Komponen Uraian
1. Tema Hukum Pemasangan Kateter Menurut Islam
B. Tujuan
Penulisan Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah: 1. Untuk
mempelajari tentang pengertian pemasangan kateter 2. Untuk mengetahui
hukum shalat bagi pasien yang terpasang Kateter 3. Untuk mengetahui
cara shalat orang yang terpasang kateter
C.Manfaat
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
dan bagi pembaca lainnya. Kita sebagai umat beragama menjadi tahu apa
saja yang dapat kita lakukan untuk menambah cara kita sebagai umat
beragama, kita akan lebih memahami batasan- batasan kita. Tentang apa
saja yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan untuk mencari ridho
Allah SWT.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari tentang pengertian pemasangan kateter
2. Untuk mengetahui hukum shalat bagi pasien yang terpasang Kateter
3. Untuk mengetahui cara shalat orang yang terpasang kateter.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemasangan Kateter Pemasangan kateter urin merupakan tindakan
mengontrol dengan cara memasukkan kandung kemih kandung kemih
melalui uretra yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan
eliminasi pada pasien yang tidak mampu eliminasi secara normal.
B. Hukum Sholat bagi pasien yang berkateter Salat merupakan salah satu
rukun Islam, sebagaimana dalam sebuah hadis disebutkan, “Tegaknya
Islam pada lima perkara: Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah
melainkan Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan
Allah, mewujudkan salat lima waktu membayar zakat, Puasa di bulan
Ramadhan, serta naik haji bagi yang kuasa” (HR. Bukhari/Sahih Bukhari,
hal. 19, juz 1, Maktabah Syamilah). Salat merupakan rukun Islam yang
kedua setelah syahadat. Islam didirikan di atas lima sendi yang salah
satunya adalah salat. Maka, siapa yang mendirikan salat, ia telah
mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan salat, ia
meruntuhkan agama. Shalat selamanya akan menjadi kewajiban manusia
selama di jasadnya masih ada ruh dan akal. Hanya saja, syariat
memberikan keringanan, dimana manusia boleh melaksanakan shalat
sesuai kemampuannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam : ًصل ائما،لم لى لم اعدا
“Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk,
dan jika tidak mampu juga maka dengan masalaha.” (HR.Bukhori).
Setiap orang yang sudah akil balig tidak boleh meninggalkan salat dalam
kondisi apa pun, baik sehat maupun sakit. Selama orang itu masih
dikategorikan sehat pikirannya (tidak gila), kewajiban melakukan salat
masih walaupun cara salatnya berbeda dengan orang sehat. Salat orang
sakit tidak sama dengan salat orang sehat. Islam banyak memberi
kemudahan bagi umatnya. Sebagaimana firman Allah, “Allah tidak merasa
lelah seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Al-Baqarah
ayat 286). Allah Taala juga memerintahkan kaum muslimin untuk
melaksanakan ketakwaan menurut kemampuan mereka, “Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (At-Taghaabun
ayat 16). Syariat Islam dibangun di atas ilmu dasar dan kemampuan orang
yang dibebani. Tidak ada satu pun beban syariat yang diwajibkan kepada
seorang di luar kemampuannya. ulama berpendapat bahwa salah satu
syarat sah shalat adalah suci badan, pakaian, dan tempat. Orang sakit serta
ada terpasang kateter (selang kencing) jelas bersambung dengan najis yang
tidak dimaafkan. Penggunaan kateter dibolehkan bila termasuk keadaan
terpaksa jika kateter harus terpasang dan tidak boleh dilepas (sesuai
dengan Arahan dokter). Jika tidak dilepas, akan menambah rasa sakit atau
dapat memperbaiki proses penyembuhan serta membahayakan orang sakit.
Maka, salat orang tersebut dengan keadaan kateter tetap terpasang tidak
ada masalah, salat tetap wajib dilakukan sebagaimana keterangan yang
telah kami sebutkan di atas. Kebolehan salat dalam kondisi berkateter
adalah semacam dispensasi yang bersifat kondisional dari Islam. Maka,
salat orang yang terpasang kateter Orang sakit serta ada terpasang kateter
(selang kencing) jelas bersambung dengan najis yang tidak dimaafkan.
Penggunaan kateter dibolehkan bila termasuk keadaan terpaksa jika kateter
harus terpasang dan tidak boleh dilepas (sesuai dengan Arahan dokter).
Jika tidak dilepas, akan menambah rasa sakit atau dapat memperbaiki
proses penyembuhan serta membahayakan orang sakit. Maka, salat orang
tersebut dengan keadaan kateter tetap terpasang tidak ada masalah, salat
tetap wajib dilakukan sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan di
atas. Kebolehan salat dalam kondisi berkateter adalah semacam dispensasi
yang bersifat kondisional dari Islam. Maka, salat orang yang terpasang
kateter Orang sakit serta ada terpasang kateter (selang kencing) jelas
bersambung dengan najis yang tidak dimaafkan. Penggunaan kateter
dibolehkan bila termasuk keadaan terpaksa jika kateter harus terpasang dan
tidak boleh dilepas (sesuai dengan Arahan dokter). Jika tidak dilepas, akan
menambah rasa sakit atau dapat memperbaiki proses penyembuhan serta
membahayakan orang sakit. Maka, salat orang tersebut dengan keadaan
kateter tetap terpasang tidak ada masalah, salat tetap wajib dilakukan
sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan di atas. Kebolehan salat
dalam kondisi berkateter adalah semacam dispensasi yang bersifat
kondisional dari Islam. Maka, salat orang yang terpasang kateter
Penggunaan kateter dibolehkan bila termasuk keadaan terpaksa jika kateter
harus terpasang dan tidak boleh dilepas (sesuai dengan Arahan dokter).
Jika tidak dilepas, akan menambah rasa sakit atau dapat memperbaiki
proses penyembuhan serta membahayakan orang sakit. Maka, salat orang
tersebut dengan keadaan kateter tetap terpasang tidak ada masalah, salat
tetap wajib dilakukan sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan di
atas. Kebolehan salat dalam kondisi berkateter adalah semacam dispensasi
yang bersifat kondisional dari Islam. Maka, salat orang yang terpasang
kateter Penggunaan kateter dibolehkan bila termasuk keadaan terpaksa jika
kateter harus terpasang dan tidak boleh dilepas (sesuai dengan Arahan
dokter). Jika tidak dilepas, akan menambah rasa sakit atau dapat
memperbaiki proses penyembuhan serta membahayakan orang sakit.
Maka, salat orang tersebut dengan keadaan kateter tetap terpasang tidak
ada masalah, salat tetap wajib dilakukan sebagaimana keterangan yang
telah kami sebutkan di atas. Kebolehan salat dalam kondisi berkateter
adalah semacam dispensasi yang bersifat kondisional dari Islam. Maka,
salat orang yang terpasang kateter salat tetap wajib dilakukan sebagaimana
keterangan yang telah kami sebutkan di atas. Kebolehan salat dalam
kondisi berkateter adalah semacam dispensasi yang bersifat kondisional
dari Islam. Maka, salat orang yang terpasang kateter salat tetap wajib
dilakukan sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan di atas.
Kebolehan salat dalam kondisi berkateter adalah semacam dispensasi yang
bersifat kondisional dari Islam. Maka, salat orang yang terpasang kateter
tidak dianggap sah karena ternafinya syarat suci pada mereka. Kewajiban
mereka hanya sebatas pada waktu saja sebagaimana ditentukan dalam
sebuah hadis, “Apabila aku perintahkan akan sesuatu, mengerjakanlah
bagaimana kalian dapat mengerjakannya” (HR Bukhari dan Muslim).
Seandainya ia meninggal masih dalam kondisi memakai kateter, shalatnya
dimaafkan. Namun, bila nanti sembuh dan dapat melepaskan kateter yang
bernajis, dia harus berulang kalisalatnya. (Lihat al-Majmu' juz 3 hal 136 /
Program Maktabah Syamilah) demikian, jika memungkinkan untuk dilepas
didorong dalam waktu yang minimal, bisa mengatur agar kateter dilepas
ketika mendekati waktu salat asar dan waktu salat isya. Ketika kateter
dilepas mendekati waktu asar, kemudian dia bisa salat zuhur di akhir
waktu, disambungkan dengan salat asar setelah masuk waktunya. Ini
semua harus dikonsultasikan dulu dengan dokter yang merawatnya.
Wallahu 'alam bi al-tsawab.
C. Bagaimana mengetahui cara sholat yang terpasang kateter Ia tetap
sholat sesuai keadaannya jika telah masuk waktu sholat, sebagaimana
orang yang berpenyakit beser dan wanita yang istihadhoh. Atau ia
bertayammum jika ia TIDAK SANGGUP menggunakan air, namun wajib
baginya untuk menggunakan air jika ia mampu, berdasarkan Firman Allah
Ta'ala: “ اتَّقُوا ال اBertaqwalah sesuai kemampuan mu…” [QS At Taghobun
ayat 16]. Adapun jika keluar sesuatu setelah itu maka hal itu TIDAK
MENGAPA, dengan syarat ia berwudhu kecuali SETELAH MASUKNYA
WAKTU SHOLAT, kemudian ia berdoa meskipun waktu selalu ada dalam
doa, karena ia Bagaimana mengetahui cara sholat orang yang terpasang
kateter Ia tetap sholat sesuai keadaannya jika telah masuk waktu sholat,
sebagaimana orang yang berpenyakit dan wanita yang istihadhoh. Atau ia
bertayammum jika ia TIDAK SANGGUP menggunakan air, namun wajib
baginya untuk menggunakan air jika ia mampu, berdasarkan Firman Allah
Ta'ala: “ اتَّقُوا ال اBertaqwalah sesuai kemampuan mu…” [QS At Taghobun
ayat 16]. Adapun jika keluar sesuatu setelah itu maka hal itu TIDAK
MENGAPA, dengan syarat ia berwudhu kecuali SETELAH MASUKNYA
WAKTU SHOLAT, kemudian ia berdoa meskipun waktu selalu ada dalam
doa, karena ia Bagaimana mengetahui cara sholat orang yang terpasang
kateter Ia tetap sholat sesuai keadaannya jika telah masuk waktu sholat,
sebagaimana orang yang berpenyakit dan wanita yang istihadhoh. Atau ia
bertayammum jika ia TIDAK SANGGUP menggunakan air, namun wajib
baginya untuk menggunakan air jika ia mampu, berdasarkan Firman Allah
Ta'ala: “ اتَّقُوا ال اBertaqwalah sesuai kemampuan mu…” [QS At Taghobun
ayat 16]. Adapun jika keluar sesuatu setelah itu maka hal itu TIDAK
MENGAPA, dengan syarat ia berwudhu kecuali SETELAH MASUKNYA
WAKTU SHOLAT, kemudian ia berdoa meskipun waktu selalu ada dalam
doa, karena ia sebagaimana orang yang berpenyakit beser dan wanita yang
istihadhoh. Atau ia bertayammum jika ia TIDAK SANGGUP
menggunakan air, namun wajib baginya untuk menggunakan air jika ia
mampu, berdasarkan Firman Allah Ta'ala: “ اتَّقُ[[وا ال اBertaqwalah sesuai
kemampuan mu…” [QS At Taghobun ayat 16]. Adapun jika keluar sesuatu
setelah itu maka hal itu TIDAK MENGAPA, dengan syarat ia berwudhu
kecuali SETELAH MASUKNYA WAKTU SHOLAT, kemudian ia
berdoa meskipun waktu selalu ada dalam doa, karena ia sebagaimana
orang yang berpenyakit beser dan wanita yang istihadhoh. Atau ia
bertayammum jika ia TIDAK SANGGUP menggunakan air, namun wajib
baginya untuk menggunakan air jika ia mampu, berdasarkan Firman Allah
Ta'ala: “ اتَّقُوا ال اBertaqwalah sesuai kemampuan mu…” [QS At Taghobun
ayat 16]. Adapun jika keluar sesuatu setelah itu maka hal itu TIDAK
MENGAPA, dengan syarat ia berwudhu kecuali SETELAH MASUKNYA
WAKTU SHOLAT, kemudian ia berdoa meskipun waktu selalu ada dalam
doa, karena ia Di Taghobun ayat 16]. Adapun jika keluar sesuatu setelah
itu maka hal itu TIDAK MENGAPA, dengan syarat ia berwudhu kecuali
SETELAH MASUKNYA WAKTU SHOLAT, kemudian ia berdoa
meskipun waktu selalu ada dalam doa, karena ia Di Taghobun ayat 16].
Adapun jika keluar sesuatu setelah itu maka hal itu TIDAK MENGAPA,
dengan syarat ia berwudhu kecuali SETELAH MASUKNYA WAKTU
SHOLAT, kemudian ia berdoa meskipun waktu selalu ada dalam doa,
karena ia
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam melakukan proses kateterisasi diharapkan masyarakat yang
beragama Islam dapat mengetahui kaidah-kaidah yang ada dalam syariat
islam. Memperhatikan kondisi badan saat akan melakukan pemasangan
kateter
DAFTAR PUSTAKA
http://chatheternursing.blogspot.com/p/blog-page.html
http://bahrulmaghfiroh99.blogspot.com/2013/09/permasalahan-aurat-
ketikamemasang.html http: //portalsatu.com/read/oase/-1982
https://www.atsar.id/2015/05/cara-shalat-pasien-yang-menggunakan-
urinebag.htm
Nara Sumber,
FORM PENILAIAN
KAJIAN KLINIK KEISLAMAN
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT TOTAL
4 3 2 1
1. Partisipasi dalam kajian klinik Ke-Islaman 50