KEPENTINGAN TRANSPALASI
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh
Dosen Pengampu: Prof. Dr. La Jamaah, M.HI
Disusun Oleh:
Kelompok V
Maqatita Rumbaroa
Ali Hanafi
2022
0
A. Latar Belakang
Wasiat adalah amanah yang diberikan seseorang menjelang ajalnya atau dia
membuat dan berwasiat dalam keadaan sedang sehat, artinya bukan ketika
menjelang ajal. Wasiat dapat dipandang sebagai bentuk keinginan pemberi wasiat
yang di tumpahkan kepada orang yang diberi wasiat. Oleh karena itu tidak semua
wasiat berbentuk harta. Adapula wasiat yang berkaitan dengan hak kekuasaan
yang akan di jalankan sesudah ia meninggal dunia, misalnya seorang berwasiat
kepada orang lain supaya mendidik anaknya kelak membayar utangnya, atau
mengembalikan barang pinjamannya sesudah si pemberi wasiat itu meninggal
dunia. Islam sangat menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik yang hidup
maupun yang mati. Sebab manusia memiliki banyak kelebihan, yang tidak
dimiliki makhluk lainnya. Manusia di karuniai postur tubuh yang sempurna, akal
yang cerdas dan kemampuan untuk mengatur alam semesta ini. Maka wajar jika
Allah memuliakan manusia atas mahkluk lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, penemuan-penemuan revolusioner di
berbagai bidang kehidupan mewarnai sejarah perjalanan masa. Salah satunya
adalah penemuan transplantasi yang membawa perubahan besar di bidang
kesehatan. Transplantasi merupakan pemindahan suatu jaringan atau organ
manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Transplantasi adalah Pemindahan jaringan tubuh dari satu
tempat ke tempat lain (seperti menutup luka yang tidak berkulit dengan jaringan
kulit dari bagian tubuh yang lain).1
Transplantasi organ tubuh yang menjadi pembicaraan waktu ini adalah: mata,
ginjal, dan jantung, karena ketiga organ tubuh tersebut sangat penting fungsinya
untuk manusia, terutama sekali ginjal dan jantung. Mengenai donor mata pada
dasarnya dilakukan, karena ingin membagi kebahagiaan kepada orang yang belum
pernah melihat keindahan alam ciptaan Allah ini, ataupun orang yang menjadi
buta karena penyakit.2
Pada awal tahun 1990-an beberapa transplantasi organ besar menjadi suatu
rutinitas pada pusat-pusat medis besar. Penghambat utama untuk melakukan lebih
1
Lamyarni Sardy, Fisika Kedokteran Teknologi Tubuh Manusia (Cet. 1; Jakarta: CV. Sagung Seto,
2009), h. 188.
2
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah ( cet. 1; Ciputat, 1995), h. 121.
1
banyak transplantasi organ adalah kurangnya pendonor orang yang cocok.
Sebagian besar transplantasi memerlukan donor yang sudah meninggal.
Transplantasi jantung, hati, paru-paru, pankreas hanya dapat dilakukan jika
donor sudah meninggal. Transplantasi ginjal juga dapat diambil dari donor yang
sudah menjadi jenazah.
Transplantasi merupakan cara atau upaya medis untuk menggantikan organ
tubuh atau jaringan yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik. Pada dasarnya
transplantasi bertujuan sebagai usaha terakhir pengobatan bagi orang yang
bersangkutan, setelah pengobatan bagi orang yang bersangkutan, setelah usaha
pengobatan dengan cara lainnya mengalami kegagalan.
Sebagaimana seseorang tidak boleh mempergunakan tubuhnya dengan
sekehendaknya sendiri pada waktu ia hidup dengan melenyapkannya dan
membunuhnya, maka ia juga tidak boleh mempergunakan sebagian tubuhnya jika
sekiranya menimbulkan mudarat (bahaya) bagi dirinya.3
Walaupun tubuh merupakan titipan dari Allah, tetapi manusia diberi
wewenang untuk manfaatkan dan mempergunakan sebagaimana harta. Harta pada
hakikatnya milik Allah. Sebagaimana manusia boleh mendermakannya, maka
diperkenankan juga seseorang mendermakan sebagian tubuhnya untuk orang lain
yang memerlukannya. Hanya saja, manusia boleh mendermakan atau
memperbelanjakan seluruh hartanya, Tetapi tidak boleh mendermakan seluruh
anggota badannya, bahkan ia tidak boleh mendermakan dirinya (mengorbankan
dirinya) untuk menyalamatkan orang sakit dari kematian, atau dari kehidupan
yang sengsara.4
Adapun dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang
terkait dengannya: Pertama, donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ
tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang organ
tubuhnya menderita sakit, atau terjadi kelainan. Kedua, resipien, yaitu orang yang
menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan lain hal, organ tubuhnya
harus diganti. Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi
transplantasi dari pihak donor kepada resipien.5
3
Kartono Mohamad, Teknologi Kedokteran Dan Tantangannya Terhadap Bioetika (Cet. 1; Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 93
4
Cecep Trtiwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan (Cet. 1; Yogyakarta: Nuha Medika, 2014), h. 183-185.
5
Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan (Cet. 1; Jakarta: Amzah, 2007), h. 289-290.
2
Selain itu dalam hukum transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan telah
meninggal, yaitu jika mengambil organ tubuh donor (jantung, mata, atau ginjal)
yang sudah meninggal secara yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu
dibolehkan menurut pandangan hukum Islam, dengan syarat bahwa resipien
(penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang mengancam
jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara
optimal, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan qaidah fiqhiyah: “Darurat akan
membolehkan yang diharamkan.”Juga berdasarkan qaidah fiqhiyah: “Bahaya itu
harus dihilangkan”. Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak
akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan
keadaan sebelumnya. Di samping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli
warisnya untuk menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin
dari ahli warisnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah pokok
pembahasan yaitu, Bagaimana Wasiat Transplantasi Organ Tubuh Menurut
Perspektif Hukum Islam.
Agar pembahasan skripsi ini terfokus pada permasalahan maka penulis
merumuskan beberapa masalah yang perlu mendapat pembahasan dan pemecahan
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat dalam wasiat transplantasi organ tubuh ?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap transplantasi organ tubuh ?
6
Kartono Mohamad, Teknologi Kedokteran Dan Tantangannya Terhadap Bioetika (Cet. 1; Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 93.
4
metabolism organ masih berjalan dengan baik dan belum mengalami kematian
(nekrosis). Hal ini akan berkaitan dengan isu mati kinis dan informed-consent.
Perlu adanya saksi yang disahkan secara hukum bahwa organ seseorang atau
keluarganya didonorkan pada keluarga lain agar dikemudian hari tidak ada
masalah hukum.
Terdapat dua hal penting yang mendasari tindakan transplantasi, yakni
eksplantasi dan implentasi. Eksplentasi adalah usaha mengeluarkan atau
mengambil jaringan atau organ dari donor yang masih hidup ataupun jaringan
yang telah diambil dari tubuh donor untuk di tempatkan pada tubuh pendonor
itu sendiri atau ditempatkan pada tubuh resipient lain.
Selain itu, ada dua hal penting yang dapat menunjang keberhasilan
tindakan transplantasi, yaitu adaptasi donasi yakni usaha serta kemampuan
pendonor hidup untuk menyesuaikan diri dengan kekurangan jaringan atau
organnya secara psikis maupun psikologis, dan adaptasi resipien yakni usaha
atau kemampuan tubuh resipien untuk dapat menerima atau menolak organ
atau jaringan yang baru pada tubuhnya untuk mengganti organ tubuh yang
sudah tudak berfungsi dengan baik.
5
tujuan kemanusian dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33
ayat 2 UU 23/1992). Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau
jaringan tubuh merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa sehingga dilarang
untuk dijadikan objek untuk mencari keuntungan atau komersial. Transplantasi
pada dasarnya bertujuan untuk: Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya
kebutaan, kerusakan jantung, hati dan ginjal pemulihan kembali fungsi suatu
organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama
sekali tidak terjadi kesakitan biologis contohnya bibir sumbing.
Ditinjau dari segi tingkatan tujuannya, ada tingkat dihajatkan dan tingkat
darurat.
1. Tingkat dihajatkan merupakan transplantasi pengobatan dari sakit atau
cacat, apabila tidak dilakukan dengan pencangkokan tidak akan
menimbulkan kematian, seperti transplantasi kornea mata dan bibir
sumbing.
2. Tingkat darurat merupakan transplantasi sebagai jalan terakhir, apabila
tidak dilakukan akan menimbulkan kematian, seperti transplantasi ginjal,
hati dan jantung.8
6
suplai darah. Carrel terus melakukan reset terhadap transplantasi organ dan
kemudian menemukan mesin yang dapat menjaga organ tetap hidup diluar
tubuh selama transplantasi berlangsung. Carrel mendapatkan Nobel Prize
untuk kedokteran tahun 1912.
2) Transplantasi kornea mata (1905).
Pertama kali dilaporkan transplantasi kornea mata terjadi Olmust, Moravia,
bulan Desember 1905. Pada tanggal 7 Desember 1905 melakukan pertama
kali transplantasi kornea terhadap pekerja yang buta akibat kecelakaan
sebelumnya. Setelah beberapa jam operasi pekerja tersebut dapat melihat
kembali untuk seumur hidupnya. Operasi ini membuktikanbahwa
transplantasi dapat berhasil dilakukan. Saat ini lebih dari 2400 transplantasi
mata dilakukan setiap tahunnya. Transplantasi mata merupakan hal yang
unik karena tidak membutuhkan suplai darah untuk tetap hidup dan kornea
mata dapat didonasikan hingga 24 jam setelah kematian dan dapat
dilakukan semua orang dengan berbagai umur.
3) Transfusi darah (1918)
Selama perang dunia 1, transfuse darah menjadi semakin dikuatkan telah
menyelamatkan banyak nyawa operasi menjadi mungkin untuk pertama
kalinya. Ada banyak usaha transfusi ynag tidak berhasil dalam ratusan
tahun tetapimereka selalu gagal. Dengan golongan darah dan
pengembangan anti pembekuan, darah dapat ditransfusi dengan hasil yang
jauh lebih baik dari sebelumnya,selama perang dunia 1, tentara harus
menggunakan teknologi ini untuk membuat “dapur darah” sebagai tempat
penyimpangan, ini merupakan bentuk awal dari bank darah.
4) Transplantasi ginjal (1954)
Dapat melanjutkan kehidupannya hanya dengan satu ginjal. Keberhasilan
sesungguhkan yaitu pertamakalinya dalam transplantasi ginjal dilakukan
oleh Dr. Joseph Murray dan Dr. David Hume, Brigham Hospital, Boston,
Massachussetts. Teknik kedokteran yang terus berlanjut ini telah berhasil
menyelamatkan lebih dari 400.000 nyawa diseluruh dunia. Dr. Joseph
Murray dan timnya menstransplantasikan ginjal dari Ronald Herrick kepada
saudara kembarnya yang sekarat Richard. Operasi tersebut menyelamatkan
nyawa saudara kembarnya. Ginjal biasanya didonorkan pada saat pendonor
7
meninggal, akan tetapi 1/3 biasanya pada saat pendonor hidup, dan
pendonor ini.
5) 1967, Keberhasilan pertama transplantasi paru-paru oleh Dr. James Hardy,
Universitas of Mississippi Medical Centre, Jakson, MS
6) 1967, keberhasilan transplantasi hati oleh Dr. Thomas Starzl, University of
Colorado, Dencer, CO.
7) 1967, Keberhasilan pertama transplantasi jantung oleh Dr. Chirstian
Barnard, Groote Schurr Hospital, South Africa.
8) 1983, FDA menyetujui Cyclosporine, yang merupakan zat anti penolakan
yang paling berhasil.
9) 1988, FDA menyetujui viaspan yang merupakan media pengawet organ
yang didonorkan.
10) 1988, Keberhasilan pertama transplantasi usus kecil.
11) 1989, Keberhasilan pertama transplantasi hati donor hidup sedarah.9
12) 1990, Keberhasilan pertama transplantasi paru donor hidup sedarah.
13) 1992, hati baboon ditransplantasikan ke manusia yang sekarat karena
kegagalan hati.
1) Autograft.
Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat
lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan
pada jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat berregenerasi
kembali. Sebagian contoh skin graft pada penderita luka bakar, dimana
kulit donor berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian
kulit yang rusak akibat mengalami luka bakar. Kemudian dalam operasi
bypass karena penyakit jantung coroner.
2) Isograft.
Termasuk dalam autograpt adalah syngraft atau isograft yang merupakan
prosedur transplantasi yang dilakukan antara dua orang yang secara genetic
sintetik. Transplantasi model ini juga selalu berhasil, kecuali jika ada
9
Cecep Trtiwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan (Cet, 1; Yogyakarta: Nuha Medika, 2014), h.186-188.
8
permasalahan teknis selama operasi. Transplantasi pertama ginjal yang
dilakukan pada tahun 1954 merupakan operasi transplantasi syngraft
pertama antara kembar identik.
3) Allograft.
Allograft adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan jantung dari
seseorang yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih
hidup Kebanyakan sel dan organ manusia adalah allografts.
4) Xenotransplantation.
Xenotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari
species bukan manusia kepada tubuh manusia. Contohnya pemindahan
organ babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ manusia yang telah
rusak atau tidak berfungsi baik.
5) Domino Transplantation.
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun 1987. Donor
memberikan organ jantung dan parunya kepada penerima donor, dan
penerima donor ini memberikan jantungnya kepada penerima donor yang
lain. Biasanya dilakukan pada penderita “cystic fibrosis” (hereditary
disease) dimana kedua parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah
untuk mengganti jantung dan paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung
dari penderita ini masih sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan
kepada orang lain yang membutuhkan.
6) Transplantation split
Kadang kala donor mati khususnya donor hati yang hatinya dapat dibagi
untuk dua penerima, khususnya dewasa dan anak, akan tetapi transplantasi
ini tidak dipilih karena transplantasi keseluruhan organ lebih baik.10
9
Dalam 2 dasa warsa terakhir ini telah pula dikembangkan teknik
transplantasi seperti transplantasi arteria mamaria interna dalam operasi
lintas coroner oleh George E. Green, dan transplantasi sel-sel subtansia
nigra dari bayi yang baru meninggal kepada pasien penyakit Parkinson.
Semua upaya dalam bidang transplantasi tubuh, jaringan dan sel manusia
itu tentu memerlukan peninjauan dari sudut hokum dan etika kedokteran.11
11
Wildan.http://www.wildan-archibald.blogspot.co.id/makalah-ushul-fiqih-transpaltasi-organ. html (31
Mei 2022).
10
lainnya yang menderita gagal ginjal dapat dibenarkan syara'. ''Bahkan
terpuji dan berpahala bagi yang melakukannya,'' kata dia. Menurutnya,
Islam tak membatasi sedekah pada harta semata-mata, bahkan semua
kebaikan merupakan sedekah. ''Maka mendermakan sebagian organ tubuh
termasuk kebaikan (sedakah),'' ujar Syekh al-Qaradhawi.
b. Tidak boleh jika akan menimbulkan bahaya. Mendonorkan organ tubuh
kepada orang lain ada syaratnya. Seseorang menjadi tak boleh
mendonorkan organ tubuhnya, jika akan menimbulkan bahaya, kemelaratan
dan kesengsaraan pada dirinya. ''Oleh karena itu, tidak diperkenankan
seseorang mendonorkan yang cuman satu-satunya seperti hati atau jantung,
karena tak akan mungkin hidup tanpa organ tersebut,'' tegas Qardhawi.
c. Tidak boleh diperdagangkan. Mendonorkan organ tubuh boleh dilakukan
kepada orang Muslim dan non-Muslim, kecuali pada kafir harbi yang
memerangi umat Islam. Qardhawi pun melarang seorang Muslim menjual
organ tubuhnya. Sebab, kata dia, tubuh manusia itu bukanlah harta yang
dapat dipertukarkan dan ditawar-tawarkan, sehingga organ manusia
menjadi obyek perdagangan dan jual-beli.
2. MUI (Majelis Ulama Indonesia)
a. Dibolehkan jika mendesak. Para ulama di Tanah Air dalam forum Ijtima
Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III Tahun 2009, telah menetapkan;
hukum melakukan transplatasi kornea mata kepada orang yang
membutuhkan adalah diperbolehkan, apabila sangat dibutuhkan dan tidak
diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkan.
b. Manusia bukan pemilik organ. ''Pada dasarnya, seseorang tak mempunyai
hak untuk mendonorkan anggota tubuhnya kepada orang lain, karena ia
bukan pemilik sejati atas organ tubuhnya. Akan tetapi, karena untuk
kepentingan menolong orang lain, dibolehkan dan dilaksanakan sesuai
wasiat,'' demikian salah satu bunyi butir fatwa MUI itu.
c. Orang hidup haram mendonorkan matanya. Para ulama dalam fatwanya
juga menyatakan, orang yang hidup haram hukumnya mendonorkan kornea
mata atau organ tubuh lainnya kepada orang lain. Bolehnya berwasiat untuk
mendonor. Ijtima ulama memperbolehkan seseorang berwasiat untuk
mendonorkan kornea matanya kepada orang lain, dan diperuntukkan bagi
11
orang yang membutuhkan dengan niat tabarru' (prinsip sukarela dan tidak
bertujuan komersial)
3. PP.Muhammadiyah.
Bolehnya wasiat hendak mendonor mata. Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah dalam fatwanya membolehkan seseorang berwasiat untuk
mendonorkan matanya. Muhammadiyah memandang, hukum Islam dapat
membenarkan donor kornea mata yang diwasiatkan seseorang ketika
meninggal dunia. Sebab, hal itu dapat membawa kemaslahatan bagi penderita
yang menerima sumbangan kornea mata. ''Hendaknya, mereka yang berwasiat
untuk mendonorkan kornea matanya benar-benar ikhlas untuk memperoleh
ridha-Nya. Jangan berkecenderungan komersial,'' demikian salah satu bunyi
fatwa Muhammadiyah terkait masalah itu. Selain itu, Muhammadiyah juga
menekankan, bagi donor yang mempunyai ahli waris, harus mendapatkan izin
dari keluarganya. Hal itu untuk menghindari keberatan dari ahli waris. ''Kecuali
bagi donor yang ketika hidup telah menyatakan sukarela menyumbangkan
kornea matanya dengan persaksian ahli waris,'' tegas Majelis Tarjih dan Tajdid
PP Muhammadiyah.
4. PBNU
a. Orang hidup haram mendonorkan mata. Para ulama NU juga telah
membahas masalah donor bola mata mayit untuk mengganti bola mata
orang buta pada Muktamar NU ke-23 di Solo, Jawa Tengah, pada 25-29
Desember 1962. Para ulama dalam fatwanya juga menyatakan, orang yang
hidup haram hukumnya mendonorkan kornea mata atau organ tubuh
lainnya kepada orang lain.12
b. Haram mengambil bola mata dan organ mayat. Dalam fatwanya, para
ulama NU menegaskan, haram hukumnya mengambil bola mata mayit,
walaupun mayit itu tidak terhormat, seperti orang murtad. ''Demikian pula,
haram menyambung anggota organ tubuh dengan organ tubuh lainnya,
karena bahayanya buta itu tak sampai melebihi bahayanya merusak
kehormatan mayit,'' tegas ulama NU dalam fatwanya.13
12
1. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat
Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam
keadaan hidup sehat, maka hukumnya ‘Haram’, dengan alasan :
a. Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqarah/2: 195.
Terjemahnya:
Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya
(kemudharatan) lainnya.
b. Qaidah Fiqhiyyah
Terjemahnya:
13
Menghindari kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan.
14
Oleh karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau
mempercepat kematian orang lain, meskipun hal itu dilakukan oleh dokter
dengan maksud mengurangi atau
menghilangkan penderitaan pasien.14
15
“Harapan Kita” tentang teknis pengambilan katup jantung serta hal-hal
yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI pada tanggal 16 Mei
1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan pembahasan tentang
masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 Juni 1987.
Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya
transplantasi organ tubuh, antara lain:
a. Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 195 yang telah kami sebut dalam
pembahasan didepan, yaitu bahwa Islam tidak membenarkan
seseorang membiarkan dirinya dalam bahaya, tanpa berusaha
mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya
transplantasi, yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan
menjadi sehat kembali.
b. Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Maidah/5: 32.
Selain itu juga QS. Al- Baqarah/2: 195, menganjurkan agar kita berbuat baik.
Terjemahnya:
Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong
menolong dalam kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat
memerlukannya.
16
Pada dasarnya, pekerjaan transplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam
memuliakan manusia berdasarkan surah al-Isra ayat 70, juga menghormati jasad
manusia walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan
tulangnya sewaktu masih hidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn
Mansur dan Abd. Razzaq dari ‘Aisyah).
Tetapi menurut Abdul Wahab al-Muhaimin; meskipun pekerjaan transplantasi itu
diharamkan walau pada orang yang sudah meninggal, demi kemaslahatan karena
membantu orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya
mubah/dibolehkan selama dalam pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak
tubuh mayat sebagai penghinaan kepadanya. Hal ini didasarkan pada qaidah fiqhiyyah :
Terjemahnya:
“Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka
dipertahankan yang mendatangkan madharat yang paling besar, dengan melakukan
perbuatan yang paling ringan madharatnya dari dua madharat”.
Selanjutnya berkenaan dengan hukum antara donor dan resipien yang seagama atau
tidak seagama, serta hukum organ tubuh yang diharamkan seperti babi, juga dapat
menimbulkan masalah, tetapi hal tersebut dapat dikaji berdasar ayat-ayat dan Allah
berfirman dalam QS An-Najm/53: 38-41
1. “Bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa
manusia itu tidak memperoleh selain apa yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya
17
itu kelak akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasannya dengan balasan
yang paling sempurna”.
2. QS Al-Baqarah/2: 286 : “Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya itu
dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya”.
Berdasar ayat-ayat diatas, berkenaan dengan hubungan antara donor dengan resipien
yang menyangkut pahala atau dosa maka dalam hal ini mereka masing masing akan
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka sendiri sendiri. Mereka tidak
akan dibebani dengan pahala atau dosa, kecuali yang dilakukan oleh masing-masing
mereka. Yang perlu diingat, bahwa yang salah bukan organ tubuh, tetapi pusat
pengendali, yaitu pusat urat syaraf. Oleh sebab itu, tidak perlu khawatir dengan organ
tubuh yang disumbangkan, karena tujuannya adalah untuk kemanusiaan dan dilakukan
dalam keadaan darurat. Hal ini sama dengan hokum tranfusi darah. Namun alangkah
baiknya dan sangat diharapkan demi kemaslahatan, jika organ tubuh itu kita dapatkan
dari seorang muslim juga, demi ketenangan kita dalam menjalankan kehidupan untuk
ibadah.
E. Kesimpulan
1. Transplantasi adalah suatu rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau
tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau
18
organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan.
Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau dari
sudut sipenerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri. Jika
dilihat dari sipenerima organ meliputi auto transplantasi, homo transplantasi,
hetero transplantasi, autograft, allograft, isograft, xenograftdan
xenotransplantation, transplantasi split serta transplantasi domino. Sedangkan
dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan
donor mati (jenazah).Banyak sekali factor yang menyebabkan sesorang
melakukan transplantasi organ.Antara lain untuk kesembuhan dari suatu
penyakit (misalnya kebutaan, rusaknya jantung dan ginjal), Pemulihan kembali
fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan,
tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis (contoh: bibir sumbing).
2. Dalam agama Islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat terlebih
dahulu dari mana organ yang akan ditransplantasikan tersebut berasal atau
dilihat dari sumber organ. Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika
dalam keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan secarai legal,
dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar. Pada dasarnya,
pekerjaantransplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam
memuliakan manusia berdasarkan surah al-Israayat 70, juga menghormati jasad
manusia walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan
tulangnya sewaktu masi hhidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said
Ibn Mansur danAbd. Razzaqdari ‘Aisyah).
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan (Cet, 1; Jakarta: Sinar Grafika, 2007)
Cecep Trtiwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan (Cet. 1; Yogyakarta: Nuha Medika, 2014)
19
Kartono Mohamad, Teknologi Kedokteran Dan Tantangannya Terhadap Bioetika (Cet. 1;
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992)
Lamyarni Sardy, Fisika Kedokteran Teknologi Tubuh Manusia (Cet. 1; Jakarta: CV. Sagung
Seto, 2009)
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah ( cet. 1; Ciputat, 1995)
Siti Boedina Kresno, Imunologi (Cet. 1; Jakarta: FKUI, 2001)
Subowo, Imunologi Klinik (Cet. 11; Jakarta: CV. Sagung Seto 2013)
Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer (Cet. 1V; Jakarta, 1995)
Internet
Abdul.http://www.hargablogmurah.blogspot.com/tujuan-transplantasi-organ.html (31 Mei
2022).
Fatwa, http://www.jadipintar.com/fatwa-tentang-hukum-donor-organ-tubuh.html (31 Mei
2022).
Wildan.http://www.wildan-archibald.blogspot.co.id/makalah-ushul-fiqih-transpaltasi-organ.
html (31 Mei 022).
20