Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Ariella Ester Sonya Natalia Rajagukguk

NIM : 1407622052

PRODI : Pendidikan IPS

Mengapa kebijakan pendidikan di Indonesia sering berganti? Setidaknya saat


pemerintahan berganti, kebijakan pendidikannya juga ikut berganti. Menurut Anda
apa yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi?

Menurut Anda apakah ada kebijakan yang seharusnya tidak diganti? Jelaskan
kebijakan yang menurut Anda sebaiknya tidak diganti dan kebijakan yang boleh
diganti secara berkala!

Tuliskan pendapatmu maksimal 3 halaman dengan berdasarkan jurnal 5 tahun


terakhir!

Menurut saya, Pertama, dilihat dari kebijakan pendidikan kita terkait sistem pendidikan
nasional (kurikulum): ganti menteri ganti kurikulum. Kata-kata yang biasa kita dengar
seputar perubahan kurikulum adalah keberlanjutan, penyempurnaan, pembelajaran aktif,
berpusat pada siswa, berbasis kompetensi, dan pendidikan karakter. Kurikulum kita
selama ini, pada tahapan perencanaan dan konsep sangat baik. Tapi pada tahapan
implementasi, bisa dikatakan buruk. Lihat saja kurikulum 2013. Sangat detail mulai dari
kompetensi dasar, kompetensi dasar, kompetensi inti hingga penilaian yang autentik (aspek
spiritual, pengetahuan, keterampilan). Tetapi, di sekolah-sekolah, guru sulit menerapkannya.
Kebijakan pendidikan kita tidak selamanya mengenai kurikulum. Ada bidang lain yang
juga menjadi perhatian, seperti tenaga pendidik dan kependidikan, kompensasi (gaji, honor,
tunjangan, penghargaan), dana BOS, bantuan operasional pendidikan (BOP) selama pandemi,
dll.

Apa yang memengaruhi kebijakan pendidikan? Tentu cita-cita pembangunan nasional


kita, aspek sosial, politik, dan kepentingan politik tertentu (aspek yang tidak
terlihat). Jika kita mengikuti sejarah perkembangan kurikulum Indonesia, pendanaan,
tunjangan guru, dll., selalu berjalan dengan tidak mulus. Mengapa? Dugaan saya
adalah komitmen yang kurang dari penyelenggara pendidikan kita; pemerintah dan
pejabat dinas pendidikan hingga kepala sekolah. Misalnya saja korupsi. Korupsi di sektor
pendidikan kita sangat mengkhawatirkan. Kedua, dilihat dari penerimaan akan
perubahan. Setiap terjadi perubahan, di bidang manapun, selalu ada yang mendukung
dan menolak. Demikian pula dalam bidang pendidikan. Contohnya, bagaimana guru
merespons perubahan kurikulum?

Bagaimana dengan perubahan perekrutan guru ASN yang saat ini menjadi PPPK? Dan yang
paling terasa adalah bagaimana guru menghadapi perubahan pendidikan selama pandemi?
Hal yang paling dekat saat ini adalah kondisi pendidikan selama pandemi. Kita
ketahui bersama bahwa sekolah kewalahan menghadapi pembelajaran daring.
Kendalanya bukan hanya pada kesiapan sarana dan prasarana pendukung, tetapi terutama
pada kesiapan guru dan siswa.

Pandemi menciptakan gegar budaya dalam pendidikan. Pembelajaran tatap muka, zona
nyaman guru, terganggu dengan penerapan pembelajaran daring atau pembelajaran tatap
muka terbatas. Memang tidak bisa dihindari bahwa ada kendala infrastruktur
(jaringan internet), tetapi masalahnya, sekolah yang memiliki kelengkapan yang memadai
pun merasa "tidak nyaman". Perubahan pendidikan yang paling sering terjadi, tidak
lain, adalah perubahan kurikulum. Dengan adanya perubahan kurikulum ini membutuhkan
waktu untuk beradaptasi kembali dan guru pun turut serta mmencerna setiap kebijakan yang
dibuat.

Faktor penyebab perubahan kurikulum sebagai berikut :

1. Perubahan di dalam masyarakat

2. Adanya kebijakan politik

3. Berkembangnya teknoologi informasi dan komunikasi

4. terdapat pandang intelektual yang berbeda

Kebijakan yang tidak perlu diganti sebagai berikut :

1. Character Building

Merupakan pendidikan karakter untuk membantu manusia agar memahami dan


memperhatikan nilai-nilai etika yang baik sehingga terciptalah peserta didik yang
bertanggung jawab,peduli, jujur, dan lain sebagainya.

2. Menanamkan nilai-nilai agamaa dan Pancasila

Nilai agama dan Pancasila merupakan suatu ajaran yang baik di ajarkan kepada peserta didik
sehingga peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Ada istilah “ apa
yang dilakukan anak itu adalah suatu ajaran dari orang tua, jadi ajaran baik akan bertuai baik
pada anak tersebut”

3. Belajar selama 12 tahun

Menurut saya hal ini perlu diterapkan di pendidikan Indonesia krena masih terdapat
masyarakat yang tidak memiliki nasib yang sama sehingga sulit mecari pekerjaaan. Di
Indonesia jika ingin mendapatkan pekerajaan yang layak terdapat kebijakan minimal
pendidikan SMA,D3,D4,dan seterusnyaa.

Kebijakan yang perlu diganti sebagai berikut :

1. Full day
Menurut saya kebijakan ini tidak perlu diterapkan, hal ini dapat membosankan peserta didik.
Tak hanyaa itu saja, peserta didik hidup tidak hanya untuk belaajar tetapi mereka pun
memiliki kewajiban yang lain untuk dijalankan. Jadi menurut saya paling lama 8 jam
disekolah sudah cukup efektif.

Anda mungkin juga menyukai