Tentang
DAS SOLLEN DAN DAS SEIN
Disusun Oleh:
Mushendri
Dosen Pembimbing:
Metriadi, S.H.I, M.A
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal
B. Rumusan masalah
C. Tujuan pembahasan
PEMBAHASAN
keberanaran ini sendiri bisa dikatakan sebagai bagian yang menimbulkan polemik.
Das sein adalah istilah seharusnya yang terjadi dalam kenyataan, hal ini
dan interaksi sosial atas pembentukan hukum oleh hakim atau petugas hukum
peristiwa konkret.
peraturan hukum (das sollen) yang sifatnya umum dengan mengingat peristiwa
konkret (das sein). Lebih lanjut lagi, Sudikno Mertokusumo juga berpendapat
bahwa peristiwa konkret perlu untuk dicarikan hukumnya yang bersifat umum dan
juga abstrak.
peraturan hukum tersebut juga harus sesuai dengan peristiwa konkretnya agar bisa
Adapun untuk contoh antara das sollen dan das sein penjelasan lengkapnya
sebagai berikut;
1. Apabila kita membeli suatu barang, maka kita harus dan wajib untuk
yang telah kita jual tersebut kepada pembeli dalam keadaan yang baik
sebagaimana yang kita iklankan atau tawarkan kepada pembeli itu (jadi
dan sebagainya.
sebagainya.
Contoh Das Sein
mengemudikan mobil.
kebenaran ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu
yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu
adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (das sollen) itu tidak selalu yang
seharusnya (das sein) yang terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk
yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari
keburukan (ketidakbenaran).
trasenden, artinya tidak berhenti dari kebenaran hukum itu saja, namun terdapat
secara filosofis.
dan teori pragmatis, Pertama, teori korespondensi adalah paling diterima secara
luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada
bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
obyek yang dituju atau diatur oleh hukum tersebut. Misalnya “jika seorang
melakukan pencurian maka orang tersebut akan dihukum, agar menimbulkan efek
jera sehingga orang lain tidak melakukan pencurian lagi dan kehidupan menjadi
tertib”.
sebuah perkara didasarkan pada fakta-fakta hukum yang terdapat pada peristiwa
(asas legalitas).
Teori yang kedua tentang kebenaran adalah teori koherensi. Berdasarkan
teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut
logika. Misalnya, bila kita menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati”
adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “si Budi adalah
seorang manusia dan si Budi pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan
perspektif filsafat hukum, apabila ketiga teori kebenaran itu dikaitkan dengan
kebenaran hukum, maka akan sulit untuk menentukan kriteria kebenaran apa yang
digunakan dalam menentukan kebenaran hukum. Para filsuf dengan berbagai alur
pemikiran tidak dapat bersatu dalam menentukan kriteria kebenaran apa yang
yang menentukan sesuatu itu benar, karena kebenaran itu bersifat subjektif dan
tentative.
menemukan serta meyakinkan dia tentang sesuatu yang benar itu. Berbicara
mengenai apakah hukum itu benar ada? dari mana datangnya hukum? untuk apa
ada hukum? siapa yang berwenang membuat hukum? mengapa orang tunduk pada
hukum secara khusus dan mendalam tentang hakekat hukum. Jawaban atas
pertanyaan di atas bukan saja membawa orang pada satu pengertian tentang
dapat membawa pada keyakinan, pedoman atau orientasi berpikir tentang hukum.
pegangan, pedoman, panduan : berpikir, berkata dan berbuat atau orientasi dasar
Lalu, jika kemudian kebenaran hukum dilihat dari pengertian dan fungsi
hukum itu sendiri, maka dapat disimpulkan. Pertama, apakah benar hukum itu
apakah benar fungsi hukum itu adalah untuk mengatur kehidupan manusia maka
jawabannya benar. Kendati memang harus ditegaskan bahwa hukum itu ada untuk
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan tentang pengertian das sein dan das sollen menurut para
istilah ini selalu ada secara bersamaan di dalam semua bidang kehidupan manusia
sebagai bentuk teori dan praktek, yang keduanya akan selalu saling melengkapi isi
antara yang satu dengan yang lain. Baik dalam pendidikan, pengamalan Pancasila,