Anda di halaman 1dari 5

Nama : MUHAMAD AGUS AFIF S

NIM : A02020038
Kelas : 2A D3 Keperawatan Semester 3
Tugas Resume AIK
Hukum Tindakan Medis Transplatasi Ginjal Babi

Oleh Assoc. Prof. H. Wawan Gunawan Abdul Wahid

Menurut Assoc. Prof. H. Wawan Gunawan Abdul Wahid lembaga keagamaan terkemuka
di Mesir Al-Azhar mengakhiri perdebatan soal transplantasi ginjal babi ke manusia pekan ini.
Akhirnya mereka mengeluarkan fatwa yang mengizinkan transplantasi ginjal babi ke dalam
tubuh manusia, tetapi hanya dalam kondisi tertentu. Perdebatan ini dimulai setelah sekelompok
ahli bedah Amerika Serikat di New York berhasil mentransplantasikan ginjal babi ke pasien
manusia awal bulan ini. Ahli bedah memanfaatkan sumber terbaru organ yang persediaannya
terbatas. Dalam Islam, babi dianggap sebagai hewan najis dan Alquran melarang umat Islam
mengonsumsi dagingnya. pedoman.

“Islam melarang berobat dengan apa pun yang dinilai berbahaya, kotor, atau, sesuatu
yang dilarang,” kata Al-Azhar dalam fatwa tersebut. Namun, fatwa itu juga mengatakan jika
penggunaan organ adalah untuk menyelamatkan nyawa, itu diperbolehkan. Pengecualian
biasanya dapat dibuat untuk aturan agama untuk menyelamatkan nyawa atau untuk kebutuhan
lainnya. Alquran sangat menekankan penyelamatan nyawa manusia. Hal itu tercantum dalam
surat Al-Maidah ayat 32:

ۤ
ِ ْ‫س اَ ْو فَ َسا ٍد فِى ااْل َر‬
‫ض‬ ٍ ‫ٓي اِ ْس َرا ِءي َْل اَنَّهٗ َم ْن قَتَ َل نَ ْفس ًۢا بِ َغي ِْر نَ ْف‬Rْْٓ ِ‫ك ۛ َكتَ ْبنَا َع ٰلى بَن‬
َ ِ‫ِم ْن اَجْ ِل ٰذل‬
‫اس َج ِم ْيعًا َۗولَقَ ْد َج ۤا َء ْتهُ ْم ُر ُسلُنَا‬ َ َّ‫اس َج ِم ْيع ًۗا َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكاَنَّ َمٓا اَحْ يَا الن‬ َ َّ‫فَ َكاَنَّ َما قَتَ َل الن‬
‫ْرفُ ْو َن‬ِ ‫ض لَ ُمس‬ ِ ْ‫ك فِى ااْل َر‬ َ ِ‫ت ثُ َّم اِ َّن َكثِ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم بَ ْع َد ٰذل‬
ِ ‫بِ ْالبَي ِّٰن‬
Berdasarkan salah satu hadits Nabi yang artinya, Setiap penyakit memiliki obat. Jika obat
suatu penyakit telah dikonsumsi, atas izin Allah akan sembuh.Hanya saja, Islam mengharamkan
berobat dengan cara-cara yang bisa membahayakan si pasien dan obat najis yang haram
berdasarkan salah satu hadits Nabi. Hadis tersebut artinya, Tidak boleh membahayakan diri
sendiri dan tidak boleh pula saling membahayakan antar sesama. Juga hadits lain yang berarti,
Sesungguhnya Allah swt tidak meletakkan kesembuhan kalian pada hal-hal yang Dia haramkan
atas kalian.

Hakikat dan Kewajiban Menuntut Ilmu

Oleh Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed

Prof Abdul memaparkan bahwasanya, “Allah memberikan kepada manusia potensi untuk
belajar dan berbagai kemampuan untuk memperoleh ilmu melalui pendengaran, penglihatan dan
perasaan atau hati nurani.” Atas segala ilmu yang diperoleh manusia semuanya berasal dari Allah
sehingga tidak ada perbedaan antara ilmu agama maupun non agama karena semua ilmu
kadarnya sama-sama penting. Perintah menuntut ilmu dijelaskan 2x dalam surah Al Alaq yakni
perintah untuk membaca dengan menyebut asma Allah dan perintah yang menegaskan bahwa
Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mulia. Kedua perintah tersebut berkaitan mengenai Tuhan
sebagai Dzat pencipta manusia dimana dari hal tersebut kita dapat memahami mengenai ilmu
asal usul manusia, baik itu dalam ilmu sains maupun ilmu keagamaan.

Jika kita tilik kembali sejarah mengenai masyarakat Mekah pra Islam atau sebelum
diutusnya Muhammad sebagai Rasul dikatakan merupakan masyarakat jahiliyah. Masyarakat
jahiliyah bisa diartikan menjadi dua pengertian yang pertama masyarakat bodoh karena tingkat
buta hurufnya tinggi sementara yang melek baca tulis minim. Pengertian kedua lebih mengarah
kepada sifat dimana masyarakat waktu itu mencerminkan kurangnya ilmu atau rendahnya akhlak
dan moral. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan pengambaran peristiwa penguburan bayi
perempuan akibat keengganan memiliki seorang anak perempuan. Oleh karena itu, inti dari
peradaban adalah adanya ilmu dan akhlak. Bahkan orang-orang yang memiliki ilmu dan
berakhlak mulia mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Hal tersebut diperjelas dalam QS. AL
Mujadalah ayat 11 bahwa Allah benar-benar akan mengangkat dan memuliakan derajat orang-
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.

Berbagai hadits pendukung lainnya semakin menegaskan betapa kita untuk menuntut
ilmu. Dipaparkan dalam HR Tirmidzi, “Rasulullah bersabda barangsiapa yang berangkat untuk
menuntut ilmu makan dia berasa di jalan fisabilillah hingga dia kembali.” Penegasan hadits
lainnya diperoleh dari jaminan Allah SWT akan memberikan kemudahan bagi siapa yang
senantiasa belajar bahkan akan dimudahkan baginya jalan menuju surga. Satu hal lagi mengenai
menuntut ilmu ialah kita diizinkan untuk bersifat hasad atau iri pada 2 orang yakni orang yang
berilmu dan mengamalkannya serta orang berharta dan berderma dengan hartanya.

Menutup ceramahnya kali ini, Prof Abdul sekali lagi menanamkan pemahaman kepada
kita perihal keutamaan berilmu dimana dalam hadits dijelaskan agar kita terhindar dari bahaya.
Pertama, jadilah kamu orang yang alim. Kedua, jika tidak jadilah orang pembelajar. Ketiga,
jadilah orang yang suka mendengarkan ilmu dan keempat jadilah orang yang cinta ilmu dan
jangan sampai tidak menjadi salah satunya. Prof Abdul juga mengaris bawahi bahwa kesuksesan
kita di dunia, akhirat, maupun keduanya adalah berilmu. “Jadilah manusia pembelajar dan
berilmu karena dengan ilmu kita akan mendapat kemudliaan di hadapan manusia dan Allah
SWT. Melalui ilmu jugalah kita mendapat kesejahteraan materiil, jasmani, maupun rohani”, ujar
Prof Abdul.
Lampiran Bukti Zoom 1

Anda mungkin juga menyukai