
Viky Ferdiansyah (722621779)
Ahmad Jauhari (722621745)
Ulum Alfarizy (722621784)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Transplantasi Organ” untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum
Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik
tulisan maupun informasi yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kami berterima
kasih kepada Ibu Hosnu Inayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.atas bimbingannya dalam
menulis dan menyusun makalah ini, sehingga penulis dapat membuat makalah
sesuai dengan kaidah dalam membuat karya tulis.
Walaupun makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, kami
sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas
kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf. Terakhir, tidak lupa kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 1
BAB 4 PENUTUP......................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 15
4.2 Saran........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 16
2
BAB 1
PENDAHULUAN
i
sudah mati dan mencangkokkannnya kepada orang lain yang kehilangan organ
tubuhnya atau rusak karena sakit dan sebagainya yang dapat berfungsi persis
seperti anggota badan itu pada tempatnya sebelum di ambil.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari transplantasi organ?
2. Apa tujuan dilakukannya transplantasi organ?
3. Apakah penyebab dilakukannya transplantasi organ?
4. Apa saja klasifikasi transplantasi organ?
5. Bagaimana syarat dan prosedur transplantasi organ?
6. Apa risiko yang terjadi dari transplantasi organ?
7. bagaimana landasan undang-undang tentang transplantasi organ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari transplantasi organ
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya transplantasi organ
3. Untuk mengetahui penyebab dari transplantasi organ
4. Untuk mngetahui klasifikasi dari transplantasi organ
5. Untuk mengetahui syarat dan prosedur dari transplantasi organ
6. Untuk mengetahui risiko terjadinya transplantasi organ
7. Untuk mengetahui landasan undang-undang tentang transplantasi organ
ii
BAB 2
KONSEP TEORI
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘to transplant’ yang berarti
‘to move from one place to another’ artinya: ‘berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain. Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan,
Pasal 1 ayat 5 dirumuskan pengertian sebagai berikut: Transplantasi adalah
rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan atau jaringan organ
tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ tubuh yang tidak
berfungsi dengan baik.
Dalam kaitan ini, Samil, mendefinisikan transplantasi sebagai pemindahan
suatu jaringan atau organ tertentu dari suatu tempat ke tempat lain dengan kondisi
tertentu. Sementara Notoatmodjo, transplantasi adalah tindakan medis untuk
memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia yang
lain atau tubuhnya sendiri. Dalam dunia kedokteran pencangkokan atau
transplantasi diartikan sebagai pemindahan jaringan atau organ dari tempat yang
satu ke tempat lainnya. Hal ini bisa terjadi dalam satu individu atau dua individu.
Sedangkan Zuhdi, pengertian transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang
mempunyai daya hidup yang sehat, untuk menggantikan organ tubuh yang tidak
sehat dan tidak berfungsi dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa transplantasi
organ tubuh ialah pemindahan (pencangkokan) alat dan atau jaringan tubuh
manusia (hewan) yang masih berfungsi untuk menggantikan organ tubuh resipien
(penerima) yang sudah tidak berfungsi, dalam rangka pengobatan atau upaya
penyelamatan pihak resipien. Transplantasi merupakan upaya terbaik untuk
menolong pasien yang mengalami kerusakan organ tubuh dan menggantikan
dengan organ tubuh dirinya sendiri atau organ tubuh orang lain.
iii
2.2 Tujuan Transplantasi Organ
iv
2.4 Klasifikasi Transplantasi Organ
v
5. Transplantasi Domino, Merupakan transplantasi yang telah dilakukan
sejak tahun 1987. Cara kerjanya adalah, donor memberikan jantung dan
parunya kepada resipien, kemudian resipien ini memberikan jantungnya
kepada resipien lain. Biasanya dilakukan pada seseorang dalam kondisi
dimana kedua parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah
mengganti jantung dan paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung dari
penderita ini masih sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan kepada
orang lain yang lebih membutuhkan.
6. Split Transplantation, Terdapat suatu keadaan dimana seorang donor mati
khususnya donor hati, hatinya dapat dibagi untuk dua resipien khususnya
untuk resipien dewasa dan anak. Namun, transplantasi jenis ini tidak
dipilih karena transplantasi keseluruhan organ akan lebih baik.
vi
2.5 Syarat dan Prosedur Transplantasi Organ
Selain itu, dapat dilihat juga pada PP 18/1981 bahwa transplantasi dapat
dilaksanakan apabila:
a. Apabila donor hidup, maka calon donor harus sudah diberitahu terlebih
dahulu oleh dokter yang merawatnya mengenai sifat, akibat dan
kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi setelah operasi
serta dokter yang bersangkutan sudah yakin bahwa calon donor telah
mengerti dan menyadari sepenuhnya mengenai hal-hal yang telah
disampaikan oleh dokter yang bersangkutan.
b. Jika donor meninggal dunia, maka dengan persetujuan yang telah dibuat
sendiri oleh donor sebelum ia meninggal dunia dengan disetujui oleh
keluarga yang terdekat. Sebagaimana dalam Pasal 1 Peraturan Menteri
Kesehatan No 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran, yang dimaksud dengan keluarga terdekat adalah suami, istri,
ayah dan atau ibu kandung,anak-anak kandung atau saudara-saudara
kandung.
c. Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas
sesuatu kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
2.6 Risiko Transplantasi Organ
vii
Operasi transplantasi organ juga memiliki beberapa risiko yang mungkin
muncul, seperti:
Komplikasi dari obat bius yang diberikan
Perdarahan saat operasi
Komplikasi setelah operasi, misalnya infeksi
Peningkatan risiko infeksi akibat konsumsi obat yang harus dikonsumsi
setelah transplantasi
Penolakan organ oleh tubuh
Gagal organ
viii
Pasal 17 komite transplantasi nasional yang berhak menentukan
penerima donor dari pendonor yang tidak memiliki hubungan sedarah.
Pasal 18 persyaratan administratif dan medis merupakan syarat untuk
mendaftar sebagai orang yang mendonor.
Pasal 19 inti dari ayat ke-1 syarat yang dimaksud adalah a. keterangan
sehat, b. Kartu tanda penduduk, c. pernyataan bersedia mendonorkan
organ tanpa imbalan secara tertulis, d. punya argumen memberikan
organ tubuh nya secara cuma-cuma, e. Mendapatkan persetujuan dari
keluarga kandung, f. ada surat tertulis bahwa pendonor sudah
memahami prosedur sebelum, saat dan setelah operasi termasuk segala
resiko yang mungkin terjadi, g. ada surat tertulis bahwa antara pemberi
donor dan yang menerima donor tidak melakukan transaksi apapun,
ayat ke-2 hubungan sedarah antara pemberi donor dan penerima donor
harus dibuktikan dengan surat dari pemerintah daerah yang memiliki
hak.
B. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 53 Tahun 2021
Tentang:
Peraturan Pemerintah Tentang Transplantasi Organ Dan Jaringan
Tubuh. Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan:
1. Transplantasi adalah pemindahan organ dan jaringan
dari pendonor ke resipien guna penyembuhan
penyakit Can pemulihan kesehatan resipien
2. Organ adalah kelompok beberapa jaringan yang
bekerja sama untuk melakukan fungsi tertentu dalam
tubuh.
3. Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai bentuk
dan faal/fungsi yang sama dan tertentu, yang berdasarkan
kemampuan regeneratifnya terdiri atas jaringan yang
dapat pulih kembali dan jaringan yang tidak dapat pulih
kembali.
ix
4. Pendonor adalah orang yang menlrumbangkan Organ
dan/atau Jaringan tubuhnya kepada resipien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
resipien.
5. Resipien adalah orang yang menerima Organ dan/atau
Jaringan tubuh Pendonor untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan
Pasal 3
(1) Transplantasi Organ dan/atau Jaringan tubuh dilakukan hanya
untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(2) Organ dan/atau Jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diperoleh dari Pendonor dengan sukarela.
(3) Organ dan/atau Jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
x
BAB 3
Kasus transplantasi ginjal antara dua pasien di Rumah Sakit Saiful Anwar
(RSSA) Malang terus bergulir bak bola salju. Pihak kepolisian setempat mencium
adanya dugaan jual beli ginjal dalam proses transplantasi tersebut. Guna
memperjelas kasusnya, penyidik Polres Malang Kota berencana memanggil Ketua
Tim transplantasi ginjal Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, dokter
Atma Gunawan serta Direktur RSSA, Anwar Restu Kurnia. "Sekarang masih ada
satu yang diperiksa. Dua orang lagi dari RSSA akan segera diperiksa. Ketua Tim
transplantasi dan Dirut pasti dipanggil. Surat akan segera dikirim," ujar Kasubag
Humas Polres Malang Kota, Ipda Ni Made Seruni Marhaeni, Rabu (27/12).
Sejauh ini, pihaknya masih melakukan penyelidikan dan melakukan
pemeriksaan kepada sejumlah saksi. Diantaranya yakni istri Erwin Susilo selaku
penerima donor. Marhaeni menceritakan, kasus tersebut berawal dari proses
transplantasi di RSSA Malang, antara Ita Diana, 41, warga Jalan Wukir Gang 10
RT 2 RW 3, Kelurahan Temas Kota Batu sebagai pendonor dan Erwin Susilo
sebagai penerima donor. Dalam proses penyelidikannya, diduga terjadi jual beli
ginjal sebesar Rp 350 juta yang dijanjikan oleh Erwin kepada Ita. "Ini masih
dalam proses lidik. Sementara baru 1 orang, istri penerima donor (Erwin) hingga
saat ini masih dalam pemeriksaan sejak tanggal 24 lalu," bebernya. Dia
menyampaikan, polisi sedang mendalami dugaan keterlibatan Rumah Sakit dalam
proses transplantasi ginjal ilegal ini. Sebab, berdasarkan penyelidikan, Ita
pendonor ginjal ditawari untuk mendonorkan ginjal bukan menawarkan
ginjal."Dia kan ketemu perawat dimintai nomor telepon dan dihubungi oleh
dokter Rifai (salah satu tim dokter transplantasi). Dokter Rifai menjelaskan ke Ita
bahwa nanti ada yang beli ginjal. Saat ini polisi berusaha menyelesaikan
penyelidikan masing-masing saksi," papar Marhaeni.
Dari informasi yang berhasil dikumpulkan, kasus ini berawal ketika Ita
terlilit utang di sebuah koperasi lantaran bisnisnya terpuruk. Karena putus asa, dia
xi
pun nekat menawarkan ginjalnya dan direspon oleh seorang pria bernama Erwin
Susilo. Sosok Erwin dikenalnya dari seorang pegawai rumah sakit dan dokter di
RS Saiful Anwar Kota Malang. Singkatnya, keduanya pun sepakat. Ginjal Ita
dihargai Rp 350 juta sesuai nominal jumlah utang Ita. Namun, kesepakatan itu
tanpa ada perjanjian di atas kertas. Setelah ginjal diangkat, Ita tak diberi uang
sesuai kesepakatan. Ita mengaku hanya diberi uang Rp 74 juta, lalu dua bulan
berikutnya Rp 2,5 juta dan terakhir Rp 1,5 juta. Karena merasa dirugikan, Ita pun
meminta haknya kepada Erwin. Sayangnya, dia tidak mendapat respon positif,
dan akhirnya masalah ini mencuat di media.
3.2 Pandangan Medis
xii
Persetujuan yang diinformasikan untuk donasi berbeda dengan persetujuan
yang diinformasikan untuk operasi pengangkatan organ yang sebenarnya
4. Calon donor harus mempunyai kapasitas pengambilan keputusan, dan
keputusan untuk menyumbang harus bebas dari tekanan yang tidak
semestinya. Calon donor harus menunjukkan pemahaman yang memadai
tentang informasi yang diungkapkan. Sedangkan, dalam kasus, ‘’Kasus
Transplantasi Ginjal, Penyidik Bakal Panggil Dirut RSSA Malang’’, tidak
diungkapkan secara terang mengenai tata penatalaksanaannya. Selain itu,
calon pendonor juga melakukannya karena di atas tekanan bahwa dirinya
terlilit hutang. Selain hal tersebut, tidak ditemukan pula penjelasan dari
tim medis pada kasus tersebut, apakah telah melakukan anamnase terhadap
pihak yang terkait ( calon pendonor).
3.3 Pandangan Moral
Transplantasi organ tubuh dari donor yang masih hidup diperkenankan bila
donasi (pemberian) itu tidak akan mengurbankan atau secara serius merusak
fungsi-fungsi tubuh yang esensial dan bisa diperkirakan bahwa si penerima akan
mendapatkan keuntungan yang proporsional dibandingkan dengan kerugian si
donor. Lebih lanjut harus diperhatikan supaya orang yang akan mendonorkan itu
tetap merasa bebas untuk melakukannya. Dia tidak boleh dipaksa baik langsung
maupun tidak langsung. Demikian juga keuntungan ekonomis tidak boleh menjadi
pertimbangan utama dalam memutuskan untuk memberikan donasi itu.
Donor organ yang kemudian dilanjutkan ke taraf transplantasi organ tubuh
dari seorang donor hidup kepada seorang yang lain, setidaknya ada harus ada
empat persyaratan yang terpenuhi, yaitu: (1) resiko yang dihadapi donor dalam
transplantasi harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan atas diri
penerima; (2) pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius
kesehatan donor atau fungsi tubuhnya; (3) perkiraan penerimaan adalah baik bagi
si penerima, dan (4) donor wajib membuat keputusan dengan penuh kesadaran
dan bebas dengan mengetahui resiko yang mungkin terjadi.
Sedangkan pada kasus yang berjudul, ‘’Kasus Transplantasi Ginjal,
Penyidik Bakal Panggil Dirut RSSA Malang’’, pendonor dan penerima organ
(ginjal) menyalahi prinsip moral berdasar pendonor yang masih hidup karena
xiii
kejadian tersebut berlandaskan utama pada ekonomi. Alasannya karena pendonor
terlilit utang pada pihak koperasi sehingga memilih jalan untuk menjual ginjalnya.
Selain itu, antara pendonor dan penerima organ (ginjal) tidak melakukan
perjanjian di atas kertas, hanya dilakukan mulut ke mulut. Memang benar tidak
ada paksaan dalam pembuatan keputusan tersebut, tetapi tetap saja salah karena
kedua belah pihak tidak melakukan perjanjian keputusan kembali secara tertulis.
3.4 Pandangan Hukum
xiv
pasal pidana. Menjadi ironi ketika tranplantasi organ tubuh yang punya
tujuan kemanusiaan malah diperjualbelikan.
xv
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang mempunyai dayahidup
yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medisbiasa, harapan penderita
untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe
mempunyaipermasalahan sendiri, yaitu: Donor dalam keadaan hidup dan sehat,
donordalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera,
donordengan keadaan mati (meninggal dunia).
Syarat di perbolehkannya melakukan transplantasi organ tubuhApabila
pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yangtelah meninggal
secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan dengan syarat: Resipien atau
penerima sumbangan donor, berada dalam keadaandarurat, yang mengancam
jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tetapi
tidak berhasil. pencangkokan tidakakan menimbulkan komplikasi penyakit yang
lebih gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelumnya.
4.2 Saran
1. Untuk calon pendonor, agar mengerti segala resiko dan konsekuensi jika
ingin mendonorkan organnya kepada orang lain, kemudian meminta
pendampingan dari pihak advokasi rumah sakit untuk memastikan
terpenuhinya hak dan kewajiban agar tidak terlibat dalam jual beli organ.
Begitu hal nya dengan calon resipien, untuk memahami hak dan
kewajibannya sesuai Permenkes agar tidak terjerumus dalam tindakan jual
beli organ.
2. Untuk pemerintah, supaya memaksimalkan fungsi lembaga yang
tercantum dalam UU supaya bisa menjalankan tugasnya secara maksimal,
berperan aktif dalam menyiapkan sarana dan prasarana khususnya di
daerah supaya pendaftaran maupun pelaksanaan transplantasi tidak perlu
jauh keluar negeri atau ke pusat.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
American Medical Association Journal of Ethics März 2012, Band 14, Nummer 3:
204-214.
xvii