Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN AGAMA

TUGAS AKHIR
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Nama : Ainun Nisha Tamagola


Stambuk : 21777032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
2022
Soal Tugas Akhir !!!

1. Bagaimana anda membuktikan kebenaran sebuah ilmu sebagai produk pemikiran yang tidak
memiliki hakekat kebenaran akan tetapi merupakan dzan (hipotesa) pemikiran yang sesuai
dengan atau hakekat kebenaran itu sendiri ?
2. Bagaimana menerima kelahiran bayi yang baru lahir
a. Kelahiran ditinjau kedokteran
b. Sudut islam
c. Hal-hal yang dianjurkan islam dalam menerima kelahiran bayi
d. Relevansi nasab dalam perkara-perkara (keturunan) yang ada
e. Nasab ditinjau dari sudut pandangan islam

Jawaban

a. Hipotesa 1 (H0) : Transfusi darah (Donor darah) hukumnya haram/dilarang dalam Islam
Hipotesa 2 (H1) : Transfusi darah (Donor darah) diperbolehkan dalam Islam
Pembuktian :
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang artinya
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong. Hal ini
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan darah. Menurut Asy-Syekh
Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya sebagai berikut:

Artinya: “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara


memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang membutuhkannya, untuk
mempertahankan hidupnya.
Lalu Dr.Ahmad Sofian mengartikan tranfusi darah dengan istilah “pindah-tuang darah”
sebagaimana rumusan definisinya yang berbunyi: ”pengertian pindah-tuang darah adalah
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong”.
Landasan Hukum Transfusi darah merupakan salah satu bentuk upaya penyembuhan
manusia ketika diserang penyakit karena manusia tidak boleh berputus asa pada penyakit yang
menimpanya. Menyumbangkan darah kepada orang lain yang amat membutuhkannya menurut
kesepakatan para ahli fikih termasuk dalam kerangka tujuan syariat Islam, yaitu menghindarkan
salah satu bentuk kemudaratan yang akan menimpa diri seseorang. Sebagai sesuatu hal yang
tidak dikenal dalam kajian klasik Islam pembahasan tentang transfusi darah dapat ditemukan
landasan ushul fiqhnya dari zaman klasik. pada umumnya pembicaraan tentang transfusi darah
mencapai kesimpulan dibolehkan dilaksanakannya namun berbeda pendapat pada kasus-kasus
yang muncul. Di antara landasan hukumnya adalah:
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadist

c. Pandangan Para Ulama


Berdasarkan kaidah hukum Fiqh Islam yang berbunyi:

Artinya: Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada dali
yang mengaramkannya.

Artinya: Kemudharatan harus dihilangkan

Transfusi Darah Menurut Ushul Fiqh


Dalam kajian ushul fiqh, transfusi darah masih diperbincangkan apakah termasuk bab
ibadah, bab muammalah atau jinayah. Apakah darah merupakan „barang‟ sehingga boleh dimiliki
atau „bukan barang‟ sehingga tidak boleh dimiliki, apakah kegunaan transfusi darah hanya boleh
untuk kepentingan sosial atau boleh juga untuk dibisniskan.

Menurut ushul fiqh pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk
najis mutawasithah. Maka dalam kajian ibadah darah tersebut hukumnya haram untuk dimakan
dan dimanfaatkan, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 3 yaitu “Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama
selain Allah,..”.

Ayat tersebut di atas pada dasarnya melarang memakan maupun mempergunakan darah,
baik secara langsung ataupun tidak. Akan tetapi apabila darah merupakan satu-satunya jalan
untuk menyelamatkan jiwa seseorang yang kehabisan darah, maka mempergunakan darah
dibolehkan dengan jalan transfusi. Bahkan melaksanakan transfusi darah dianjurkan demi
kesehatan jiwa manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 32 yang berbunyi
sebagai berikut:

Yang demikian itu sesuai pula dengan tujuan syariat Islam, yaitu bahwa sesungguhnya
syariat Islam itu baik dan dasarnya ialah hikmah dan kemaslahatan bagi umat manusia, baik di
dunia maupun di akhirat. Kemaslahatan yang terkandung dalam mempergunakan darah dalam
transfusi darah adalah untuk menjaga keselamatan jiwa seseorang yang merupakan hajat
manusia dalam keadaan darurat, karena tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk
menyelamatkan jiwanya. Maka, dalam hal ini najis seperti darah pun boleh dipergunakan untuk
mempertahankan kehidupan. Misalnya seseorang yang menderita kekurangan darah karena
kecelakaan, maka dalam hal ini diperbolehkan menerima darah dari orang lain. Hal tersebut
sangat dibutuhkan (dihajatkan) untuk menolong seseorang yang keadaannya darurat.

Islam membolehkan hal-hal yang makruh dan yang haram bila berhadapan dengan hajat
dan darurat. Dengan demikian transfusi darah untuk menyelamatkan seorang pasien dibolehkan
karena hajat dan keadaan darurat. Kebolehan mempergunakan darah dalam transfusi dapat
dipakai sebagai alasan untuk mempergunakannya kepada yang lain, kecuali apabila ada dalil yang
menunjukkan kebolehannya. Hukum Islam melarang hal yang demikian, karena dalam hal ini
darah hanya dibutuhkan untuk ditransfer kepada pasien yang membutuhkannya saja.

Memang dalam Islam membolehkan memakan darah binatang bila betul-betul dalam
keadaan darurat, sebagaimana keterangan dalam ayat al-Qur‟an (Q.S Al-Baqarah 173) yang
berbunyi sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa
(memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat diatas menunjukkan bahwa bangkai, darah, daging babi dan binatang yang ketika
disembelih disebut nama selain nama Allah, adalah haram dimakan. Akan tetapi apabila dalam
keadaan terpaksa dan tidak melampaui batas, maka boleh dimakan dan tidak berdosa bagi yang
memakannya. Sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran
dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama. Maka penyimpangan terhadap hukum-hukum yang
telah ditetapkan oleh nash dalam keadaan terpaksa dapat dibenarkan, asal tidak melampaui
batas. Keadaan keterpaksaan dalam darurat tersebut bersifat sementara, tidak permanen. Ini
hanya berlaku selama dalam keadaan darurat. Jadi, dalam bab ibadah, transfusi darah dibolehkan
karena dalam keadaan darurat.

Mentransfusikan darah dengan non-muslim dibolehkan. Hukum fikih terkait dengan


praktek/amal bukan dengan zat. Sedekah kepada orang kafir diperbolehkan, berbuat kebajikan
kepada orang kafir juga disyariatkan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata: "
Pada setiap yang memiliki nyawa dan hati terdapat ganjaran pahala (dalam hal berbuat
kebajikan)”. Sebagaimana dalam sebuah hadis seorang wanita pada masa bani Israel masuk surga
karena memberi minum seekor anjing. Oleh karena itu boleh saja hukumnya donor darah kepada
orang-kafir, terlebih lagi jika ada hubungan kerabat seperti terhadap orang tua, mahramnya dan
yang lainnya.dengan demikian hukum-hukum syariat selalau terkait dengan af'al bukan dengan
zat. Di dalam mendefenisikan hukum ulama mengungkapkan bahwa hukum adalah khitab/seruan
Allah yang berkaitan dengan pebuatan al-mukhatabin (orang-orang yang diseru). Penerima
sumbangan darah tidak disyari‟atkan harus sama dengan donor darahnya mengenai agama atau
kepercayaan, suku bangsa dan sebagainya. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah
termasuk amal kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan (mandub) oleh Islam, sebab
dapat menyelamatkan jiwa manusia, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Maidah ayat 32.

Kesimpulan : Hukum terkait pelaksanaan atau melakukan tranfusi darah (donor darah)
yaitu diperbolehkan dalam Islam.

b. Bagaimana menerima kelahiran bayi yang baru lahir


a. Kelahiran ditinjau dari Kedokteran
Pemikiran tentang kejadian manusia telah dimulai lebih dari 2000 tahun yang lalu oleh
Aristoteles, yang mengamati-amati perkembagnan sebuah Embriyo ayam. Dari
penyelidikannya itu ia menarik kesimpulan bahwa Embriyo manusia berasal dari “Campuran
cairan sel mani dengan darah haidh” 500 tahun kemudian dalam abad ke dua masehi Galenus
mengajukan suatu teori, yang kemudian dikenal dengan nama “Emboitment” yang artinya
manusia dibangun dalam suatu kotak “
“Dalam kotak cairan sel telur ibu terdapat zat yang sudah lengkap, manusia sangat kecil.
Kotak cairan sel kelamin ayah menyebabkan kotak cairan sel kelamin ibu membuka diri
sehingga manusia kecil berkembang.
Menurut teori ini setiap bayi seharusnya sudah mengandung seorang bayi yang sudah
dibentuk sebelumnya seperti susunan kotak-kotak cina” yang satu masuk kedalam yang lain”.
Dalam abad ke 17 dan ke 18 Sarjana biologi terbagi kedalam dua kelompok kaum
“Ovulis” dan kaum “Homunkulis”. Kaum ovulis mengatakan bahwa bayi terkandung dalam
kelenjar telur secara lengkap, sedangkan sperma hanya berfungsi merangsang perkembangan
si bayi yang sudah terbentuk itu. Kaum Homunkulis berkata bahwa bayi sudah terbentuk
didalam kepala sperma dan humunkulis ini dibesarkan di dalam rahim yang berfungsi seperti
tempat mengeram. Pada tahun 1959 Kaspar Frederich Wolf seorang ahli anatomi menyelidiki
embriyo ayam, kemudian mengajukan teori baru yaitu :
“Sebuah tubuh tidaklah terbentuk lengkap seluruhnya, melainkan disusun dan
dibangun dari butir-butir dan kedua orang tua menumbang sama banyak.
Pada abad ke 19 Sarjana botani Mathias Schleiden, dansarjana Fisiologi Theodor
Schawn menemukan bahwa segala yang hidup berasal dan dibangun dari sel kelamin.
1) Hamil adalah suatu proses biologis yang terjadi dalam tubuh Wanita mulai dari
pertemuan sel telor Wanita, dari sperma tozoon suaminya yang disebut sebagai;
Conseptus. Kemudian conseptus tersebut membelah menjadi beberapa sel. Lima hari
kemudian diadirdorong oleh rambut-rambul halus didalam tuba kedalam rahim untuk
selanjutnya tersangkut diprmukaan rahim sebelah muka atau belakang, peristiwa mana
disebut : Nidasi.
Fungsi kehamilan itu untuk memberi kesempatak kepada conceptus untuk
berkembang menjadi manusia dengan tubuh sempurna. Tanpa nidasi pada rahim maka
benih manusia tidak dapat berkembang menjadi manusia lengkap. Kehamilan
berlangsung selama sembilan bulan 10 hari.
2) Partus adalah proses keluarnya bayi dari uterus (rahim) melalui vagina ke dunia luar :
Alam dunia.
▪ PARTUS NORMAL BERLANGSUNG MELALU 4 KALA
Pada kala pertama mulut rahim membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm.
Klinis dapat dinyatakan bahwa partus dimulai bila ada his. Yaitu kontraksi rahim yang
disertai rasa sakit dan mengeluarkan lendir yang bermu darah. Ketuban akan pecah
dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau telah lengkap 10 cm. Tidak jarang
ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap.
Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan mencapai 5 cm disebut : Ketuban
pecah dini.
Kala I selesai apabila pembukaan cervix lengkap. Pada primipara (Wanita yang
bersalin buat pertama kali) kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multipara (wanita yagn telah pernah melahirkan) kira-kira 7 jam.
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira sampai 3 menit
sekali. Biasanya dalam kala ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, yang
menyebabkan tekanan pada otot-otot dasar panggul. Hal ini secara reflektoris
menimbulkan rasa untuk mengedan. Juga ada tekanan pada rektum yang
menimbulkan reflek buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol. Labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala bayi muncul pada liang kelamin
(Fari).
Bila dasar panggul sudah lebih kendor, kepala janin tidak masuk lagi diluar his
dan dengan his yang disertai kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan
dengan belakang kepala dibawah symphysis, kemudian dahi muka dan dagu. Setelah
beristirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi.
Pada primpara kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata ½
jam.
Pada kala III terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus, yaitu sampai 15
menit setelah bayi lahir. Ia keluar secara spontan atau dengan tekanan pada fundus.
Pengeluaran placenta diserta idengna pengeluaran darah. Pada Kala IV perlu
dilakukan pengamatan apakah ada pendarahan postpartum (sesudah kelahiran
bayi).
▪ TINDAKAN YANG DILAKUKAN SELAMA PARTUS :
Kala I :
Dalam kala I pekerjaan Dokter, Bidan dan penolong persalinan ialah
mengawasi wanita yang sedang bersaling sebaik-baiknya dan melihat apakah semua
persiapan untuk persalinaan sudah dilakukan. Memberi obat atau melakukan
tindakan hanya apabila ada indikasi.
Kala II :
Kala II mulai bila pembukaan cervik lengkap. Umunya pada akhir kala I atau
pada permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk kedalam ruang panggul,
ketuban pecah secara otomatis. Bila ketuban belum pecah, ketuban harus
dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala II ini wanita tersebut meu muntah
disertai timbulnya rasa ingin mengedan kuat. His akan timbul sering dan merupakan
tenaga pendorong janin pula. Disamping His, wanita tersebut harus di pimpin
mengedan pada waktu ada His, diluar His denyut jantung harus diawasai.
Kala III :
Kala III yang disebut pula kala uri, tidak kalah pentingnya dari kala I dan II, kala
lain dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian siwanita karena
Pendarahan.
3) Tindakan yang dilakukan pada bayi yang baru lahir.
Sebagian besar bayi dilahirkan dengan persalinaan normal, bila bayi talah lahir,
maka yang harus dikerjakan ialah :
▪ Pemotongan tali pusat.
▪ Membersihkan mulut, mata, kerongkongan dari ingus, dan kotoran yang dapat
mengganggu pernapasan.
▪ Membersihkan tubuhnya dari segala kotoran.
▪ Melihat kelaminnya untuk menentukan jenisnya.
▪ Memperlihatkan bayi kepada ibunya dan menyatakan jenis kelaminnya.
▪ Membungkus dengan baik
▪ Meletakkan dia kedalam box bayi
▪ Memberitahukan kepada keluarga yang menunggu, seperti bapaknya tentang
kelahiran anaknya dan jenis kelaminnya.
▪ Guna mencegah “kehilangan anak” maka baik ibu maupun bayi diberi penning yang
sama.
Haruslah diinsyafi bahwa bayi ini adalah manusia, makhluk Allah yang mempunyai
hak hidup. Bila ia laki-laki maka ia akan menjadi khalifah Allah dibumi ini pengelola yang
ada di bumi yang diciptakan Allah buat manusia dan bila ia perempuan, ia akan menjadi
pendamping khalifah yang akan memberikan ketenangan jiwa raga, kebahagiaan dan
kegembiraan hidup berumah tangga hingga si khalifah dapat melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya, dan dapat pula mengatasi segala kesukaran, cobaan, baik yang
disebabkan oleh dirinya sendiri, oleh nafsu yang tidak terkendalikan dan yang didorong
oleh iblis maupun oleh musibah yang didatangkan oleh Allah sendiri.
Bayi haruslah diselamatkan dari segala hal yang mengancam dia sewaktu dalam
proses kelahirannya dan sesudahnya dengan segala upaya dan daya.
4) Dari rahim yang aman ke dunia luar yang penuh ancaman.
Sejak konsepsi di tuba nidasi diuterus sampai menjadi bayi yang sempurna,
makhluk manusia yang kecil ini berada ditempat yang aman dari gangguan luar, karena
ia dilindungi oleh ibunya, dinding perut ibunya yang selalu berdo’a dan mengharapkan
agar dia lahir dengan selamat, dia diberi makan secara otomatis melalui darah ibunya dan
suhu rahimpun selalu stabil. Begitu persalinan dimulai maka berubahlah keadaan, dan dia
diancam oleh bahaya sejak keluar dari rahim melalui mulut rahim kemudian kedalam
vagina sampai kedunia luar. Hawa dunia luar yang berbeda dengan berbeda dengan hawa
rahim merangsang kulitnya, yang menimbulkan reflek inspirasi pernapasan dan langsung
dia menangis, tanda tidak senang, Tangis adalah bahasa pertama yang diucapkan
manusia dan tangis ini selalu dipakai oleh manusia untuk menyatkan tidak senang.
Sekarang keselamatannya sangat tergantung pada kerahiman manusia sekitarnya,
terutama ibunya, karena ia dilahirkan sebagai makhluk yang tidak berdaya dan lemah.
Sewaktu dalam kandungan ibunya rahim adalah Sorga buat dia dan sewaktu telah
dilahirkan, maka dunia adalah bagaikan Neraka buat dia. Selama hidupnya sejak lahir
kedunia ia selalu mengaharapkan dan menginginkan kembali kedalam Syurgawi rahimi,
kecintaan dan kaamanan dirinya. Kata rahim yang dipakai untuk eterus sendiri
sebenarnya berasal dari kata Arab yang berarti kasih sayang.
Begitu bayi lahir, maka seluruh sistim pernapasan yang diperlukan untuk hidup
diluar rahim bekerja lebih intensif, misalnya sistem pernafasan (paru-paru). Begitu pula
kulit si bayi dirangsang oleh hawa yang berbeda suhunya dengan hawa rahim yang stabil.
Sekarang sibayi sudah siap untuk sendiri secara Fisiologis, namun masih terus dibantu
manusia sekitarnya.
Perubahan alam rahim yang stabil dengan alam dunia yang berubah-ubah ini
meyebabkan sibayi merasa tidak senang, yang dinyatakan dengan tangis. Suara tangis
dapat terlaksana karena terjadinya inspirasi udara sehingga paru-paru mengembang dan
diikuti oelh ekspirasi mendorong udara keluar, melalui tali suara. Perasaan senang dan
tidak senang adalah fungsi psyke (jiwa) dan dengan tangis ini berarti bahwa psike si bayi
sudah mulai berfungsi. Bila sibayi sudah dibersihkan dari segala kotoran dan dibungkus
baik-baik, maka ia berhenti menangis. Karena ia merasa adanya keamanan, kecintaan
dari lingkungannya, dia merasa senang kembali.
Dia akan menangis lagi bila ada stimuli yang mengganggunya seperti lapar, dingin,
basah karena kencingnya. Dengan tangis ini ia tidak saja mengatakan ketidak
senangannya, juga sekaligus meminta bantuan untuk membebaskan dia dari segala
ancaman duniawi ini.
Begitu bayi lahir maka seluruh inderanya sudah pula mulai bekerja, kulit untk
merasa rabaan, tekanan, perubahan hawa, sedang mata belum lagi bekerja dengan baik,
walau pun mata sudah menerima rangsangan cahaya, mungkin baru merasakan
perbedaan terang dan gelap. Pendengaran lebih peka dan sudah dapat dengar suara
ibunya yang menenangkan, bila ia menangis kesan stimuli dinyatakan oleh psike melalui
emosi-emosi pertama ialah merasa tidak senang diwujudkan dengan menangis, suara
yang timbul dengna pertolongan sistem pernapasan, si bayi dikeuarkan dengan paksa
dari alam rahim ayng aman tenteram ke alam dunia yang tidak aman, penuh bahaya.
Secara psikofisiologis hubungan antara stimulus dengna psike dapat digambarkan
sebagai berikut. Stimulus merangsang salah satu reseptor indera, kesan diteruskan
melalui sistem pernapasan ke kulit otak :cort cer ebri, untuk di hayati dan merancangkan
suatu respons yang sesuai dengan stimulus. Secara hipotetis di otak besar inilah, atau
susunan syaraf pusat, psike disentuh untuk beraksi dalam bentuk emosi, senang tidak
senang menangis, marah, sedih, dsb.
Dikulit otak ini di rewkam segala kesan-kesan yang diantarkan oleh indera. Malalui
reseptornya dan dengan adanya rekaman yang bertahan selama hidup berbagai kesan
akan berkembang dan mempengaruhi seluruh kehidupan kelak. Sebagai suatu ilustrasi
tentang kebenaran hipotesa diatas, akan dikutip disini pendapat Dr. Werner Wolff dalam
bukunya : The Personality of the Preschool Child” William Heideman, medical book LTD,
London, 1947, Hal 267 : The greatest danger lies in the assumption that the young child
has no understanding of emotional or sexual reaction which parents some times display
before their children. R.M. Klindner presents the outobiograpphical material of a
psychopthic young man obtained in a hypnoalistis. He succeded in bringing the patient
under hypnosys and having him remember his first impression, which went back to time
when the child was lying in the cradle. The patient remembered every detail of having
watched the parent’s sexual intercourse.
Ungkapan pengalaman ilmiah ini hendaknya mendorong orang tua supaya lebih
berhati-hati terhadap ucapan dan tindakan yang mereka lakukan dimuka atau dekat
dengan anak mereka, karena semuanya ini direkam diotak sianak dan dapat merupakan
pembentukan dasar kepribadian, tingkah laku sibayi apalagi otak sibayi masih kosong dari
segala macam pengarus stimuli yang ditangkap dengan alat inderanya. Betapa besarnya
pengaruh orang tua dan lingkungan terhadap pembentukan kepribadian ini, diucapkan
oleh Freud sebagai tercantum dalam buku : Calvin S Hall & Gardner Lindsey :
Theories of personality, John Wily & Sona, Inc New York, 1957, halaman 46 :
Freud was probably the first psychological theorist to emphasise the
developmental aspect of personality and in particular to infacy and childhood in lying
down the basic-structure of the person/character. Indeed Freud felt that personality was
prety well formed by the end of the fifth year, and the subsequent growth consisted for
the most part elaborating this basic structure.
Teori tersebut ternyata dibenarkan oleh Allah, sebagaimana dijelaskan dalam surat
Al-Nahl : 78, Artinya :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dengan tidak mengetahui sesuatu
apapun, kemudian dia jadikan buatmu, pendengaran dan penglihatan dan hati supaya
kamu bersyukur kepadaNya.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa pengaruh orang itulah yang utama meletakkan
dasar kepribadian anak dan dengan ucapan beliau, "Setiap anak yang dilahirkan adalah
bersih, suci, maka orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani dan Majusi."
Rasulullah saw, menganjurkan supaya lingkungan rumah tangga itu dihiasi dengan
membaca Al-Quran dengan sabda beliau,"Hiasilah rumah kamu dengan sembahyang
berjamaah dan membaca Al-Qur’an".

b. Kelahiran ditinjau dari Sudut Islam


Dilihat dari statusnya maka bayi punya 3 status yaitu sebagai berikut :
▪ Makhluk sosial
Walaupun bayi berasal dari Sperma bapanya dan Ovum ibunya, tetapi ia tidak serupa
baik dengan ibunya, maupun dengan bapaknya. Dia memiliki sebagian sifat-sifat fisik
bapaknya dan sifat-sifat fisik ibunya, yang terkandung dalam “gen” sperma dan ovum orang
tuanya. Sebelum ia lahir ia menumpang hidup didalam rahim ibunya, ia mempunyai warna
kulit sendiri, warna mata sendiri dan bagian-bagian lainnya. Ia adalah makhluk individu sendiri.
▪ Mahluk individu
Bayi yang lahir adalah makhluk sosial karena dia dipunyai oleh orang tuanya, dia
menjadi anggota baru dari keluarganya dan keluarga orang tuanya, dan keluarga masyarakat
dimaan dia dilahirkan, baik kampung kota dan maupun negaranya. Dia harus didaftarkan pada
kantor pencatat kelahiran baik ia lahir hidup atau mati.
▪ Mahluk Allah
Bayi adalah makhluk Allah karena ia dijadikan Allah sejak pertemuan sperma bapanya
dengan ovum ibunya dipangkal saluran telur (tuba Falopii) sampai menjadi manusia yang
sanggup hidup sendiri diluar tubuh ibunya.

ALAM DUNIA
Dalam rahim tubuh ibunya ovum yang telah dibuahi itu berkembang menjadi beberapa
sel kemudian ia didorong kedalam rahim dalam bentuk morula dan dalam bentuk blastula.
Sesampai di dalam rongga rahim makhluk kecil ini menghujamkan dirinya kedalam kedalam
dinding rahim, peristiwa mana dinamai nidasi. Dengan memperoleh makanan yang lengkap
sebagai manusia. 3 x 40 hari sesudah konsepsi (pembuahan) Allah mengutus Malaikat untuk
meniupkan ruh kedalam mahkluk kecil ini dan terjadilah Integrasi antara Ruh dengan tubuh
fisik sampai dilahirkan.
Allah menjelaskan pembuatan bayi tersbut dalam surat Al’Mu’minun ayat 12, 13, dan
14, yang artinya:
"Dan sesungguhnya kami ciptakan manusia dari suatu sari pati tanah
Kemudian Kami jadikan sari pati itu Nuthfah (konsepsi sperma dan ovum) didalam tempat
yang kokoh (rahim)
Kemudian Nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqah (segumpal darah) kemudian ‘alaqah itu Kami
jadikan mudhgah (segumpal daging) dan Kami jadikan Mudhgah tulang belulang. Lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain, maka Maha Suci Allah, Pencipta yang terbaik".
Nabi Muhammad saw menjelaskan pula tentang kejadian bayi tersebut sebagaimana
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori :
Abi Aburahman ‘Abdillah meriwayatkan bahwa : Rasullullah saw menjelaskan kepada
kami, beliau adalah seorang yang benar dan dipercaya “Sesungguhnya seorangkamu
dikumpulkan kejadiannya didalam perut ibunya selama 40 hari sebagai nuthfah (telur yang
sudah dibuahi) kemudian menjadi’alaqah (segumpal darah) dengan watu yang sama (40 hari)
kemudian Allah mengirim Malaikat maka dia meniupkan Ruh padanya Allah .Hadist Allah
menjelaskan bahwa Dialah yang membentuknya didalam rahim ibunya sesuai dengan
kehendak-Nya dalam Surah Ali Imron ayat : 6. Dia lah yang membentuk kamu dalam rahim
sebagaimana yang dikehendakinya Yang Maha Perksa dan Maha Bijaksana.”
Allah pulalah yang menentukan jenis bayi sebagaimana dijelaskan dalam surat An Nisa
:
"Hai sekalian manusia bertaqwalah kamu kepada Tuhan yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri (Adam) dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak dan seterusnya.
Dia pulalah yang mengeluarkan bayi dari dalam perut ibunya sebagaimana dijelaskan
oleh Firman Allah dalam surat Aji Hajj ayat 5 :
"Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka
ketahuilah sesungguhnya Kami telah jadikan kamu dari tanah kemudian dari muthfah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiaanya dan kemudian yang tidak
sempurna kejadiannya agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami kehendaki sampai waktu
yang sudah di tentukan ,kemudian (berangsur-angsur) sampai kamu sampailah kedewasaan
dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula yang dipanjangkan umurnya
sampai1/2 pikun supaya ia tidak mengetahi lagi sesuatu yang sebelumnya telah
diketahuinya.dan kamu lihat bumi ini kering kemudian apabila telah Kami turunkan hujan
maka hiduplah bumi ini dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah".
Bayi yang dibentuk dalam rahim ini bila ia laki-laki akan dijadikan Allah khalifahnya dan
bila ia perempuan akan dijadikan isteri pendamping khalifah Allah sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 30.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaiakt, sesungguhnya Aku akan
menjdikan seorang khalifah dimuka bumi dan seterusnya.”.

c. Hal-hal yang dianjurkan Islam dalam Menerima Kelahiran Bayi


▪ Adzan
Pertama adalah adzan di dekat kuping bayi lahir tersebut, saat bayi lahir hal
pertama yang biasa dilakukan oleh para kaum muslim adalah adzan. Namun, adzan yang
dikumandangkan dengan suara kecil. Dan lebih baik tidak dikumandangkan terlalu keras
atau teriak -teriak dan dikumandangkan dekat dengan kuping bayi.
Hikmah mengapa bayi pertama kali lahir di adzani adalah supaya yang pertama kali
didengar oleh telinga anak itu adalah kalimat Allah. Seperti kata syahadat agar kelak besar
bisa terbiasa dalam menunaikan ibadah sholat 5 waktu. Dan bertumbuh menjadi anak
yang baik bagi masyarakat. Karena sebenarnya ada doa dalam setiap ucapan adzan itu
sendiri yang suatu saat bayi tersebut akan mengerti
Hadis sunnah yang dianjurkan Rasullullah SAW adalah sebagai berikut:
“Barangsiapa yang melahirkan seorang anak, lalu dikumandangkan adzan pada
telinga kirinya, maka dia tidak akan dicelakakan oleh Ummu Shibyan” (HR.Ibnu Sinni)
▪ Memberikan nama yang baik
Tinggalkan tradisi membuat nama yang terlalu panjang. Kita harus mencontoh
seperti para nabi contoh muhammad. Dan nama juga lebih baik tidak disingkat saat
dipanggil. Karena agar bisa mendapat berkahnya. Sebab rata – rata nama umat muslim
pada masa nabi jika diperhatikan memiliki satu nama saja.
Memberikan Nama yang baik juga dipengaruhi oleh niat. Pilihan nama sendiri bisa
diambil dari sahabat – sahabat nabi pada zamannya. Dan sebagai orang tua lebih baik
mengetahui arti nama bayi atau anaknya. Lalu diusahakan untuk tidak sembarangan
dalam memberi nama. Bisa saja itu mempengaruhi perilaku pada saat anak itu tumbuh
besar.
▪ Aqiqah
Setiap anak yang lahir, aqiqah dalam hal ini hukumnya sunnah. Jika yang dilahirkan
adalah perempuan maka disembelihkan satu kambing. Namun, apabila yang dilahirkan
adalah laki – laki maka disembelihkan dua ekor kambing. Kambing jantan atau betina
yang disembelih itu boleh. Umur kambing yang disembelih adalah minimal 1 tahun.
Sementara domba umur minimalnya adalah 6 bulan yang penting tidak cacat.
Serta dianjurkan kalau bisa ayahnya yang menyembelih sendiri. Itu juga termasuk
ke dalam sunnah dan ibadah. Dan ini tidak boleh diganti hewan lain harus kambing atau
domba. Nabi sendiri telah menentukan itu yang disembelih adalah kambing ataupun
pilihan kedua adalah domba. Dan disunahkan pada hari ke tujuh. Jika anak sudah besar
tidak melakukan aqiqah juga tidak apa atau diperbolehkan.
▪ Berdoa dijauhkan dari setan
Setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya atau bayi yang baru lahir
sekalipun. Ustad Adi Hidayat mengatakan bahwa setiap bayi yang lahir terdapat setan
yang menggodanya. Untuk itu sebagai orang tua dianjurkan untuk berdoa agar anak
dijauhkan dari setan.
Hal ini pernah terjadi pada maryam dari lahir sampai meninggal dijaga dari setan
namun bukan berarti tidak digoda oleh setan. Tetapi ketika setan akan menggoda
langsung dihijab oleh Allah dan tidak sampai kepada maryam ini berkat doa dari kedua
orang tuanya. Sehingga godaan setan tidak sampai ke mariam
▪ Mengunyah kurma sampai halus
Memasuki sunnah kelima, para sahabat nabi juga menganjurkan makanan yang
baik saat bayi lahir pertama kali yang bisa dilakukan oleh orang tua bayi. Hal ini tidak
memiliki batas hari kapan saja boleh dilakukan , kata ulama sangat sehat jika yang
dimasukkan pertama kali adalah asi ibunya dan sari kurma tadi.
Sari kurma sendiri kalau bisa dikunyah sampai benar – benar halus dan diberikan
sedikit saja. Ini akan lebih memudahkan untuk bayi menelan atau makan. Teknik ini juga
bisa disebut dengan Men-Tahnik.
▪ Berikhtiar
Ketika bayi baru lahir sebagai orang tua disarankan untuk mulai berikhtiar
menyiapkan perangkat dari doa yang dimohonkan. Bahkan ikhtiar dini juga bisa
dianjurkan.Dari Ustad Adi Hidayat mengatakan:
“Dicarikan guru terbaik yang bisa membimbing anaknya dekat dengan Allah maka
dipilihkan guru terbaik pada zaman zakaria tidak hanya itu dipilihkan nya tempat
terbaik. Turunlah jawaban dari Allah maka saya terima semua ikhtiar ini. Maka jika
sudah diterima maka Allah langsung yang kan memperhatikan anak yang dimaksudkan
dari mulai tumbuh sampai meninggalnya “
Hal diatas juga diukung dengan surah Al-Imran Ayat 37 yang berbunyi seperti
dibawah ini :
“Maka Tuhannya menerimanya ( sebagi nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya
pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati
makanan disinya. Zakariya berkata “hai maryam dari mana kamu memmperoleh
makanan ini? Maryam menjawab “” Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya”
▪ Potong Rambut Bayi
Sunnah ketujuh ini dianjurkan bagi para bayi yang baru lahir sebagai orang tua
kalau bisa potong rambut atau mencukur rambut bayi. Ini dilakukan di hari yang sama
dimana, diberi nama, di aqiqahkan dan kemudian mencukur rambut bayi. Hal ini
dianjurkan setelah mencukur itu ditimbang dengan perak atau emas . Dinilai itu berapa
peraknya, lalu disedekahkan jumlahnya.
Bahkan umumnya rambut bayi itu kurang dari satu gram maksimal. maka, berapa
nilainya nanti tinggal disedekahkan di jalan Allah. Setelah itu sisanya yaitu pendidikan
untuk bayi tersebut. Seperti pendidikan agama bagaimana cara mendidik agama dengan
baik.

d. Relevansi nasab dalam perkara-perkara (keturunan) yang ada


Nasab dalam hukum Islam memiliki kualitas yang sangat penting, karena dengan adanya
nasab secara filosofi antara anggota keluarga besar memiliki keterkaitan dan keterikatan yang
sangat kuat dan menjadi pondasi utama untuk terbentuknya suatu kelompok manusia yang
kokoh, setiap anggota kelompok terikat dan terkait dengan anggota yang lainnya.

Hukum Islam melarang seorang ayah mengingkari nasab anak-anaknya, demikian pula
seorang ibu diharamkan menghubungkan nasab anak bukan pada ayah yang sebenarnya.
Demikian pula hukum Islam mengharamkan menghubungkan nasab anak kepada ayah
angkatnya. Hal ini berdasarkan hadits:

“Perempuan mana pun yang menasabkan seorang anak kepada kaum yang bukan dari
kaum tersebut, maka ia tidak mendapat apa-apa (rahmat) dari sisi Allah. Dan Dia tidak akan
memasukkan perempuan itu ke dalam surga-Nya."

"Begitu pula laki-laki mana pun yang mengingkari anaknya, sedangkan dia melihat
kepadanya, maka Allah akan menghalangi diri darinya dan Dia justru akan membuka aibnya
di hadapan seluruh makhluk, baik generasi awal maupun generasi akhir,” (HR Abu Dawud).

Seperti yang sudah disebutkan di atas, ketika membicarakan nasab, maka biasanya juga
akan membahas mengenai hak waris dan juga perwalian. Dalam Islam mengatur, jika pihak
istri meninggal dan tidak memiliki anak dalam pernikahan, maka suami mendapat bagian
setengah dari harta warisnya.

Sementara itu, jika sang istri yang meninggal dan memiliki anak, maka suami juga
mendapat seperempat dari harta warisnya. Apabila suami meninggal dan tidak memiliki anak,
maka istri mendapat bagian seperempat dari harta waris.

Sementara itu, bila suami yang meninggal dan memiliki anak, maka si istri mendapat
seperdelapan dari harta waris Pembagian hak waris ini diketahui berdasarkan ayat:

“Bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau
(dan) seduah dibayar utangnya."
"Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah
dibayar hutang-hutangmu,” (Surat An-Nisa’ ayat 12).

e. Nasab ditinjau dari sudut pandangan islam

Kata nasab yang sering kita dengar tentunya berasal dari bahasa arab yakni kata “an
nasab” yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yakni keturunan atau kerabat. Kata nasab
juga berarti memiliki ciri atau atau memberikan karakter keturunannya. Adapun dalam kamus
besar bahasa Indonesia kata nasab itu sendiri tidak memiliki perbedaan ari atau pergeseran
makna. Nasab dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya keturunan terutama keturunan
dari pihak bapak.

Nasab juga diartikan sebagai suatu tali yang menghubungkan keluarga dan hubungan
darah lainnya. Sedangkan secara istilah, nasab memiliki arti keturunan yang didapat dari
pernikahan sah dan memiliki ikatan atau hubungan darah yang disebut keluarga baik yang
merupakan hubungan darah yang bersifat vertikal atau ke atas seperti ayah, ibu, kakek, nenek
dsb ataupun yang bersifat horizontal atau menyamping seperti paman, bibi, saudara dll.

Sistem Penentuan Nasab


Ditinjau dari ilmu antropologi, ada beberapa sistem nasab atau keturunan yang berlaku
dibeberapa belahan dunia atau tempat yang berbeda. Sistem tersebut antara lain:

▪ Sistem bilateral/parental, yaitu sistem keturunan yang menganggap keturuan berasal


dari hubungan kekerabatan kedua pihak orangtua baik ayah maupun ibu.
▪ Sistem patrilineal, yaitu sistem yang menyebutkan bahwa keturnan didapat dari
hubungan kekeluargaan melalui pihak ayah atau laki-laki saja. Dalam sistem ini keturunan
hanya dianggap atau dilihat dari kerabat atau keluarga ayahnya saja.
▪ Sistem matrilineal, yaitu sistem keturunan yang memperhitungkan hubungan
kekeluargaan melalui pihak ibu atau perempuan saja.
▪ Sistem bilineal atau yang dikenal dengan dubbel-unilateral, yaitu sistem yang
memperhatikan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan melalui pihak ayah atau laki-
laki saja untuk beberapa hal dan demikian juga dengan keturunan pihak perempuan yang
hanya berlaku untujk beberapa hal tertentu.

Berdasarkan sistem tersebut, menurut pendapat ulama, agama Islam yang mengacu
pada Alquran dan Sunnah menganut sistem bilateral/parental. Sedangkan Ulama Fiqih
berpendapat bahwa nasab dalam agama islam cenderung menganut sistem patrilineal. Hal
tersebut ditegasakan sesuai dengan dalil berikut ini :

“Allah sekali-sekali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya;
dan dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu dzibar itu sebagai ibumu, dan dia tidak
menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak-anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu
hanyalah perkataanmu dimulut saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya.Dan dia
menunjukkan jalan (yang benar). Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan
(memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu
tidak mengetahui bapak-bapak mereka maka (panggillah) mereka sebagai) saudara-
sauadaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang
kamu khilaf kepadanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan
adalah Allah maha pengampun lagi maha penyayang”

Sebab Penentuan Nasab


Dalam menentukan ansab atau keturunan maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dalam islam sendiri ada tiga sebab utama dalam penentuan nasab yaitu sebagaimana yang
diuraikan dalam penjelasan berikut ini :

▪ Melalui Pernikahan Sah


Para ulama fiqih seorang anak yang lahir dari seorang wanita atau perempuan
melalui pernikahan yang sah adalah anak dari laki-laki atau ayahnya tersebut. Adapun
untuk menjadi nasab anak tersebut maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
diantaranya adalah

Pertama, suami telah dewasa serta matang dalam hal biologis sehingga ia
dipastikan dapat memberi keturunan, apabila ia tidak dapat memberi keturunan atau
memiliki penyakit kelamin, maka ia tidak dapat dikaitkan nasabnya dengan sang anak.

Kedua, usia janin atau kandungan sang istri haruslah setidaknya berusia enam
bulan sejak pernikahan. Hal ini sesuai dengan mahzab Hanafi namun berdasarkan
pendapat mahzab yang lain usia kandungan haruslah terhitung enam bulan atau lebih
sejak terjadi persetubuhan setelah pernikahan jika usianya kurang maka anak tersebut
tidak dapat dikaitkan nasabnya dengan sang suami.

Ketiga, adanya persenggemaan atau persetubuhan antara suami dan istri setelah
menikah secara lahiriyah atau bilogis hal ini sesuai dengan pendapat tiga mahzab
sedangkan ada pendapat lain yang menyatakan bahwa hubungan tersebut boleh bersifat
imajinasi atau akal saja. Meskipun demikian tetap saja anak yang diakui dalam nasab
adalah anak yang didapt melalui hubungan lahiriyah dan jika sang suami merasa tidak
pernah menggauli sang istri namun sang istri hamil maka ia boleh menjatuhkan tuduhan
li’an atau anak tersebut bukanlah anak kandungnya melainkan hasil perzinahan atau
perselingkuhan dalam rumah tangga (baca zina dalam islam)

▪ Melalui Pernikahan Fasid


Pernikahan fāsid dapat diartikan sebagai pernikahan yang dilaksanakan tidak
memenuhi syarat amupun rukun nikah yang berlaku dalam agama islam. Misalnya saja
pernikahan yang melibatkan mempelai wanita yang masih menjalani masa iddah talak
(baca hukum talak dalam pernikahan dan perbedaan talak satu, dua dan tiga ) baik cerai
mati maupun cerai hidup. Adapun anak tersebut yang nantinya lahir dari sang wanita
dapat terikat nasabnya dengan sang suami apabila sang suami memiliki syarat-syarat
yang sama dengan sebab penentuan nasab melalui pernikahan yakni sang suami mampu
menghamili sang istri, usia kandungan istrinya lebih dari enam bulan serta terjadinya
persetubuhan yang menyebabkan hamilnya sang istri.

▪ Nasab yang disebabkan karena Wāti Syubhat


Istilah Wāṭi syubhat memiliki arti bahwa adanya persetubuhan yang terjadi tanpa
suatu kesengajaan misalnya saja seorang lelaki menyetubuhi seseorang dalam suatu
kamar tanpa penerangan atau sang laki-laki tidak dapat melihat wajah atau rupa wanita
yang ia anggap sebagai istrinya. Adapaun perstubuhan wati syubhat ini merupakan suatu
kesalahan dan apabila si wanita hamil maka anak yang lahir, nasabnya dikaitkan dengan
pria tersebut. Adapun syarat laki-laki tersebut menjadi nasab anak yang lahir karena
watisyubhat adalah jika usia kehamilannya minimal enam bulan dan masa kehamilan
mwanita tersebut atau lahirnya sang anak tidak melewati masa maksimal kehamilan
yakni sembilan bulan sepuluh hati. Anak yang lahir lebih lama dari masa kehamilan
nasabnya tidak dapat dikaitkan dengan lelaki yang menyetubuhinya secara wati syubhat
tersebut.

Demikianlah arti nasab dan sebab penentuan nasab seorang anak berdasarkan fikih
klasik. Dengan demikian dapat disimpulkan seorang aanak dapat terikat nasab dengan
ayahnya atau seorang laki-laki jika memenuhi sebab-sebab diatas dan jika tidak maka
nasabnya terkait dengan ibunya saja. Dampak atau pengaruh dari nasab inilah yang akan
menentukan mahram atau wanita yang haram dinikahi , hubungan kekerabatan, perwalian
nikah pemberian nafkah, waris serta untuk mencegah terjadinya konflik dalam keluarga
maupun pernikahan sedarah yang tidak diperbolehkan dalam islam.

Anda mungkin juga menyukai