Transplantasi/Pencangkokan Organ
Tubuh
Disusun Oleh:
Azep maulana
Imam Mukhlis
Swastini
A. LATAR BELAKANG
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup
sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi
dengan baik . pada saat ini juga, ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada
orang yang memerlukan, walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu
untuk orang yang buta. Hal ini khusus donor mata bagi orang buta.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam transplantasi organ
3. Untuk mengetahui transplantasi organ yang diperbolehkan.
4. Untuk mengetahui transplantasi organ yang tidak diperbolehkan.
BAB II
PEMBAHASA
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri - sendiri, yaitu;
a. Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi cermat dan
general check Up, baik terhadap donor maupun terhadap penerima
(resepient), demi menghindari kegagalan transplantasi yang disebabkan
oleh karena penolakan tubuh resepien, dan sekaligus mencegah resiko bagi
donor.
b. Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera. Untuk tipe
ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat control dan
penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat pernapasan khusus.
Kemudian alat-alat tersebut di cabut setelah pengambilan organ tersebut
selesai.
1
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam,Jakarta: Haji Masagung,
1994, H. 86.
c. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab
secara medis tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap
meninggal secara medis dan yudiris dan harus diperhatikan pula daya
tahan organ tubuh yang mau di transplantasi.2
2
Masjfuk Zuhdi. “Masail Fiqhiyah”. Jakarta. PT Toko Gunung Agung. 1997. H. 86-87
3
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 86-87.
4
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 88.
5
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat: 195.
Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah dalam
berbuat sesuatu yang dapat berakibat fatal bagi dirinya,
sekalipun mempunyai tujuan kemanusiaan yang luhur.
b. Kaidah hukum Islam
2. Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera.
6
Lihat Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981.
7
Sebagaimana Rumusan Kongres IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tahun 1985.
itu. Apabila melakukan transplantasi organ oleh pendonor yang dalam
keadaan koma atau hampir meninggal, maka Islampun tidak
megizinkan, karena:8
a. Hadits Nabi
Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara medis tinggal
menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis
dan yuridis, dan harus memperhatikan pula daya tahan organ tubuh
yang mau diambil untuk transplantasi.10
8
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 89.
9
Hadits Riwayat Malik dari Amar bin Yahya, riwayat Al-Hakim, al-Baihaqi, dan Al-
Daruqutni dari Abi Sa’id Al-Khudri, dan Riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan ‘Ubadah bin
Al-Shamith.
10
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 87. Lihat juga referensi
yang lain yaitu, “Donor Tubuh”, Panjit Masyarakat, No 514 Tahun XXVIII, 1 September 1986,
Halaman 14-21.
Sampai saat ini transplantasi orgn tubuh yang banyak
dibicarakan dikalangan ilmuwan dan agamawan/rohaniawan adalah
mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu mata, ginjal dan jantung. Hal
ini dapat dimaklumi, Karena dari segi struktur anatomis manusia,
ketiga organ tubuh tersebut sangatlah vital bagi kehidupan manusia.
Namun sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan modern dan
teknologi yang semakin canggih, maka di masa yang akan datang,
transplantasi mungkin juga berhasildilakukan untuk organ-organ
tubuh lainnya, mulai dari mulai dari kaki dan telapaknya sampai
kepalanya, termasuk pula organ tubuh bagian dalam seperti rahim
wanita.
Namun apa yang dicapai oleh teknologi, belum tentu diterima
oleh agama, dan hukum yang hidup di masyarakat. Karena
itu,mengingat transplantasi organ tubuh itu termasuk masalah ijtihadi,
karena tidak terdapat hukumnya secara eksplisit di dalam Al-Quran
dan Sunnah, dan mengingat pula masalah transplantasi itu termasuk
masalah yang cukup kompleks, menyangkut berbagai bidang studi,
maka harusnya masalah ini dianalisis dengan memakai pendekatan
atau metode multi disipliner,misalnya kedokteran, biologi, hukum,
etika, dan agama, agar bisa diperoleh kesimpulan berupa hukumn
ijtihadi (hukum fiqh Islam) yang proporsional dan mendasar.11
2.
11
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 87. Lihat juga referensi
yang lain yaitu, Masjfuk zuhdi, Inseminasi Buatan Pada Hewan dan Manusia Ditinjau dari
Hukum Islam, Makalah pada Seminar Fakultas Peternakan UNIBRAW, Malang: 2 April 1987,
halaman 1.
12
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 89. Mengenai keadaan
darurat, baca juga tentang masalah “Sterilisasi dan IUD” yang dirumuskan oleh Abdul Qadir
‘Audah dalam kitabnya Al-Tasyri’ al-Jinani Muqoranan bil Qonun Al-Wadh’I, vol 1, halaman
575.
1) Resipien atau penerima sumbangan donor, berada dalam keadaan darurat,
yang mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan
non medis, tetapi tidak berhasil.
2) Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih
gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelum
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi ,
maka seakan akan dia telah membunuh manusia seluruhnya Dan barang siapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah ia memelihara
kehidupan manusia semuanya.”14ا
Ayat ini menunjukan bahwa Islam sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang
dapat menyelamatkan jiwa manusia. Misalnya seseorang yang dengan senang hati
menyumbangkan organ tubuhnya setelah ia meninggal, maka Islam membolehkan.
13
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 90-92.
14
Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 32.
Dan bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan kemanusiaan
yang tinggi nilanya, karena menolong jiwa sesame manusia atau
membantu berfungsinya kembali organ tubuh sesamanya yang
tidak berfungsi.
3) Hadits Nabi
15
Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal, At-Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa’I, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dari Usamah bin Syarik.
ginjal diperbolehkan karena keadaan darurat. Dan ini berarti,kalau
penyembuhan penyakitnya bisa dilakukan tanpa pencangkokan,
maka pencangkokan organ tubuh tidak diperkenankan.
16
Abuddin Nata, Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta. Kencana Predana Media Group. 2006.
H.110-111
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN