ORGAN
sebagaimana firman Allah swt dalam surah al-Baqarah (2) ayat 173,
yang artinya:
sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya” …
Dan firman Allah dalam surah al-An’am (6) ayat 119:
“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu
apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa
kamu memakannya”.
Dan kaidah fiqh yang berbunyi:
Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam
menetapkan hukum Islam), baik bersifat umum maupun
khusus”.
Dan kaidah fiqh selanjutnya, berbunyi :
Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan darurat dan tidak
ada yang makruh bila berhadapan dengan hajat (kebutuhan).
Dalam al-Qur’an dan Hadis, tidak ditemukan satu nash yang
menjelaskan hukum donor darah. Jika demikian halnya, maka cara
yang harus ditempuh untuk mendapatkan kejelasan hukumnya
harus dilakukan ijtihad yang dilakukan secara jama’i (kolektif).
Oleh karena masalah donor berhubungan dengan kesehatan,
maka tidak cukup ulama saja tapi juga dibutuhkan bidang ilmu
kedokteran sehingga tidak terjadi hal yang dapat mengancam
kesehatan si donor dan resipien.
Menyumbangkan darahnya kepada seseorang yang membutuhkan
adalah pekerjaan kemanusiaan yang sangat mulia. Hal ini karena
dengan mendonorkan sebagian darahnya berarti seseorang telah
memberikan pertolongan kepada orang lain, sehingga seseorang
selamat dari ancaman yang membawa kepada kematian.
DALIL TRANSPLANTASI ORGAN
1.Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup
• Syarat bagi kemubahan menyumbangkan organ tubuh pada saat seseorang masih
hidup, ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang
menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang, seperti jantung, hati, dan
kedua paru-paru. Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-organ tersebut akan
mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti dia telah membunuh
dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh dirinya sendiri
atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh dirinya. Allah
SWT berfirman :
• “Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ : 29)
• Allah SWT berfirman pula :
• “…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al An’aam : 151)
2.Hukum Transplantasi Dari Donor Yang Telah Meninggal
Hukum tranplanstasi organ dari seseorang yang telah mati berbeda
dengan hukum transplantasi organ dari seseorang yang masih hidup.
seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ
tubuhnya dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk
menyumbangkannya.Sedangkan mengenai kemubahan mewasiatkan
sebagian hartanya, kendatipun harta bendanya sudah di luar kepemilikannya
sejak dia meninggal, hal ini karena Asy Syari’ (Allah) telah mengizinkan
seseorang untuk mewasiatkan sebagian hartanya hingga sepertiga tanpa
seizin ahli warisnya. Jika lebih dari sepertiga, harus seizin ahli warisnya.
Adanya izin dari Asy Syari’ hanya khusus untuk masalah harta benda dan
tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini tidak mencakup pewasiatan tubuhnya.
Karena itu dia tidak berhak berwasiat untuk menyumbangkan salah satu
organ tubuhnya setelah kematiannya.
3.PENDAPAT PARA AHLI DAN KOMENTAR ULAMA
Menurut Yusuf Qardhawi
Pandangan Yusuf Qardhawi terhadap Transplantasi Organ Tubuh Manusia
Menurut Al- Qardhawi, seorang muslim diperbolehkan mendonorkan organ
tubuhnya ketika ia masih hidup meskipun ada yang mengatakan bahwa
diperbolehkannya seseorang mendonorkan sesuatu ialah apabila itu
miliknya.Namun, Al- Qardhawi berpendapat bahwa meskipun tubuh
merupakan titipan dari Allah, manusia diberi wewenang untuk
memanfaatkannya dan mempergunakannya, sebagai harta sesuai dengan
firman Allah dalam Al-qur‘an surat An-Nur:33: “ dan orang-orang yang tidak
mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia -Nya. dan budak-budak yang kamu miliki
yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan
mereka , jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah
kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniaka n-Nya kepadamu .
Menurut Al-Nawawi
Al-Nawawi> berpendapat bahwa apabila seseorang menyambung tulangnya
dengan barang najis dikarenakan tidak ada barang yang suci, maka hukumnya
diperbolehkan. Namun, apabila ada barang suci kemudian disambung dengan
barang najis maka hukumnya wajib dibuka jika tidak menimbulkan bahaya.
Menurut Zakariya al-Ans
Zakariya al-Ans> sependapat dengan pendapat al-Nawawi dalam kitabnya Fathu al-
Wahhab Syarh Manhaj al-Thullab bahwa seseorang yang melakukan
penyambungan tulang atas dasar kebutuhan yang mendesak dengan tulang yang
najis disebabkan tidak adanya tulang lain yang cocok, maka hal itu diperbolehkan
dan sah shalatnya. Terkecuali apabila tidak ada kebutuhan yang mendesak atau ada
tulang lain yang suci maka wajib membukanya walaupun sudah tertutup oleh
daging. Dengan catatan, proses pengambilan aman dan tidak menimbulkan bahaya
serta kematian.
Menurut Mazhab Zhahiriyah dan Hanafiyah
Membolehkan jual beli darah apabila hal itu memiliki manfaat,maka secara
analogis, menurut Masjfuk Zuhdi, kedua mazhab ini membolehkan jual beli darah
manusia,karena manfaatnya yang besar bagi manusia guna menolong jiwa sesama
manusia yang memerlukan transfusi darah karena operasi,kecelakaan, dan
sebagainya.