Anda di halaman 1dari 11

TRANSPLANTASI ORGAN

DALAM PANDANGAN ISLAM

Oleh Zubair Nur S,Ag M.A.P


PENGERTIAN
Transplantasi organ adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat
ketempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Tujuan
utama transplantasi organ adalah mengurangi
penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
TRANSPLANTASI ORGAN DALAM PANDANGAN
ISLAM
Hidup dan mati di tangan Allah subhanahu wa ta’ala. Tubuh yang sekarang dimiliki pun
juga milikNya dan tidak ada yang boleh memutilasi ataupun mengeluarkan organ di
dalamnya untuk keuntungan komersial. Oleh karenanya, para akademisi Islam sering
membahas perihal Transplantasi ini.
Kemudian, dijelaskan oleh Profesor Aziz El-Matri, seorang spesialis ginjal dari Tunisia dan
anggota The Transplantation Society dalam wawancara dengan organisasi The New Arab
dilansir dari Al Araby dan republika bahwa Islam memandang tubuh manusia untuk
disucikan.
Tubuh merupakan properti yang tidak bisa dicabut atau dipindahtangankan. Oleh
karenanya, seorang muslim tidak bisa sembarangan mendonorkan bagian tubuhnya karena
tubuhnya merupakan titipan dari Allah, selain itu sebagai manusia juga memiliki
kewajiban untuk melestarikan kehidupan, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun,
jika ditilik dari sisi kebutuhan untuk hidup, apapun alasannya transplantasi harus bisa
dilakukan.
Sementara itu, Ustadz Agung Cahyadi, Lc, MA, seorang ahli fiqh sekaligus dosen STIDKI
Ar Rahmah Surabaya memberikan pendapatnya. “Sebenarnya, dari dasar hukum tidak
boleh transplantasi itu. Karena, sama-sama menyakiti manusia dengan membedah,”
terangnya.
Selanjutnya kembali ia berpendapat, jika dihadapkan pada kebutuhan hidup seseorang
transplantasi boleh dilakukan. “Sama seperti minum khamr, jika tidak ada air tersisa di
MAJELIS ULAMA INDONESIA MENYIKAPI
TRANSPLANTASI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai komisi fatwa di Indonesia
juga mengambil sikap untuk menyikapi transplantasi. Dalam fatwanya yang
keluar tahun 2010 mengatur hukum tentang cangkok organ.
Dalam fatwa tersebut ditegaskan, pencangkokan organ manusia ke
dalam tubuh yang lain diperbolehkan melalui hibah, wasiat dengan meminta,
tanpa imbalan, atau dari bank organ tubuh.
Lalu, jika organ diambil dari tubuh seseorang yang telah meninggal
juga diperbolehkan dengan syarat harus disaksikan oleh dua dokter ahli.
Selanjutnya, transplantasi dihukumi haram jika didasari bukan karena suatu
kemaslahatan hidup orang.
“Transplantasi diharamkan bila didasari tujuan komersial. Tidak boleh
diperjual belikan,” terang Ketua MUI, Ma’ruf Amin dikutip dari republika.
Oleh karenanya, pencangkokan organ atau transplantasi
diperbolehkan. Asal sesuai syariat dan syaratnya terpenuhi. Selain itu, dalam
melaksanakannya juga harus memperhatikan hal-hal yang detail agar dalam
pencangkokan organ tersebut memberi kemanfaatan bagi penerima donor dan
HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
MANUSIA DALAM ISLAM DIPERBOLEHKAN
DENGAN BEBERAPA SYARAT
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia mengalami kemajuan yang signifikan di
berbagai bidang salahsatunya yaitu dalam bidang kesehatan. Sebagai seorang muslim
kita harus menjalani proses kehidupan harus sesuai dengan aturan Islam guna
menjalankan ketaqwaan dalam beribadah kepada Allah SWT.
Transplantasi organ tubuh sudah menjadi salah satu jalan keluar yang diyakini dalam
dunia kedokteran modern, melihat banyak nyawa manusia yang berhasil tertolong
dengan cara tranplantasi organ ini. Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan
atau organ manusia tertentu dari suatu tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh
oranglain dengan persyaratan dan kondisi tertentu[1]seperti
pemindahan tangan, ginjal, dan jantung. Transplantasi merupakan pemindahan sebuah
organ atau lebih dari seorang manusia pada saat dia hidup, atau setelah mati kepada
manusia lain
Dalam masalah organ tubuh manusia, dilihat dari cara pengobatannya melibatkan dua
orang yaitu, resipen (penerima organ) dan donor (pemberi organ). Transplantasi ini
dilakukan untuk melangsungkan hidup penderita, karena jika tidak dilakukan
transplantasi maka akan membahayakan kelangsungan hidup penderita.
HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
MANUSIA DALAM ISLAM DENGAN SYARAT YANG
BERLAKU, YAITU:
1. Transplantasi organ tubuh dari donor yang masih hidup
Zallum, berpendapat bahwa syara' membolehkan seseorang mendonorkan sebagian
organ tubuhnya ketika ia hidup, dengan syarat suka rela atau tidak dipaksa oleh
siapapun. Organ yang didonorkan bukanlah organ vital, seperti jantung dan hati[2].
Hal ini karena penyumbangan tersebut dapat mengakibatkan kematian pendonor,
padahal Allah Swt melarang untuk membunuh dirinya sendiri. Allah SWT berfirman :
"Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian." (Q.S. An Nisa : 29)
Allah SWT berfirman pula : "...dan janganlah kalian membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar." (Q.S. Al An'am : 151)
Sementara Mujtana, mengatakan bahwa hukum transplantasi organ tubuh, sebagai
berikut: (1) Apabila transplantasi dilakukan dengan tidak ada hajat syar'i, yakni untuk
pengobatan, maka hukumnya haram. Sebab ada unsur "taghoyyurul khilqoh"
(perubahan ciptaan) dan dikhawatirkan mencerminkan sikap tidak rela menerima
taqdir Illahi. (2) Apabila ada hajat syar'iyyah, transplantasi organ tubuh dengan tujuan
untuk memulihkan
LANJUTAN…
2. Transplantasi organ tubuh dari donor yang telah
meninggal
Transplantasi dapat dilakukan dengan syarat si pendonor
telah mewariskan sebelum ia meninggal atau dari ahli
warisnya (jika sudah wafat). Menurut jumhur ulama
kebolehan transplantasi donor yang telah meninggal
alasannya bahwa transplantasi merupakan salah satu jenis
pengobatan, sedangkan pengobatan merupakan hal yang
disuruh dan disyariatkan dalam Islam terdapat dua hal yang
muarat dalam masalah ini yaitu antar memotong bagian tubuh
yang suci dan dijaga dan antara menyelamatkan kehidupan
yang membutuhkan kepada organ tubuh mayat tersebut.
Namun kemudharatan yang terbesar adalah kemudharatan
untuk menyelamatkan kehidupan manusia[3].
LANJUTAN…
3. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan darurat
Jumhur ulama Fiqh yang terdiri dari sebagian ulama Mahab anaf, Malik, Syafi' dan anbali,
berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan dibolehkan dalam
keadaan darurat. Dan selaras juga dengan qaidah fiqhiyyah: "Darurat akan membolehkan yang
diharamkan." Selanjutnya, dalam qaidah fiqhiyah yang lain disebutkan: "Bahaya harus
dihilangkan.
Dalam keadaan darurat seperti ini maka apapun yang kita dapati menjadi halal. Hal ini bisa
dikatakan darurat apabila sudah tidak ada pilihan lagi selain harus memilih itu, sekalipun pilihan
yang kita pilih adalah haram. Yang dalam hal ini apabila kita tidak melakukannya dapat
membahayakan nyawa. Seperti contohnya, apabila sedang naik gunung dan ketika hendak
pulang ternyata tersesat atau lupa jalan pulang sedangkan persediaan makanan sudah menipis
dan hampir habis, menahan lapar dengan harapan menemukan jalan keluar untuk pulang dan
ternyata makin berjalan makin tersesat jauh sehingga menjadikan perutnya sangat lapar dan
apabila tidak makan dapat membuat kehilangan nyawa.
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa atasnya." (Q.S. Al Baqarah : 173)
Dan dalam keadaan seperti ini apabila didapatinya bangkai maka menjadi halal bangkai itu, yang
dalam hukum aslinya bangkai merupakan salah satu makanan yang diharamkan tetapi dalam hal
ini diperbolehkan karena tidak ada pilihan lagi selain itu guna mempertahankan hidup.
MENDONORKAN ORGAN TUBUH DAPAT
MENJADI HARAM HUKUMYA APABILA :
a. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih
dalam keadaan hidup sehat, dengan alasan : Firman Allah dalam
Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut
mengingatkan , agar jangan gegabah dan ceroboh dalam
melakukan sesuatu, tetapi harus memperhatikan akibatnya, yang
kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri donor, meskipun
perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan
luhur.
b. Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam keadaan koma.
Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera
meninggal maka transplantasi tetap haram hukumnya karena hal
itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak
Allah. Dalam hadis nabi dikatakan : “ Tidak boleh membuat
madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
madharat pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)
LANJUTAN
c. Penjualan Organ Tubuh
Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh manusia, ulama
sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan berikut :
- Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya.
- Sebuah hadis menyatakan, “ Diantara orang-orang yang akan
dimintai pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang menjual
manusia merdeka dan memakan hasilnya.”
Dengan demikian , jika seseorang menjual manusia merdeka, maka
selamanya si pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri manusia itu,
karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah haram.
- Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan,
dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan diperdagangkannya
organ-organ tubuh orang miskin dipasaran layaknya komoditi lain.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai