Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TRANSPLANTASI ORGAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukun
Keperawatan yang diampu oleh Ibu Hosnu Inayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Mutiara Nikmah (722621752)
Siti Maisyaroh (722621789)
Rofiqoh Qurratul A. (722621760)
Radaghatul Maliyah (722621754)
Sunantiasih (722621785)
Khoirunnisak (722621793)
Viky Ferdiansyah (722621779)
Ahmad Jauhari (722621745)
Ulum Alfarizy (722621784)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Transplantasi Organ” untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum
Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik
tulisan maupun informasi yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kami berterima
kasih kepada Ibu Hosnu Inayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.atas bimbingannya dalam
menulis dan menyusun makalah ini, sehingga penulis dapat membuat makalah
sesuai dengan kaidah dalam membuat karya tulis.
Walaupun makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, kami
sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas
kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf. Terakhir, tidak lupa kami
ucapkan terima kasih.

Sumenep, 10 November 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 2
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2

BAB 2 KONSEP TEORI................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Transplantasi Organ............................................................................. 4

2.2 Tujuan Transplantasi Organ................................................................................... 4

2.3 Penyebab Dilakukannya Transplantasi Organ..................................................... 2

2.4 Klasifikasi Transplantasi Organ............................................................................. 5

2.5 Syarat dan Prosedur Transplantasi Organ............................................................ 6

2.6 Risiko Transplantasi Organ.................................................................................... 6

2.7 Landasan UU Tentang Transplantasi Organ....................................................... 7

BAB 3 KASUS DAN PEMBAHASAN........................................................................ 10

3.1 Gambaran Kasus.................................................................................................... 10

3.2 Pandangan Medis................................................................................................... 11

3.3 Pandangan Moral................................................................................................... 12

3.4 Pandangan Hukum................................................................................................. 13

BAB 4 PENUTUP......................................................................................................... 15

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 15

4.2 Saran........................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 16

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya


hidup sehatuntuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
lagi dengan baik. Ide untuk mengganti bagian tubuh yang sakit atau rusak
ini telah ada selama ribuan tahun. Contohnya seperti transplantasi seluruh
kaki yang "berhasil" dilakukan oleh dokter suci abad ke-3, Cosmos dan Damien,
yang digambarkan dalam beberapa lukisan terkenal.
Menurut data yang dilaporkan ke Global Observatory On
Donation and Transplantation (GODT), analisis dari aktivitas transplantasi 2010
untuk 95 negara, mewakili hampir 90% populasi dunia, menunjukkan bahwa
106.879 transplantasi organ padat telah dilakukan seluruh dunia. Kegiatan ini
meningkat 2,12% selama tahun 2009, namun diperkirakan masih jauh
dari kebutuhan global. Sindonews.com 4 Juli 2019, menyatakan lebih dari
200.000 penduduk yang menderita penyakit gagal ginjal stadium akhir yang rutin
melakukan cuci darah memerlukan donor ginjal sebagai salah satu pilihan untuk
memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak terkait
dengannya: pertama donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ
tubuhnyayang masih sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang organ
tubuhnyamenderita sakit, atau terjadi kelainan. Kedua resepien, yaitu orang
yangmenerrima organ tubuh dari donor yang karena satu dan lain, organ
tubuhnyaharus diganti. Ketiga tim ahli, yaitu para dokter yang menangani
operasitransplantasi dari pihak donor kepada pasien.
Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yangbelum
pernah dikaji oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah
ini adalah anak kandung dari kemajuan ilmiah dalam bidang pencangkokan
anggota tubuh, dimana para dokter modern bisa mendatangkan hasil yang
menakjubkan dalam memindahkan organ tubuh dari orang yang masih hidup/

i
sudah mati dan mencangkokkannnya kepada orang lain yang kehilangan organ
tubuhnya atau rusak karena sakit dan sebagainya yang dapat berfungsi persis
seperti anggota badan itu pada tempatnya sebelum di ambil.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari transplantasi organ?
2. Apa tujuan dilakukannya transplantasi organ?
3. Apakah penyebab dilakukannya transplantasi organ?
4. Apa saja klasifikasi transplantasi organ?
5. Bagaimana syarat dan prosedur transplantasi organ?
6. Apa risiko yang terjadi dari transplantasi organ?
7. bagaimana landasan undang-undang tentang transplantasi organ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari transplantasi organ
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya transplantasi organ
3. Untuk mengetahui penyebab dari transplantasi organ
4. Untuk mngetahui klasifikasi dari transplantasi organ
5. Untuk mengetahui syarat dan prosedur dari transplantasi organ
6. Untuk mengetahui risiko terjadinya transplantasi organ
7. Untuk mengetahui landasan undang-undang tentang transplantasi organ

ii
BAB 2

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian Tranplantasi Organ

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘to transplant’ yang berarti
‘to move from one place to another’ artinya: ‘berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain. Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan,
Pasal 1 ayat 5 dirumuskan pengertian sebagai berikut: Transplantasi adalah
rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan atau jaringan organ
tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ tubuh yang tidak
berfungsi dengan baik.
Dalam kaitan ini, Samil, mendefinisikan transplantasi sebagai pemindahan
suatu jaringan atau organ tertentu dari suatu tempat ke tempat lain dengan kondisi
tertentu. Sementara Notoatmodjo, transplantasi adalah tindakan medis untuk
memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia yang
lain atau tubuhnya sendiri. Dalam dunia kedokteran pencangkokan atau
transplantasi diartikan sebagai pemindahan jaringan atau organ dari tempat yang
satu ke tempat lainnya. Hal ini bisa terjadi dalam satu individu atau dua individu.
Sedangkan Zuhdi, pengertian transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang
mempunyai daya hidup yang sehat, untuk menggantikan organ tubuh yang tidak
sehat dan tidak berfungsi dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa transplantasi
organ tubuh ialah pemindahan (pencangkokan) alat dan atau jaringan tubuh
manusia (hewan) yang masih berfungsi untuk menggantikan organ tubuh resipien
(penerima) yang sudah tidak berfungsi, dalam rangka pengobatan atau upaya
penyelamatan pihak resipien. Transplantasi merupakan upaya terbaik untuk
menolong pasien yang mengalami kerusakan organ tubuh dan menggantikan
dengan organ tubuh dirinya sendiri atau organ tubuh orang lain.

iii
2.2 Tujuan Transplantasi Organ

Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan


sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis
yang tidak dapat berfungsi lagi. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan
untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial
(pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992).
Transplantasi organ ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak
atau tak berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari
donor. Donor organ dapat berasal dari orang yang masih hidup maupun sudah
meninggal dunia. Transplantasi organ tubuh dapat dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, yakni:
1. Pencarian donor yang sesuai
2. Kemungkinan timbulnya risiko akibat pembedahan
3. Pemakaian obat-obat immunosupresan yang paten
4. Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
5. Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian
2.3 Faktor Dilakukannya Transplantasi Organ

Beberapa faktor tertentu dapat mendorong seseorang untuk melakukan


perbuatan menjual organ tubuhnya adalah faktor ekonomi dan kurangnya
pengetahuan tentang bahaya transplantasi organ secara ilegal, faktor inilah yang
dapat menjadi salah satu penyebabnya. Faktor berikutnya adalah faktor ekonomi.
Permasalahan ini sering sekali menjadi pemicu utama terjadinya kasus
perdagangan organ tubuh manusia. Tanggungjawab yang besar untuk menopang
hidup keluarga, keperluan yang tidak sedikit sehingga membutuhkan uang yang
tidak sedikit pula, terlilit hutang yang sangat besar, dan motif-motif lainnya yang
dapat memicu terjadinya tindakan perdagangan organ tubuh. Bahkan sebagian
besar pendonor yang ingin menjual organnya beralasan dapat meningkatkan status
ekonomi mereka dan kurang nya pengetahuan transplantasi organ bahwa manusia
dapat hidup sehat dengan satu ginjal (Baldasaro, 2014).

iv
2.4 Klasifikasi Transplantasi Organ

Terdapat dua hal penting yang mendasari transplantasi, yaitu eksplantasi


dan
implantasi. Eksplantasi adalah usaha mengeluarkan atau mengambil jaringan
atau organ dari donor yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.
Sedangkan implantasi adalah usaha penempatan organ atau jaringan atau
jaringan yang telah yang telah diambil dari tubuh donor untuk ditempatkan
pada tubuh pendonor itu sendiri atau ditempatkan pada tubuh resipient lain.
Berdasarkan jenisnya, transplantasi sendiri dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan kornea mata dan menambal
bibir sumbing. Transplantasi jaringan ini jika tidak dilakukan tidak
membahayakan kelangsungan hidup penderita, tujuannya hanyalah
menyempurnakan kekurangan yang ada.
2. Transplantasi organ, seperti jantung, hati, dan ginjal. Transplantasi ini
dilakukan untuk melangsungkan hidup penderita, karena jika tidak
dilakukan transplantasi maka akan membahayakan kelangsungan hidup
penderita.

Secara medis, dalam dunia kedokteran dikenal tiga kategori transplantasi


dilihat dari sudut penerima organ atau resipien, antara lain:
1. Transplantasi autologous, Pemindahan organ tubuh dari satu bagian ke
bagian tubuh lainnya pada orang yang sama, dalam hal ini donor dan
resipien adalah satu orang yang sama Contohnya, pemindahan kulit paha
ke wajah.
2. Transplantasi homologous, Pemindahan organ tubuh dari satu orang
kepada orang lain. Donor bias dalam keadaan hidup atau dalam keadaan
meninggal. Contohnya adalah donor kornea mata dari orang yang sudah
meninggal.
3. Transplantasi heterologous, Pemindahan organ dari spesies berbeda,
misalnya tulang rawan hewan untuk mengganti katup jantung manusia. 31
4. Xenotransplantation, Pemindahan suatu jaringan atau organ dari spesies
bukan manusia ke tubuh manusia. Contohnya pemindahan organ babi ke
tubuh manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik.

v
5. Transplantasi Domino, Merupakan transplantasi yang telah dilakukan
sejak tahun 1987. Cara kerjanya adalah, donor memberikan jantung dan
parunya kepada resipien, kemudian resipien ini memberikan jantungnya
kepada resipien lain. Biasanya dilakukan pada seseorang dalam kondisi
dimana kedua parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah
mengganti jantung dan paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung dari
penderita ini masih sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan kepada
orang lain yang lebih membutuhkan.
6. Split Transplantation, Terdapat suatu keadaan dimana seorang donor mati
khususnya donor hati, hatinya dapat dibagi untuk dua resipien khususnya
untuk resipien dewasa dan anak. Namun, transplantasi jenis ini tidak
dipilih karena transplantasi keseluruhan organ akan lebih baik.

Berdasarkan sifat pemindahan organ atau jaringan tubuh yang dipindahkan


ke tubuh yang lain, transplantasi dibedakan atas:
a Autograft
Yaitu pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat
lain dalam tubuh pasien sendiri. Misalnya, operasi bibir sumbing, yang
diambil dari pipinya.
b Allograft
Yaitu pemindahan jaringan atau organ dari tubuh ke tubuh yang lain yang
sama spesiesnya, yakni antara manusia dengan manusia. Transplantasi
allograft yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya tinggi antara lain
transplantasi ginjal, dan kornea mata. Di samping itu juga sudah terjadi
transplantasi hati, meskipun keberhasilannya belum tinggi.
c Xenograft
Yaitu pemindahan jaringan atau organ dari satu tubuh ke tubuh lain yang
tidak sama spesiesnya, misalnya antara spesies manusia dengan binatang.
Contoh yang sudah terjadi adalah pencangkokan hati manusia dengan hati
baboon, meskipun tingkat keberhasilannya masih kecil.

vi
2.5 Syarat dan Prosedur Transplantasi Organ

Berdasarkan Deklarasi Geneva tahun 1948, transplantasi organ tubuh


manusia
boleh dilakukan apabila:
1. Transplantasi merupakan upaya terakhir dalam pengobatan
2. Tujuan utamanya bersifat klinis dan bukan eksperimental
3. Pelaksanaanya prosedural dan proporsionalitas yang artinya, tidak
hanya mempertimbangkan kualitas kehidupan tetapimempertimbangkan
juga fisibilitas medis
4. Transplantasi merupakan tindakan medik yang beresiko tinggi, oleh
karena itu tindakan medik transplantasi dilakukan oleh sebuah tim yang
minimal terdiri dari dokter spesialisasi bedah dengan sub spesilisasi.

Selain itu, dapat dilihat juga pada PP 18/1981 bahwa transplantasi dapat
dilaksanakan apabila:
a. Apabila donor hidup, maka calon donor harus sudah diberitahu terlebih
dahulu oleh dokter yang merawatnya mengenai sifat, akibat dan
kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi setelah operasi
serta dokter yang bersangkutan sudah yakin bahwa calon donor telah
mengerti dan menyadari sepenuhnya mengenai hal-hal yang telah
disampaikan oleh dokter yang bersangkutan.
b. Jika donor meninggal dunia, maka dengan persetujuan yang telah dibuat
sendiri oleh donor sebelum ia meninggal dunia dengan disetujui oleh
keluarga yang terdekat. Sebagaimana dalam Pasal 1 Peraturan Menteri
Kesehatan No 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran, yang dimaksud dengan keluarga terdekat adalah suami, istri,
ayah dan atau ibu kandung,anak-anak kandung atau saudara-saudara
kandung.
c. Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas
sesuatu kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
2.6 Risiko Transplantasi Organ

vii
Operasi transplantasi organ juga memiliki beberapa risiko yang mungkin
muncul, seperti:
 Komplikasi dari obat bius yang diberikan
 Perdarahan saat operasi
 Komplikasi setelah operasi, misalnya infeksi
 Peningkatan risiko infeksi akibat konsumsi obat yang harus dikonsumsi
setelah transplantasi
 Penolakan organ oleh tubuh
 Gagal organ

2.7 Landasan UU Tentang Transplantasi Organ


A. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 38 Tahun 2016
Tentang
Penyelenggaraan Transplantasi Organ :
 Pasal 13 dengan inti “ ayat ke-1 bila ada pihak yang bersedia
mendonorkan organ dan tidak menerima imbalan maka diperbolehkan,
ayat ke-2 orang yang memberi donor boleh masih hidup atau sudah
mati batang otak, ayat ke-3 orang yang memberi donor boleh memiliki
hubungan darah atau tidak dengan penerima donor.
 Pasal 14 dengan inti ayat ke-1 orang yang mendonorkan organ nya saat
masih hidup disebut pendonor hidup, ayat ke-2 orang yang
mendonorkan organ nya saat masih hidup hanya boleh memberikan 1
dari ginjal, sebagian dari pankreas, paru-paru dan hatinya.
 Pasal 15 inti dari ayat ke-1 orang yang mendonorkan organnya setelah
dinyatakan mati batang otak disebut pendonor mati batang otak, ayat
ke-2 saat masih hidup pendonor harus sudah teregirtasi di komite
transplantasi nasional, ayat ke-3 yang menyatakan mati batang otak
harus tim dokter yang berbeda dengan tim dokter yang melakukan
transplantasi.
 Pasal 16 inti ayat ke-1 orang yang melakukan donor dan mempunyai
hubungan darah boleh memberikan organ nya untuk penerima donor
tertentu, ayat ke-2 ayah, ibu, anak, dan saudara kandung merupakan
pendonor sedarah.

viii
 Pasal 17 komite transplantasi nasional yang berhak menentukan
penerima donor dari pendonor yang tidak memiliki hubungan sedarah.
 Pasal 18 persyaratan administratif dan medis merupakan syarat untuk
mendaftar sebagai orang yang mendonor.
 Pasal 19 inti dari ayat ke-1 syarat yang dimaksud adalah a. keterangan
sehat, b. Kartu tanda penduduk, c. pernyataan bersedia mendonorkan
organ tanpa imbalan secara tertulis, d. punya argumen memberikan
organ tubuh nya secara cuma-cuma, e. Mendapatkan persetujuan dari
keluarga kandung, f. ada surat tertulis bahwa pendonor sudah
memahami prosedur sebelum, saat dan setelah operasi termasuk segala
resiko yang mungkin terjadi, g. ada surat tertulis bahwa antara pemberi
donor dan yang menerima donor tidak melakukan transaksi apapun,
ayat ke-2 hubungan sedarah antara pemberi donor dan penerima donor
harus dibuktikan dengan surat dari pemerintah daerah yang memiliki
hak.
B. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 53 Tahun 2021
Tentang:
 Peraturan Pemerintah Tentang Transplantasi Organ Dan Jaringan
Tubuh. Bab I Ketentuan Umum
 Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan:
1. Transplantasi adalah pemindahan organ dan jaringan
dari pendonor ke resipien guna penyembuhan
penyakit Can pemulihan kesehatan resipien
2. Organ adalah kelompok beberapa jaringan yang
bekerja sama untuk melakukan fungsi tertentu dalam
tubuh.
3. Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai bentuk
dan faal/fungsi yang sama dan tertentu, yang berdasarkan
kemampuan regeneratifnya terdiri atas jaringan yang
dapat pulih kembali dan jaringan yang tidak dapat pulih
kembali.

ix
4. Pendonor adalah orang yang menlrumbangkan Organ
dan/atau Jaringan tubuhnya kepada resipien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
resipien.
5. Resipien adalah orang yang menerima Organ dan/atau
Jaringan tubuh Pendonor untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan
 Pasal 3
(1) Transplantasi Organ dan/atau Jaringan tubuh dilakukan hanya
untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(2) Organ dan/atau Jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diperoleh dari Pendonor dengan sukarela.
(3) Organ dan/atau Jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

x
BAB 3

KASUS TRANSPLANTASI ORGAN

3.1 Gambaran Kasus


Kasus Transplantasi Ginjal, Penyidik Bakal Panggil Dirut RSSA Malang

Kasus transplantasi ginjal antara dua pasien di Rumah Sakit Saiful Anwar
(RSSA) Malang terus bergulir bak bola salju. Pihak kepolisian setempat mencium
adanya dugaan jual beli ginjal dalam proses transplantasi tersebut. Guna
memperjelas kasusnya, penyidik Polres Malang Kota berencana memanggil Ketua
Tim transplantasi ginjal Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, dokter
Atma Gunawan serta Direktur RSSA, Anwar Restu Kurnia. "Sekarang masih ada
satu yang diperiksa. Dua orang lagi dari RSSA akan segera diperiksa. Ketua Tim
transplantasi dan Dirut pasti dipanggil. Surat akan segera dikirim," ujar Kasubag
Humas Polres Malang Kota, Ipda Ni Made Seruni Marhaeni, Rabu (27/12).
Sejauh ini, pihaknya masih melakukan penyelidikan dan melakukan
pemeriksaan kepada sejumlah saksi. Diantaranya yakni istri Erwin Susilo selaku
penerima donor. Marhaeni menceritakan, kasus tersebut berawal dari proses
transplantasi di RSSA Malang, antara Ita Diana, 41, warga Jalan Wukir Gang 10
RT 2 RW 3, Kelurahan Temas Kota Batu sebagai pendonor dan Erwin Susilo
sebagai penerima donor. Dalam proses penyelidikannya, diduga terjadi jual beli
ginjal sebesar Rp 350 juta yang dijanjikan oleh Erwin kepada Ita. "Ini masih
dalam proses lidik. Sementara baru 1 orang, istri penerima donor (Erwin) hingga
saat ini masih dalam pemeriksaan sejak tanggal 24 lalu," bebernya. Dia
menyampaikan, polisi sedang mendalami dugaan keterlibatan Rumah Sakit dalam
proses transplantasi ginjal ilegal ini. Sebab, berdasarkan penyelidikan, Ita
pendonor ginjal ditawari untuk mendonorkan ginjal bukan menawarkan
ginjal."Dia kan ketemu perawat dimintai nomor telepon dan dihubungi oleh
dokter Rifai (salah satu tim dokter transplantasi). Dokter Rifai menjelaskan ke Ita
bahwa nanti ada yang beli ginjal. Saat ini polisi berusaha menyelesaikan
penyelidikan masing-masing saksi," papar Marhaeni.
Dari informasi yang berhasil dikumpulkan, kasus ini berawal ketika Ita
terlilit utang di sebuah koperasi lantaran bisnisnya terpuruk. Karena putus asa, dia

xi
pun nekat menawarkan ginjalnya dan direspon oleh seorang pria bernama Erwin
Susilo. Sosok Erwin dikenalnya dari seorang pegawai rumah sakit dan dokter di
RS Saiful Anwar Kota Malang. Singkatnya, keduanya pun sepakat. Ginjal Ita
dihargai Rp 350 juta sesuai nominal jumlah utang Ita. Namun, kesepakatan itu
tanpa ada perjanjian di atas kertas. Setelah ginjal diangkat, Ita tak diberi uang
sesuai kesepakatan. Ita mengaku hanya diberi uang Rp 74 juta, lalu dua bulan
berikutnya Rp 2,5 juta dan terakhir Rp 1,5 juta. Karena merasa dirugikan, Ita pun
meminta haknya kepada Erwin. Sayangnya, dia tidak mendapat respon positif,
dan akhirnya masalah ini mencuat di media.
3.2 Pandangan Medis

Transplantasi organ yang diperbolehkan medis apabila pendonor dinyatakan


sehat dan tidak memiliki penyakit apapun. Selain itu, transplantasi yang dilakukan
juga karena ada alasan medis sebagai langkah terakhir dalam pengobatan yang
sebelumnya tidak ada lagi jalan lain selain transplantasi organ. Sesuai AMA Kode
Etik Kedokteran'Pendapat tentang Transplantasi Organ, yaitu:
1. Diskusi penuh mengenai prosedur yang diusulkan dengan donor dan
penerima atau kerabat atau perwakilan mereka yang bertanggung jawab
adalah wajib. Dokter harus memastikan bahwa persetujuan terhadap
prosedur ini sepenuhnya diinformasikan dan bersifat sukarela, sesuai
dengan pedoman Dewan tentang persetujuan berdasarkan informasi.
Ketertarikan dokter dalam memajukan pengetahuan ilmiah harus selalu
diutamakan dibandingkan kepeduliannya terhadap pasien.
2. Untuk menentukan apakah calon donor yang masih hidup merupakan
kandidat yang tepat, tim advokat harus melakukan evaluasi medis yang
lengkap untuk mengidentifikasi risiko serius terhadap kehidupan atau
kesehatan calon donor. Hal ini mencakup evaluasi psikososial terhadap
calon donor untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendiskualifikasi,
mengatasi kebutuhan spesifik dan mengeksplorasi motivasi potensial
untuk menyumbang.
3. Sebelum calon pendonor menyetujui untuk mendonor, tim advokat harus
memberikan informasi mengenai tata cara donasi dan indikasinya, serta
risiko dan potensi komplikasi baik bagi pendonor maupun penerima.

xii
Persetujuan yang diinformasikan untuk donasi berbeda dengan persetujuan
yang diinformasikan untuk operasi pengangkatan organ yang sebenarnya
4. Calon donor harus mempunyai kapasitas pengambilan keputusan, dan
keputusan untuk menyumbang harus bebas dari tekanan yang tidak
semestinya. Calon donor harus menunjukkan pemahaman yang memadai
tentang informasi yang diungkapkan. Sedangkan, dalam kasus, ‘’Kasus
Transplantasi Ginjal, Penyidik Bakal Panggil Dirut RSSA Malang’’, tidak
diungkapkan secara terang mengenai tata penatalaksanaannya. Selain itu,
calon pendonor juga melakukannya karena di atas tekanan bahwa dirinya
terlilit hutang. Selain hal tersebut, tidak ditemukan pula penjelasan dari
tim medis pada kasus tersebut, apakah telah melakukan anamnase terhadap
pihak yang terkait ( calon pendonor).
3.3 Pandangan Moral

Transplantasi organ tubuh dari donor yang masih hidup diperkenankan bila
donasi (pemberian) itu tidak akan mengurbankan atau secara serius merusak
fungsi-fungsi tubuh yang esensial dan bisa diperkirakan bahwa si penerima akan
mendapatkan keuntungan yang proporsional dibandingkan dengan kerugian si
donor. Lebih lanjut harus diperhatikan supaya orang yang akan mendonorkan itu
tetap merasa bebas untuk melakukannya. Dia tidak boleh dipaksa baik langsung
maupun tidak langsung. Demikian juga keuntungan ekonomis tidak boleh menjadi
pertimbangan utama dalam memutuskan untuk memberikan donasi itu.
Donor organ yang kemudian dilanjutkan ke taraf transplantasi organ tubuh
dari seorang donor hidup kepada seorang yang lain, setidaknya ada harus ada
empat persyaratan yang terpenuhi, yaitu: (1) resiko yang dihadapi donor dalam
transplantasi harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan atas diri
penerima; (2) pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius
kesehatan donor atau fungsi tubuhnya; (3) perkiraan penerimaan adalah baik bagi
si penerima, dan (4) donor wajib membuat keputusan dengan penuh kesadaran
dan bebas dengan mengetahui resiko yang mungkin terjadi.
Sedangkan pada kasus yang berjudul, ‘’Kasus Transplantasi Ginjal,
Penyidik Bakal Panggil Dirut RSSA Malang’’, pendonor dan penerima organ
(ginjal) menyalahi prinsip moral berdasar pendonor yang masih hidup karena

xiii
kejadian tersebut berlandaskan utama pada ekonomi. Alasannya karena pendonor
terlilit utang pada pihak koperasi sehingga memilih jalan untuk menjual ginjalnya.
Selain itu, antara pendonor dan penerima organ (ginjal) tidak melakukan
perjanjian di atas kertas, hanya dilakukan mulut ke mulut. Memang benar tidak
ada paksaan dalam pembuatan keputusan tersebut, tetapi tetap saja salah karena
kedua belah pihak tidak melakukan perjanjian keputusan kembali secara tertulis.
3.4 Pandangan Hukum

Sebagaimana dijelaskan pada UU No. 38 Tahun 2016 Pasal 19 terkait syarat


dari seorang pendonor organ yang masih hidup, yaitu: a. keterangan sehat, b.
Kartu tanda penduduk, c. pernyataan bersedia mendonorkan organ tanpa imbalan
secara tertulis, d. punya argumen memberikan organ tubuh nya secara cuma-
cuma, e. Mendapatkan persetujuan dari keluarga kandung, f. ada surat tertulis
bahwa pendonor sudah memahami prosedur sebelum, saat dan setelah operasi
termasuk segala resiko yang mungkin terjadi, g. ada surat tertulis bahwa antara
pemberi donor dan yang menerima donor tidak melakukan transaksi apapun, ayat
ke-2 hubungan sedarah antara pemberi donor dan penerima donor harus
dibuktikan dengan surat dari pemerintah daerah yang memiliki hak.
Sedangkan pada kasus, ‘’ ’Kasus Transplantasi Ginjal, Penyidik Bakal
Panggil Dirut RSSA Malang’’, pendonor inisial I yang membuat janji dengan E,
tidak melakukan persetujuan dalam betuk tertulis antara pendonor dan penerima
sebab mereka melalui perantara E. Selain itu, saudari I melakukan transplantasi
ginjal tersebut juga bukan karena Cuma-Cuma melainkan ada harga yang
disepakati sebelumnya. Walau pada akhirnya saudara E tidak membayar sesuai
nilai yang ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, tentu melanggar hukum yang
berlaku.
Kesimpulannya yakni dalam kasus tersebut melakukan jual-beli organ dan
dilakukan tanpa perjanjian secara tertulis. Dalam hal ini, jika sudah
terjadipraktek jual beli organ, sudah terjadi pula suatu tindak pidana dan
dalam hal ini berlakulah ancaman pidana dalam Pasal 192 UU No. 36Tahun
2009 tentang Kesehatan. Unsur tindak pidana terlihat pada ‘unsur
komersil’.19Praktikitu terlarang bagi tujuan-tujuan komersial. Pelaku dan
seluruh rantai yang terlibat dalam perdagangan organ tubuh pun dapat dikenai

xiv
pasal pidana. Menjadi ironi ketika tranplantasi organ tubuh yang punya
tujuan kemanusiaan malah diperjualbelikan.

xv
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang mempunyai dayahidup
yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medisbiasa, harapan penderita
untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe
mempunyaipermasalahan sendiri, yaitu: Donor dalam keadaan hidup dan sehat,
donordalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera,
donordengan keadaan mati (meninggal dunia).
Syarat di perbolehkannya melakukan transplantasi organ tubuhApabila
pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yangtelah meninggal
secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan dengan syarat: Resipien atau
penerima sumbangan donor, berada dalam keadaandarurat, yang mengancam
jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tetapi
tidak berhasil. pencangkokan tidakakan menimbulkan komplikasi penyakit yang
lebih gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelumnya.
4.2 Saran
1. Untuk calon pendonor, agar mengerti segala resiko dan konsekuensi jika
ingin mendonorkan organnya kepada orang lain, kemudian meminta
pendampingan dari pihak advokasi rumah sakit untuk memastikan
terpenuhinya hak dan kewajiban agar tidak terlibat dalam jual beli organ.
Begitu hal nya dengan calon resipien, untuk memahami hak dan
kewajibannya sesuai Permenkes agar tidak terjerumus dalam tindakan jual
beli organ.
2. Untuk pemerintah, supaya memaksimalkan fungsi lembaga yang
tercantum dalam UU supaya bisa menjalankan tugasnya secara maksimal,
berperan aktif dalam menyiapkan sarana dan prasarana khususnya di
daerah supaya pendaftaran maupun pelaksanaan transplantasi tidak perlu
jauh keluar negeri atau ke pusat.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Lina. (2023). Transplantasi Organ. Hello Sehat. Diakses 11 November


2023 dari https://hellosehat.com/sehat/operasi/mengenal-lebih-jauh-seputar-
transplantasi-organ/

Fatimah, Nur Intan. 2018. TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MANUSIA


DALAM PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN DAN HUKUM ISLAM.
Universitas Lampung: Bandar Lampung

Sakti, Wira Rizki. 2018. TINDAK PIDANA TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH


MANUSIA DITINJAU DARI UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.
Jurnal Hukum Kesehatan, Vol. VI (33)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 53 Tahun 2021 Tentang Kesehatan

American Medical Association Journal of Ethics März 2012, Band 14, Nummer 3:
204-214.

xvii

Anda mungkin juga menyukai