Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN BAB 12

TAKWA

DISUSUN OLEH :

NUGRAHA WIDYANTO
NIM : 10219017
KELAS : SK-1

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
2020
TAKWA

A. PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN TAKWA

Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.


Dalam pengertian itu terkandun‘g seluruh aspek ajaran Islam yang tercermin dalam
perilaku takwa. Ibadah puasa berfungsi untuk mendidik dan melatih diri agar dapat
mencapai derajat takwa. Contoh takwa: Melaksanakan sholat 5 waktu, bersedekah dan
membayar zakat, menjauhi larangan Allah seperti tidak memakan atau meminum
yang haram. Orang yang takwa digambarkan Allah dalam Al-Qur’an:

QS.Al-Baqarah, 2:3-4
Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib dan mendirikan solat, serta
mendirikan solat, serta menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada
mereka. Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan
kepadamu dan yang telah diturunkan sebelummu, dan mereka meyakini akan hari
kiamat.

QS. Al-Imran, 3:134-135


(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan, dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah,
lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang
mereka mengetahui.

Ketakwaan yaitu merupakan keseluruhan sikap yang terdiri dari aspek


keimanan, yaitu beriman kepada adanya yang ghaib, kitab-kitab Allah dan hari
akhirat. Aspek ritual, yaitu salat. Aspek sosial yaitu zakat dan infaq. Aspek emosional
yaitu menahan amarah dan memberi maaf, dan adanya sikap sadar atas dosa. Dengan
demikian takwa merupakan akumulasi dari hubungan dengan Allah, sesame manusia
dan hubungan dengan diri sendiri.

B. AKTUALISASI TAKWA

1. Hubungan Manusia Dengan Allah


Takwa diaplikasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, yaitu
hubungan seorang makhluk dengan Khaliknya. Hubungan antara manusia dengan
Tuhan adalah hubungan perhambaan yang ditandai dengan ketaatan, kepatuhan, dan
penyerahan diri kepada Allah. Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah diawali dengan
pengakuan dan keyakinan akan kemahakuasaan-Nya. Keyakinan itu akan mendorong
untuk mewujudkannya dalam tingkah laku, berupa taat dan patuh kepada semua
aturan yang telah digariskan Allah. Ketaatan dan kepatuhan yang didasarkan
keyakinan akan melahirkan ketenangan batin dan keikhlasan. Keikhlasan inilah yang
menjadi ciri utama seorang hamba yang taat.

Penyerahan diri kepada Allah diaplikasikan dalam bentuk penerimaan secara


utuh terhadap semua kehendak Allah, baik dalam bentuk ujian maupun cobaan. Ujian
maupun cobaan akan dirasakan oleh orang pasrah sebagai kebahagiaan.

2. Hubungan Manusia dengan Manusia


Aplikasi takwa dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya
dilakukan dalam bentuk hubungan yang baik dengan sesama, menegakkan keadilan,
menyebarkan kasih sayang, dan amar ma’ruf nahyi mungkar.
Hubungan baik dengan sesama dilingkungan dengan mengembangkan
silaturahmi. Silaturahmi adalah menghubungkan kasih sayang, yaitu menjaga,
memelihara, dan berkomumkaSI dengan orang lain dengan dimotivasi oleh rasa kasih
sayang.

3. Hubungan Manusia dengan diri sendiri


Takwa dalam kaitan dengan diri sendiri adalah menjaga kesimbangan atas
dorongan-dorongan nafsu dan memelihara diri dengan baik. Nafsu yang dimiliki
manusia merupakan bagian yang harus dikelola dan dikendalikan dengan baik,
sehingga menjadi kekuatan yang mendorong ke arah kebaikan.
Takwa dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri melahirkan sikap-
sikap tertentu antara lain:
a. Al-amanah, yaitu setia dan dapat dipercaya
b. Al-shidiq, yaitu benar dan jujur
c. Al-adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya
d. Al-‘iffah, yaitu menjaga dan memelihara kehormatan diri
e. Al-haya, yaitu merasa malu terhadap Allah dan diri sendiri, apabila membuat
pelanggaran hukum atau norma.
f. Al-quwwah, yaitu kekuatan fisik, jiwa, semangat
g. Al-shabr, yaitu sabar ketika harus melaksanakan perintah, menghindari larangan,
dan ketika ditimpa musibah.

4. Hubungan Manusia dengan alam lingkungan hidup


Islam menempatkan manusia dalam konteks ruang dan waktu, karena itu Islam
mengatuhubungan manusia dengan dua aspek tersebut Dalam konteks keruangan,
Islam menata hubungan manusia dengan alam secara harmonis dan seimbang dengan
meletakkan Allah sebagai sumber pemilik mutlak. Penempatan Allah sebagai Pemilik
Mutlak menjadikan pemilikan alam oleh manusia menjadi relatif dan sementara yang
mengandung konsekuensi dalam bentuk tanggung jawab.
Alam disediakan oleh Allah sebagai bekal agar manusia dapat bertahan dan
mempertahankan hidupnya di tengah alam semesta. Karena manusia sebagai makhluk
fisik perlu memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan dan minum dari bahan-
bahan yang terdapat di alam.
Manusia mengolah alam dengan menggunakan potensi akal yang dimilikinya
sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi. Akan tetapi akal manusia tidak bisa
memecahkan segalanya, karena itu ia memerlukan petunjuk Tuhan. Akal mendorong
manusia mengembangkan kemampuan mengolah dan memanfaatkan alam untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya, sedangkan wahyu difungsikan sebagai
pembimbing dan pengarah agar manusia tidak melampaui batas-batas pemilikannya
sesuai peraturan Allah. Pelanggaran terhadap aturan Allah bukan saja melahirkan
dosa secara spiritual, tetapi juga mengakibatkan kecelakaan dan kebinasaan manusia
itu sendiri di tengah alam.

C. KAFFAH DAN INSAN KAMIL SEBAGAI INDIKATOR TAKWA


Kaffah artinya adalah menyeluruh. Kalau digambarkan dengan bahasa
matematik, kaffah artinya sudut 360 derajat. Seorang muslim wajib masuk Islam
secara kaffah, yaitu masuk ke dalam segala syariat dan hukum Islam secara
keseluruhan, bukan berlslam sebagian dan mengambil selain syariat Islam untuk
sebagian lainnya. Jika seorang muslim melaksanakan Islam sebagian seraya
melaksanakan selain Islam pada sebagian lainnya, maka berarti dia mengikuti
langkah-langkah syaitan yang terkutuk.
Sementara insan kamil adalah konsep manusia paripurna. Manusia yang
berhasil mencapai puncak prestasi tertinggi dilihat dari beberapa dimensi. Nabi
Muhammad Saw. disebut sebagai teladan insan kamil atau istilah populernya di dalam
QS. Al-Ahzab, 33: 21: “figur teladan” (uswah hasanah).
Perwujudan insan kamil dibahas secara khusus di dalam kitab-kitab tasawuf,
namun konsep insan kamil ini juga dapat diartikulasikan dalam kehidupan
kontemporer. Makna harfiah Insan Kamil adalah manusia sempurna. “Insan” berasal
dari bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai manusia.
“Insan" berbeda maknanya dengan “basyar” yang juga diterjemahkan dengan
manusia. Insan berarti manusia dalam pengertian manusia yang memiliki dimensi
rohani, sementara basyar mengarah kepada manusia dalam pengertian jasad
(biologis). Dengan demikian, “insan kamil” adalah manusia yang sempurna dalam
pengertian rohani.
Dengan demikian “insan kamil” adalah manusia yang dalam hidupnya
senantiasa beramal saleh (berbuat baik) didasari dengan iman kepada Allah yang
mewujud dalam sikap takwa.

Anda mungkin juga menyukai