NIM : 211110010 Smt./ Jurusan : I/HKI, A Perihal : Tugas UAS Dosen : Hilman Taqiyudin, : S.Ag.,M.H.I.
1. Sejarah timbulnya tarekat dalam ilmu tasawuf, sampai keberadaan tarekat di
Indonesia A. Sejarah Munculnya Tarekat Lahirnya tarekat tidak terlepas dari keberadaan tasawuf secara umum, terutama peralihan tasawuf yang bersifat personil kepada tarekat sebagai suatu organisasi, yang merupakan perkembangan, pengamalan serta perluasan ajaran tasawuf. Kajian tentang tarekat sendiri tidak mungkin dilakukan tanpa kajian tasawuf. Trimingham menggambarkan perkembang tasawuf menjadi tarekat ke dalam tiga tahapan. Tahap pertama, kanaqah. Guru dan majelis muridnya, yang sering kali berpidah-pindah tempat, mempunyai aturan yang minimum untuk menempuh kehidupan biasa, menjurus pada abad ke-10 ke arah pembentukan pondokpondok yang seragam dan tidak khusus. Tahap kedua, tharîqah, abad ketiga belas, zaman Saljuq. Periode formatif 1100- 1400 M. Pada periode ini terjadi transmisi doktrin, aturan, dan metode. Perkembangan mazhab-mazhab mistisisme yang bersinambung. Silsilah-thariîah, yang berasal dari seseorang yang tercerahkan, gerakan borjuis. Menyesuaikan dan menjinakkan semangat mistikal dalam sufisme yang terorganisasi kepada standar tradisi dan legalisme. Tahap ketiga, ta’ifah, abad kelima belas, zaman pembentukan Kemaharajaan Ottoman. Transmisi baiat bersama-sama doktrin dan aturan. Sufisme menjadi suatu gerakan yang populer. Fondasi-fondasi baru terbentuk dalam aliran-aliran thariqah, bercabang menjadi banyak ‘ordo’, yang sepenuhnya menyatu dengan kultus orang suci. B. Sejarah Munculnya Tarekat di Indonesia Sejarah tarekat di Indonesia diyakini sama dengan sejarah masuknya Islam ke Nusantara itu sendiri. Para sejarawan Barat menyakini, Islam bercorak Sufidtik itulah yang membuat penduduk nusantara yang semula beragama Hindu dan Budha menjadi sangat tertarik. Tradisi dua agama asal India yang kaya dengan dimensi metafisik dan spiritualitas itu dianggap lebih dekat dan lebih mudah beradaptasi dengan tradisi tarikat yang dibawa para wali. Sehingga perubahan besar itu pun berlangsung nyaris tanpa meneteskan darah sedikitpun. Ini berbeda dengan proses Islamisasi di india yang dilakukan secara besar-besaran melalui penaklukan dan tekanan, bahkan konon sedikit pemaksaan dengan senjata. Oleh para raja Muslim seperti Sultan Mahmud Ghadzna, Auranzeb, Haidar Aly, Tipu Sultan, dan sebagainya. Namun hingga saat ini India terlebih setelah terbagi tiga dengan Pakistan dengan Banglades dan muslim, Islam tetap tidak berhasil secara massip menggeser Hindu sebagai Agama mayoritas masyarakat. Proses islamisasi nusantara secara besar-besaran baru terjadi pada penghujung abad 14 atau awal abad 15, bersamaan dengan masa keemasan perkembangan tasawuf akhalaki yang ditandai dengan munculnya aliran-aliran tarekat di Timur Tengah. Fase itu sendiri telah dimulai sejak Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (wafat 1111 M) merumuskan konsep tasawuf moderat yang memadukan keseimbangan unsur Ahklak, syariat, dan filsafat. Konsep itu diterima sacara terbuka oleh kaum fukaha yang sebelumnya menentang habishabisan ajaran tasawuf falsafi yang kontroversial. Dilanjutkan dengan bermunculannya pusat-pusat pengajaran tasawuf yang dipimpin oleh para sufi terkemuka seperti Syekh Abdul Qadir AlJailani (wafat 1166 M), yang ajaran tasawufnya menjadi dasar Thariqoh Qodiriyyah. Ada juga Syekh Najmudin Kubro (wafat 1221 M), sufi Asia Tengah pendiri Thariqoh Kubrawiyyah; Syekh Abul Hasan Ali Asy-Syadzili (wafat 1258), pendiri Thariqoh Syadziliyyah asal Maghribi, Afrika Utara; Ahmad Arfa‟iyyah. Belakangan, pada awal abad keempat belas juga lahir Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syekh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandy (wafat 1389) di Khurasan dan Tarekat Syathariyyah yang di dirikan Syekh Abdullah Asy- Syatthari (wafat 1428 M). Tarekat-tarekat ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Nusantara, melalui para penyebar agama Islam. Mencapai puncaknya pada abad 17- 18, bersamaan dengan orang-orang Jawa yang naik haji. Hingga saat ini tak kurang dari 44 tarekat yang telah ada dan tersebar di seluruh Indonesia.
2. Konsep pembentukan akhlak dan lembaga-lembaga pembinaaan, perlindungan dan
pengasuhan anak di Indonesia A. Pentingnya Pembentukan Akhlak Pada Anak Sejak Dini Akhlak merupakan asas pokok bagi umat Islam, sebagaimana diangkatnya Nabi Muhammad sebagai Rasulullah, hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia. Karena itu, pendidikan akhlak terhadap anak, menjadi fokus utama dalam Islam. Pendidikan akhlak terhadap anak sangat penting. Karena, dalam siklus kehidupan manusia, masa kanak-kanak merupakan sebuah masa yang paling penting, sekaligus merupakan masa yang sangat berbahaya. Jika tidak dididik atau diperhatikan secara benar oleh para orang tua, maka nantinya anak tumbuh dalam keadaan akhlak yang kurang baik. Sebab, seorang anak pada hakikatnya telah tercipta dengan kemampuan untuk menerima kebaikan maupun keburukan. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya cenderung kearah salah satu dari keduanya. Rasulullah bersabda, yang artinya : Dari Abi Salamah bin Abdur Rohman dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih dan suci), maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. (HR. Imam Bukhari). Pendidikan akhlak sangat penting bagi anak, agar kelak tumbuh menjadi generasi yang membanggakan orang tua. Oleh karenanya para orang tua perlu menjadikan pendidikan sebagai salah satu pokok penting dalam pendidikan anak. Strategi (rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahakan masalah atau mencapai tujuan) yang harus dilakukan oleh orang tua maupun oleh guru dalam mendidik akhlak kepada anak, sebaiknya menggunakan beberapa metode diantara keteladanan atau pembiasaan tentang sikap yang baik, tanpa adanya keteladanan atau pembiasaan tentang sikap yang baik pendidikan tersebut akan sulit mencapai tujuan yang diharapkan, dan sudah menjadi kewajiban orang tua dan guru untuk memberikan keteladanan atau contoh yang baik dan membiasakannya bersikap baik pula. Oleh karena itu, penanaman pendidikan akhlak pada masa anak-anak sangatlah penting, agar anak memiliki bekal untuk hidup selanjutnya. Pendidikan akhlak harus dilakukan sejak dini, sebelum watak dan kepribadiannya terpengaruh lingkungan yang tidak paralel dengan tuntunan agama.10 Seorang anak ibarat kertas putih, apabila kertas itu ditulis dengan tinta warna merah, maka kertas menjadi merah, apabila kertas ditulis warna hijau, maka kertas menjadi hijau. Semua bergantung pada pola pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Maka dari itu diperlukan sebuah strategi dalam mendidik anak, agar anak nantinya mempunyai akhlak yang mulia yang bisa membanggakan orang tuanya dan bisa menjadi syafa’at kelak di akhirat nanti. B. Lembaga Pembinaan, Perlindungan, dan Pengasuhan Anak Indonesia a) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pembentukan KPAI dimandatkan oleh UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pada Pasal 74 dijelaskan bahwa : (1) Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan penyelenggaraan pemenuhan Hak Anak, dengan Undang-Undang ini dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen; (2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat membentuk Komisi Perlindungan Anak Daerah atau lembaga lainnya yang sejenis untuk mendukung pengawasan penyelenggaraan Perlindungan Anak di daerah.” Tugas KPAI Pada pasal 76 dijelaskan bahwa : Komisi Perlindungan Anak Indonesia bertugas: 1. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan Hak Anak; 2. memberikan masukan dan usulan dalam perumusan kebijakan tentang penyelenggaraan Perlindungan Anak. 3. mengumpulkan data dan informasi mengenai Perlindungan Anak; 4. menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan Masyarakat mengenai pelanggaran Hak Anak; 5. melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran Hak Anak; 6. melakukan kerja sama dengan lembaga yang dibentuk Masyarakat di bidang Perlindungan Anak; dan 7. memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini.” b) Lembaga Pengasuhan Anak Dalam Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anak Pasal 1 ayat 3 dan 4 disebutkan: 3. Lembaga Asuhan Anak adalah lembaga di bidang kesejahteraan sosial yang melaksanakan fungsi Pengasuhan Anak baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun milik masyarakat. 4. Lembaga Pengasuhan Anak adalah lembaga kesejahteraan sosial yang memiliki kewenangan untuk melakukan proses pengusulan calon Orang Tua Asuh dan calon Anak Asuh. c) Lembaga Pembinaan Khusus Anak Lembaga Pembinaan Khusus Anak atau disingkat dengan LPKA merupakan tempat Anak menjalani masa pidananya. LPKA sendiri merupakan Unit Pelaksana Teknis yang kedudukannya berada di bawah dan sekaligus bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Sejak munculnya UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) yang menggantikan UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, setiap Lapas Anak dituntut untuk melakukan perubahan sistem menjadi LPKA. Hal ini karena Lapas Anak dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum dan perkembangan sistem peradilan pidana anak. Referensi
STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK PADA ANAK
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/sawwa/article/download/1544/1395 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT DI NUSANTARA https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/download/1139/982 https://www.pemasyarakatan.com/mengenal-lembaga-pembinaan-khusus-anak/ https://www.kpai.go.id/profil https://www.jogloabang.com/sosial/pp-44-2017-pelaksanaan-pengasuhan-anak