1. Tujuan utama diutusnya Rasulullah saw adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut anda, akhlak apakah yang belum sepenuhnya bisa optimal anda lakukan hingga saat
ini? Sebutkan alasan dan juga solusi untuk meningkatkannya!
Jawab :
Diutusnya Rasulullah saw oleh Allah swt adalah untuk membenarkan akhlak manusia kepada
jalan yang lurus dan benar, sesuai dengan syariat agama Allah swt. Ketika Rasulullah saw diutus,
keadaan masyarakat Makkah berada dalam masa jahiliyyah (kebodohan). Inilah maksud Nabi
Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Artinya, Beliau membenarkan
akhlak manusia yang salah dan menuntunnya kepada jalan yang lurus dan benar.
Menurut saya, akhlak yang belum sepenuhnya bisa optimal saya lakukan hingga saat ini adalah
kurangnya rasa bersyukur. Di beberapa hal saya merasakan kurang, salah satu contohnya seperti
setelah mengerjakan kuis tetapi tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Jadi, saya merasa tidak
puas akan kemampuan saya. Walaupun sebenarnya mungkin tidak hanya saya yang mengalami
hal demikian. Padahal, seperti dikatakan Rasulullah, salah satu cara untuk ingat Allah dan
sesamanya dalam masalah harta duniawi adalah dengan melihat orang yang berada di
bawahnya. Beliau bersabda, "Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta)
dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena hal itu lebih bisa membuatmu tidak
menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR al-Bukhari-Muslim).
Solusi untuk meningkatkan rasa bersyukur adalah tetap mencoba dan menjalani sesuai
kemampuan, belajar terus dengan giat tetapi tidak di porsir, selalu menerima dengan ikhlas atas
suatu hasil yang telah dikerjakan, lalu perbanyak berzikir, beribadah, dan berdoa agar hati dan
pikiran tetap tenang.
Ada beberapa catatan sejarah islam dalam mengatasi penyebaran wabah penyakit. Bukti sejarah
pernah di terapkan oleh:
(1) Khalifah Umar bin Khattab , ketika wabah penyakit terjadi di zamannya, pada saat kunjungan
ke Damaskus memutuskan untuk kembali ke Madinah karena di kota itu terdapat wabah.
Ketika ditanya kenapa menghindari takdir Allah,? “Ya, kita akan lari dari takdir Allah menuju
takdir Allah yang lainnya,” Jawab Umar bin Khattab. Maksudnya memilih menghidar dari
takdir satu ke takdir yang lain supaya tidak tertular, dan mencari keselamatan.
(2) Ibnu Sina,ilmuwan muslim dan dokter pertama yang mendesain metode karantina
(lockdown) untuk mengangkat suatu wabah. Pemikiran Ibnu Sina pernah di rekomendasikan
pada masanya, sebagai pembatasan ruang dan gerakan manusia selama beberapa waktu.
Efektivitas dan keberhasilan karantina untuk menekan penyebaran wabah, mengakibatkan
metode ini terus digunakan hingga sekarang, seperti yang dilakukan pemerintah saat ini.
Ormas Islam sudah berpartisipasi dalam pencegahan penyebaran COVID-19. Majelis Ulama
Indonesia, Nahdlatul ‘Ulama, Muhammadiyah, dan sebagainya telah melakukan ketentuan
pemerintah dalam memberlakukan PSBB, dan menyosialisasikan masalah COVID-19. Beberapa
praktek ritual bersama, seperti sholat berjamaah dianjurkan untuk ditangguhkan dengan cara
sholat dirumah. Dasar fatwa atau anjuran ini berkaitan dengan berkumpulnya orang di masjid,
melarang orang untuk sholat di masjid, bukan melarang orang untuk melalaikan kewajiban
agamanya, tetapi lebih pada menghindari resiko yang bisa diterima atau didapatkan dari
berkumpulnya dengan orang-orang lain di masjid itu. Anjuran stay at home adalah bagian dari
ikhtiar.
4. Sebutkan ayat Quran dan hadis yang membuat anda memahami urgensi kajian keilmuan yang
anda tempuh saat ini!
Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur'an
juga disebutkan beberapa keutamaan ilmu.
Rasulullah SAW bersabda,
Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari
sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish
Shaghiir no. 3913)
Dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah
SAW bersabda:
Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)
5. Agama seyogyanya mampu membuat seseorang menjadi orang yang saleh secara spiritual dan
juga sosial. Sebutkan contoh temuan dalam bidang ilmu anda yang mampu membuat
keberagamaan seseorang menjadi lebih baik!
- Ibnu Sina, Ia adalah seorang filsuf yang terkenal di dunia medis. Ia bahkan dijuluki sebagai Bapak
Kedokteran Modern. Dua karyanya yang paling berpengaruh adalah ensiklopedia filsafat Kitab
al-Shifa’ (The Book of Healing) dan The Canon of Medicine. Keduanya kini dipakai sebagai
standar ilmu medis di seluruh dunia.
- Al Zahrawi, Seperti Ibnu Sina, Al Zahrawi juga berkutat di bidang medis. Ia adalah Bapak Ilmu
Bedah Modern. Ia berhasil mengenalkan catgut (benang) sebagai alat untuk menutup luka.
Selain itu, ia juga menyusun buku At-Tasrif liman Ajiza an at-Ta'lif yang menjadi rujukan dokter
hingga sekarang. Di dalamnya, Al Zahrawi menuliskan hal-hal yang terkait dengan bedah,
penyakit, dan temuan-temuannya berupa alat kedokteran.
- Al Khawarizmi, Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi adalah ahli matematika Islam yang dikenal
sebagai penemu aljabar. Selain itu, ilmuwan asal Persia ini juga menemukan algoritma dan
sistem penomoran. Al-Khawarizmi juga dikenal ahli di berbagai bidang, seperti astrologi dan
astronomi.
6. Ijtihad adalah satu cara untuk bisa menentukan hukum yang belum ada sebelumnya.
Sebutkan 2 (dua) jenis Ijtihad yang berkembang saat ini, terkait dengan pandemik Covid-19!
1. Ijmak, Ijmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang
terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad
untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan
bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyâs, Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum
atau suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki
kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang
terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya.