A. Makna, fungsi dan kedudukan sunnah dalam hukum Islam
1. Makna Sunnah Ketika mendengar kata sunnah, maka langsung terlintas dibenak kita tentang segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW Baik perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Pengertian itulah yang sampai sekarang dipegang teguh oleh umat Islam klasik hingga modern. Sunnah pada dasarnya berarti tingkah laku yang merupakan teladan atau kepatuhan yang telah diikat kuat dengan adanya keyakinan religius terhadap aspek –aspek diluar pemahaman rasio. Sunnah dalam hal ini terdiri dari sunnah yang baik , dan sunnah yang buruk . Dalam pengertian ini, al-Qur’an menyebutnya dengan Sunnah al-Awwaliin, yaitu sunnah yang telah diturunkan oleh Allah SWT. kepada orang-orang terdahulu. Di dalam teks hadist juga terdapat istilah sunnah yang mencakup pengertian sunnah yang baik dan sunnah yang buruk, sebagaimana hadist riwayat Muslim yang mengatakan: «Barangsiapa di dalam Islam memperkenalkan perilaku atau kebiasaan baik , ia akan memperoleh pahala atas perilaku tersebut dan pahala orang-orang yang ikut melakukannya di kemudian hari. Sebaliknya siapa yang memperkenalkan perilaku yang buruk , ia akan memperoleh dosa perilaku tersebut dan dosa orang-orang yang melakukannya dikemudian hari tanpa ada sesuatu yang mengurangi dosa mereka Dahulu, masyarakat Arab pra Islam menggunakan kata sunnah untuk menyebut praktik kuno dan berlaku terus menerus di lingkungan masyarakat yang pada saat itu diwariskan oleh nenek moyang mereka. Jadi, pandangan kita selama ini yang menyatakan bahwa sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, perintah, larangan, dan ketetapan itu keliru. Minhaji menyebutkan bahwa pengertian dasar dari sunnah adalah sesuatu yang telah kita terima dan mentradisi di kalangan masyarakat. Dengan demikian, sunnah merupakan pandangan hidup atau sesuatu yang sedang dan telah diikuti oleh masyarakat tertentu. 2. Fungsi dan Kedudukan Sunnah Sunnah ialah penafsiran terhadap ajaran al-Qur’an. Sunnah merupakan implementasi nyara serta ideal dalam Islam. Sunnah, disamping sebagai penafsir terhadap ajaran al-Qur’an juga berfungsi sebagai referensi dan sumber petunjuk kedua setelah al-Qur’an. Umat Islam juga telah sepakan untuk menjadikan sunnah sebagai salah satu dasar hokum untuk beramal , karena sesuai dengan apa yang telah dikehendaki Allah. Kesepakatan umat Islam dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam sunnah sudah dilakukan sejak Rasulullah saw. Dalam sejarah Islam juga terdapat banyak peristiwa yang menggambarkan adanya kesepakatan untuk menggunakan sunnah Rasullah saw. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kedudukan sunnah jika dilihat dari segi statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran Islam menempati posisi yang sangat strategis setelah Al-Qur’an.
B. Sunnah Nabi sebagai paradigma keunggulan (Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah)
1. Shiddiq Shiddiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab. Menurut Toto Tasmara Shiddiq dibagi menjadi tiga bagian, yaitu jujur pada diri sendiri, jujur pada orang lain, dan jujur pada Allah SWT, sedangkan menurut Marzuki jujur pada diri sendiri yaitu berpihak pada kebenaran. Indikator orang yang jujur pada diri sendiri yaitu, berjalan dengan penuh keyakinan diri, berdiri di atas kebenaran, mandiri, memiliki kesadaran otentik, dan berani mempertahankan makna hidup dan jati dirinya bertanggung jawab, disiplin, dan taat. Selanjutnya jujur pada orang lain bukan hanya sekadar berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Dalam hal kejujuran pastinya ada hadist yang menjelaskan tentang seruan Nabi Muhammad saw. Ketika ada seseorang yang menjabat di dalam suatu pemerintahan, maka ia harus melakukan upaya-upaya pemerintah yang baik seperti transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas atas aktivitas operasional institusi yang dipimpinnya. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menyikapi kekuasaan yang dilakukan oleh masyarakat diatur oleh berbagai tingkatan negara yang berkaitan dengan sumber-sumber sosial, budaya, politik, serta ekonomi. Rumusnya sederhana, «Jujur akan mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya kepada surga Dengan kejujuran yang dilandasi sikap istiqamah, seseorang akan mampu melewati badai yang selalu menghadang gerak dan langkahnya. menjadi seorang pemimpin kepercayaan bagi orang-orang yang hidup pada masa itu. Beliau selalu memperlakukan orang dengan adil dan jujur. 2. Amanah Sifat yang dimiliki Rasul selanjutnya yaitu sifat dapat dipercaya atau bertanggung jawab. Jauh sebelum menjadi Rasul pun beliau sudah diberi gelar al-Amin . Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat atau Nabi-Nabi terdahulu Pemimpin yang amanah yakni pemimpin yang benar-benar bertanggungjawab pada amanah, tugas dan kepercayaan yang diberikan Allah swt. Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad saw. memberi bukti bahwa beliau adalah orang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan. Bersifat amanah berarti menyampaikan semua perintah Tuhan tidak dikurang tidak pula ditambah berdasarkan wahyu yang ditulis dan dikumpul perlahan. Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya amanah harus diterapkan oleh semua orang. Misalnya seorang guru diberikan amanah untuk menjadi seorang kepala sekolah di suatu SMP Ketika ia mengemban amanah tersebut, ia tidak boleh menyia-nyiakan. 3. Tabligh Tabligh artinya menyampaikan kebenaran. Menurut Marzuki R asulullah adalah komunikator unggul disertai pesan-pesan tidak saja verbal belaka, tetapi diikuti gerak amal nyata. Nilai-nilai tabligh memberikan muatan yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi kepemimpinan pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya insani, serta kemampuan diri untuk mengelola sesuatu. Panggilan menjadi seorang Rasul bagi Muhammad ketika berusia 40 tahun adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat Jibril yang memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga merupakan pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah. pemberian Allah yaitu mundhir diutusnya Nabi Muhammad saw., sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat, memperbaiki dan mempersiapkan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Predikat mundhir yang disandang menuntut beliau untuk menguasai informasi agar dapat memimpin umatnya serta bertugas untuk menyampaikan risalah kepada manusia. Tiaptiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus beberapa Rasul dari golongan manusia sendiri untuk menyampaikan pelajaran kepada umatnya dan apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya serta menjelaskan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan yang mulia dan sifat-sifat yang dituntut bagi mereka untuk mengerjakan. Si perempuan menyampaikan penyesalannya kepada Rasul dan berharap diberikan sanksi berupa hukum rajam. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari kita. Kita harus menyampaikan informasi berharga kepada semua orang. Hal tersebut dapat kita mulai. Dari lingkungan terkecil terlebih dahulu, yaitu keluarga. Setelah itu kita bisa sampaikan kepada masyarakat sekitar. Dan selanjutnya, jika dirasa perlu kita harus menyampaikannya ke masyarakat luas. 4. Fathanah Fathanah berarti kecerdasan, lawan dari jahlun . Fathanah diartikan dengan kecerdasan, kemahiran atau penguasaan terhadap bidang tertentu. Fathanah menjadi kecerdasan total yang berawal dari ketajaman intusi mata batin yang berada pada dimensi ruhani. Ciri Fathanah: a. The man of wisdom. Terampil melaksanakan profesinya, sangat berdedikasi dan dibekali dengan hikmah dan kebijaksanaan; b. High in integrity. Bersungguh-sungguh dalam segala hal, mampu melihat dibalik tampak dengan perenungan dan tafakur c. Willingness to learn. Memiliki motivasi yang sangat kuat untuk terus belajar dan mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang dihadapi; d. Proactive stance. Proaktif dan ingin memberikan kontribusi positif bagi lingkungan e. Fait in God. Sangat mencintai Tuhannya, dan kerena selalu mendapat petunjuk dari-Nya; f. Creditable and refutable. Menempatkan diri sebagai insane yang dapat dipercaya; g. Being the best. Selalu ingin menjadikan dirinya sebagai teladan, dengan menampilkan unjuk kerja yang terbaik; h. Empathy and compassion. Menaruh cinta kepada orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri; i. Emotional maturity. Memiliki kedewasaan emosi, tabah, dan tidak pernah mengenal menyerah serta mampu mengendalikan diri; j. Balance. Memiliki jiwa yang tenang; k. Sense of mission. Memiliki arah tujuan dan arah yang jelas dalam kehidupan; l. Sense of competition. Memiliki sikap untuk bersaing secara sehat Kita sebagai generasi milenial harus mmempertahankan apa yang selama ini sudah dibangun oleh Rasulullah saw. demi umatnya. Kita jangan sampai dibodohi oleh hal-hal tidak jelas. Semakin lama, semakin banyak bermunculan hal yang tidak jelas dan tidak bermanfaat. Kita harus pintar menyeleksinya. Jangan semua hal kita terima tanpa mengetahui baik buruknya. Rasulullah berusaha untuk membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Kita harus bisaa meneladani sikap Rasulullah. Pandai menyeleksi mana yang baik dan mana yang buruk, serta pandai pula melihat adanya peluang.
C. Menjelaskan penerapan sunnah dalam konteks budaya (‘urf)
Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan tradisi masing-masing pada setiap sukunya. Bukan hanya di Indonesia, namun juga di negara-negara tetangga bahkan Arab sekalipun. Indonesia dalam pandangan islam. ‘Urf berasal dari kata ‘arafa yang mempunyai derivasi kata alma‘ruf yang berarti sesuatu yang dikenal atau diketahui. Sedangkan ‘urf menurut bahasa adalah kebiasan yang baik. Ada berbagai macam definisi tentang‘urf menurut beberapa ahli, antara lain, definisi ‘urf menurut Abd alWahhab Khallaf bahwa‘urf adalah sesuatu yang dikenal oleh masyarakat dan berlangsung dalam kehidupannya, baik berupa perbuatan, tindakan meninggalkan sesuatu atau ungkapan sedangkan menurut fuqaha, ‘urf adalah segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan masyarakat dan dilakukan terus-menerus, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ‘urf adalah suatu perbuatan atau perkataan yang sudah dikenal dan diterima oleh masyarakat serta sudah menjadi kebiasaan baik yang dilakukan secara berulang-ulang dan memiliki makna yang khusus. Lalu apakah ‘urf dan adat itu sama? Para ulama secara umum tidak membedakan antara ‘urf dan adat. ‘Urf pada dasarnya lebih spesifik dari adat, karena ‘urf merupakan kebiasaanyang berlaku umum dan tidak alamiah karena bersumber dariperenungan dan pengalaman. Sedangkan adat adalah semua jenis kebiasaan, baik yang umum atau bagi orang atau kasus tertentu seperti kebiasaan pribadi serta juga meliputi sesuatu yang alamiah. Secara umum, hanya terdapat dua kategori ‘urf, yaitu ‘urf sahih dan ‘urf fasid. ‘Urf sahih adalah kebiasaan yang sudah dikenal umat manusia yang tidak berlawanan dengan agama. Misalnya, memberikan hadiah pada kerabat, mengadakan acara silaturahmi pada hari raya Idul Fitri. ‘Urf fasid adalah kebalikan dari ‘urf sahih. ‘Urf fasid adalah ‘urf yang buruk dan tidak bisa diterima karena bertentangan dengan agama. Contohnya adalah meminum- minuman keras, berjudi, dan mencuri. Ada beberapa jenis ‘urf, jika ditinjau dari jenis tindakannya,’urf dibagi menjadi’urf qawli dan ‘urf fi’li. Begitu juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Masud bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya, “Segala sesuatu yang dipandang oleh umum itu baik, maka baik pulalah di sisi Allah dan segala sesuatu yang dipandang oleh umum itu jelek, maka jelek pulalah di sisi Allah” Para ulama yang memahami dan mengamalkan ‘Urf mengungkapkan bahwa ada beberapa persyaratan untuk menerima ‘urf, yaitu: 1. ‘Urf dapat diterima oleh akal sehat. Syarat ini telah menjadi hal yang wajar untuk dapat diterima secara umum oleh masyarakat. 2. ‘Urf berlaku untuk umum dan merata dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut. 3. Tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT atau norma-norma dalam masyarakat. Selain diakui sebagai suatu adat atau kebiasaan di masyarakat, ‘urf juga menjadi salah satu dasar hukum islam yang terus berkembang dan mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang mengikuti aspek hukum, nilai-nilai dan adat istiadat, tidak hanya di Arab namun juga di negara lainnya. Sejak dulu, ‘urf sudah menerima berbagai tradisi, seperti tradisi Arab, Nasrani, dan Yahudi. Begitu pula dengan budaya dari masyarakat Nusantara yang terdapat sistem-sistem budaya berupa gagasan atau ajaran dan sistem sosial berupa prilaku dan tindakan yang beragam yang telah ada sebelum Islam masuk ke Nusantara. Berikut adalah manfaat dari ‘urf: 1. Mengembangkan dan memanfaatkan tradisi lokal yang sudah ada. 2. Memasukkan hal-hal yang berkaitan dengan Islam ke dalam tradisi yang mengandung unsur penyimpangan 3. Tidak menggunakan tradisi yang bertentangan dengan syariat atau ajaran islam. 4. Menghindari pertentangan antara tradisi yang sudah ada dengan ajaran dalam islam. Alasan para Ulama yang memakai ‘urf dalam menentukan hukum antara lain, banyak hukum syariah yang ternyata sebelumnya telah menjadi kebiasaan orang Arab. Sehingga kaidah pokok dalam ‘urf Adat itu bisa dijadikan patokan hukum dan dalam kaidah lain dinyatakan bahwa ‘urf menurut shara’ itu memiliki suatu penghargaan dan kaidah ’urf merupakan dasar hukum yang telah dikokohkan. Tradisi gotong royong ini mempunyai banyak nilai positif seperti mempererat solidaritas dan persaudaraan antar warga.
D. model penerapan nilai-nilai sunnah dalam lingkungan pendidikan, keluarga, dan
pekerjaan. Ada berbagai macam permasalahan sosial yang pasti dihadapi oleh setiap individu di dunia ini. Permasalahan sosial seperti tawuran antar pelajar atau antar kampung, pembegalan, pencurian dan tindakan-tindakan lainnya yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain membuat masyarakat resah. Pendidikan Islam memiliki 3 tahapan kegiatan, yaitu: 1. Tilawah, membacakan ayat Allah Tilawah dapat diartikan sebagai pembacaan yang bersifat spiritual atau aktifitas membaca yang diikuti komitmen dan kehendak untuk mengikuti apa yang dibaca itu. Qur’an kata tilawah sering digunakan daripada kata qiro’ah dalam konteks tugas para Rasul’alaihimussalam. Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitabnya Majalis Syahr Ramadlan menguraikan cakupan makna tilawah dalam dua macam Pertama – Tilawah hukmiyah, yaitu membenarkan segala informasi al Qur’an dan menerapkan segala ketetapan hukumnya dengan cara menunaikan perintah-perintahNya dan menjauhi laranganlaranganNya. Kedua – Tilawah lafdziyah, yaitu membacanya. Inilah yang keutamaannya diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits Bukhari bahwa "sebaik-baiknya diantara kamu adalah yang belajar Al Qur’an dan yang mengajarkannya
2. Tazkiyah, mensucikan jiwa
Tazkiyah, secara bahasa (harfiah) berarti Tathahhur, maksudnya bersuci. Seperti yang terkandung dalam kata zakat, yang memiliki makna mengeluarkan sedekah berupa harta yang berarti tazkiyah (penyucian). Karena dengan mengeluarkan zakat, seseorang berarti telah menyucikan hartanya dari hak Allah yang wajib ia tunaikan. 3. Ta’limul kitab wa sunnah, mengajarkan al-kitab dan al-hikmah. Banyak sunnah nabi yang memiliki relevasi ke dasar pemikiran dan implikasi langsung bagi pengembangan dan penerapan dunia pendidikan. Contoh yang ditunjukkan Nabi, merupakan sumber dan acuan yang dapat digunakan umat Islam dalam seluruh aktivitas kehidupannya. Sunnah Nabi berfungsi sebagai sumber Pendidikan Islam yang utama setelah al-Qur'an. An- Nisa : 59. Dapat disimpulkan bahwa sunnah nabi dapat menjadi suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah model-model penerapan nilai-nilai As-Sunnah dalam lingkungan a. Pendidikan Menerapkan pendidikan karakter di sekolah berdasarkan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., baik ucapan, perbuatan, penetapan, atau lainnya. Shalat dzuhur atau ashar berjamaah. Melaksanakan upacara setiap hari Senin atau pada hari-hari besar Nasional. Mempelajari pelajaran Qiroati. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti rohani Islam, berenang, menggambar, dan ekstrakurikuler lainnya. Pelaksanakan piket kelas secara bergilir. Mengedarkan kotak amal ke setiap kelas setiap hari Jum’at. b. Keluarga Sholat berjamaah bersama keluarga Menceritakan kisah-kisah Nabi Melaksanakan puasa sunnah Menghadiri kajian-kajian Islam Duduk ketika makan atau minum. c. Pekerjaan Mengerjakan suatu pekerjaan dengan jujur Menepati janji dalam menyelesaikan pekerjaan Membaca bismillah untuk memulai suatu pekerjaan dan mengakhirinya dengan membaca hamdalah Berbicara dengan lemah lembut