Anda di halaman 1dari 24

B A B V I I I

AKTUALISASI AJARAN ISLAM

A. Prinsip Aktualisasi Ajaran

Ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan


Sunnah menuntut untuk d i l a k s a n a ka n secara
o p e r a s i o n a l d a l a m kehidupan individu dan masyarakat.
Sebab ajaran Islam pada dasarnya harus nampak dalam
perilaku, bukan hanya dalam rangkaian aturan atau nilai
saja atau berhenti pada konsep teoritik semata.

Aktualisasi ajaran Islam pada dasarnya adalah


pelaksanaan amal saleh yang menjadi tuntutan seseorang yang
beriman, yaitu merealisasikan imannya dalam bentuk perbuatan
nyata.

Aktualisasi ajaran agama Islam dalam kehidupan dilakukan


berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam itu sendiri, yaitu:

1. Prinsip keseimbangan atau harmoni


Ajaran Islam yang bersumber kepada al-Qur'an
ditujukan kepada manusia sesuai dengan fitrah dan kodrat
manusia, karena sumber ajaran dan pencipta manusia adalah
satu, yaitu Allah.
Islam adalah satu-satunya agama yang meletakkan
segala sesuatu secara seimbang atau harmoni, karena
Allah menciptakan segala makhluknya secara seimbang.
Allah menjadikan makhluknya berpasangan, Siang
dan malam, laki-laki dan perempuan, daratan dan
lautan dan sebagainya. Berpasangan melambangkan
keseimbangan atau harmoni kehidupan. Keseimbangan itu
pun menjadi prinsip ajaran Islam, sehingga ajaran Islam
disebut sebagai agama pertengahan, yang dimaksud
disini adalah agama yang berpihak kepada
keseimbangan. Islam mengajarkan kebahagiaan hidup di
dunia, tetapi kehidupan dunia saja tidak cukup, ia
sekaligus pula mengajarkan kehidupan di akhirat. Islam
mengajarkan tata cara kehidupan pribadi dan sekaligus tata
cara kehidupan masyarakat.
Agama Islam tidak berpihak kepada ekstrimitas dunia
dan akhirat saja, melainkan berpihak kepada
keseimbangan yang ditata secara harmonis. Manusia
dituntut untuk menyerah secara total kepada Allah dan
bersamaan dengan itu diberikan kebebasan untuk memilih
dalam kehidupan dunia.
Demikian pula dalam aktualisasi ajaran Islam,
Islam m e m i h a k k e p a d a k e s e i m b a n g a n , b a g a i m a n a
manusia m e n g e m ba n gka n da y a p ik i rn y a da n
s e ka li gu s ba ga im a n a mengembangkan daya zikirnya
terhdap Allah. Karena itu Islam tidak mengenal
sekularisme atau sekularitas, ia merupakan ajaran yang
seimbang.

2. Prinsip integrasi
Islam menuntut hambanya untuk melaksanakan
ajarannya secara utuh dan integral, karena Islam bukan
suatu ajaran yang bisa dilakukan secara terpilah-pilah. la
adalah ajaran yang utuh y a n g menuntut manusia
meyakini, melaksanakan dan menerapkannya dalam
hidup secara utuh pula.
Menuntut kehidupan yang baik di dunia bukanlah
sesuatu yang terpisah dari tujuan kehidupan yang
bahagia di akhirat, ia merupakan suatu kesatuan yang
integral. Seorang muslim melaksanakan shalat secara
khusyu, sekaligus dituntut untuk mengimplementasikan
shalatnya dengan cara berpihak kepada kebenaran dan
menolak kemungkaran dalam hidupnya di luar shalat.
la akan tunduk dan patuh kepa da Allah
yang diaktualisasikan pula dalam kehidupannya yang
dinamis, kreatif, semangat dan penuh dengan kerja keras.
Prinsip integralitas ini bagi aktualisasi ajaran agama
Islam menjadi bagian yang penting dan mendasar. Islam
mengarahkan ummatnya yang sejahtera jasmani dan rohani,
kaya harta dan amal saleh, rajin beribadat dan hidup
dinamis. Hal inilah yang menjadikan seorang muslim
dapat hidup dengan penuh makna, s e b a b ia akan
b e ke r j a dalam kehid upa nnya sekaligus
melaksanakan ibadat. Apabila seorang petani berangkat ke
sawah, maka dengan niat yang tulus karena Allah, ia
memperoleh keuntungan material dan hasil panennya
sekaligus memperoleh keuntungan sebagai ibadah kepada
Allah. Aktualisasi seperti ini diisyaratkan dengan banyaknya
ayat al-Qur'an yang mengajarkan amaliah ditengah
masyarakat dibandingkan dengan ayat-ayat yang
bermuatan ibadah ritual.

B. Hubungan dengan Allah


Aktualisasi ajaran Islam dalam hubungan manusia
dengan Allah adalah meletakkan penghambaan pada Allah
sebagai titik tolak tindakan atau perbuatan seorang muslim.
Hubungan dengan Allah dilakukan dalam bentuk konsistensi
dalam peribadatan yang berimplementasi terhadap
kehidupan sosial. Konsisten dalam mendirikan shalat lima
waktu menjadi ciri utama seorang muslim. la menyerahkan
hidupnya secara utuh kepada Allah melalui shalat yang
khusyu, sehingga shalat memiliki dampak yang nyata dalam
kehidupannya sehari-hari. Shalat akan memberi warna dalam
kehidupannya di luar shalat dalam bentuk p e m i h a k a n ke p a d a
ke b e n a r a n , d a n p e n o l a k a n t e r h a d a p kemungkaran.
Seorang yang shalat lima waktu sehari semalam
akan senantiasa menjalin hubungan dengan Allah,
sehingga ia akan hidup terkontrol dan terkondisi dengan baik.
la akan hidup disiplin terhadap waktu, tugas dan kewajiban
yang diberikan kepadanya, seperti disiplinnya
melaksanakan shalat pada waktunya serta m e la kuka n
ge ra ka n da n ba ca a n sh a la t s e ba ga im a na ya n g
diwajibkan pada waktu shalat.

D. Hubungan dengan diri sendiri


1.Memelihara kehormatan diri
Hubungan dengan diri sendiri dilakukan melalui
upaya menjaga dan memelihara kehormatan diri antara
lain menjaga kesucian diri dengan menghindari makanan
dan minuman yang haram, mencari kehidupan dengan
jalan yang halal, menghindari dari perbuatan yang haram,
seperti mencuri, menipu, korupsi serta perbuatan lain yang
merugikan orang lain.
Hubungan dengan diri sendiri dilakukan pula
dengan memelihara faraj melalui pernikahan yang sah,
menghindari dari perbuatan zina atau hal-hal yang dapat
mendekatkan diri kepada perbuatan zina.
Dalam hubungan dengan diri sendiri ini yang
menjadi penekanan adalah mengendalikan dorongan-
dorongan nafsu yang membawa manusia ke dalam suatu
tindakan yang jelek.
Nafsu terdapat dalam diri setiap orang, karena itu
orang yang mampu mendidik dirinya dengan
mengolah dan mengendalikan nafsu yang akan
mampu menampilkan sosok kepribadian seorang
manusia yang memiliki kehormatan dirinya sebagai
makhluk Allah yang mulia.

2.Sabar

Sabar pada dasarnya adalah interaksi seseorang


dengan dirinya, ia merupakan sikap diri yang merupakan
hasil proses pendidikan dan penghayatan yang mendalam
terhadap nilai-nilai yang tersimpan dalam wahyu Allah dan
kehidupan nyata melalui pengalaman hidup.

Sabar merupakan sikap yang lahir dari penyerahan


total kepada Allah, karena itu sabar tidak pernah dapat
dipisahkan dari keyakinan tentang kekuasaan Allah.
Sabar sebagai sikap diri berkaitan dengan perintah
dan larangan Allah serta sikap diri terhadap musibah yang
menimpa. S a b a r terhadap perintah adalah sikap
m e n e r i m a menjalankan perintah Allah tanpa reserve. Taat
kepada perintah memerlukan sikap hati yang terbuka dan
menerima dengan ikhlas atau kesabaran. Tanya sikap
sabar, perintah tidak akan dijalankan atau kalaupun
dilakukan merupakan keterpaksaan yang demikian pekerjaan
itu akan kehilangan makna.
Sabar terhadap larangan merupakan sikap diri
untuk menahan dorongan-dorongan keinginan dan
kebebasan untuk melakukan pekerjaan itu. Menahan dan
mengendalikan keinginan adalah bentuk kesabaran
terhadap larangan Allah. Di sini sabar berarti
pengendalian dan pengorbanan diri terhadap keinginan
dan kebebasan.
Sabar terhadap musibah adalah menerima adanya
musibah yang menimpa sebagai ujian atau cobaan dari
Allah. Karena itu m usiba h tidak me nja dikan kec ewa
ata u pu tu s asa, te ta pi dikendalikan kepada kekuasaan
dan kasih sayang Allah serta menggali hikmah
sebanyak-banyaknya sebagai pelajaran dan pengalaman
untuk masa depan.

3. Syukur
Syukur merupakan aktualitas ajaran Islam terhadap
diri sendiri, yaitu menumbuhkan berterima kasih atas
apa yang diperolehnya dari Allah atau sesama manusia.
Bersyukur kepada Alla h adalah men yataka n terim a
kas ih te rh ada p apa ya ng dianugerahkan Allah.
Pernyataan ini dapat dilakukan dengan ucapan atau
dengan perbuatan. Bersyukur dengan ucapan adalah
mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)
setiap merasakan nikmat.
Bersyukur yang paling tinggi nilainya adalah
mensyukuri nikmat Allah melalui perbuatan, yaitu
menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan
keharusannya. Misalnya bersyukur karena diberi usia yang
panjang, maka bersyukurnya adalah menggunakan usia itu di
jalan yang diridhai Allah. Bersyukur atas kesempatan yang
diberikan Allah menjadi mahasiswa dilakukan dengan
menggunakan kesempatan itu dengan belajar bersungguh-
sungguh.
Bersyukur terhadap nikmat Allah dijamin
mendapatkan tambahan nikmat dari Allah, sebagaimana
dijanjikan-Nya

'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah


(ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".

Bers yukur terhadap kebaikan orang lain


adalah mengungkapkan terima kasih terhadap orang
yang memberikan kebaikan itu paling sedikit adalah
mengucapkan terima kasih dan lebih jauh lagi dianjurkan
untuk membalas kebaikan itu dengan kebaikan yang lain.

4. Istiqamah
Istiqamah adalah tegak berdiri di atas prinsip
kebenaran yang diyakininya. Istiqamah merupakan sikap
hidup yang mampu berdiri di atas prinsip tauhid dan
mendorong dirinya untuk senantiasa konsisten dengan
prinsip itu dalam kondisi dan situasi apapun.
Istiqamah dapat melekat pada diri seorang muslim
apabila ia telah benar-benar beriman dan seluruh
hidupnya dirujukkan kepada keimanan semata-mata.
Sehingga menafikan segala sesuatu selain iman kepada
Allah. Karena itu dapatlah dikatakan bahwa istiqamah
merupakan implementasi dari keimanan kepada Allah yang
melahirkan penyerahan diri secara total kepada-Nya.
Dengan demikian apapun yang terjadi dan situasi
apapun yang dihadapinya tidak akan merubah prinsip hidup
itu.
E. Hubungan dengan sesama manusia
1. Hubungan dengan keluarga
a. Berbakti kepada orang tua
Hubungan anak dengan orang tua merupakan
hubungan yang istimewa yang terkait erat dengan
sebab perkawinan dan pewarisan. Karena itu ajaran
Islam memberikan penekanan terhadap hubungan
anak orang tua ini bukan hanya semata-mata hubungan
antar manusia, melainkan hubungan yang khas, yaitu
mengembangkan hubungan yang baik atau birrul walidain.
Seorang anak dilahirkan dengan perjuangan
d a n pengorbanan yang berat dari ayah dan ibunya,
karena itu anak diwajibkan untuk berbuat baik kepada
orang tuanya, sebagaimana firman Allah :

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)


kepada dua orang ibu-bapaknya,, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu”

Dalam hadits disebutkan :


“Abdulah bin mas’ud berkata: Saya bertanya kepada
Rasulullah saw.: Apakah amal perbuatan yang lebih disukai
oleh Allah? Jawab Nabi: shalat pada waktunya. Aku
bertanya: kemuadian apa? Jawab Nabi: Berbakti kepada
kedua orang tua. Kemudian apa? Jawab Beliau: Jihad dijalan
Allah "

Berbuat baik kepada orang tua merupakan


ungkapan terima kasih kepada mereka, karena adanya
orang tua menjadi sebab a d a n y a anak dan jasa
serta pengorbanan m e re ka dalam mengandung,
melahirkan dan mendidik anak-anaknya. Karena itu tidak
heran apabila Islam menekankan kewajiban anak
untuk berbakti kepada orang tuanya.
Ibu yang sedang mengandung memikul beban yang
sangat berat, hari-harinya dilalui dengan berat,
makan dan minum terganggu oleh proses yang
sedang terjadi dalam rahimnya, sehingga makan dan
minum tidak dinikmatinya dengan baik. Kesulitan
tersebut berlangsung selama sembilan bulan masa
kehamilan, waktu yang sangat panjang. Ketika
melahirkan, seorang ibu dihadapkan kepada proses
yang menyakitkan, antara hidup dan mati ia berjuang
untuk melahirkan anaknya agar dapat hidup.
Setelah bayi lahir, ibu harus menyusuinya dan
merawatnya Siang dan malam dengan penuh kasih
dan sayang. Perawatan anak memerlukan kesabaran,
ketelatenan dan keuletan yang hanya dapat dilakukan
dengan dorongan keikhlasan semata-mata. Di sini ibu
menampilkan sosok manusia yang tak pernah berhenti
memberikan apa yang dimilikinya untuk anaknya.
Demikian pula peranan bapak dalam
membesarkan dan mendidik anak sangat besar, karena
bapaklah yang bertanggung jawab memberikan
sarana yang dibutuhkan untuk isteri dan anaknya.
Mencari kifayah untuk memenuhi kebutuhan anak-
anaknya adalah perjuangan yang berat dan dapat
dikategorikan sebagai jihad. Karena perawatan dan
pendidikan hanya dapat dilakukan dengan sarana yang
tanggung jawab pengadaannya ada pada bapak.
D e m ik ia n p e r j u a n ga n s e o ra n g i bu d a n ba p a k
da l a m menyayangi anaknya, karena itu dalam ayat
di atas Allah mewasiatkan tentang perlunya berbuat
baik kepada ibu bapak. Bahkan berbuat durhaka kepada
keduanya dimasukkan sebagai dosa besar yang siksanya
tidak hanya dapat ditimpakan di akhirat, tetapi akan dapat
dirasakan sejak hidup di dunia. Sabda Nabi :

"Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah swt samapai


hari kiamat, kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang
tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat azab
kepadanya, Allah akan menambah umur seorang hamba jika ia
berbuat balk kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan
menambah kebaikaiinya kepada siap saja yang berbuat baik
kepada ibu bapaknya serta memberi nalkah kepada mereka
jika diperlukan.
Berbuat baik kepada ibu bapak adalah menaati
perintah dan menyenangkan mereka dan menghormati
mereka dengan sungguh-sungguh serta menyantuninya dan
merawat mereka pada saat mereka dalam keadaan sakit,
lemah atau sudah tua. Bahkan berbuat baik kepada
mereka tidak hanya dilakukan selama mereka hidup,
tetapi juga terus dilakukan walaupun mereka telah
meninggal dunia dengan cara mendoakan dan meminta
ampunan Allah untuk mereka, menepati janjinya,
memelihara dan meneruskan silaturrahminya serta
menghormati teman-temannya sewaktu mereka hidup,
sebagaimana disabdakan Nabi :

`Dari Abi Usaid katanya: Ketika kami sedang duduk di


sini Rasulullah saw. tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari
Bani Salamah seraya bertanya: Ya Rasulullah, apakah masih bisa
saya berbuat baik kepada kedua ibu bapakku sedang mereka
telah meninggal dunia? Rasulullah menjawab: Ya, (yaitu dengan
jalan) mendoakan keduanya, meminta ampun bagi keduanya,
menepati janji keduanya, memelihara silaturahmi yang
pernah dibuat keduanya dan memuliakan teman-temannya.
"
Mentaati perintah orang tua merupakan kewajiban
dan bentuk berbuat baik kepada orang tua sepanjang
perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah Allah,
tetapi apabila perintah mereka bertentangan dengan
perintah Allah, maka janganlah dituruti, tetapi
hendaknya anak tetap menghormati dan
mempergauli orang tuanya dengan baik sepanjang
hidupnya. Penolakan terhadap perintah yang
bertentangan itu hendaknya dengan cara yang halus dan
bijaksana. Bahkan apabila orang tua berbeda agama, anak
masih diwajibkan untuk berbuat baik dan mempergauli
mereka dengan sebaik-baiknya, kendatipun aqidahnya
berbeda.

b. Menyayangi keluarga
Menyayangi keluarga merupakan salah satu
aktualisasi ajaran Islam yang harus ditampilkan dalam
perilaku seorang muslim. Menyayangi keluarga
ditampilkan dalam bentuk pemberian kasih sayang
kepada seluruh anggota keluarga.

Kasih sayang tidak selalu dilahirkan dalam


bentuk pemberian materi, tetapi yang lebih penting adalah
memberikan perhatian yang sungguh-sungguh, sehingga
kasih sayang dapat dirasakan oleh keluarga.

Dalam kondisi masyarakat modern ini, hubungan


antar anggota cenderung renggang, karena kesibukan
pekerjaan yang menghabiskan waktu mereka, sehingga
akhlak Islam dalam keluarga tidak ditampilkan.
Akibatnya antar anggota keluarga tidak terjadi
komunikasi dan menjadi asing satu dengan yang lain. Dan
kondisi ini dapat muncul keluarga yang bermasalah, seperti
perselingkuhan suami atau isteri, anak-anak yang
kurang perhatian sehingga menjadikan broken home
yang ditampilkan dalam bentuk kenakalan.

Islam mengajarkan umatnya untuk menjadikan


keluarga sebagai tempat yang penuh kedamaian
(sakinah) melalui pemupukan perhatian dan kasih
sayang, sehingga seluruh anggota keluarga, baik suami,
isteri, maupun anak-anak tidak mencari perhatian dan
kasih sayang di luar rumah.

Menyayangi keluarga dimulai dengan pengenalan


terhadap seluruh anggota keluarga serta menerima mereka
apa adanya. Pemahaman terhadap keluarga melahirkan
komunikasi yang akrab antara anggota keluarga,
sehingga kasih sayang yang tercurah dari masing-
masing pihak dapat sampai dan dirasakan oleh pihak
lainnya. Kasih sayang bapak dapat dirasakan oleh ibu dan
anak-anaknya, demikian kasih sayang di antara mereka
saling memberi dan menerima serta saling
merasakannya, sehingga dalam keluarga lahir suasana
yang dapat dirasakan bersama sebagai suasana yang
sarat dengan kasih sayang. Di sinilah keluarga
menjelma menjadi surga yang menyenangkan para
penghuninya.

2. Hubungan dengan masyarakat


a. Menegakkan keadilan
Menegakkan keadilan merupakan bentuk aktualisasi
ajaran Islam dalam hubungan seorang muslim dengan
masyarakat. Adil merupakan kebutuhan asasi setiap
orang dan setiap muslim senantiasa menjaga asas ini
dengan cara berpihak kepada keadilan dan berusaha
menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

Aktualisasi keadilan ini menjadi bagian yang sangat


penting dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kalimat-
kalimat yang mewasiatkan keadilan ini dibaca khatib setiap
khutbah jum'at,

yaitu :
"Wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah menyuruh
kalian untuk berbuat adil dan ihsan, memberikan kepada
kerabat dekat, melarang berbuat dosa dan kemungkaran
besar. Dia mengajar kalian agar kalian ingat, dan
hendaklah ingat kepada Allah yang maha besar."

b.Amar ma'ruf nahi munkar


Amar ma'ruf nahi munkar merupakan bentuk
aktualisasi ajaran Islam di tengah masyarakat dengan
cara menegakkan kebenaran dan membenci keburukan
dan kemungkaran yang ada di tengah masyarakat.

Amar ma'ruf adalah keberpihakan seorang muslim


terhadap kebenaran, kendatipun kebenaran itu dapat
merugikan dirinya (menurut pandangan orang).
Demikian pula nahi munkar atau melarang dan membenci
kemungkaran harus selalu ditampilkan kendatipun
keburukan itu akan me ngun tu n gka n dirin ya
(pandangan orang).
Kedua hal tersebut pada dasarnya merupakan ciri yang
ditampilkan setiap umat Islam di tengah masyarakat.

c.Menyebarkan rahmat dan kasih sayang


Hubungan yang baik dengan sesama manusia adalah
mengembangkan silaturahmi, menjalin dan mengokohkan
tali persaudaraan atas dasar kasih sayang.

Hubungan yang baik atas dasar kasih sayang


terhadap sesama manusia ini menjadi ciri dari umat Islam,
karena salah satu misi yang dibawah oleh Nabi dan
harus menjadi misi setiap muslim adalah menyebarkan
rahmat bagi sesama dan seluruh alam (rahmatan lil
alamin).

Dari kasih sayang karena Allah ini akan melahirkan


banyak perbuatan yang baik, seperti keberpihakan
dan kepedulian terhadap orang lain, terutama orang-orang
yang kurang beruntung (kaum dhuafa), memberi maaf
kepada orang lain yang bersalah, baik diminta ataupun
tidak dan memberikan manfaat yang sebanyak-
banyaknya kepada sesama manusia bahkan kepada
seluruh alam.

M e n y e b a r ka n r a h m a t d a n ka s i h s a y a n g d a p a t
p u l a menghindarkan sifat-sifat buruk, seperti sombong,
angkuh, fitnah, prasangka buruk (suudzan), dan
permusuhan. Sebab sifat-sifat tercela tersebut lahir dari
egoisme dan menyenangi kepuasan diri sendiri yang
berlebihan.
F. Hubungan dengan Alam
1. Mengelola dan memelihara alam
Manusia diciptakan Allah dan digelarkan di muka
bumi untuk mengelola isi bumi dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya sebagai makhluk Allah yang sempurna.

Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan


makhluk Allah lainnya, karena potensi yang diberikan
Allah untuk digunakan dalam rangka melaksanakan
tugas sebagai hamba Allah. Allah telah menciptakan
segala sesuatu di alam raga untuk manusia, sesuatu
kenikmatan yang tiada taranya, firman-Nya QS. LuqmAn [31]:
20:

           
     
        
       

“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah


menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan
apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya
lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk
dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”

QS Hud[11]:61:

            
               
     
          
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh.
Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], Karena
itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)."

Memakmurkan bumi adalah mengelola sumber daya


yang disediakan Allah, semuanya ditujukan untuk
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia.
Kebahagiaan ini harus dicari, karena ia merupakan
tujuan yang hendak dicapai, lihat QS. alMulk [67]: 15:

         
          
 

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka


berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.

QS. al-A'rAf [71]: 10:

          
      

“Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di


muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber)
penghidupan. amat sedikitlah kamu bersyukur”

Mencari kebahagiaan hidup merupakan kewajiban


setiap orang, hanya saja kebahagiaan hakikinya dapat
diperoleh dengan petunjuk dan bimbingan Allah,
sebab kebahagiaan hakiki mencakup keseluruhan hidup,
yaitu hidup di dunia dan di akhirat, firman-Nya QS. al-
Qashash [28]: 77:

         


          
           


“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”

Kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat dalam konsep Islam


tidak dapat dipisahkan. Orang akan bahagia di dunia jika ia mempersiapkan
bekal kebahagiaan akhirat dengan baik, demikian sebaliknya, persiapan
untuk mencapai kebahagiaan akhirat memerlukan sarana dan care
hidup yang baik di dunia.

Kedua macam kebahagiaan itu memerlukan upaya yang sungguh-


sungguh, terpadu dan simultan, karena itu dalam pembahasan
buku ini aspek dunia menyatu dengan aspek akhirat, hanya saja tidak
dibahas secara khusus hal-hal yang menyangkut "ibadah ritual".

Tidak terlepas dari tujuan itu make Allah memghendaki agar manusia
dapat mengelola isi alam untuk memenuhi hajat hidup manusia
sendiri. Untuk dapat mengelola alam ini dengan baik, diperlukan
adanya kemauan dan kemapuan pada diri setiap orang.
Kemauan lahir dari adanya kesadaran akan hak dan tanggung
jawab sebagai manusia, sedangkan kemampuan lahir dari
kesadaran akan pemilikan potensi dan semangat serta
kepercayaan diri untuk memiliki kemampuan itu.

Alam raga dengan segala potensi yang terkandung di


dalamn ya diberikan kepada manusia untuk diolah dan
dimanfaatkan. Mengelola dan memanfaatkannya memerlukan
usaha kerja keras, karena Allah tidak memberikan barang jadi,
melainkan bahan mentah yang mesti diolah dengan
menggunakan potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia, yaitu
akal; lihat QS. Ibrahim [14]: 32-33:

           
          
         
       
         
       

32. Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan


menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan
dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki
untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya
bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia
Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
33. Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan
bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah
menundukkan bagimu malam dan siang.

Segala sesuatu di alam ciptaan Allah ini diperuntukkan bagi


manusia, tinggal manusia sendiri apakah man mengolahnya atau
membiarkannya, atau bahkan menghancurkannya. Islam
mendorong umatn ya untuk mengolah, memelihara dan
memanfaatkan alam sehingga dapat bermanfaat bagi manusia dan alam
itu sendiri, firman Allah QS. 'Abasa [80]: 26-32:

           
     
         
     
26. Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,
27. Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, 28. Anggur
dan sayur-sayuran, 29. Zaitun dan kurma, 30. Kebun-
kebun (yang) lebat, 31. Dan buah-buahan serta rumput-
rumputan, 32. Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-
binatang ternakmu.

Alam yang penuh dengan sumber daya ini


mengharuskan manusia untuk bekerja keras. Perlunya
kerja keras dalam hidup, telah digambarkan Allah
dalam menandai kekuasaan-Nya yang maha besar,
yaitu gambaran simbolik dalam fenomena yang
tampak pada makhluk-Nya, jika kite pikirkan dan hayati
dengan sungguh-sungguh, misalnya bagaimana bagi
yang baru saja dilahirkan harus berjuang keras
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam yang barn
dimasukinya, disini (dunia) jika ia lapar, ia harus
berjuang untuk memenuhi keinginannya dengan carer
menangis agar sang ibu memberikan air susunya.

Menangis bagi bagi merupakan usaha dan kerja keras


untuk m eme nu hi kebu tu ha n h idu pn ya . Ata u dala m
hal in i Allah menggambarkan melalui ciptaan-Nya yang
lain, seperti biji kacang yang ditanam di dalam tanah,
jika ia ingin hidup, tunasnya harus mampu
m e n e m u ka n u d a r a d i p e rm u k a a n t a n a h . D e n g a n
demikian ia harus berjuang menembus tanah,
sehingga udara dapat dihirupnya dan ia dapat tumbuh.

Gambaran di atas merupakan pelajaran dari Allah


untuk manusia, bahkan sebenarnya hidup ini adalah
perjuangan yang takkan pernah berhenti. Berhenti
berjuang atau berusaha, maka hilanglah makna hidup
dan tamat puler riwayat kehidupannya.

2. Menjaga dan melestarikan alam


Manusia adalah makhluk yang sempurna
dengan kemampuan akal, qalbu, Berta nilai-nilai yang
diberikan Allah yang dapat membentuk akhlak yang balk
yang diaktualisasikan dalam bentuk hubungan yang
harmonis dengan alam lingkungannya.

Manusia di tengah-tengah alam memiliki peran


sebagai subyek yang akan berpengaruh terhadap
lingkungannya dan hubungan manusia dengan alam
lingkungannya itu merupakan interaksi yang Baling
berpengaruh. Sebagai makhluk Allah yang diberi akal
dan kepribadian, manusia dapat menentukan sikap
terhadap ekosistem di tempat di many ia hidup.

Al-Qur'an banyak memberikan dorongan untuk


menjaga dan memelihara alam dan lingkungan hidup,
karena misi Islam pada dasarnya mencakup sikap
terhadap - alam. Allah berfirman dalam QS. al-AnbiA' [21]:
107:

"Dan hadoloh Kami mengutus kamu, miilainkan untuk


(menjadi) rahmat bagi semester alam. "

Memberi rahmat p a da alam a da l a h bagian


yang tak t e r p is a h ka n da r i b e n tu k pelaksanaan
a ja ra n Is la m secara keseluruhan. Alain adalah
anugerah Allah kepada manusia, sesuai dengan
kedudukan manusia sebagai khalifah Allah, maka ia
dituntut untuk dapat menjaga dan memelihara alam di
samping menggunakan dan memanfaatkannya.

Banyak kerusakan dan malapetaka yang


ditimbulkan oleh perilaku manusia yang tidak
memperhatikan hubungan dirinya dengan alam
lingkungannya. Kerusakan ekosistem lautan maupun
daratan disebabkan karena manusia tidak menyadari
keharusan hubungan yang harus terjalin secara
seimbang antara dirinya dengan alam lingkungannya.

Untuk ini Allah telah mengisyaratkan dalam QS.


err-Rum [30]: 41:
            
           

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena


perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”

QS. al-Qashash [28]: 77:

         


           
            
 

“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”

Kerusakan di daratan adalah ekosistem daratan (terrestrial ecosystem)


yang digunakan tanpa memperhitungkan akibat-akibat yang dapat
ditimbulkann ya, mis aln ya pembabatan hutan mengakibatkan
malapetaka longsor, banjir, dan serangan hewan penghuni hutan
yang habitatnya terganggu oleh pemukiman penduduk di
sekitarnya. Laut yang tercemar oleh zat-zat kimia, perusakan terumbu
karang, eksploitasi kekayaan bawah air dan bawah tanah yang tidak
memperhitungkan akibat bagi lingkungan manusia merupakan awal dari
malapetaka manusia di muka bumi.

Kerusakan itu sebagai akibatulah mereka sendiri, terutama karena


ketamakan dan kerakusan mereka dalam mengambil keuntungan
material, tanpa memperhitungkan akibat dan masa depan alam dan
generasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai