Nim A02020038
Prodi D3 Keperawatan 1 A
PERAWATAN LUKA
A. Pengertian Prosedur
Perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya untuk mencegah infeksi,
membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh.
B. Tujuan Prosedur
3. Kassa steril
4. Kassa penekan/deppers
5. Kom kecil
2. Gunting plester
3. Pengalas
4. NaCL 0,9 %
5. Hypafix
1. Mencuci tangan
3. Membaca tasmiah
4. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas dengan menjaga privacy
5. Membuka peralatan
6. Memasang pengalas
7. Membasahi plester dengan alcohol spray dan buka dengan menggunakan pinset
E. Kelebihan dan kelemahan prosedur yang dilakukan berdasarkan kondisi yang ditemui di
ruangan
Kelebihan : Luka pasien terhindar dari infeksi kuman sehingga mempercepat penyembuhan luka
Kekurangan :
1. Penggunaan pinset hanya terdapat 1 pinset cirugis dan 1 anatomi, seharusnya 1 cirugis dan 2
anatomi.
2. Tidak mengganti sarung tangan bersih menjadi sarung tangan steril kemungkinan akan
menyebabkan infeksi pada luka
F. Pembahasan pelaksanaan prosedur berdasarkan teori dan jurnal
Prosedur kerja
1. Peralatan didekatkan
2. Mencuci tangan
3. Perlak dipasang di daerah yang luka, bengkok di dekatkan (dari arah dalam keluar) dan
bila balutan menggunakan perban dibuka dengan gunting.
6. Bersihkan luka dengan kasa steril yang sudah dibasahi oleh antiseptic (NaCl 0.9% /
rivanol) menggunakan pinset anatomis dari arah atas ke bawah dan dari dalam ke luar, kasa kotor
dibuang ke bengkok keringkan lika dengan kasa steril sampai kering, serat kasa jangan sampai
melekat pada luka.
7. Luka ditutup dengan kasa yang diberikan betadine 10%, luka ditutup lagi dengan kasa
steril, fiksasi menggunakan plester/ dibalut dengan perban.
9. Peralatan dibersihkan/dirapihkan
B. Tujuan
C. Persiapan Alat
1. Bak spuit
2. Handscoon
3. Spuit
4. Alkohol swab
2. Menjelaskan tujuan
2. Kekurangan saat melakukan injeksi seharusnya infus diklem atau dengan menekuk
selang infus tetapi di RS tidak .
IV bolus adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung kedalam saluran/jalan infus.
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan,
tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan
memberikan medikasi (Perry & Potter, 2006)
Banyak variasi dari prosedur tindakan ini. Yaitu bolus intravena, mencampur obat dalam volume
cairan yang besar, melalui infus piggyback serta titrasi kontinyu
dengan syring pump. Dari variasi tersebut, paling banyak dipakai di unit rawat inap adalah
penyuntikan bolus intravena melalui port selang infus. Karena prosedur ini paling praktis dan
tidak banyak membutuhkan peralatan.Di Kabupaten Kebumen khususnya di Rumah Sakit Umum
Kebumen, dari studi pendahuluan pada 13 Januari 2007 didapatkan data 75% pasien yang
mendapatkan terapi cairan intravena juga mendapatkan obat dengan bolus intravena. Selain itu
juga didapatkan adanya variasi diantara perawat dalam melakukan prosedur ini. Dari wawancara
pada 20 perawat yang dinas pagi di ruang rawat inap Penyakit Dalam dan Bedah, 15 (75%)
perawat disaat menginjeksikan obat melalui port selang infus, aliran infus dihentikan dengan
alasan untuk mencegah refluks obat. Sedangkan 5 (25%) perawat kadang menghentikan aliran
infus dengan alasan untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.(Mutholib, Handoyo, 2007)
ANALISA PROSEDUR TINDAKAN
A. Pengertian prosedur
Prosedur memberikan oksigen dengan kanul nasal yaitu pemberian oksigen melalui hidung
dengan kanul ganda
B. Tujuan prosedur
1. Cuci tangan
2. Memakai hanscoon
4. Menyambung selang binasal kanul dengan output oksigen dan memastikan ada aliran
udara
5. Memastikan dengan cara membuka flow meter dengan cara mengarahkan aliran oksigen
ke punggung tangan
E. Kelebihan dan kelemahan prosedur yang dilakukan berdasarkan kondisi yang ditemui
diruangan
Tahap kerja :
1) Bantu klien pada posisi semi fowler jika memungkinkan, untuk memberikan kemudahan
ekspansi dada dan pernafasan lebih mudah.
7) Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan selang serta kaitkan dibelakang
telinga atau mengelilingi kepala. Yakinkan kanul masuk lubang hidung dan tidak ke jaringan
hidung.
8) Plester kanul pada sisi wajah, selipkan kasa di bawah selang pada tulang pipi untuk
mencegah iritasi.
9) Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit, seperti warna, pernafasan,
gerakan dada, ketidaknyamanan dan sebagainya.
11) Kaji klien secara berkala untuk mengetahui tanda klinik hypoxia, takhikardi, cemas,
gelisah, dyspnoe dan sianosis.
12) Kaji iritasi hidung klien. Beri air / cairan pelumas sesuai kebutuhan untuk melemaskan
mukosa membran.