Nim : 201821023
Prodi / Unit / Semester : PAI/1/Semester II
Dosen pengampu : Said Alwi, S.Pd, MA /Anna Miswar, S.Pd.I, M.Ag
Mata kuliah : Psikologi Pendidikan
1
Akyas Azhari, Psikologi Umum & Psikologi perkembangan, (Jakarta: Mizan Publika,
2004), hlm. 173.
2
AH. Choiron, Psikologi Perkembangan, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2010), hlm.
19-21.
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan maturation,
sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Jadi,
kematangan itu sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu
sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur
pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian, kematangan
tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan, karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh
setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.
3
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 65.
Walaupun sejak dulu telah terdapat pemikiran tentang ilmu yang mempelajari
manusia bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari
alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk
dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir tahun 1800-
an yaitu ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama
di dunia.
Pada tahun 1879, Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium Psikologi
pertama di Universitas Leipzig, Jerman. Ditandai dengan berdirinya
laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih memahami manusia telah
ditemukan walaupun belum terlalu memadai. Dengan berdirinya laboratorium
ini, maka lengkaplah syarat untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui
pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Adapun beberapa tokoh psikologi perkembangan antara lain:
1) Wilhelm Wundt (1832 – 1920)
2) Ivan Pavlov (1849 – 1936)
3) Emil Kraepelin (1856 – 1926)
4) Sigmund Freud (1856 – 1939)
5) Burrhus F. Skinner (1904 – 1990)
6) Erik Erikson (1902 – 1994)
7) John Watson (1878 – 1958)
4
Munawar, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 62.
5
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 26.
6
Soemadi Soerjabrata, Psychologi Perkembangan II, (Yogyakarta: Rake Press, 1975),
hlm. 125.
kelainan atau abnormal, dan hal ini akan mengganggu perkembangan
selanjutnya.
Masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah
sekali di pengaruhi dan dikmbangkan. Usia 3-5 tahun merupakan masa peka,
pada masa ini adalah masa yang baik sekali untuk mempelajari bahasa ibu dan
bahasa di daerahnya.
d. Hukum Rekapitulasi
Hukum rekapitulasi ini pertama kali dikemukakan oleh Hackel yang berasal
dari Jerman yang dalam laporan biologinya disebut hukum biogenetis, dia
mengatakan bahwa ontogenese merupakan rekapitulasi dari philogenese, yang
berarti perkembangan suatu makhluk adalah rekapitulasi dari perkembangan
seluruh jenis. Di antara para ahli ada yang setuju dengan hukum rekapitulasi ini,
tetapi ada juga yang menolak sebagian bahkan ada yang menolak sama sekali.7
Rekapitulasi berasal dari kata dari kata rekap. Teori rekapitulasi mengatakan
bahwa perkembangan yang dialami seorang anak merupakan ulangan (secara
cepat) sejarah kehidupan suatu bangsa yang berlangsung dengan lambat selama
berabad-abad. Jika pengertian rekapitulasi ini dialihkan (ditransfer) ke psikologi
perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami
ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia. Mereka membagi-bagi
kehidupan anak sebagai berikut: masa memburu dan menyamun, masa
menggembala, masa bercocok tanam, dan masa berdagang.8
e. Hukum Bertahan dan Mengembangkan diri
Hukum bertahan merupakan suatu respons dalam bentuk sikap atau perilaku
individu yang dimunculkan ketika dirinya merasa mendapatkan stimulus yang
tidak sesuai atau tidak menyenangkan. Pertahanan diri tersebut ada pada setiap
individu. Bentuk pertahanan diri ini berbeda-beda antara individu satu dengan
yang lainnya. Contoh bentuk pertahanan diri yang sederhana adalah pada saat
anak merasa lapar, haus, takut, sakit, dan sebagainya kemudian anak akan
7
Siti Hartinah, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008),
hlm. 63.
8
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 18-19.
menangis. Dengan menangis, sebenarnya terkandung maksud agar orang lain
segera datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan hukum mengembangkan diri berpandangan bahwa
sesungguhnya setiap individu memiliki dorongan alamiah untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Keberhasilan individu dalam
mempertahankan diri memerlukan usaha aktif dan kreatif. Sifat kreatif ini
menimbulkan berfungsinya dorongan untuk mengembangkan diri berupa
kegiatan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Dorongan
untuk mengembangkan diri wujudnya berlainan antara individu satu dengan
lainnya.
f. Hukum Irama (ritmik)
Di samping memiliki tempo, perkembangan juga berlangsung sesuai dengan
iramanya. Hukum irama berlaku untuk setiap manusia. Baik perkembangan
jasmani maupun perkembangan rohani tidak selalu dialami perlahan- lahan
dengan urutan- urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-
gelombang besar dan kecil yang silih berganti. Pada suatu masa, laju
perkembanganya berjalan dengan cepat, tetapi pada waktu berikutnya sedikitpun
tidak tampak kemajuan (terhambat).
Kelajuan atau keterhambatan dalam perkembangan itu tidak sama besar
pada setiap anak. Demikian pula proses percepatan maupun pelambatan dalam
peralihan perkembangan tidak sama cara berlangsungnya pada setiap anak.9
9
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 16-17.
Dengan demikian, terlihat bahwa pola yang disebutkan dalam ayat ini
dapat dapat diterapkan pada semua manusia. Hal ini mengacu pada tahap
pertama penciptaan manusia di dalam rahim sampai persalinan. Manusia
sangat lemah pada tahap awal ini, baik secara fisik ataupun mental.
Lemahnya manusia pada awal kehidupan ini juga mencakup pada
lemahnya keadaan mental seseorang.
b. (QS Al Nahl [16]:78) Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu sesuatupun, dan dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Dalam ayat lainnya dinyatakan dengan jelas pola keadaan lemah
merupakan karakter pertama dari seluruh awal kehidupan manusia, dan
kemudian menguat pada dalam perkembangan selanjutnya.
c. (QS Al-Ahqaf [46]:15) Artinya: kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan
keadaan susah payah, dan melahirkannya dengan dengan susah payah
(pula), mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.
Sehingga apabila dia telah dewasa (usia dengan kekuatan penuh) dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia akan berdoa: “Ya Tuhanku.
Tunjukilah untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku.”
Deduksi analogik yang dapat dibuat dari ayat ini adalah masing-masing
kehidupan manusia dimulai dengan keadaan lemah, berangsur-angsur
mencapai puncak kekuatan, dan berangsur-angsur menurun, seperti yang
terkandung pada ayat sebelumnya. Penurunan merupakan dimensi kedua
dari keadaan lemah yang menandai kehidupan manusia pada akhir
kehidupannya. Hal ini juga dinyatakan dalam ayat ini dan ayat–ayat
sebelumnya. Pola ini terlihat berlaku umum pada semua manusia dalam
kesehariannya.
d. (QS. al-Mu’minun: 12-14) Artinya: “Dan sesungguhmya kami telah
menciptakan dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu, kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal daging, dan segumpal daging itu, kami jadikan tulang-belulang,
lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, pencipta
paling baik.”
Dalam ayat ini, Allah Swt. menjelaskan proses penciptaan manusia dari
saripati (sulaalah) tanah yang telah ditentukan kadarnya. Karenanya,
yanga dimaksud dengan “sulaalah” di atas, bukan rangkaian makhluk
hidup yang mendahului penciptaan manusia, sebagaimana yang diyakini
oleh sebagian orang yang sesat. Karena keyakinan ini, secara ilmiah telah
terbukti kesalahannya, setelah ditemukannya fosil di daratan Afrika
tengah, yang membuktikan bahwa manusia dalam penciptaannya tidak
terkait dengan evolusi makhluk hidup lainnya yang berkembang hingga
menjadi seperti dirinya.
e. (QS. al-Alaq: 1-2) Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu
yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
Selanjutnya segumpal darah ini berproses lagi, sehingga menjadi segumpal
daging (sebagaimananya mempunyai bentuk, sebagian lagi tidak
mempunyai bentuk), kemudian berproses lagi hingga terbentuk tulang
yang dibuskus oleh daging. Setelah itu keluarlah janin itu, sebagai bayi
yang dijadikan Allah sebagai khalifahnya di muka bumi ini.
10
Muzdalifah M Rahman, Psikologi, (Kudus: STAIN Kudus Press, 2009), hlm. 29-31.
11
Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan, (Kudus: Nora Media Enterprise,
2011), hlm. 9.
12
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), hlm. 26.
d. Metode Riwayat Hidup atau klinis (the case history or clinical)
Suatu studi melalui riwayat hidup yang penerapannya terbatas untuk
memecahkan masalah yang dihadapi individu. Tujuan metode ini adalah
diagnosis. Metode ini disamping mempunyai keuntungan juga memiliki
kelemahan yaitu bahwa metode ini kadang-kadang bersifat subjektif, dalam
arti menurut pandangan yang membuat biografi itu.13
e. Metode Analisis Karya
Merupakan suatu metode penyelidikan dengan mengadakan analisis
dari hasil karya. Misalnya gambar-gambar, karangan-karangan yang telah
dibuat, karya-karya ini merupakan pencetusan dari keadaan jiwa seseorang.
Dalam hal ini termasuk juga buku harian seseorang.
f. Metode Tes (test method)
Instrument penelitian yang penting dalam psikologi, tes digunakan
untuk mengukur semua jenis kemampuan.14 Tes merupakan instrumen
penelitian yang penting dalam psikologi kontemporer, yang digunakan untuk
mengukur segala jenis kemampuan, minat, sikap dan hasil kerja.
g. Metode cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian
yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Belakangan, model ini banyak digunakan untuk mengetahui perbedaan-
perbedaan atau persamaan-persamaan perkembangan anak pada beberapa
latar belakang kebudayaan yang berbeda, baik melalui percobaan, maupun tes
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data
lainnya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaan.15
13
Ibid.
14
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hlm. 20-
29.
15
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 60.
h. Metode Kuesioner
Kuesioner atau sering pula disebut angket merupakan metode
penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab
atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari penyelidikan tersebut.
Dengan angket orang akan dapat memperoleh fakta ataupun opini.
Pertanyaan dalam angket tergantung kepada maksud serta tujuan yang ingin
dicapai. Hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk
pertanyaan angket itu. pada garis besarnya angket terdiri dari dua bagian yang
besar, yaitu:
1) Bagian yang mengandung data identitas
2) Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin
memperoleh jawaban.
i. Metode Interview
Interview merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan diberikan secara tertulis, maka pada interview
pertanyaan-pertanyaan diberikan secara lisan. Karena itu antara interview dan
angket terdapat terdapat hal-hal yang sama di samping adanya perbedaan-
perbedaan. Baik angket maupun interview kedua-duanya menggunakan
pertanyaan-pertanyaan, tetapi berbeda dalam penyajianya.
j. Metode statistik
Pada umumnya metode statistik digunakan untuk mengadakan
penganalisisan terhadap materi atau data yang telah dikumpulkan dalam suatu
penyelidikan.
Kata statistik telah digunakan cara-cara ilmiah untuk mengumpulkan,
menyususn, meringkas, dan menyajikan data penyelidikan. Lebih lanjut
statistik merupakan cara untuk mengolah data tersebut dan menarik
kesimpulan-kesimpulan yang teliti dan keputusan-keputusan yang logik dari
pengolahan data tersebut.16
16
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
hlm. 48.
6. Jelaskan bagaimana tugas perkembangan periode dewasa dini dan madya,
yang meliputi:
a. Perkembangan fisik
b. Perkembangan kognitif
c. Perkembangan psikososisal
Jawab:
a. Perkembangan Fisik
1) Dewasa Dini
Puncak kemampuan fisik individu dicapai antara usia 18-30 tahun yang
diikuti dengan kesehatan yang baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada
usia ini adalah nutrisi dan pola makan, olahraga, serta ketergantungan terhadap
suatu obat. Hal ini menjadi titik perhatian sendiri karena sangat mempengaruhi
keadaan kesehatan pada usia selanjutnya, karena secara umum perlambatan dan
penurunan fisik mulai terjadi sejak akhir dewasa awal.
2) Dewasa Madya
Status kesehatan menjadi persoalan utama masa dewasa madya. Hal ini
dikarenakan adanya sejumlah perubahan fisik. Melihat dan mendengar merupakan
dua perubahan yang paling tampak pada masa ini. Daya akomodasi mata
mengalami penurunan tajam pada usia 40-59 tahun. Aliran darah pada mata juga
berkurang, sehingga mengurangi ukuran bidang penglihatan. Stabilitas emosi dan
kepribadian merupakan faktor yang juga berkaitan dengan kesehatan di masa ini.
Gangguan kesehatan yang utama pada masa ini adalah penyakit kardiovaskuler,
kanker, dan berat badan. Pada wanita, pada masa ini secara umum terjadi
menopause, sebagai tanda berhentinya kemampuan melahirkan anak yang
biasanya datang pada usia akhir 40 atau 50 tahun. Untuk laki-laki, tingkat
testosteron mengalami penurunan, namun bukan menunjukkan ketidakmampuan
sebagai ayah dari anak seperti yang dialami oleh wanita.
b. Perkembangan Kognitif
Pada masa dewasa, ada pandangan yang berubah mengenai perkembangan
kognitif. Schaie mengatakan pendapat karena kritikannya terhadap pandangan
Jean Piaget yang mengatakan bahwa masa dewasa merupakan efisiensi dari tahap
perkembangan operasional formal saja. Schaie mengatakan bahwa ada beberapa
tahap perkembangan kognitif pada masa dewasa, yaitu :
1) Tahap mencari prestasi (achieveing stage)
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal. Tahap ini merupakan
penerapan intelektualitas individu pada masa dewasa pada situasi yang
melibatkan konsekuensi besar untuk mencapai tujuan jangka panjang. Hal ini
berkenaan dengan perencanaan masa depan yang berkaitan dengan
pencapaian karir dan pemerolehan pengetahuan.
2) Tahap tanggung jawab (responsibility stage)
Tahap ini dimulai sejak masa dewasa awal. Pada fase ini terjadi ketika
keluarga sudah terbentuk, sehingga perhatian diberikan pada pemenuhan
kebutuhan pasangan dan anak-anak (keturunan). Penekanan pada masa ini
adalah adanya tanggung jawab pada lingkungan keluarga dan lingkungan
sosialnya. Fase ini akan berlanjut terus ke masa dewasa madya.
3) Tahap eksekutif (executive stage)
Tahap ini terjadi di masa dewasa madya. Individu bertanggung jawab
tentang sistem yang ada di lingkungannya, baik itu di masyarakat maupun di
lingkungan kerja terutama yang berhubungan dengan keorganisasiannya.
Pada tahap ini, individu membangun pemahaman tentang bagaimana suatu
organisasi itu bekerja dan kompleksitas hubungan yang terbangun di
dalamnya. Pencapaian tahap ini tergantung dengan kesempatan dan
kemampuan pada individu.
4) Tahap reintegratif (the reintegrative stage)
Tahap ini terjadi pada masa dewas akhir atau usia lanjut. Pada masa
ini, individu akan memfokuskan pada kegiatan yang bermakna bagi dirinya.
17
Soesilowindradini, Psikolog Perkembangan (Masa Remaja), (Surabaya: Usaha
Nasional, 1990), hlm. 51.