Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDAPAT PARA ULAMA FIQIH SEPUTAR TRANSPLANTASI ORGAN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Masail Fiqih

Dosen Pengampu :

Abu Bakar, M.Pd.I

Oleh:

Sabrina Salsabilla Ali (200101110025)


M. Taqiyuddin Hanif (200101110131)
M. Abdul Jabbar (200101110147)
Maulidi Thoriq (200101110197)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah
memberikan hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Masail Fiqih dengan judul “Pendapat Para Ulama Fiqih Seputar Transplantasi Organ”
ini dengan baik, benar, dan tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita, Nabi besar
Muhamad SAW, yang telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
diridhoi Allah SWT ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abu Bakar, M.Pd.I sebagai
dosen pengampu mata kuliah ini serta kedua orang tua yang selalu mendoakan akan kesuksesan
anaknya dalam menempuh pendidikan sarjana di Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Akhirnya kami sebagai penulis makalah ini berharap pada pembaca untuk memberikan
respon positif serta saran dan kritiknya, yang nantinya dapat menjadikan kemanfaatan bagi kami
dan para pembaca. Sehingga disamping bisa bermanfaat juga punya arti dan diridhoi Allah
SWT. Aamiin.

Malang, 18 November 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................1
C. Tujuan Kepenulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Transplantasi Organ ....................................................................................... 3
B. Macam-macam Transplantasi Organ ...............................................................................4
C. Syarat Transplantasi Organ .............................................................................................. 5
D. Pendapat Ulama Fiqih Mengenai Transplantasi Organ ................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
B. Saran…. . ............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era kemajuan globalisasi saat ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin
canggih dan pesat. Sehingga banyak perubahan-perubahan yang terjadi dan memunculkan
penemuan teknologi modern yang memiliki manfaat untuk kehidupan dan kepentingan
umat manusia khususnya kesehatan. Adapun dari sekian banyak penemuan tersebut yang
tidak kalah penting adalah perkembangan pada bidang kedokteran. Penemuan
menakjubkan yang ditemukan pada bidang ini yakni mengenai praktik transplantasi organ
tubuh manusia.
Pencangkokan organ tubuh pertama kali dilakukan di Mesir sekitar 2000 tahun
sebelum diutusnya Nabi Isa as., telah ditemukan manuskrip yang isinya antara lain uraian
mengenai percobaan-percobaan transplantasi jaringan. Sedangkan di India, seorang ahli
bedah bangsa Hindu telah berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat
siksaan, dengan cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan lemak yang diambil
dari bawah lengannya.
Pada masa Rasulullah pun terdapat peristiwa serupa, yakni operasi plastik dengan
menggunakan organ buatan atau palsu. Sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud, bahwa
kakeknya Arfajah bin As’ad pernah terpotong hidungnya pada perang Kulab, lalu
kemudian ia memasang hidung palsu dari logam perak. Namun, dalam beberapa waktu
kemudian hidungnya tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap karena mulai membusuk.
Sehingga Nabi Muhammad SAW menyuruh untuk memasang hidung palsu yang terbuat
dari logam emas.
Dalam melakukan praktik transplantasi organ tubuh pada manusia memerlukan
pertimbangan yang matang dan kehati-hatian. Sebab transplantasi organ beragam jenisnya
dan semakin berkembang, tidak hanya organ jantung saja. Namun pada cangkok ginjal,
hati, dan beberapa organ lainnya termasuk jaringan tubuh manusia yakni jaringan otot
maupun syaraf. Hal ini pun perlu diperhatikan dari sisi manfaat dan mafsadah-nya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari transplantasi organ?

1
2. Apa saja macam dari transplantasi organ?
3. Apa saja syarat dilakukannya transplantasi organ?
4. Bagaimana pendapat ulama mengenai transplantasi organ?
C. Tujuan Kepenulisan
Tujuan dari disusunnya makalah mengenai hal ini agar pembaca dapat mengerti
dan memahami:
1. Pengertian transplantasi organ
2. Macam-macam transplantasi organ
3. Syarat transplantasi organ
4. Pendapat ulama mengenai transplantasi organ

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transplantasi Organ


Istilah transplantasi berasal dari bahasa inggris yaitu transplantation, yang artinya
pencangkokan. Adapun dalam istilah ilmu kedokteran, transplantasi ialah memindahkan
jaringan atau organ yang berasal dari tubuh yang sama atau tubuh yang lain.1 Hal ini dapat
dilakukan sesama manusia maupun dari binatang.
Menurut Masfuk Zuhdi dalam bukunya masail fiqhiyah, pencangkokan
(transplantasi) ialah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang sehat
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik.2
Sementara menurut Soekidjo transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan
organ atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia lain. Berdasarkan uraian diatas
dapat bahwa transplantasi organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh manusia atau
hewan yang masih berfungsi untuk menggantikan organ yang tidak berfungsi dalam
rangka pengobatan.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait
dengannya, yaitu: Donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih
sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit atau terjadi
kelainan. Resipien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu
dan lain hal, organ tubuhnya harus diganti. Tim ahli, yaitu para dokter ahli yang
menangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada resipien.3
Secara eksplisit tidak ada dalil nas Al-Quran dan Hadis yang menjelaskan atau
menyebutkan tentang transplantasi organ tubuh. Akan tetapi, terdapat dalil-dalil yang
dijadikan dasar hukum transplantasi organ tubuh, antara lain:
َ‫س ِب ْي ِل اللّٰ ِه َو ََل ت ُ ْلقُ ْوا ِبا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَحْ ِسنُ ْوا ۛ ا َِّن اللّٰهَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِس ِنيْن‬
َ ‫َوا َ ْن ِفقُ ْوا ِف ْي‬

1
Lia Laquna Jamali, “Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perpektif Al-Quran”, Diya Aal-Afkar Vol. 7, No. 1,
Juni 2019.
2
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997).
3
M Diyah, “Transplantasi (Pencangkokan) Organ Tubuh Menurut Hukum Islam,” Syarah: Jurnal Hukum
Islam & Ekonomi 10, no. 1 (2021): 113–30.

3
“Berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan,
dan berbuatbaiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Para ulama fiqih klasik sepakat bahwa melakukan transplantasi organ tubuh
manusia dengan organ tubuh manusia lainnya diperbolehkan selama itu tidak
mendapatkan organ lainnya dan menimbulkan kemudharatan. Dan mayoritas para ulama
bahwasannya transplantasi yang dilakukan atas dasar darurat dapat dikategorikan sebagai
tindakan yang mubah. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Swt di dalam surat Al-
An’am ayat 119 :
ُ ‫اض‬
‫ط ِر ۡرت ُ ۡم اِلَ ۡي ِهِؕ َوا َِّن َكثِ ۡي ًرا‬ ۡ ‫ص َل لَـ ُك ۡم َّما َح َّر َم َعلَ ۡي ُك ۡم ا ََِّل َما‬ ۡ ‫و َما لَـ ُك ۡم ا َ ََّل ت َۡا ُكلُ ۡوا ِم َّما ذ ُ ِك َر‬
َّ َ‫اس ُم اللّٰ ِه َعلَ ۡي ِه َوقَ ۡد ف‬
َ‫ُضلُّ ۡونَ بِا َ ۡه َوآ ِٕٮ ِه ۡم بِغ َۡي ِر ِع ۡلم ا َِّن َربَََّ ه َُو ا َ ۡعلَ ُم بِ ۡال ُمۡۡ تَد ِۡين‬
ِ ‫لَّي‬
”Dan mengapa kamu tidak mau memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika
disembelih) disebut nama Allah, padahal Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang
diharamkan-Nya kepadamu, kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa. Dan sungguh,
banyak yang menyesatkan orang dengan keinginannya tanpa dasar pengetahuan.
Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas”.
B. Macam-macam Transplantasi Organ
Pengelompokan berbagai macam transplantasi organ ini terbagi berdasarkan
kondisi masing-masing. Pertama, menurut Kutbuddin Aibak transplantasi berdasarkan
sumber organ cangkok, diantaranya yakni:4
1. Autotransplantasi
Transplantasi ini dilakukan pada individu yang sama, sering disebut
juga transplantasi autolog. Organ yang dapat mengalami autotransplantasi
umumnya kulit, ginjal, pankreas, tulang limpa, dan lain sebagainya.
Transplantasi jenis ini di mana donor dan resipiennya satu individu. Seperti
seseorang yang pipinya dioperasi untuk memulihkan bentuk, maka diambil
daging dari bagian badannya yang lain dalam badannya sendiri.
2. Isotransplantasi
Transplantasi antara dua individu yang genetiknya sama. Jenis ini
umumnya hanya dapat dilakukan dalam eksperimen, misalnya pada tikus
yang diternakkan dengan saudara kandungnya terus-menerus sehigga gen

4
Diyah.

4
yang dimiliki akan semakin mirip. Pada kasus untuk manusia,
isotransplantasi ini digunakan untuk transplantasi organ pada saudara
kembar.
3. Homotransplantasi
Transplantasi ini dilakukan di mana transplantasi antara donor dan
resipiennya merupakan individu yang sama jenisnya (jenis manusia dengan
manusia). Organ yang dapat dicangkok dengan cara ini adalah setiap organ
atau jaringan dengan syarat ada persamaan sistem HLA (human lymphocyte
antigen sytem A) dan ABO pada kedua pihak.
4. Heterotransplantasi
Transplantasi jenis ini adalah kondisi dimana pendonor dan
resipiennya merupakan dua individu berlainan jenis. Seperti transplantasi
yang donornya adalah hewan sedangkaan resipiennya manusia.
Kedua, berdasarkan sifat pemindahan organ atau jaringannya, yakni:5
1. Autograft
Pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat
yang lain dalam tubuh pasien sendiri.
2. Allograft
Pemindahan jaringan atu organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain
dengan sama spesiesnya (manusia dengan manusia).
3. Xenograft
Pemindahan jaringan organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain yang
berbeda spesiesnya (spesies manusia dengan binatang).
C. Syarat-syarat Transplantasi Organ
Sebagian dari ulama memperbolehkannya transplantasi organ. Salah satunya
adalah Yusuf Qardhawi, akan tetapi sifatnya tidak mutlak melainkan bersyarat. Maka dari
itu, tidak dibenarkan mendonorkan sebagian tubuh yang akan meninggalkan darar
setelahnya, tidak pula mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya dalam tubuh,

5
Lia Laquna Jamali, “Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Al-Qur’an,” Diya Al-Afkar: Jurnal Studi
Al-Quran Dan Al-Hadis 7, no. 01 (2019): 113, https://doi.org/10.24235/diyaafkar.v7i01.4531.

5
seperti hati dan jantung.6 Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, apabila hendak
melakukan transplantasi, diantaranya :7
1. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan sehat
Apabila transplantasi organ diambil dari orang yang hidup dan
sehat, maka hukumnya haram. Karena perbuatan itu akan memiliki efek
bagi yang mendonorkan seperti mata atau ginjal. Ia akan menghadapi resiko
dan mendatangkan bahaya dirinya dalam kebinasaan. Pengharaman ini
seperti hadits Rasulullah SAW :
‫َل ضرر وَل ضرار‬
Artinya : “Tidak diperbolehkanya bahaya pada diri sendiri dan tidak boleh
membahayakan diri orang lain” (HR. Ibnu Majah).
Maka dari itu, tidak dibenarkan mendermakan organ tubuh seperti
mata, tangan dan kaki. Karena menimbulkan dharar yang besar pada diri
sendiri. Seseorang harus lebih mengutamakan penjagaan dirinya sendiri
daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan dirinya sendiri
yang berakibat fatal.
2. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan koma
Hukumnya tetap haram. Karena ini sama halnya dengan
mempercepat kematian pendonor. Maka tidak dibenarkan melakukan
transplantasi organ.
3. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan meninggal
Dalam keadaan ini terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi,
diantaranya:8 Penerima donor dalam keadaan darurat, yang dapat
mengancam jiwanya, dan pencangkokan tidak mengakibatkan penyakit
yang lebih gawat.9

6
Yusuf Qardhawi, Fatwa Kontemporer (Jakarta: Mizan, 2000), 759.
7
Maula Sari, “Transplantasi Organ Dalam Al-Quran Perspektif Tafsir Al- Maqasidi,” Substantia: Jurnal Ilmu-
Ilmu Ushuluddin 22, no. 1 (2020): 67.
8
Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer, 127.
9
Jamali, Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Al-Quran, 126.

6
Menurut Fatwa Majelis Ulama’ Indonesia, transplantasi organ atau jaringan tubuh
pendonor hidup kepada orang lain dibolehkan dengan syarat:10
1. Terdapat kebutuhan mendesak yang dibenarkan secara syar’i (Dharurah
Syariah)
2. Tidak ada dharar bagi pendonor karena pengambilan organ dan/atau
jaringan tubuh baik sebagian ataupun keseluruhan
3. Jenis organ tubuh yang dipindahkan kepada orang lain tersebut bukan
merupakan organ vital yang mempengaruhi kehidupan atau kelangsungan
hidupnya
4. Tidak diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali
dengan tranplantasi
5. Bersifat untuk tolong-menolong (tabarru’), tidak untuk komersial
6. Adanya persetujuan dari calon pendonor
7. Adanya rekomendasi dari tenaga kesehatan atau pihak yang memiliki
keahlian untuk jaminan keamanan dan kesehatan dalam proses
transplantasi
8. Adanya pendapat dari ahli tentang dugaan kuat (ghalabatil zhonn) akan
keberhasilan transplantasi organ tersebut kepada orang lain
9. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh dilakukan oleh ahli yang
kompeten dan kredibel
10. Proses transplantasi diselenggarakan oleh negara
D. Pendapat Ulama Mengenai Transplantasi Organ
Hakikatnya tidak ditemukan adanya hukum yang membahas secara jelas tentang
masalah Transplantasi di dalam Al-Quran maupun Hadist, hal ini menyebabkan banyak
ulama yang berijtihad sehingga menghasilkan banyak perbedaan pendapat di kalangan
ulama fiqih. Di bawah ini adalah beberapa pendapat ulama mengenai transplantasi organ.
Imam al-Nawawi salah seorang ulama klasik yang hidup pada pada abad ke VI
dalam karyanya Minhaj al-Talibin menjelaskan bahwa jika seseorang menyambung
tulangnya dengan barang yang najis karena tidak ada barang yang suci maka hukumnya

10
Komisi Fatwa and Majelis Ulama, “FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 13 Tahun 2019 Tentang
TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH DARI PENDONOR HIDUP UNTUK ORANG LAIN,” 2019, 7.

7
udhur (tidak apa-apa). Namun, apabila ada barang yang suci kemudian disambung dengan
barang yang najis maka wajib dibuka jika tidak menimbulkan bahaya.11
Zakariya al-Anshari pada abad IX dalam karyanya Fathu al-Wahhab Sharh Manhaj
al-Tullab (kitab Manhaj al-Tullab merupakan kitab ringkasan dari kitab Minhaj al-Talibin
karya imam al-Nawawi) berpendapat bahwa jika ada seseorang melakukan
penyambungan tulangnya atas dasar butuh dengan tulang yang najis dengan alasan tidak
ada tulang lain yang cocok. Maka hal itu, diperbolehkan dan sah sholatnya dengan tulang
najis tersebut. Kecuali, jika dalam penyambungan itu tidak ada unsur kebutuhan atau ada
tulang lain yang suci selain tulang manusia maka ia wajib membuka (mencabut) kembali
tulang najis tersebut walaupun sudah tertutup oleh daging. Dengan catatan, jika proses
pengambilan tulang najis tersebut aman (tidak membahayakan) dan tidak menyebabkan
kematian.12
Menurut Hasan al-Syazali, Abdus Salam Abdurrohim, Abdurrahman al-Adawi
haram hukumnya pencangkokan organ tubuh manusia, baik dengan ganti rugi maupun
hibah meskipun dalam keadaan terpaksa.13
Syekh Muhammad Mutawalli asy Sya’rawi memiliki pendapat yang sama
mengenai pengharaman segala sesuatu bentuk dari pengambilan atau perdagangan dari
organ tubuh manusia, baik dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan wafat atas dasar
setiap manusia tidak memiliki pertukaran dalam jasadnya baik dalam keadaan hidup
maupun wafat.14
Sedangkan Yusuf Qardhawi, berpendapat yang lain, bahwa apabila orang yang
memanfaatkan organ tubuh itu memberi sejumlah uang kepada donor tanpa persyaratan
dan tidak ditentukan sebelumnya, semata-mata hibah, hadiah dan pertolongan, maka yang
demikian itu hukumnya jaiz (boleh).15
Dari pendapat para ulama di atas tampak bahwa sebagian besar ulama menyatakan
bahwa transplantasi hukumnya jaiz atau dibolehkan jika dalam situasi darurat yaitu tidak
ada lagi alternatif lain yang dapat dilakukan, tapi bisa juga menjadi haram jika dapat

11
Yahya al-Nawawi, Minhaj al-Talibin, Dar al-Fikr, Lebanon 1992, hlm . 190.
12
Zakariya al-Ansari,. Fathu al-Wahhab Sharh Manhaj al-Tullab, vol. 1, Dar al-Fikr, Lebanon, 1998, hlm. 82.
13
Hasan Ali Syazali, Hukmu Naqlul A’dha, Al-Insan fil Fiqhil Islami, Kairo, 2001, hlm. 109.
14
Syekh Muhammad Mutawalli asy Sya’rawi, Fatawa, dalam Majalah Islami edisi 266, Kairo, Tanggal 25
Januari 1987.
15
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Fiqh Kontemporer, Jilid 2, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, 762.

8
menimbulkan marabahaya baik bagi pendonor atau risepien, apalagi organ tubuh yang
ditransplantasi adalah organ tunggal. Adapun beberapa fatwa yang mendukung pendapat
ini, yakni:16
1. Majelis Ulama Indonesia: komisi fatwa dan hukum menyatakan bahwa
seseorang boleh menghibahkan kornea matanya kepada orang lain, baik
semasa ia hidup maupun setelah mati (wasiat) asal tidak membahyakaan si
pendonor.
2. Konfrensi Islam Internasional yang di adakan di Malaysia (April 1996 M).
Dengan hasil tranplantasi manusia boleh asal dalam kondisi yang darurat,
dan jual beli organ tubuh manusia hukumnya haram.
3. Lembaga Fiqh Islam (Dalam rapatnya yang ke-8 di selenggarakan di
Mekkah pada tanggal 19-28 Januari 1985, memutuskan tranpalantasi organ
manusia itu boleh, tapi harus memenuhi 4 syarat, yaitu: tidak menimbulkan
bahaya bagi pendonor, pendonor secara suka rela memberikan organ
tubuhnya, transplantasi tersebut memang untuk pengobatan si sakit dan
adanya indikasi prasangka kuat bawasanya operasi akan berhasil dengan
baik)

16
Ali Ahmad as-Salus, Mausu’ah Alqodoyal Fiqhiyatil Mu’asiroh, Maktabah Darul Qur’an, Kairo, t.t. Hlm.
672.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Transplantasi organ ialah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya hidup
yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik
2. Macam-macam transplantasi organ terbagi ke dalam dua kelompok berdasarkan
sumber organ dan sifat pemindahannya. Berdasarkan sumber organ, yakni
autotransplatasi, isotransplantasi, homotransplantasi dan heterotransplantasi.
Sedangkan berdasarkan sifat pemindahan oragn diantaranya adalah autograft,
allograft dan xenograft
3. Adapun syarat transplantasi organ dilakukan tergnatung kondisi dari donor, dalam
keadaan sehat, koma atau meninggal dunia
4. Sebagian besar ulama menyatakan bahwa transplantasi hukumnya jaiz atau
dibolehkan jika dalam situasi darurat yaitu tidak ada lagi alternatif lain yang dapat
dilakukan, tapi bisa juga menjadi haram jika dapat menimbulkan marabahaya baik
bagi pendonor atau risepien, apalagi organ tubuh yang ditransplantasi adalah organ
tunggal
B. Saran
Mengenai studi lanjutan dari makalah ini penulis menyarankan agar mencari
referensi lebih banyak mengenai topik pembahasan ini. Pada akhirnya, penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aibak. Kajian Fiqh Kontemporer, n.d.

Diyah, M. “Transplantasi (Pencangkokan) Organ Tubuh Menurut Hukum Islam.” Syarah: Jurnal
Hukum Islam & Ekonomi 10, no. 1 (2021): 113–30.

Fatwa, Komisi, and Majelis Ulama. “FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 13
Tahun 2019 Tentang TRANSPLANTASI ORGAN DAN/ATAU JARINGAN TUBUH
DARI PENDONOR HIDUP UNTUK ORANG LAIN,” 2019.

Jamali. Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Al-Quran, n.d.

Jamali, Lia Laquna. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Al-Qur’an.” Diya Al-Afkar:
Jurnal Studi Al-Quran Dan Al-Hadis 7, no. 01 (2019): 113.
https://doi.org/10.24235/diyaafkar.v7i01.4531.

Qardhawi, Yusuf. Fatwa Kontemporer. Jakarta: Mizan, 2000.

Sari, Maula. “Transplantasi Organ Dalam Al-Quran Perspektif Tafsir Al- Maqasidi.” Substantia:
Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 22, no. 1 (2020): 61.
https://doi.org/10.22373/substantia.v22i1.6758.

Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung,
1997.

al-Nawawi, Yahya. Minhaj al-Talibin. Lebanon, 1992

11

Anda mungkin juga menyukai