Anda di halaman 1dari 11

Tasâmuh Volume 12, No.

2, Juni 2015

FUNGSI HADITS
TERHADAP AL-QUR`AN

Hamdani Khairul Fikri


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
Email: viviefikri@yahoo.com

Abstrak

Hadits merupakan landasan hukum Islam yang kedua setelah al-


Qur’an.Hadits sebagai sumber kedua ini ditunjukkan oleh tiga hal,
yaitu; al-Qur`an sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika
akal sehat (ma`qul). Al-Quran menekankan bahwa Rasulullah
berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah. Karena itu apa
yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai
rasul harus diteladani oleh kaum Muslimin. Tulisan ini menemukan
bahwa fungsi hadist terhadap al-Quran adalah sebagai bayan
dan muhaqiq (penjelas dan penguat) bagi al-Quran. Baik sebagai
bayan taqrir, bayan tafsir, takhshish al-’am, bayan tabdila. Tidak
hanya itu, tulisan ini juga menemukan bahwa hadist Rasulullah telah
menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh al-Qur`an.
Karena dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan
kepada orang-orang beriman untuk taat secara mutlak kepada
apa yang diperintahkan dan dilarang Rasulullah, serta mengancam
orang yang menyelisihinya.

Kata Kunci: Fungsi Hadits, al-Qur’an

Abstract

Hadith is the second Islamic law pillar after Al-Qur’an. Hadith as


second source is showed by three things, namely: Al-Qur’an itself,
agreement (Ijma’) of religious leader, logic (ma’qul). Al-Qur’an
emphasizes that the messenger functions to explain meaning of
commandment of Allah. Therefore, what he states must be followed
and his attitude as prophet must be followed by all Muslims. This
paper found that functions of hadith toward Al-Qur’an are explanation
(bayan) and reinforcement (muhaqiq) for Al-Qur’an. Al-Qur’an is
also as Explanation of reinforcement (Bayân taqrir), explanation of

178 Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an


Tasâmuh, Volume 12, No. 2, Juni 2015

passages of Al-Qur’an or explanation of interpretation (Bayân tafsir),


explanation of elaboration (Takhshîsh al-’âm), and explanation of change
(Bayân Tabdîl). This paper not only found those things but also found
that hadiths of the messenger have determined new regulation which
is not determined by al-Qur’an. In al-Qur’an there are many verses
which command to the faithful to be loyal and do what the messenger
commands, forbids, and also threatens people who disagree with the
hadith.

Keywords: Hadiths Functions, Al-Qur’an

A. Pendahuluan
Dalam hukum Islam, hadits dilaksanakan dalam kehidupan
menjadi sumber hukum kedua manusia. Karena itu, keabsahan
setelah al-Qur`an. Penetapan hadits hadits sebagai sumber kedua secara
sebagai sumber kedua iniditunjukan logika dapat diterima.Di antara
oleh tiga hal, yaitu al-Qur`an sendiri, ayat-ayat yang menjadi bukti bahwa
kesepakatan (ijma`) ulama, dan hadits merupakan sumber hukum
logika akal sehat (ma`qul). Al-Quran dalam Islam adalah sebagai berikut:
menekankan bahwa RasulullahSAW An- Nisa’: 80
berfungsi menjelaskan maksud
firman-firman Allah (QS. 16:44). ‫أَ َطا َع‬ ‫فَ َق ْد‬ ‫الر ُسو َل‬
َّ ‫َم ْن يُ ِط ِع‬
Karena itu apa yang disampaikan )80( … َ‫الل‬ َّ‫ه‬
Nabi harus diikuti, bahkan perilaku
Nabi sebagai rasul harus diteladani “Barangsiapa yang mentaati
oleh kaum Muslimin. Sejak masa Rosul, maka sesungguhnya
sahabat sampai hari ini para dia telah mentaati Alloh…”
ulama telah bersepakat dalam Dalam ayat lain Allah berfirman :

َّ ‫َو َما آَتَا ُك ُم‬


penetapan hukum didasarkan juga ُ ‫الر ُس‬
‫ول فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَ َها ُك ْم‬
kepada sunnah Nabi, terutama
yang berkaitan dengan petunjuk )7( … ‫َعنْ ُه فَانْتَ ُهوا‬
operasional. Keberlakuan hadits
“Apa yang diberikan Rasul
sebagai sumber hukum diperkuat
kepadamu, maka terimalah dia.
pula dengan kenyataan bahwa Al-
Dan apa yang dilarangnya bagimu
Qur`an hanya memberikan garis-
maka tinggalkanlah…” (QS. Al-
garis besar dan petunjuk umum
Hasyr : 7)
yang memerlukan penjelasan dan
rincian lebih lanjut untuk dapat

Hamdani Khairul Fikri 179


Tasâmuh Volume 12, No. 2, Juni 2015

Dalam Q.S AnNisa’ 59, Allah yang dikategorikan kepada al-


berfirman : hadîts. Umat manusia tidak akan
َّ‫ين آَ َمنُوا أَ ِطيعوا ه‬ bisa memahami al-Qur`ân tanpa
َ‫الل‬ ُ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬ melalui al-hadîts tersebut. Al-
‫الر ُسو َل َوأُولِي أْالَ ْم ِر ِمنْ ُك ْم‬
َّ ‫َوأَ ِطي ُعوا‬ Qur`ân bersifat kullydan ‘am, maka
َّ‫فَإ ْن تَنَا َز ْعتُم ف َشي ٍء فَر ُّدوه إ ىَل ه‬
ِ‫الل‬
yang juz’iy dan rinci adalah al-
ِ ُ ُ ْ ِ‫ْ ي‬ ِ
hadîts.
)59( … ‫ول‬ ِ ‫الر ُس‬ َّ ‫َو‬ Imam Ahmad menandaskan
“Hai orang-orang yang beriman, bahwa seseorang tidak mungkin
taatilah Allah dan taatilah Rasul bisa memahami al-Qur`ân secara
(Nya), dan ulil amri di antara keseluruhan tanpa melalui al-hadîts.
kamu. Kemudian jika kamu Imam Al-Syatibi jugaberpendapat
berlainan pendapat tentang bahwa kita tidak akan bisa
sesuatu, maka kembali kanlah mengistinbath atau mengambil ke­
ia kepada Allah (Al Quran) dan sim­pulan dari hukum al-Qur`ân
Rasul (sunnahnya)…” tanpa melalui al-hadîts. Dengan
demikian jelaslah fungsi al-hadîts
B. Fungsi Hadits Terhadap al- terhadap al-Qur`ân itu cukup
Qur`an penting, yaitu sebagai bayân atau
Fungsi al-Hadits terhadap al- penjelas.
Qur`an yang paling pokok adalah Dalam konteks ini penulis akan
sebagai bayân, sebagaimana memberikan contoh serta gambaran
ditandaskan dalam ayat: tentang bagaimana al-hadîts men­
“keterangan-keterangan jelaskan isi al-Qur`ân:
(mu`jizat) dan kitab-kitab. Dan 1. Al-Qur`ân telah menghalalkan
Kami turunkan kepadamu Al makanan yang baik-baik (Qs.5:1),
Qur’an, agar kamu menerangkan dan megharamkan yang kotor-
kepada umat manusia apa kotor (Qs.7:156); tetapi di antara
yang telah diturunkan kepada keduanya (di antara yang baik-
mereka dan supaya mereka baik dan yang kotor-kotor) itu ada
memikirkan,. (Qs.16:44)”. terdapat beberapa hal yang tidak
Ayat tersebut menunjukkan jelas atau syuhbat, yang samar-
bahwa Rasul SAW bertugas mem­ samar (tidak nyata baik dan tidak
berikan penjelasan tentang kitab nyata buruknya). Ukuran baik dan
Allah. Penjelasan Rasul itulah buruk pun menurut pandangan

180 Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an


Tasâmuh, Volume 12, No. 2, Juni 2015

manusia akan berbeda. Oleh dilobangi (al- Naqir), dan yang


sebab itu, Rasul SAW yang serupa dengan minuman yang
menetapkan mana yang baik dan memabukkan dan membawa
mana yang buruk itu, dengan k e b i n a s a a n . 2K e m u d i a n
istilah halal dan haramnya. Beliau Rasulullah SAW kembali
mengharamkan segala hewan- menghalalkan segala sesuatu
hewan (binatang-binatang) buas, yang tidak memabukkan.3
yang mempunyai taring, dan 3. Al-Qur’an telah membolehkan
burung-burung yang mempunyai daging hewan-hewan yang
kuku yang mencakar dan yang ditangkap oleh hewan-hewan
menyambar, demikian juga beliau pemburu yang sudah diajar
mengharamkan keledai jinak dengan patuh dan mengerti.
(bukan keledai hutan), karena Jelas, apabila hewan pemburu itu
semua itu termasuk binatang belum terlatih, maka haramlah
yang kotor-kotor dan yang keji- memakan hewan dari hasil
keji.1 buruan (yang ditangkapnya),
2. Al-Qur`ân telah menghalalkan karena dikuatirtkan bahwa
segala minuman yang hewan yang ditangkapnya itu
tidak memabukan, dan buat dirinya sendiri. Kemudian
mengharamkan segala mi- timbul pertanyaan yang beredar
numan yang memabukkan. Di antara dua masalah yaitu:
antara yang tidak memabukkan apabila hewan pemburu itu
dan yang memabukkan ada sudah terlatih, tetapi buruan
beberapa macam minuman, itu ditangkapnya untuk dirinya
yang sebenarnya tidak sendiri, tidak untuk tuan yang
memabukkan, tetapi dikuatirkan menyuruh-nya, denga tanda-
kalau-kalau memabukkan tanda bahwa buruannya itu telah
juga, seperti tuak dari ubi, tuak dimakannya sendiri sekalipun
kedelai, tuak labu, atau tuak sedikit,  maka bagaimanakah
yang ditaruh dalam bejana yang hukumnya?Sunnah Rasulullah
dicat dengan ter dari dalamnya SAW, menjelaskan bahwa
(al- Muzaffat), juga yang ditaruh jika buruan itu dimakan oleh
di dalam batang kayu yang
2
Hadits Riwayat Khamsah dari “Aisyah, At-
1
Perhatikan hadits-hadits, fiy ma la Taj, III: 140.
yu`kal minal-hayawan, at-Taj, (Maktabah 3
Hadits riwayat Khamsah kecuali Bukhari
al-Husna, Beirut: 1998), 95-96. dari Buraidah, At-Taj,III:141.

Hamdani Khairul Fikri 181


Tasâmuh Volume 12, No. 2, Juni 2015

anjing pemburu, maka kaum pemahaman, antara lain sebagai


muslimin dilarang memakannya, berikut:
karena dikuatirkan hewan yang a. Bayan Taqrir
ditangkapnya itu untuk dirinya
Bayân taqrir ialah al-Hadits
sendiri.4
yang berfungsi menetapkan,
4. Al-Qur`ân melarang orang memantapkan, dan mengokohkan
yang sedang ihram mem-buru apa yang telah ditetapkan al-
buruan dengan muthlaq, artinya Qur`ân, sehingga maknanya tidak
tidak me-makai syarat, apabila perlu dipertanyakan lagi. Ayat yang
larangan itu diabaikannya, ditaqrir oleh al-Hadits tentu saja
maka diwajibkan jaza (balasan) yang sudah jelas maknanya hanya
atas orang yang melanggarnya memerlukan penegasan supaya
(membunuhnya). Tetapi larangan jangan sampai kaum muslimin salah
memburu itu dikecualikan menyim-pulkan.  Contoh: Firman
bagi orang yang halal, artinya Allah SWT:
bagi yang tidak mengerjakan
ihram. Pengecualian itu dengan ‫ص ْم ُه‬ َّ ‫فَ َمن َش ِه َد ِمنْ ُك ُم‬
ُ َ‫الش ْه َر فَلْي‬
muthlaq juga. Kemudian
Barangsiapa yang menyaksikan
timbul pertanyaan: Bagaimana
bulan ramadlan maka hendaklah
hukumnya orang yang sedang
shaum. (Qs.2:185)
ihram itu memburu dengan
tidak disengaja?, Oleh Rasul Ditegaskan oleh Rasulullah SAW:
SAW dijelaskan bahwa memburu
‫صو ُم ْوا لِ ُر ْؤيَتِ ِه َوأَفْ ِط ُر ْوا لِ ُر ْؤيَتِ ِه‬
ُ
buruan bagi orang yang sedang
ihram itu, sama saja, hukumnya Shaumlah kalian karena melihat
antara yang sengaja dengan tanda awal bulan ramadlan dan
yang tidak disengaja, dalam berbukalah kalian karena melihat
kewajibannya menunaikan denda tanda awal bulan syawal. Hr.
atau dam. Muslim.5
Fungsi al-Hadits terhadap al- Hadits di atas dikatakan bayân
Qur`ân sebagai bayân itu difahami taqrîr terhadap ayat al-Qur`ân,
oleh ulama dengan berbagai karena maknanya sama dengan al-
Qur`ân, hanya lebih tegas ditinjau
4
Hadits Riwayat Khamsah dari “Aisyah, At- dari bahasanya maupun hukumnya.
Taj, III: 140.
5
Shahih Muslim, II,762.

182 Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an


Tasâmuh, Volume 12, No. 2, Juni 2015

b. Bayan Tafsir “Shalatlah kalian seperti


Bayân tafsir berarti menjelaskan kalian melihat aku sedang
yang maknanya samar, merinci shalat. HR. Jama’ah6”
ayat yang maknanya global atau  b) Ayat-ayat tentang zakat,
mengkhususkan ayat yang maknanya shaum, haji pun demikian
umum. Sunnah yang berfungsi bayân memerlukan rincian
tafsir tersebut terdiri dari (1) tafshîl- pelaksanaannya.
al-mujmal, (2) tabyîn al-musytarak, Ayat haji umpamanya
(3) takhshish al-’âm. menandaskan:
1).  tafshîl- al-mujmal,
‫َوأَمِتُّ ْوا احلَ َّج َوال ُع ْم َرةَِهلل‬
Hadits yang berfungsi tafshîl- al-
mujmal, ialah yang merinci ayat “Sempurnakanlah ibadah haji
al-Qur`ân yang maknanya masih dan ibadah umrahmu karena
global. Allah”.(Qs.2:196)
Contoh: Rinciannya ialah pelaksanaan
Rasulullah dalam ibadah haji
a) Tidak kurang enam puluh
wada’ dan beliau bersabda:
tujuh ayat al-Qur`ân yang
langsung memerintah shalat, .‫اس َك ُك ْم‬
ِ َ‫ُخ ُذ ْوا َعنِّى َمن‬
tapi tidak dirinci bagaimana
operasionalnya, berapa “Ambilah dariku manasik
raka’at yang harus dilakukan, hajimu. Hr. Ahmad, al-Nasa`I,
serta apa yang harus dibaca dan al-Bayhaqi”.7
pada setiap gerakan. 2. Tabyîn al-Musytarak
Rasulullah SAW dengan
Tabyîn al-Musytarak ialah men­
sunnahnya memperagakan
jelas­kan ayat al-Qur`ân yang
shalat secara rinci, hingga
mengandung kata bermakna
beliau bersabda:
ganda.
َ َ‫ص ُّل ْوا َك َما َرأَيْتُ ُمونِى أ‬
‫ رواه‬.‫ص ِّلى‬ َ Contoh:  Firman Allah SWT:
‫اجلماعة‬
6
Musnad Ahmad, I, 148. Shahih al-
Bukhari, I, 226. Shahih Ibn Khuzaymah,
I,206. Shahih Ibn hibban, V,503. Sunan al-
Darimi, I,196. Sunan al-Bayhaqi, III, 120.
Musnad Ahmad, III,318. Sunan al-
7

Nasa`i, II,245. Sunan al-Bayhaqi, V, 125.

Hamdani Khairul Fikri 183


Tasâmuh Volume 12, No. 2, Juni 2015

‫ات يَترََبَّ ْص َن بِأَنْ ُف ِس ِه َّن ثَالَثَ َة‬


ُ ‫َوالمُْ َط َّل َق‬ yang dicerai itu iddahnya tiga kali
haid.
‫قُ ُرو ٍء‬
c. Takhshish Al-’am
“Wanita yang dicerai hendaklah Takhshîsh al-’âm ialah sunnah
menunggu masa iddah selama yang mengkhususkan atau
tiga quru”. (Qs.2:228) mengecualikan ayat yang bermakna
ٍ ‫ ُق ُر‬  Q u r u   a d a l a h
Pe r k a t a a n   ‫وء‬ umum.
bentuk jama dari ‫ َقرْ ٍء‬  Qar’in. Dalam Contoh:
bahasa Arab antara satu suku
1) Firman Allah SWT:
bangsa dengan yang lain ada
perbedaan pengertian Qar’in. Ada ‫الد ُم َولحَ ْ ُم‬
َّ ‫ت َعلَيْ ُك ُم املَيْتَ ُة َو‬ ْ ‫ُح ِّر َم‬
yang mengartikan suci ada pula yang
mengarti-kan masa haidl. Mana yang
‫خلنْ ِزيْ ِر‬
ِ‫ا‬
paling tepat perlu ada penjelasan. “Diharamkan atasmu bangkai,
Rasul SAW bersabda: darah dan daging babi”. 

‫األَ َم ِة‬
(Qs.5:3)
‫َو ِع َّدتُ َها‬ ِ ‫تَط ِل ْقت‬
‫َان‬ ‫َطالَ ُق‬
Dalam ayat ini tidak ada
.‫َان‬
ِ ‫ضت‬َ ْ‫َحي‬
kecuali, semua bangkai dan darah
Thalaq hamba sahaya ada dua diharamkan untuk dimakan. Sunnah
dan iddahnya dua kali haidl. Hr. Rasulullah SAW mentakhshish atau
Abu dawud, al-Turmudzi, dan al- mengecualikan darah dan bangkai
Daruquthni.8 tertentu. Sabda Rasululah saw:

Dalam ketentuan hukum, hamba ِ ‫ان فَأَ َّما املَيْتَـَت‬


‫َان‬ ِ ‫ت لَنَا َميْتَت‬
ِ ‫َان َو َد َم‬ ْ ‫أُ ِح َّل‬
sahaya itu berlaku setengah dari
orang merdeka. Jika hadits ini
‫ان فَال َكبِ ُد‬ِ ‫وت َواجلَ َرا ُد َوأَ َّما ال َد َم‬ُ ‫حل‬ ُ‫ا‬
menetapkan dua kali haidl, maka .‫ال‬ ِّ ‫َو‬
ُ ‫الط َح‬
me­nurut sebagian pendapat,
“Telah dihalalkan kepada kita dua
p e r ­­k a t a a n   ‫َان‬
ِ ‫ضت‬َ ْ‫ َحي‬  h a i d l a t â n i  i t u
macam bangkai dan dua macam
me­rupa­­kan penjelas
darah. Yang dimaksud dua macam
dari Qar`in yang musytarak, se­hing­
bangkai adalah bangkai ikan dan
ga kesimpulannya bahwa wanita
bangkai belalang, sedangkan
yang dimaksud dua macam darah
Sunan Abi dawud, II,257. Sunan al-
8
adalah ati dan limpa”.  (Hadits
Turmudzi, III,488. Sunan al-Daruquthni, IV,
39.

184 Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an


Tasâmuh, Volume 12, No. 2, Juni 2015

Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Dalam istilah lain dikenal dengan
al-Bayhaqi.9 nama nâsih wa al- mansûh. Banyak
2) Firman Allah SWT: ulama yang berbeda pendapat
tentang keberadaan hadits atau
‫ْل‬ َّ ِ‫وصيْ ُك ُم اهلل ِفى أَ ْوالَ ِد ُك ْم ل‬
ُ ‫لذ َك ِر ِمث‬ ِ ُ‫ي‬ sunnah men-tabdil al-Qur`ân. Na­
ُ ‫ض‬
ِ ْ‫األنْثَيَ ن‬
‫ي‬ ِّ ‫َح‬ mun pada dasarnya bukan ber­
beda dalam menyimpulkan hukum,
 “Allah mewasiatkan bahwa melainkan hanya terletak pada
hak anakmu laki-laki adalah penetapan istilahnya saja.
dua kali hak anakmu yang
Contoh sunnah yang di­
perempuan”. Qs.4:11
anggap Bayân Tabdîl oleh pen­dapat
Dalam ayat ini tanpa kecuali yang mengakuinya ialah dalam bab
atau berlaku umum bahwa zakat pertanian. Dalam ayat al-
semua anak mendapat warisan. Qur`ân tidak diterangkan batasan
Sedangkan keberlakuan hukum nisab zakat melainkan segala
tersebut hanya untuk anak yang penghasilan wajib dikeluarkan
agamanya sama muslim. Sunnah zakatnya. Sedangkan dalam sunnah
Rasul memberikan takhshish atau Rasul ditandaskan:
pengcualian dengan sabdanya:
‫ص َدقَ ًة‬ َ َ‫خ َس ِة أ‬
َ ‫وس ٍق‬ َ ْ‫لَي‬
ْ َ‫س ِفيْ َما ُدو َن م‬
‫ث املُ ْس ِل ُم ال َكا ِف َر َوالَ ال َكا ِف ُر‬ ُ ‫الَيَ ِر‬
“Tidak ada kewajiban zakat dari
.‫املُ ْس ِل َم‬ hasil pertanian yang kurang
“Seorang muslim tidak mewarisi dari lima wasak” .Hr. al-Bukhari
orang kafir dan yang kafir tidak dan Muslim.11
mewarisi seorang muslim. Hr. al-  Imam Malik berpendirian bahwa
Bukhari dan Muslim”.10 fungsi sunnah terhadap alqur’an
d. Bayan Tabdila adalah sebagai (1) bayân taqrir,
(2) bayân tawdlîh, (3) bayân tafshîl,
Bayân Tabdîl ialah mengganti
(4) bayân tabsîth, (5) bayân tasyrî’.
hukum yang telah lewat
keberlakuannya. Bayân taqrîr telah dijelaskan
pada uraian di atas. Bayân taudlîh,
bayân tafshîl telah tercakup pem­
9
Musnad Ahmad, II, 97. Ibn Majah, II,1073.
bahasannya pada bayân tafsîr.
al-Bayhaqi, I, 254.
Shahih al-Bukhari, VI, 2484, Shahih
10 11
Shahih al-Bukhari, II,524. Shahih
Muslim, III, 1233. Muslim, II,673.

Hamdani Khairul Fikri 185


Tasâmuh Volume 12, No. 2, Juni 2015

Yang perlu dijelaskan adalah (5) bayân nasakh, yaitu mengganti


bayân tabsîthdan bayân tasyrî. hukum yang tidak berlaku lagi seperti
Sunnah yang berfungsi sebagai diuraikan pada bayân tabdil.
bayân tabsith ter-hadap al-Qur`ân Ibnul-Qayim berpendapat bah­
adalah sunnah yang menguraikan wa fungsi as-Sunnah terhadap al-
ayat al-Qur`ân yang ringkas yang Qur`ân adalah sebagai (1)bayân
memerlukan pen-jelasan secara ta’kid atau penguat seperti bayân
terurai. Contohnya kisah-kisah dalam taqrir yang telah dijelaskan di atas
al-Qur`ân yang ringkas diuraikan (2) bayân tafsir, (3) bayân tasyri’,
oleh sunnah rasul secara gamblang (4) bayân takhshish, dan (5) bayân
dan terurai seperti isra mi’raj. taqyied, yaitu menentukan sesuatu
Imam Syafi’i berpendirian bahwa yang dalam ayat bisa bermakna
fungsi as-Sunnah terhadap al- mutlak, seperti seruan Allah
Qur`ân itu adalah sebagai (1) bayân tentang kewajiban shalat secara
tafshil atau perinci ayat yang mujmal, mutlak berlaku pada siapa pun.
(2) bayân takhshish atau pengkhusus Sedangkan sunnah mentaqyid
yang yang bersifat umum, (3) bayân wanita yang sedang haidl dari yang
ta’yien yaitu menetapkan makna mutlak tersebut. Wanita yang haidl
yang dimaksud dari suatu ayat yang tidak diwajibkan shalat dan tidak
memungkinkan memiliki beberapa diwajibkan mengganti.
makna seperti menjelaskan yang Dengan memperhatikan bebe­
musytarak, (4) bayân tasyri’ yaitu rapa pendapat di atas, tampaklah
sunnah yang berfungsi tambahan betapa pentingnya sunnah terhadap
hukum yang tidak tercantum dalam al-Qur`ân, terutama memberikan
al-Qur`ân. Contohnya: dalam al- kemudahan bagi kaum muslimin
Qur`ân telah ditetapkan bahwa untuk memahami isi al-Qur`ân. Jika
yang haram dimakan itu hanyalah Rasulullah SAW tidak memberikan
bangkai, darah, daging babi dan penjelasan tentang ayat al-Qur`ân,
yang disembelih bukan karena tentu saja akan menimbulkan
Allah (Qs.6:145). Sedangkan berbagai kendala dan kesulitan
dalam beberapa riwayat sunnah dalam melaksanakan al-Qur`ân.
diterangkan bahwa Rasul melarang Itulah mungkin salah satu makna
memakan binatang buas, yang dari fungsi Rasul sebagai rahmat
berbelalai, burung menyambar, bagi mu’minin bahkan bagi alam
dan yang hidup di air dan di darat, semesta.

186 Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an


Tasâmuh, Volume 12, No. 2, Juni 2015

Oleh karena itu, bukan Allah kepada orang-orang beriman untuk


yang membutuhkan Rasul, tapi justru taat secara mutlak kepada apa
manusialah yang membutuhkannya. yang diperintahkan dan dilarang
Setiap mu’min harus berkeyakinan Rasulullah Saw, serta mengancam
bahwa Rasulullah SAW yang orang yang menyelisihinya.
paling mengetahui makna al- Fungsihadistterhadap al-Quran
Qur`ân, karena beliaulah yang adalahsebagaibayandanmuhaqiq
menerima langsung dari Allah SWT. (penjelasdanpenguat) bagi al-
Tak sepatutnya seorang mu’min Quran.Karenahukum merupakan
menyalahi apa yang dijelaskan produk hadits yang tidak ditunjukan
dalam as-Sunnah tentang makna oleh al-Qur’an secaralangsung.Ole
dan maksud ayat al-Qur`ân. hkarenaitu,haditsberperansebagaip
enjelasdanpenguatal-Qur’an seperti
D. Penutup larangan-larangansecaratidaklangs
Dari uraian di atashadistRasulullah ungantaralain memadu perempuan
SAW telah menetapkan hukum baru dengan bibinya dari pihak ibu,
yang tidak ditetapkan oleh al-Qur`an. haram memakai cincin emas, dan
Karena dalam al-Qur’an terdapat kain sutra bagi laki-laki.
ayat-ayat yang memerintahkan

DaftarPustaka
Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al-Asqalani,
Idris as-Syafi’i, Kitab Ikhtilaf Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-
Al-Hadits, Dar al-Fikr (Beirut: Bukhari.Dar al-Ma’rifah, Beirut,
1983) t.th.
Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Isma’il Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-Asqalani
al-Bukhari, Shahih al-Bukhari. Tahzib at-Tahzib, Juz II,: Dar
Juz IV, Dar MuthabiSyabi, t.tp., Shadir, Beirut, t.th.
t.th.
Ahmad bin Abd al-Halim bin
Abu al-Husain Muslim bin Hajjaj al- Taimiyyah al-Harani, As-Siyasah
Qusyairial-Jami’ al-Sahih (Sahih asy-Syar’iyyah fi Ishlahi ar-Ra’i
Muslim), Dar al-Fikr, Beirut, t.th. wa ar-Ra’iyyah, Dar al-Ma’rifah,
Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, Beirut, t.th.
Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka
Setia, 2001)

Hamdani Khairul Fikri 187


Tasâmuh Volume 12, No. 2, Juni 2015

Ahmad bin Abd al-Halim bin Hanbal, Ibn, Ahmad, Musnad Imam
Taimiyyah al-Harani, Majmu’ Ahmad bin Hambal. Juz II,
Fatawa (Dar al-Wafa’: 2005) Maktabah al-Islami, (Beirut:
Ahmad bin Abd al-Halim bin 1976)
Taimiyyah al-Harani, Minhaj Ismail, M., Syuhudi, Kaedah
as-Sunnah fi naqdikalamasy- Keshahihan Hadist (Jakarta:
Syi’ahwa al-Qadariyyah (Dar Bulan Bintang, 1988)
al-Hadits, Al-Qahirah, 2004) Khairuddin, Ahmad, Beberapa
Al-Qardawi, Yusuf.al-Qurandan al- Interpretasi Hadits al-Aimmah
Sunnah(Kairo: 1997) Min Quraisy: Interpretasi Hadis
Amin, Ahmad, Dluha al- Islam,DarIhya dengan Pendekatan Fiqh
as-Sunnah al-Nabawiyyah Siyasah (Banjarmasin: Antasari
(Beirut, 1997) Press, 2005)

Ash-Shiddieqy, Hasbi.SejarahdanP Khallaf, Wahhab, Abdul, Ilmu


engantarIlmuHadist(Jakarta: Ushul Fiqh, al-Majlis al-A’la
BulanBintang, 1980) li al-Dakwah al-Islamiyah
(Indonesia: 1972)
Fathullah, Luthfi, Ahmad, Program
DVD: Metode Belajar Interaktif Syalabi, Ahmad, Sejarah Kebudayaan
Hadis dan Ilmu Hadis, PKH Islam, Jayamurni, Jakarta,
Islamic Center, Jakarta. t.th.A.J.
Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfaz al-Hadis an-Nabawi.E-J.
Brill (Leiden: 1942)

188 Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an

Anda mungkin juga menyukai