Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahabbah adalah cinta, atau cinta yang luhur kepada Tuhan yang
suci dan tanpa syarat,tahapan menumbuhkan cinta kepada Allah, yaitu:
keikhlasan, perenungan, pelatihan spiritual, interaksi diri terhadap
kematian, sehingga tahap cinta adalah tahap tertinggi oleh seorang ahli
yang menyelaminya. Di dalamnya kepuasan hati (ridho), kerinduan
(syauq) dan keintiman (uns).

Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Mahabbah beserta


tujuan, kedudukan, paham, tokoh sufi,serta mahabah dalam pandangan
al-Qur’an dan al hadits, Maka jika ada kesalahan yang sekiranya di luar
kesadaran, kami siap menerima kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sekalian.

B. Rumusan Masalah

a). Apakah Pengertian Mahabbah ?

b). Apakah tujuan mahabbah dan kedudukan Mahabbah ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Mahabbah

Mahabah artinya cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab


Mahabbah berasal dari kata ahabbah-yuhibbu-mahabbatan, yang secara
bahasa berarti mencintai secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang
mendalam. Dalam Al-Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengatakan,
Mahabbah (cinta) adalah lawan dari kata al-baghd (benci). Al- Mahabbah
dapat pula berarti al-wadud, yakni yang sangat pengasih atau
penyayang.Selain itu, al-mahabbah dapat pula berarti kecenderungan
kepada sesuatu yang sedang berjalan dengan tujuan untuk memperoleh
kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual, seperti orang tua
pada anaknya, seseorang pada sahabatnya, suatu bangsa terhadap
tanah airnya, atau seorang pekerja pada pekerjaannya. Mahabbah pada
tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sunguh-sungguh dari
seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya
gambaran yang mutlak,yaitu cinta kepada allah swt.

Kata Mahabbah tersebut selanjutnya digunakan untuk


menunjukkan suatu paham atau aliran dalam tasawwuf. Dalam
hubungan ini, objek mahabbah lebih ditunjukkan kepada allah swt.Dari
sekian banyak arti mahabbah yang dikemukakan diatas , tampaknya ada
juga yang cocok dengan arti mahabbah yang dikehendaki dalam
tasawuf, yaitu mahabbah yang artinya kecintaan yang mendalam secara
ruhani kepada allah swt.

Mahabbah dalam pengertian tasawuf ini lebih lanjut dikemukakan oleh


Al-Qusyairi sebagai berikut:
2
Al-Mahabbah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang
bentuknya adalah disaksikan nya (kemutlakan) Allah Swt oleh hamba,
selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang
dikasiha-Nya.

Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya


itu selanjutnya dapat mengambil bentuk iradah dan rahmah Allah yang
diberikan kepada hamba-Nya dalam bentuk pahala dan nikmat yang
melimpah. Mahabbah adalah cinta yang tidak dibarengi dengan harapan
pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-raghbah adalah cinta
yang disertai dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan sesuatu,
meskipun harus mengorbankan segalanya.

Menurut Harun Nasution, pengertian mahabbah adalah:

a. Patuh kepada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya.

b. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.

c. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang


dikasihi,yaitu Allah.

Dari ketiga tingkatan mahabbah yang dikemukakan oleh Harun


Nasution tersebut tampak menunjukkan suatu proses mencintai, yaitu
mulai dari mengenal sifat-sifat Tuhan dengan menyebut-Nya melalui
dzikir, dilanjutkan dengan leburnya diri (fana) pada sifat-sifat Tuhan itu,
dan akhirnya menyatu kekal (baqa) dalam sifat Allah swt.

2. TUJUAN DAN KEDUDUKAN MAHABBAH

Tujuan Mahabbah

3
Tujuan Mahabbah yaitu untuk memperoleh kebutuhan, baik yang
bersifat material maupun spiritual untuk mencapai tingkat rohaniah
tertinggi dengan tercapainya gambaran yang mutlak, yaitu cinta kepada
Tuhan,untuk memperoleh kesenangan bathiniahyang sulit dilukiskan
dengan kata-kata,tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa.

Kedudukan Mahabah

Aliran tasawuf mahabah kedudukannya sejajar dengan aliran-


aliran tasawuf lainnya seperti ma’rifat (pengetahuan), Al fana dan Al
baqa (kehancuran dan ketetapan), dan Al-itihad (persatuan). Itihad dapat
berbentuk al qulul (pengambilan tempat) ataupun al wujud (kesatuan
wujud).

Mahabbah juga memiliki macam dan dasar-dasar di antaranya adalah:

A. Macam-Macam Mahabbah

Dalam Qur’an cinta memiliki 3 pengertian berikut ini


penjelasannya:

1).Mahabbah mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara


dan“nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya
selaluberdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga
cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2).Mahabbah mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat


membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain
cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an
disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta
kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan
kepada yang lama.

3).Mahabbah syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami,


orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
4
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir
tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term
syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri
pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

B. Dasar-Dasar Ajaran Mahabbah

1). Dasar Syara’

Ajaran mahabbah memiliki dasar dan landasan, baik di dalam


Alquran maupun Sunah Nabi SAW. Hal ini juga menunjukkan bahwa
ajaran tentang cinta khususnya dan tasawuf umumnya.

a. Dalil-Dalil dalam Al-Qur’an, Seperti Berikut :

QS. Al-Maidah ayat 54

‫ا ف روُريِمغحفمر رلفكمم فذفنوُربفكمم ْ روُ ا‬


‫ا ف رغففوُمر رر ح‬
‫حيِمم‬ ‫ار رفاَاتحبفعوُحنيِ فيِمححبمبفكفم ا‬
‫حببوُرن ا‬
‫قمل إحمن فكمنفتمم فت ح‬

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah


aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dari ayat tersebut di atas memberikan petunjuk bahwa antara


manusia dan Tuhan dapat saling mencintai, karena alat untuk mencintai
Tuhan, yaitu roh adalah berasal dari roh Tuhan. Roh Tuhan dan roh yang
ada pada manusia sebagai anugrah Tuhan bersatu dan terjadilah
mahabbah. Ayat dan hadis tersebut juga menjelaskan bahwa pada saat
terjadi mahabbah diri yang dicintai telah menyatu dengan yang mencintai
yang digambarkan dalam telinga, mata dan tangan Tuhan. Dan untuk
mencapai keadaan tersebut dilakukan dengan amal ibadah yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh.

2) Dasar Filosofi
5
Dalam mengelaborasi dasar-dasar filosofis ajaran tentang cinta
(mahabbah) ini, al-Ghazali merupakan ulama tasawuf yang pernah
melakukannya dengan cukup bagus. Menurut beliau, ada tiga hal yang
mendasari tumbuhnya cinta dan bagaimana kualitasnya, yaitu sebagai
berikut:

a. Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan (ma’rifat) dan


pengetahuan (idrak).

b. Cinta terwujud sesuai dengan tingkat pengenalan dan pengetahuan.

c. Manusia tentu mencintai dirinya.

BAB III

PENUTUP

6
C. KESIMPULAN

Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang


secara harfiah berarti mencintai secara mendalam.Pengertian Mahabbah
adalah cinta yang luhur, suci dan tanpa syarat kepada Allah.

Tujuan Mahabbah adalah untuk memperoleh kebutuhan yang


bersifat material maupun spiritual, seperti cintanya seseorang yang
kasmaran pada sesuatu yang dicintainya, Sedang Ma’rifah bertujuan
sebagai pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati sanubari.

Inti ajaran mahabbah adalah merupakan sikap dari jiwa yang


mengisyaratkan ke pengabdian diri atau pengorbanan diri sendiri dengan
cara mentransendenkan ego, dan menggantinya dengan cinta.

Mahabbah adalah bagaimana kita bisa menempatkan rasa cinta


yang tulus kepada sang pencipta, bukan bagaimana kita mencintai
secara berlebihan atas apa yg telah di ciptakan,apalagi mencintai
duniawi terlalu berlebihan, nikmatnya duniawi hanyalah latar belakang
kenikmatan sementara namun sama sekali tidak abadi.

Anda mungkin juga menyukai