Anda di halaman 1dari 14

TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI

ORGAN

Dosen pembimbing : Dr.Ihsan Sanusi,M.A.

Di susun oleh : Kelompok 13

1.Viona Afrilia (Nim 2014201087)


2.Vivy Fitrianingsih (Nim 2014201088)
3.wella Vista Edward (Nim 2014201089)
4.Wulandari (Nim 2014201090)
TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN
1.PENGERTIAN TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN
TRANSFUSI DARAH
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan
yang disebut plasma dan sel darah. Darah secara keseluruhan kira-kira
seperduabelas dari badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55 persennya
adalah cairan atau plasma, sedangkan 45 persen sisanya adalah sel
darah yang terdiri dari tiga jenis, yaitu sel darah merah, sel darah putih,
dan butir pembeku (trambosit).Dengan demikian darah manusia
mempunyai empat unsur yaitu plasma darah, sel darah merah, sel
darah putih, dan butir pembeku atau trombosit.
Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya. Tranfusi darah
dikenal dengan istilah “pindah-tuang darah” sebagaimana rumusan
definisinya yang berbunyi: ”pengertian pindah-tuang darah adalah
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang
akan ditolong”. Transfusi darah merupakan salah satu bentuk upaya
penyembuhan manusia ketika diserang penyakit karena manusia tidak
boleh berputus asa pada penyakit yang menimpanya.Transfusi darah
merupakan salah satu bentuk upaya penyembuhan manusia ketika
diserang penyakit karena manusia tidak boleh berputus asa pada
penyakit yang menimpanya.
TRANSPLANTASI ORGAN

Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan


organ atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain
atau tubuh sendiri dam rangka pengobatan untuk menggantikan organ
atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.Transplantasi
organ atau jaringan tubuh pendonor hidup kepada orang lain
dibolehkan dengan ketentuan terdapat kebutuhan mendesak yang
dibenarkan secara syar'i (dharurah syariah).Ketentuan lainnya adalah
jenis organ tubuh yang dipindahkan kepada orang lain tersebut bukan
merupakan organ vital yang mempengaruhi kehidupan atau
kelangsungan hidupnya.Selanjutnya, tidak diperoleh upaya medis lain
untuk menyembuhkannya, kecuali dengan transplantasi.
2.DALIL-DALIL PENDUKUNG
DALIL TRANSFUSI DARAH

sebagaimana firman Allah swt dalam surah al-Baqarah (2) ayat 173,
yang artinya:
sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya” …
Dan firman Allah dalam surah al-An’am (6) ayat 119:
“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu
apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa
kamu memakannya”.
Dan kaidah fiqh yang berbunyi:
Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam
menetapkan hukum Islam), baik bersifat umum maupun
khusus”.
Dan kaidah fiqh selanjutnya, berbunyi :
Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan darurat dan tidak
ada yang makruh bila berhadapan dengan hajat (kebutuhan).
Dalam al-Qur’an dan Hadis, tidak ditemukan satu nash yang
menjelaskan hukum donor darah. Jika demikian halnya, maka cara
yang harus ditempuh untuk mendapatkan kejelasan hukumnya
harus dilakukan ijtihad yang dilakukan secara jama’i (kolektif).
Oleh karena masalah donor berhubungan dengan kesehatan,
maka tidak cukup ulama saja tapi juga dibutuhkan bidang ilmu
kedokteran sehingga tidak terjadi hal yang dapat mengancam
kesehatan si donor dan resipien.
Menyumbangkan darahnya kepada seseorang yang membutuhkan
adalah pekerjaan kemanusiaan yang sangat mulia. Hal ini karena
dengan mendonorkan sebagian darahnya berarti seseorang telah
memberikan pertolongan kepada orang lain, sehingga seseorang
selamat dari ancaman yang membawa kepada kematian.
DALIL TRANSPLANTASI ORGAN
1.Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup

• Syarat bagi kemubahan menyumbangkan organ tubuh pada saat seseorang masih
hidup, ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang
menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang, seperti jantung, hati, dan
kedua paru-paru. Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-organ tersebut akan
mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti dia telah membunuh
dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh dirinya sendiri
atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh dirinya. Allah
SWT berfirman :
• “Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ : 29)
• Allah SWT berfirman pula :
• “…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al An’aam : 151)
2.Hukum Transplantasi Dari Donor Yang Telah Meninggal
Hukum tranplanstasi organ dari seseorang yang telah mati berbeda
dengan hukum transplantasi organ dari seseorang yang masih hidup.
seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ
tubuhnya dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk
menyumbangkannya.Sedangkan mengenai kemubahan mewasiatkan
sebagian hartanya, kendatipun harta bendanya sudah di luar kepemilikannya
sejak dia meninggal, hal ini karena Asy Syari’ (Allah) telah mengizinkan
seseorang untuk mewasiatkan sebagian hartanya hingga sepertiga tanpa
seizin ahli warisnya. Jika lebih dari sepertiga, harus seizin ahli warisnya.
Adanya izin dari Asy Syari’ hanya khusus untuk masalah harta benda dan
tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini tidak mencakup pewasiatan tubuhnya.
Karena itu dia tidak berhak berwasiat untuk menyumbangkan salah satu
organ tubuhnya setelah kematiannya.
3.PENDAPAT PARA AHLI DAN KOMENTAR ULAMA
Menurut Yusuf Qardhawi
Pandangan Yusuf Qardhawi terhadap Transplantasi Organ Tubuh Manusia
Menurut Al- Qardhawi, seorang muslim diperbolehkan mendonorkan organ
tubuhnya ketika ia masih hidup meskipun ada yang mengatakan bahwa
diperbolehkannya seseorang mendonorkan sesuatu ialah apabila itu
miliknya.Namun, Al- Qardhawi berpendapat bahwa meskipun tubuh
merupakan titipan dari Allah, manusia diberi wewenang untuk
memanfaatkannya dan mempergunakannya, sebagai harta sesuai dengan
firman Allah dalam Al-qur‘an surat An-Nur:33: “ dan orang-orang yang tidak
mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia -Nya. dan budak-budak yang kamu miliki
yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan
mereka , jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah
kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniaka n-Nya kepadamu .
Menurut Al-Nawawi
Al-Nawawi> berpendapat bahwa apabila seseorang menyambung tulangnya
dengan barang najis dikarenakan tidak ada barang yang suci, maka hukumnya
diperbolehkan. Namun, apabila ada barang suci kemudian disambung dengan
barang najis maka hukumnya wajib dibuka jika tidak menimbulkan bahaya.
Menurut Zakariya al-Ans
Zakariya al-Ans> sependapat dengan pendapat al-Nawawi dalam kitabnya Fathu al-
Wahhab Syarh Manhaj al-Thullab bahwa seseorang yang melakukan
penyambungan tulang atas dasar kebutuhan yang mendesak dengan tulang yang
najis disebabkan tidak adanya tulang lain yang cocok, maka hal itu diperbolehkan
dan sah shalatnya. Terkecuali apabila tidak ada kebutuhan yang mendesak atau ada
tulang lain yang suci maka wajib membukanya walaupun sudah tertutup oleh
daging. Dengan catatan, proses pengambilan aman dan tidak menimbulkan bahaya
serta kematian.
Menurut Mazhab Zhahiriyah dan Hanafiyah
Membolehkan jual beli darah apabila hal itu memiliki manfaat,maka secara
analogis, menurut Masjfuk Zuhdi, kedua mazhab ini membolehkan jual beli darah
manusia,karena manfaatnya yang besar bagi manusia guna menolong jiwa sesama
manusia yang memerlukan transfusi darah karena operasi,kecelakaan, dan
sebagainya.

Menurut Lahmuddin Nasution


Bahwa indikasi dari keharaman benda-benda tersebut adalah karena dikategorikan
kepada najis.Sehingga dilarang untuk diperjualbelikan, karena dalam hukum Islam
bahwa suatu transaksi jual beli akan dianggap sah bila barang yang diperjualbelikan
itu adalah barang yang halal, bukan barang yangharam.
4.ANALISIS
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen terdiri dari berbagai macam suku,
adat, bahasa dan juga agama.  Dalam rangka memenuhi keperluan hidupnya setiap
saat dan waktu orang bisa saling berinteraksi tidak hanya kepada orang yangyang
suku, adat istiadat, dan agamanya sama, tetapi juga dengan orang yang adat
istiadatnya, sukunya dan agamanya berbeda.
Kebutuhan  tersebut tidak hanya  dalam bidang sandang, papan, pangan, tetapi
juga berkaitan dengan keperluan lain salah satunya adalah darah  pada saat
seseorang sakit, sehingga memerlukan tranfusi darah dari orang lain. Oleh sebab
itulah apabila masalah ini tidak dipahami dengan baik secara hukum Islam oleh
masyarakat bisa menimbulkan permasalahan-permasalahan dan minimal keraguan,
apalagi kalau sudah menyangkut hukum haram dan halal masyarakat sangat peka
menyikapinya.
Untuk itu masyarakat perlu memahami hakum donor darah ini secara
komprehensip, karena tranfusi darah atau donor darah ini akan masuk kedalam
tubuh seseorang dan menjadi darah daging seseorang.
Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang belum
pernah dikaji oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah
ini merupakan salah satu dari kemajuan ilmiah dibidang transplantasi, dimana para
dokter modern bisa mendatangkan hasil yang menakjubkan dalam memindahkan
organ tubuh dari orang yang masih hidup/ sudah mati dan mencangkokkannnya
kepada orang lain yang kehilangan organ tubuhnya atau rusak karena sakit dan
sebagainya yang dapat berfungsi persis seperti anggota badan itu pada tempatnya
sebelum di ambil.

Anda mungkin juga menyukai