Anda di halaman 1dari 12

SUNNAH SEBAGAI BASIC MENTAL PROFESIONAL

Dosen Pengampu :
Dr. Andy Hadiyanto, MA

Disusun Oleh :
1. Arfeni Salma Pangestuti 1504622013
2. Arfina Syifa Salsabila 1504622051
3. Sevia Nuraeni 1504622053

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika kita berbicara tentang sunnah, kita tentu mengingat Rasulullah SAW dalam
kedua perbuatan tersebut atau kata-katanya. Dalam Islam, sunnah merupakan sumber hukum
kedua setelah fardhu. Menurut Fazlur Rahman, sunnah adalah konsep perilaku, baik
diterapkan pada Tindakan yaitu tindakan fisik dan mental. Sunnah tidak hanya terfokus pada
Tindakan akan tetapi tindakan tersebut benar-benar berulang atau mungkin berulang. Itu
berarti Sunnah adalah perilaku orang yang mengetahui bahwa sunnah tidak hanya satu
Hukum perilaku, tetapi juga hukum moral yang bersifat normatif.

Sunnah adalah bentuk keteladanan yang terkait dengan keyakinan pada hukum Islam
yang dianjurkan bagi umat Islam. Sunnah Nabi ditemukan dan digunakan dalam banyak
hadits referensi untuk interpretasi ayat-ayat Alquran. Para mufassir pada zaman dulu pertama
kali mempelajari ajaran sunnah Nabi untuk mengetahui makna dan tujuan al-Qur’an
berdasarkan perilakunya. dan sabda Nabi dianggap sebagai penjelasan dan penjelasan yang
paling valid, akurat dan kredibel terhadap ayat Alquran. Masyarakat di dalam dan luar negeri
saat ini menghadapi berbagai tantangan Khusus mengenai hukum agama islam, sunnah hadir
untuk mengajarkan kita akhlak yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana makna, fungsi dan kedudukan sunnah dalam hukum islam


2. Bagaimana sunnah nabi sebagai paradigma keunggulan (siddiq, amanah, tabligh,
fathonah)
3. Bagaimana penerapan sunnah dalam konteks budaya (‘urf)
4. Bagaimana model penerapan nilai-nilai sunnah dalam lingkungan pendidikan,
keluarga, dan pekerjaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna, Fungsi dan Kedudukan sunnah dalam hukum islam

Makna Sunnah

Sunnah bisa berarti perilaku (sirah), jalan (thariqah), kebiasaan atau ketentuan.
Sunnah dalam hal ini terdiri dari sunnah yang baik (sunnah hasanah), dan sunnah yang buruk
(sunnah qabihah). Dalam pengertian ini, al-Qur’an menyebutnya dengan Sunnah al-
Awwaliin, yaitu sunnah yang telah diturunkan oleh Allah SWT. kepada orang-orang
terdahulu. Di dalam teks hadist juga terdapat istilah sunnah yang mencakup pengertian
sunnah yang baik dan sunnah yang buruk, sebagaimana hadist riwayat Muslim yang
mengatakan:

“Barangsiapa di dalam Islam memperkenalkan perilaku atau kebiasaan baik (sunnah


hasanah), ia akan memperoleh pahala atas perilaku tersebut dan pahala orang-orang yang ikut
melakukannya di kemudian hari. Sebaliknya siapa yang memperkenalkan perilaku yang
buruk (sunnah sayyi’ah), ia akan memperoleh dosa perilaku tersebut dan dosa orang-orang
yang melakukannya dikemudian hari tanpa ada sesuatu yang mengurangi dosa mereka”

Fungsi dan Kedudukan Sunnah dalam Hukum Islam

Fungsi sunah:

1. Sebagai penafsir terhadap ajaran al-Qur’an


2. Sebagai referensi
3. Sebagai petunjuk kedua setelah al-Qur’an
4. Sebagai salah satu dasar hokum untuk beramal (ibadah)

Kesepakatan umat Islam dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan segala


ketentuan yang terkandung di dalam sunnah sudah dilakukan sejak Rasulullah saw. masih
hidup. Setelah beliau meninggal, semenjak masa Khulafa Al-Rasyidin sampai masa-masa
selanjutnya dan tidak ada yang mengingkarinya. Dalam sejarah Islam juga terdapat banyak
peristiwa yang menggambarkan adanya kesepakatan untuk menggunakan sunnah Rasullah
saw. sebagai sumber hukum Islam, salah satunya adalah apa yang disebutkan oleh Imam
Ahmad bin Hanbal berikut ini:

“Ketika Abu Bakar di bai’at menjadi Khalifah, ia pernah berkata; Saya tidak akan
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan atau dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya”.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kedudukan sunnah jika dilihat dari segi
statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran Islam menempati posisi yang sangat strategis
setelah Al-Qur’an. Hal tersebut dapat dilihat dalam hadist berikut ini:

“Bahwasanya ketika Rasulullah saw hendak mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman,
beliau bertanya kepada Muadz ‘Bagaimana engkau memutuskan perkara jika diajukan
kepadamu? Maka Muadz menjawab, Aku akan memutuskan berdasarkan Kitab Allah (al-
Qur’an). Rasul bertanya lagi; Apabila engkau tidakmenemukannya di dalam kitab Allah?
Muadz berkata; Aku akan memutuskannya dengan sunnah. Rasul selanjutnya bertanya;
Bagaimana jika engkau juga tidak menemukannya didalam sunnah dan kitab Allah? Muadz
menjawab; Aku akan berijtihad dengan menggunakan akalku. Rasul saw menepuk dada
Muadz seraya berkata Alhamdulillah atas taufiq yang dianugerahkan oleh Allah kepada
utusan Rasul- Nya”.

2.2 Sunnah Nabi Sebagai Paradigma Keunggulan (siddiq, amanah, tabligh, fathonah)

1. Shiddiq
Menurut Toto Tasmara Shiddiq dibagi menjadi tiga bagian: Jujur pada diri
sendiri, jujur
jujur dengan orang lain dan dengan Allah SWT, sedangkan menurut Marzuk
adalah jujur dengan diri sendiri di sisi kebenaran. Indikator orang yang jujur pada diri
sendiri, yaitu. berpihak pada kebenaran, Percaya diri, berdiri di atas kebenaran,
kemandirian, kesadaran otentik dan keberanian menjaga makna hidup dan jati diri
sebagai orang yang bertanggung jawab, disiplin dan patuh. Lebih jauh jujur dengan
orang lain, tidak hanya mengatakan dan melakukan hal yang benar, tetapi berusaha
untuk memberi
manfaatkan sebanyak mungkin orang lain. Terakhir, jujurlah kepada Allah
SWT tentang apa yang harus dilakukan dan artinya memberikan segalanya untuk
Allah atau hanya beribadah karena Allah. Adapun tentang Dalam hal kejujuran
pastinya ada hadist yang menjelaskan tentang seruan Nabi Muhammad saw. kepada
umatnya untuk berlaku jujur di setiap keadaan, dimanapun dan kapanpun itu
sebagaimana hadist riwayat Imam Ahmad “Jamin untukku enam perkara dari kalian,
aku menjamin untuk kalian surga, enam perkara ini adalah: bila berbicara jujurlah,
tepatilah janji apaabila kalian berjanji, apabila kalian dipercayai, tunaikanlah
amanah, jagalah kemaluan kalian (dari kemaksiatan), palinglah pandangan kalian
(dari segala yang diharamkan melihatnya) dan tahanlah tangan kalian (dari
mengambil yang haram).”
Berdasarkan hadits di atas, kita dapat menerapkan sunnah Nabi sebagai
paradigma keunggulan. dalam kehidupan sosial. Jika ada seseorang yang memiliki
posisi di suatu tempat pemerintah, itu harus mempromosikan tata pemerintahan yang
baik seperti transparansi, Pertanggungjawaban dan tanggung jawab atas kegiatan
operasional lembaga yang dipimpinnya. Dia harus memenuhi tugas-tugasnya.
Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang tanggap Kekuasaan yang
dijalankan oleh masyarakat dikendalikan oleh berbagai tingkat negara kekerabatan
dengan sumber daya sosial, budaya, politik dan ekonomi.
Kejujuran dapat menjauhkan manusia dari prasangka dan ketidakpercayaan
secara sia-sia. Rumusnya sederhana: “Pemimpin yang jujur Kebaikan dan kebaikan
akan membawanya ke surga. Berdasarkan kejujuran Sikap Istiqamah, seseorang
mampu bertahan dari badai yang menghalangi gerak dan selalu sebuah langkah
Keagungan dan kemuliaan hakikat sejati ditegaskan dan dijelaskan di dalam Firman
Allah SWT dalam Al-Ahzab 22.
Dengan sifat atas Nabi Muhammad, saw. menjadi pemimpin iman kepada
orang-orang yang hidup saat itu. Dia selalu memperlakukan orang dengan adil dan
adil jujur Dia berbicara tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan perbuatan
dan contoh

2. Amanah
Sifat selanjutnya yang dimiliki oleh rosul adalah sifat dapat dipercaya atau
bertanggung jawab.. jauh bahkan sebelum beliau menjadi seorang utusan, beliau
sudah mendapat gelar al-Amin (Yang Terpercaya). Sifat Amanah ini lah yang dapat
mengangkat status seorang nabi di atas para pemimpin gereja atau nabi-nabi
sebelumnya. Pemimpin yang terpercaya adalah pemimpin yang benar-benar
bertanggung jawab atas kepercayaan dan akuntabilitas dan amanah yang diberikan
oleh Allah swt. Kepercayaan berarti segalanya dalam hal ini diserahkan ke tangan
Rasulullah. mencakup semua bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, maupun
agama.
Firman Allah Swt, yang berbicara tentang amanat yang dipenuhi setiap orang
dijelaskan dalam Surat Al-Ahzab ayat 72 yang menyatakan bahwa setiap orang
memiliki kewajiban yang harus diembannya, bertanggung jawab kepada Allah SWT
meskipun iman sekecil apapun. Sifat Amanah yang ada pada seorang nabi
Muhammad. buktikan bahwa beliau adalah seseorang yang bisa dan dapat dipercaya
karena mereka mampu menjaga kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu dan
sebaliknya selalu dapat menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan.
Amanah berarti menaati semua perintah Allah.
Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya amanat harus diterapkan oleh setiap
orang. Misalnya, seorang guru diberi wewenang untuk menjadi kepala sekolah
menengah atas. Ketika dia telah menyelesaikan tugasnya, dia tidak boleh menyia-
nyiakannya. Dia benar-benar harus melakukan pekerjaannya sebagaimana mestinya.
Kepercayaan itu mahal harga nya Setelah Anda dipercaya, jagalah kepercayaan itu
sebaik mungkin.

3. Tabligh
Tablight berarti mengatakan yang sebenarnya. Menurut Marzuki, Rasulullah
adalah komunikator Keunggulan yang datang dengan pesan, bukan hanya kata-kata
tetapi tindakan amal. nilai yang ditetapkan tablgh menyediakan konten yang
membawa perspektif tentang keterampilan komunikasi, kepemimpinan,
Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan keterampilan yang
dimiliki untuk mengurus sesuatu
panggilan Muhammad sebagai Rasul ketika beliau berusia 40 tahun adalah
bukti bahwa beliau adalah utusan Tuhan. Kunjungan dari malaikat Jibril, yang
memerintahkannya. beliau membaca wahyu dari Allah, menjadi jelas bahwa itu juga
merupakan pengumuman pengangkatan beliau menjadi seorang utusan Allah. Tidak
ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat ditampilkan bukti kerasulannya.
Wahyu pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni surat Al-Alaq
ayat 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan Allah SWT.
dengan tugas menyeru, mengajak dan memperingatkan manusia agar hanya
menyembah kepada Allah swt. Tugas itu bermakna pula beliau harus memimpin
dakwah (da’i) manusia ke jalan yang lurus dan berhenti dari kesewenangwenangan
dengan mendustakan Allah swt. Satu istilah yang disandang Nabi Muhammad saw.
pemberian Allah yaitu mundhir (pemberi peringatan) diutusnya Nabi Muhammad
saw., sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat,
memperbaiki dan mempersiapkan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Tabligh adalah sifat Nabi yang ketiga, cara dan metodenya patut ditiru..
Sebelum beliau mengajarkan apapun, beliau yang melakukannya lebih dulu Sifat ini
adalah sifat dimiliki oleh seorang rasul dimana tidak menyembunyikan informasi asli,
terutama untuk kepentingan orang dan agama. Beliau tidak pernah menyimpan
informasi berharga untuk diri sendiri. beliau sering memberikan kabar baik tentang
kemenangan dan kesuksesan yang telah dicapai.

4. Fathanah
Fathanah berarti kecerdasan, lawan dari jahlun (bodoh). Kecerdasan menjadi
indikator keberhasilan individu dalam kehidupan. Fathanah diartikan dengan
kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu. Kecerdasan adalah
kemampuan berpikir lebih cepat, menyelesaikan dan mengatasi masalah lebih mudah.
Fathanah menjadi kecerdasan total yang berawal dari ketajaman intusi mata batin
(basirah) yang berada pada dimensi ruhani.
Nabi Muhammad yang mendapat karunia dari Allah dengan memiliki
kecakapan luar biasa (genius abqariyah) dan kepemimpinan yang agung (genius
leadership-qiyadahabqariyah). Beliau adalah seorang manajer yang sangat cerdas dan
pandai melihat peluang. Kesuksesan Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin
umat memang telah dibekali kecerdasan oleh Allah swt. Kecerdasan itu tidak saja
diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah swt. Kecerdasan
dibekalkan juga karena beliau mendapat kepercayaan Allah swt untuk memimpin
umat, karena agama Islam diturunkan untuk seluruh manusia dan sebagai rahmat bagi
seluruh alam. Oleh karena itu diperlukan pemimpin yang cerdas yang akan mampu
memberi petunjuk, nasihat, bimbingan, pendapat dan pandangan bagi umatnya, dalam
memahami firman-firman Allah swt. Sesuai dengan kesaksian sejarah, bukti-bukti al-
Qur’an dan berbagai petunjuk yang diambil dari sejarah Islam, beliau ialah seorang
ummi tidak dapat baca dan tulis, maka dapat dikatakan bahwa pikiran Rasulullah saw
sama sekali tidak pernah tersentuh oleh ajaran manusia. Beliau hanya diajar pada
sekolah illahi dan menerima pengetahuan dari Allah sendiri.

2.3 Penerapan Sunnah Dalam Konteks Budaya (‘urf)

‘Urf berasal dari kata ‘arafa yang mempunyai derivasi kata alma‘ruf yang berarti sesuatu
yang dikenal atau diketahui. Sedangkan ‘urf menurut bahasa adalah kebiasan yang baik. Ada
berbagai macam definisi tentang‘urf menurut beberapa ahli, antara lain, definisi ‘urf menurut
Abd alWahhab Khallaf bahwa‘urf adalah sesuatu yang dikenal oleh masyarakat dan
berlangsung dalam kehidupannya, baik berupa perbuatan, tindakan meninggalkan sesuatu
atau ungkapan sedangkan menurut fuqaha, ‘urf adalah segala sesuatu yang telah menjadi
kebiasaan masyarakat dan dilakukan terus-menerus, baik berupa perkataan maupun perbuatan

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa “Urf adalah perbuatan atau perkataan
yang telah diketahui dan diterima di masyarakat dan sudah menjadi kebiasaan baik yang
dilakukan berulang kali. Para ilmuwan biasanya tidak membedakan antara 'urf dan kebiasaan.
"urf secara inheren lebih akurat daripada kebiasaan karena "urf adalah kebiasaan diterima
secara universal dan tidak wajar karena berasal dari perenungan dan pengalaman. Meskipun
disesuaikan ada berbagai macam tata krama, baik yang umum maupun khusus untuk orang
atau kasus, seperti adat istiadat baik pribadi dan dengan sesuatu yang alami

Secara umum, hanya terdapat dua kategori ‘urf, yaitu ‘urf sahih dan ‘urf fasid. ‘Urf sahih
adalah kebiasaan yang sudah dikenal umat manusia yang tidak berlawanan dengan agama.
Misalnya, memberikan hadiah pada kerabat, mengadakan acara silaturahmi pada hari raya
Idul Fitri. ‘Urf fasid adalah kebalikan dari ‘urf sahih. ‘Urf fasid adalah ‘urf yang buruk dan
tidak bisa diterima karena bertentangan dengan agama.

Ada beberapa jenis ‘urf, jika ditinjau dari jenis tindakannya,’urf dibagi menjadi’urf qawli dan
‘urf fi’li. Dan jika ditinjau dari ruang lingkup pengunaannya, ‘urf dibagi menjadi ‘urf ‘am dan
‘urf khas. ‘Urf qawli adalah kebiasaaan yang sejenis ungkapan, atau istilah tertentu yang
diberlakukan oleh komunitas atau kelompok tertentu yang menunjuk pada makna khusus.
Allah berfirman dalam QS. Al-‘Araf 199 bahwa Allah menyuruh agar umatnya menggunakan
‘urf. Kata ‘urf dalam QS. Al-‘Araf 199 memiliki makna suatu perkara yang dinilai baik oleh
masyarakat. Ayat tersebut juga sebuah perintah untuk mengerjakan sesuatu yang telah
dianggap baik sehingga menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. seruanini didasarkan pada
pertimbangan kebiasaan yang baik dan dinilai berguna bagi mereka. Begitu juga dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Masud bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda yang
artinya, “Segala sesuatu yang dipandang oleh (orang-orang Islam) umum itu baik, maka baik
pulalah di sisi Allah dan segala sesuatu yang dipandang oleh (orangorang Islam) umum itu
jelek, maka jelek pulalah di sisi Allah”. Para ulama yang memahami dan mengamalkan ‘Urf
mengungkapkan bahwa ada beberapa persyaratan untuk menerima ‘urf, yaitu:

1. Urf dapat diterima oleh akal sehat. Syarat ini telah menjadi hal yang wajar untuk
dapat diterima secara umum oleh masyarakat.
2. Urf berlaku untuk umum dan merata dalam masyarakat yang berada dalam
lingkungan tersebut.
3. Tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT atau norma-norma dalam
masyarakat.

Berikut adalah manfaat dari ‘urf:

1. Mengembangkan dan memanfaatkan tradisi lokal yang sudah ada.


2. Memasukkan hal-hal yang berkaitan dengan Islam ke dalam tradisi yang
mengandung unsur penyimpangan
3. Tidak menggunakan tradisi yang bertentangan dengan syariat atau ajaran islam.
4. Menghindari pertentangan antara tradisi yang sudah ada dengan ajaran dalam
islam

2.4 Penerapan Nilai-nilai Sunnah Dalam Lingkungan Pendidikan, Keluarga, dan Pekerjaan

Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu:

1) Tilawah, membacakan ayat Allah

Tilawah dapat diartikan sebagai pembacaan yang bersifat spiritual atau aktifitas membaca
yang diikuti komitmen dan kehendak untuk mengikuti apa yang dibaca itu.
Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitabnya Majalis Syahr Ramadlan menguraikan cakupan makna
tilawah dalam dua macam:

 Pertama – Tilawah hukmiyah, yaitu membenarkan segala informasi al Qur’an dan


menerapkan segala ketetapan hukumnya dengan cara menunaikan perintah-
perintahNya dan menjauhi larangan- laranganNya.
 Kedua – Tilawah lafdziyah, yaitu membacanya. Inilah yang keutamaannya
diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits Bukhari bahwa “sebaik-baiknya
diantara kamu adalah yang belajar Al Qur’an dan yang mengajarkannya”.

2) Tazkiyah, mensucikan jiwa

Tazkiyah, secara bahasa (harfiah) berarti Tathahhur, maksudnya bersuci. Seperti yang
terkandung dalam kata zakat, yang memiliki makna mengeluarkan sedekah berupa harta yang
berarti tazkiyah (penyucian). Karena dengan mengeluarkan zakat, seseorang berarti telah
menyucikan hartanya dari hak Allah yang wajib ia tunaikan.

3) Ta’limul kitab wa sunnah, mengajarkan al-kitab dan al-hikmah.

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisa[4]: 59. Dapat disimpulkan bahwa sunnah nabi
dapat menjadi suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah model-model
penerapan nilai-nilai As-Sunnah dalam lingkungan pendidikan.

 Pendidikan
1. Menerapkan pendidikan karakter di sekolah berdasarkan segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., baik ucapan, perbuatan, penetapan, atau
lainnya.
2. Shalat dzuhur atau ashar berjamaah.
3. Melaksanakan upacara setiap hari Senin atau pada hari-hari besar Nasional.
4. Mempelajari pelajaran Qiroati.
5. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti rohani Islam, berenang, menggambar, dan
ekstrakurikuler lainnya.
6. Pelaksanakan piket kelas secara bergilir.
7. Mengedarkan kotak amal ke setiap kelas setiap hari Jum’at.

 Keluarga
1. Sholat berjamaah bersama keluarga
2. Menceritakan kisah-kisah Nabi
3. Melaksanakan puasa sunnah
4. Menghadiri kajian-kajian Islam
5. Duduk ketika makan atau minum.

 Pekerjaan
1. Mengerjakan suatu pekerjaan dengan jujur
2. Menepati janji dalam menyelesaikan pekerjaan
3. Membaca bismillah untuk memulai suatu pekerjaan dan mengakhirinya dengan
membaca hamdalah
4. Berbicara dengan lemah lembut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna, tugas dan kedudukan
sunnah dalam Islam adalah sunnah Nabi sebagai paradigma keunggulan, penerapan
sunnah dalam konteks budaya dan model implementasi sunnah. . nilai-nilai dalam
pendidikan, keluarga dan lingkungan kerja.

Sunnah dapat berarti tingkah laku (sirah), tata cara (tariqah), kebiasaan atau
pengaturan. Dalam hal ini sunnah terdiri dari sunnah yang baik (sunnah hasanah) dan
sunnah yang buruk (sunnah qabihah). Dalam pengertian ini, al-Qur’an menyebutnya
sebagai Sunnah al-Awwalin, yaitu sunnah yang diturunkan oleh Allah SWT.

Sebagai pemimpin teladan yang menjadi teladan ideal seorang pemimpin,


Nabi diberikan empat sifat utama, yaitu:
Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fatanah. Siddiq artinya jujur dalam perkataan dan
perbuatan, amanah artinya amanah tanggung jawab. Tabligh berarti memberikan
segala macam kebaikan kepada orang-orang dan Fathonah berarti membimbing
masyarakat dengan bijaksana.

Tentang penerapan nilai-nilai As-Sunnah di lingkungan pendidikan, keluarga


dan pekerjaan. Dalam lingkungan pendidikan, kita dapat menerapkan pendidikan
karakter di sekolah berbasis apa saja berdasarkan apa yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw, baik itu perkataan, perbuatan, perintah atau yang lainnya, shalat
zuhur atau ashar berjamaah, pembagian kotak amal ke masing-masing
kelas. setiap Jumat

Anda mungkin juga menyukai