Anda di halaman 1dari 13

HUKUM TRANSFUSI DARAH DAN

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH

KAPITA SELEKTA HUKUM ISLAM ( IVi )

KELOMPOK II :
MHD HANIF PUTRA ( 210510133 )
FARID ANFADI ( 210510311 )

DOSEN PENGAMPU :
FAUZAH NUR AKSA, S.Ag.,M.H.
FITRI MAGHFIRAH, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, Sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hukum Transfusi Darah
Dan Transplantasi Organ Tubuh pada mata kuliah Kapita Selekta Hukum Islam yang
diampu oleh ibu Fauzah Nur Aksa, S.Ag.,M.H. dan ibu Fitri Mghfirah, S.H.,M.H.
Makalah yang ditulis ini berbicara mengenai apa itu tranfusi darah dan bentuk-bentuk
donor organ tubuh serta hukum tranfusi darah dan transplantasi organ dalam aspek
hukum islam. Makalah ini ditulis dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari
buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada,
hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini.Dapat diakui
secara sadar makalah ini masih banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi
pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya
makalah yang lebih baik.

Lhokseumawe, 15 maret 2023

PENULIS/KEL II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

ABSTRAK/ABSTRACT………………………………………………….

BAB 1 ……………………………………………………………………...

PENDAHULUAN…………………………………………………………

I.LATAR BELAKANG………………………………………………

II.RUMUSAN MASALAH………………………………………......

1. Pengertian dan bentuk bentuk donor organ tubuh ?


2. Hukum transplantasi organ tubuh ?
3. Hukum transfusi darah dan menjual darah ?

III.TUJUAN PENULISAN……………………………………………

1. Memahami apa itu pengertian serta bentuk bentuk donor organ tubuh
2. Mengerti akan hukum transplantasi organ tubuh
3. Memahami hukum dari transfusi darah dan menjual darah

BAB II………………………………………………………………………

PEMBAHASAN……………………………………………………………

I.Pengertian dan bentuk-bentuk donor organ tubuh ………………

II.Hukum transplantasi organ tubuh ………………………………..

III.Hukum transfusi darah dan menjual darah……………………..

BAB III……………………………………………………………………...

PENUTUP…………………………………………………………………..

I. KESIMPULAN……...………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
ABSTRAK

Kemajuan di era serba modern ini mengakibatkan munculnya terobosan terbaru pada
bidang kedokteran. Penemuan baru tersebut berupa praktik transplantasi organ tubuh
pada manusia. Praktik ini merupakan salah satu pengobatan yang berkembang pesat dan
menjadi isu menarik di berbagai kalangan termasuk agama. Hal ini disebabkan
munculnya pemasalahan baru dengan beragam pandangan yang berbeda. Perbedaan
pandangan ini disebabkan beberapa pendapat ulama yang memperbolehkan dan yang
tidak memperbolehkan, tentunya kedua argumen tersebut memilik alasan tersendiri.
Pada praktik transplantasi organ tubuh mencerminkan sikap tolong menolong terhadap
sesama sebagai bentuk kemanusiaan. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri, setiap satu individu dengan individu lainnya tentu saling
membutuhkan dan berawal dari hal tersebut timbul kesadaran untuk saling tolong
menolong.
ABSTRACT

Advances in this modern era have resulted in the latest breakthroughs in the field of
medicine. The new discovery comes in the form of the practice of human organ
transplantation. This practice is one of the fastest growing treatments, and Becomes an
interesting question in various fields including religion. This is due to the emergence of
new issues from a variety of different perspectives. This difference of opinion is caused
by several opinions of scholars who are allowed and who are not, and of course there is
truth in both accounts. The practice of organ transplantation embodies a human attitude
of mutual assistance. Because human beings are social animals and cannot live alone,
each individual and other individuals must need each other, thus creating a sense of
mutual help.
1

Abul Fadl Mohsin Ebrahim. 2001, Fikih Kesehatan, Cloning, Euthanasia, Transfusi
1

Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada Hewan. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah menyebabkan Perubahan besar telah
terjadi dalam kehidupan sosial, terutama di Pengobatan berbagai penyakit yang sulit
diobati pada tahap awal atau proses. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kedokteran, di mana beberapa terobosan telah dilakukan Pengolahan dan hasilnya
semakin memuaskan konsumen.
Kemajuan dalam kedokteran tidak dapat dicapai tanpa peningkatan Jenis penyakit
yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan Meneliti dan bereksperimen dan menciptakan
berbagai teknologi, penyakit yang dulu sulit diobati menjadi mudah diobati atau bahkan
mendekati kesembuhan sempurna. Teknologi saat ini Kedokteran berkembang pesat.
Salah satunya adalah kemajuan dalam teknologi transplantasi organ. transplantasi organ
adalah Teknologi Medis untuk Mengganti Organ Pasien Tanpa Organ Bekerja sama
dengan organ individu lainnya. Karena transplantasi berhasil Donor ginjal dari donor
untuk pasien gagal ginjal untuk pertama kalinya 1954.
Islam merupakan agama wahyu terakhir yang diturunkan Allah untuk umat
manusia dan bersifat sempurna. Sebagai agama yang terakhir dan sempurna, Islam
membawa ajaran yang lengkap mencakup segala aspek kehidupan. Tidak ada satu
pun aspek dari permasalahan hidup dan kehidupan umat manusia yang lepas dari
perhatian Islam. Salah satu aspek kehidupan yang sangat penting adalah kesehatan.
Islam telah menetapkan dasar-dasar konsepsional sebagai pedoman bagi umatnya
untuk meningkatkan, memelihara dan memulihkan kesehatan.

Afifuddin
2
Muhajir, 2010. Metodologi Kajian Fiqh, Sukorejo:
Ibrahimy Press.
II. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian dan bentuk bentuk donor organ tubuh ?


2. Hukum transplantasi organ tubuh ?
3. Hukum transfusi darah dan menjual darah ?

III. TUJUAN PENULISAN


4. Memahami apa itu pengertian serta bentuk bentuk donor organ tubuh
5. Mengerti akan hukum transplantasi organ tubuh
6. Memahami hukum dari transfusi darah dan menjual darah
BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK DONOR ORGAN TUBUH

Istilah transplantasi berasal dari bahasa Inggris transplantation, bentuk noun dari
kata kerja to transplant, yang artinya pencangkokan (jantung kulit). Sedangkan dalam
kamus The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, A.S Homby dan
Gatenby E.V., mengartikan tranplantasi dengan “ to move from one place to another”
(memindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Adapun dalam istilah Ilmu Kedokteran,
tranplantasi adalah memindahkan jaringan atau organ yang berasal dari tubuh yang
sama atau tubuh yang lain.
Adapun yang dimaksud dengan organ adalah kumpulan jaringan yang mempunyai
fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu,
seperti jantung, hati, dan lain-lain. Sedangkan tujuan transplantasi (pencangkokan)
jaringan atau organ adalah sebagai usaha terakhir pengobatan bagi orang yang
bersangkutan, setelah berbagai usaha pengobatan lain yang dilakukan mengalami
kegagalan. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi manusia, seperti
pencangkokan jantung, hati, ginjal dan lain sebagainya.
Berdasarkan sifat pemindahan organ atau jaringan tubuh yang dipindahkan ke tubuh
yang lain, transplantasi dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Autograft, ialah pemindahan
organ jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat yang lain dalam tubuh pasien
sendiri. Contohnya: Operasi bibir sumbin; 2) Allograft, ialah pemindahan jaringan atu
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain dengan sama spesiesnya (manusia dengan
manusia). Contohnya: Transplantasi ginjal dan kornea mata; 3) Xenograft, ialah
pemindahan jaringan organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain dengan berbeda spesies
(spesies manusia dengan binatang).

Mahmud, 1998, al-Madkh ila al-Qawaid al-Fiqhiyyah al-Kulliyah, Yordania: Dar


3

Amar.
II. HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH

Terdapat beberapa pandangan mengenai hukum transplantasi organ tubuh manusia


dari berbagai kalangan, Para ulama fiqih klasik sepakat bahwa melakukan transplantasi
organ tubuh manusia dengan organ manusia lainnya diperbolehkan selama tidak
mendapatkan organ lainnya dan menimbulkan kemudharatan. Al-Nawawi berpendapat
bahwa apabila seseorang menyambung tulangnya dengan barang najis dikarenakan
tidak ada barang yang suci, maka hukunya diperbolehkan. Namun, apabila ada
barang suci kemudian disambung dengan barang najis maka hukumnya wajib dibuka
jika tidak menimbulkan bahaya.
Zakariya al-Ans ari pun sependapat dengan pendapat al-Nawawi dalam kitabnya
Fathu al-Wahhab Syarh Manhaj al-Thullab20 bahwa seseorang yang melakukan
penyambungan tulang atas dasar kebutuhan yang mendesak dengan tulang yang najis
disebabkan tidak adanya tulang lain yang cocok, maka hal itu diperbolehkan dan sah
shalatnya. Terkecuali apabila tidak ada kebutuhan yang mendesak atau ada tulang lain
yang suci maka wajib membukanya walaupun sudah tertutup oleh daging. Dengan
catatan, proses pengambilan aman dan tidak menimbulkan bahaya serta kematian.
Mayoritas Ulama yang memperbolehkan transplantasi mendasarkan pendapat
mereka pada argumentasi berikut:

1. Transplantasi yang didasari untuk perbaikan Manusia adalah makhluk yang


memiliki kehendak atas apa yang berkaitan dengan tubuhnya. Meskipun
manusia bukanlah pemilik hakiki organ tubuhnya, tetapi Allah telah memberikan
kepada manusia hak untuk menggunakan dan memanfaatkannya selama tidak
mengakibatkan kerusakan, kebinasaan dan kematian. Hal ini sebagaimana
firman Allah dalam surat an- Nisaa’ ayat 29 dan surat al-Baqarah ayat 95. Oleh
karena itu, jika seseorang mendonorkan organ atau jaringan tubuhnya yang tidak
vital dan juga tidak mencelakakan dirinya, maka ia telah menyelamatkan nyawa
orang lain untuk memperbaiki organ tubuh resipien (penerima). Hal ini
merupakan tindakan yang sangat terpuji.

Adib, Mohammad. “Tranplantasi Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Ditinjau Dari Segi Pidana Dan Perdata.”
Justicia Journal 5, No. 1 (1 Agustus 2016): 1–9.
2. Transplantasi yang didasari kedaruratan Bahwasannya transplantasi yang
dilakukan atas dasar darurat (keterpaksaan) dapat dikategorikan sebagai tindakan
yang mubah (boleh). Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-An’am
ayat 119; “Dan mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang
halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya
Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan
(dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu
mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Rabbmu, Dia- lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang melampaui batas.”

3. Transplantasi yang didasari sebagai kebutuhan Seseorang yang mendonorkan


organ tubuhnya untuk menyelamatkan kehidupan resipien yang sangat
membutuhkan, merupakan perbuatan saling tolong-menolong dalam hal
kebaikan dan sangat dianjurkan oleh Islam. Sebagaimana firman Allah dalam

surat al-Ma’idah ayat 2; “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam dalam berbuat dosa dan
permusuhan.”
Dapat disimpulkan bahwa perintah tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan
dan taqwa adalah termasuk pokok-pokok petunjuk sosial dalam al- Qur’an. Karena, ia
mewajibkan kepada manusia agar saling memberi bantuan satu sama lain dalam
mengerjakan apa saja yang berguna bagi umat manusia, baik pribadi maupun kelompok,
baik dalam perkara agama maupun dunia, juga dalam melakukan setiap melakukan
perbuatan taqwa, yang dengan itu mereka mencegah terjadinya kerusakan dan bahaya
yang mengancam keselamatan mereka.

Pada konteks ini sikap tolong-menolong diterapkan dalam hal menyelamatkan nyawa
seseorang yakni dengan melakukan transplantasi organ. Sikap inilah yang sangat
ditekankan karena merupakan hal penting dalam kehidupan sosial bermayarakat.
Seseorang yang mendonorkan organ tubuhnya kepada orang yang membutuhkan,
tentunya hal ini dilakukan dengan pemikiran yang matang sehingga tidak menimbulkan
dampak yang merugikan bagi pendonor dan resipien (penerima). Tolong-menolong
merupakan bentuk kemanusiaan terhadap sesama. Karena manusia adalah makhluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Antara satu individu dengan individu lainnya
tentu saling membutuhkan dan berawal dari hal tersebut timbul kesadaran untuk saling
bantu membantu dan tolong menolong. Tidak mungkin seseorang dapat bertahan hidup
sendirian tanpa bantuan pihak lain. Hal ini pun sebagaimana telah diperintahkan Allah
kepada seluruh hamba- Nya. Bahwa Allah Swt. mengajak untuk saling tolong-
menolong dalam kebaikan dengan beriringan ketakwaan kepada-Nya. Sebab dalam
ketakwaan,
terkandung ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai.
Barang siapa memadukan antara ridha Allah dan ridha manusia, sungguh
kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.

III. HUKUM TRANSFUSI DARAH DAN MENJUAL DARAH

Pada dasarnya ada dua faktor yang mengharuskan tranfusi darah. Pertama,
karena kekurangan darah, dan kedua, karena tubuh kekurangan unsur-unsur
penting dalam darah. Pergantian darah (takhalluf ad- Dam), itulah yang akan dirasakan
jika melakukan donor darah, sebab setiap tetes darah yang disumbangkan tidak
hanya dapat memberikan kesempatan hidup bagi orang lain tetapi juga
memberikan manfaat kesehatan bagi pendonornya. Manfaat yang bisa
dieperoleh antara lain adalah menjaga kesehatan jantung, meningkatkan
produksi sela darah merah, membantu penurunan berat badan, dan
mendeteksi penyakit serius.
Secara prinsip, Donor Darah merupakan amal mulia yang dapat menyelamatkan
nyawa banyak orang. Tragedi kemanusiaan beruntun berupa bencana tsunami di Aceh,
gempa yang diikuti tsunami Bantul DIY, air bah Situ Gintung, ratusan bahkan ribuan
peristiwa semacam itu hampir tiap hari terjadi. Kecelakaan, bencana dan
tragedi kemanusiaan lainnya hampir pasti membutuhkan bantuan dan
ketersediaan darah yang memadai. Peristiwa-peristiwa semacam itu
semestinya menggugah perasaan dan semangat solidaritas kemanusiaan.4

https://ejurnalqarnain.stisnq.ac.id/index.php/AI/article/download/13/1/41
4

Widya Wicaksana, Lima Manfaat Donor Darah, www.JawaraShop.com, 26


Agustus 2011
Donor darah dalam kondisi ikhtiyar (normal) memiliki dua hukum, yaitu haram dan
boleh. Sementara dalam kondisi darurat, mereka sepakat akan kebolehannya. Mereka
yang mengharamkan berargumen karena darah adalah bagian dari tubuh manusia dan
jika donor dilakukan maka berarti manusia sudah mengubah ciptaan Allah, menentang
ajaran agama sebab manusia bukan pemilik dari tubuh mereka sendiri, melainkan milik
Allah dan karena darah dapat memudharatkan. Adapun argumentasi-argumentasi
mereka yang membolehkan antara lain adalah karena darah mengalami takhalluf
(pergantian), tidak membahayakan pada pendonor, tidak sampai menghilangkan
anggota badan, dan karena alasan darurat.
Hukum menjual darah baik kepada personal maupun kepada yayasan atau bank
tidak diperbolehkan karena mendonorkan darah haruslah dengan tujuan menolong
oranglain dan dengan ikhlan. karena besar sekali manfaatnya bagi manusia guna
menolong jiwa sesama manusia yang memerlukan transfusi darah karena operasi,
kecelakaan, dan kebutuhan darurat lainnya.

BAB III

M. Ali Hasaan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada masalah-masalah


kontemporer Hukum Islam
PENUTUP
I. KESIMPULAN

Istilah transplantasi berasal dari bahasa Inggris transplantation, bentuk noun dari
kata kerja to transplant, yang artinya pencangkokan (jantung kulit). Sedangkan dalam
kamus The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, A.S Homby dan
Gatenby E.V., mengartikan tranplantasi dengan “ to move from one place to another”
(memindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Adapun dalam istilah Ilmu Kedokteran,
tranplantasi adalah memindahkan jaringan atau organ yang berasal dari tubuh yang
sama atau tubuh yang lain.
Mayoritas Ulama yang memperbolehkan transplantasi mendasarkan pendapat
mereka pada argumentasi berikut:
- Transplantasi yang didasari untuk perbaikan Manusia
- Transplantasi yang didasari kedaruratan Bahwasannya transplantasi yang
dilakukan atas dasar darurat (keterpaksaan) dapat dikategorikan sebagai tindakan
yang mubah (boleh).
- Transplantasi yang didasari sebagai kebutuhan Seseorang yang mendonorkan
organ tubuhnya untuk menyelamatkan kehidupan resipien yang sangat
membutuhkan ( tolong-menolong )
Secara prinsip, Donor Darah merupakan amal mulia yang dapat menyelamatkan nyawa
banyak orang, serta harus atas dasar keikhlasan dan niat tolong menolong dan tidak
diperjual belikan.

DAFTAR PUSTAKA
Abul Fadl Mohsin Ebrahim. 2001, Fikih Kesehatan, Cloning, Euthanasia,
Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada Hewan. Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta.
Afifuddin Muhajir, 2010. Metodologi Kajian Fiqh, Sukorejo:
Ibrahimy Press.
Mahmud, 1998, al-Madkh ila al-Qawaid al-Fiqhiyyah al-Kulliyah, Yordania:
Dar Amar.
Adib, Mohammad. “Tranplantasi Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Ditinjau Dari Segi Pidana Dan Perdata.”
Justicia Journal 5, No. 1 (1 Agustus 2016): 1–9.
https://ejurnalqarnain.stisnq.ac.id/index.php/AI/article/download/13/1/41
M. Ali Hasaan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada masalah-masalah
kontemporer Hukum Islam
Widya Wicaksana, Lima Manfaat Donor Darah, www.JawaraShop.com, 26
Agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai