Anda di halaman 1dari 14

ZAKAT

Dasar Pensyariatan dan Tata Cara Pelaksanaan


Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Fiqih
Yang dibina oleh:
Ahmad Fauzan, S.S, M.Pd.I

Disusun oleh:
1. Muhammad Jefry Himmawan (2814133127)
2. Peni Asri Rimasafitri (2814133146)

Kelas TMT II E
Jurusan Tadris Matematika (TMT)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
MEI 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


berkah rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, kami telah berhasil menyusun
makalah ini tepat waktu.
Untuk kedua kalinya shalawat serta salam kami curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman keemasan yang terang
benderang seperti sekarang ini.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Maftuhin, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung yang
telah memberi kesempatan kami untuk dapat menimba ilmu disini;
2. Bapak H. Muh. Khoirul Rifa’i, M.Pd.I, selaku dosen mata kuliah
Ulumul Hadits yang telah membina dan membimbing kami;
3. seluruh admisi IAIN Tulungagung yang turut memberikan fasilitas;
dan
4. seluruh teman-teman yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.
Tanpa mereka mungkin makalah ini tidak bisa terselesaikan secara maksimal.
Demikian semoga makalah kami ini bisa bermanfaat bagi pembacanya
dan mendapat ridha dari Allah SWT. Amin.

Tulungagung, Mei 2014

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
I.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
I.3 Tujuan Pembahasan Masalah ............................................................ 1
I.4 Batasan Masalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
II.1 Dasar Pensyariatan Zakat ................................................................. 3
II.2 Tata Cara Pelaksanaan Zakat ........................................................... 3
II.3 Hikmah Melaksanakan Zakat........................................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
III.1 Kesimpulan ..................................................................................... 12
III.2 Saran ............................................................................................... 12
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat


penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraam umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk
salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima, sebagaimana
diungkapkan dalam berbagai hadits Nabi, sehingga keberadaannya dianggap
sebagai ma’luum minad-diin bidh-dharuurah atau diketahui secara otomatis
adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang.1

Dalam melaksanakan zakat tentu saja terdapat dasar pensyariatannya yang


tertuang dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits, pelaksanaannyapun juga harus
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Untuk itu kami menyusun
makalah yang berjudul ”Zakat : Dasar Pensyariatan dan Tata Cara Pelaksanaanya”
.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang kami ambil adalah:


1. Bagaimana dasar pensyariatan zakat?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan zakat?
3. Bagaimana hikmah melaksanakan zakat?

I.3. Tujuan Pembahasan Masalah

Makalah ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui dasar pensyariatan zakat.
2. Mengetahui tata cara pelaksanaan zakat.
3. Mengetahui hikmah melaksanakan zakat.

I.4. Batasan Masalah

1
Husein Syahtah, Cara Praktis Menghitung Zakat Dilengkapi Contoh Penghitungan Zakat Harta
Kontemporer, Ciputat: Penerbit Kalam Pustaka, 2005, hal.1.

1
2

Makalah ini hanya membahas tentang:


1. Dasar pensyariatan zakat.
2. Tata cara pelaksanaan zakat.
3. Hikmah melaksanakan zakat.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Dasar Pensyariatan Zakat

Dalam al-Qur’an terdapat 32 buah kata zakat (‫ )الزكاة‬, bahkan sebanyak 82


kali diulang sebutannya dengan memakai kata-kata yang sinonim dengannya,
yaitu sadakah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat
mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan yang sangat penting.
Dari 32 kata zakat yang terdapat di dalam al-Qur’an, 29 di antaranya
bergandengan dengan kata shalat. Hal ini memberi isyarat tentang eratnya
hubungan antara ibadah zakat dengan ibadah shalat. Ibadah shalat merupakan
perwujudan hubungan dengan Tuhan, sedangkan zakat perwujudan hubungan
dengan Tuhan dan sesama manusia.2
Zakat adalah sesuatu yang wajib berdasarkan Kitab, Sunnah, dan ijma’.
Dalil Kitabnya adalah firman Allah Taala, Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang
untuk jalan Alla, dan untuk ibnu sabil, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
oleh Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS Al-Taubah
[9]: 60).
Dalil Sunnahnya adalah sabda Rasulullah Saw. kepada Mu’adz bin
Jabal saat beliau mengutusnya ke Yaman: “...Lalu beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah telah mewajibkan zakat yang diambil dari orang-orang kaya di
antara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka.” (HR
Bukhari dan Muslim)
Sementara dalil ijma’-nya adalah kesepakatan fuqaha salaf dan khalaf
bahwa zakat adalah sesuatu yang wajib. Zakat telah diterapkan sampai masa kita
sekarang tanpa ada seorang pun yang mengingkarinya.
Zakat adalah salah satu rukun Islam dan syarat untuk masuk ke
dalamnya. Allah Taala berfirman, Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat, dan

2
Abdurrachman Qadir, Zakat (Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2001, hal.43.

3
4

menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka (QS Al-Taubah [9]:
5).
Allah Taala juga berfirman, Dan kecelakaan yang besar bagi orang-
orang yang menyekutukan-Nya. Yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat
(QS Fushshilat [41]: 6-7).
Rasulullah Saw. bersabda: ”Islam didirikan di atas lima rukun:
syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke
Baitullah bagi orang yang mampu berjalan ke sana.” (Disepakati kesahihannya).
Zakat adalah hak orang-orang fakir dan miskin. Tentang hal ini, Allah
Taala berfirman, Dan orang-orang yang dalam hartanya terdapat bagian tertentu
bagi orang (fakir dan miskin) yang meminta dan orang yang tidak memiliki apa-
apa (yang tidak mau meminta) (QS Al-Ma’arij [70]: 24-25).
Zakat bukanlah hibah, derma, atau anugerah dari orang-orang kaya
untuk orang-orang fakir. Tapi dia adalah hak dan keutamaan yang besar bagi
orang-orang fakir atas orang-orang kaya, karena mereka adalah sebab pahala yang
didapatkan oleh orang-orang kaya.3
II.2. Tata Cara Pelaksanaan Zakat

II.2.1 Syarat-syarat Harta yang Wajib Dizakati


Di antara syarat-syarat terpenting yang harus terpenuhi dalam harta
yang wajib dizakati adalah sebagai berikut:
1. Harta tersebut merupakan hak milik sempurna bagi muzaki (orang yang
menunaikan zakat).
2. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk berkembang.
3. Harta tersebut mencapai nishab yang telah ditentukan.
4. Harta tersebut adalah kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan pokok bagi
muzaki dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, tanpa berlebihan
atau bermewah-mewahan.

3
Husein Syahtah, Cara Praktis Menghitung Zakat Dilengkapi Contoh Penghitungan Zakat Harta
Kontemporer, Ciputat, Penerbit Kalam Pustaka, 2005, hal.16-18.
5

5. harta tersebut terbebas dari hutang. Artinya, harta tersebut sudah


dikurangi dengan hutang yang jatuh temponya.
6. Harta tersebut telah dimiliki selama satu haul (satu tahun), terhitung
sejak dia mencapai nishab, kecuali zakat hasil pertanian, buah-buahan,
dan rikaz (harta karun).
7. Harta tersebut halal dan baik, karena Allah tidak menerima kecuali yang
baik. Juga, karena harta yang haram tidak memenuhi syarat
kepemilikan.4
II.2.2 Yang Berhak Menerima Zakat
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, yang tertera dalam
Surah at-Taubah ayat 60 yakni:
 Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
 Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
 Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
 Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.
 Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya
 Gharim - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak
sanggup untuk memenuhinya.
 Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah,
perang dsb)
 Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan
II.2.3 Jenis dan Tata Cara Pelaksanaan Zakat
Zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
suci Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.

4
Husein Syahtah, Cara Praktis Menghitung Zakat Dilengkapi Contoh Penghitungan Zakat Harta
Kontemporer, Ciputat, Kalam Pustaka, 2005, hal.25.
6

2. Zakat Maal (Harta)


Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Tata cara pelaksanaannya yaitu:
1. Nishab emas
Nishab emas sebanyak 20 dinar. Dinar yang dimaksud adalah dinar
Islam. 1 dinar = 4,25 gr emas, jadi 20 dinar = 85gr emas murni.
Dalil nishab ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatupun – yaitu dalam emas – sampai
memiliki 20 dinar. Jika telah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul,
maka terdapat padanya zakat ½ dinar. Selebihnya dihitung sesuai dengan hal
itu, dan tidak ada zakat pada harta, kecuali setelah satu haul.” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi)
Dari nishab tersebut, diambil 2,5% atau 1/40. Dan jika lebih dari nishab
dan belum sampai pada ukuran kelipatannya, maka diambil dan diikutkan
dengan nishab awal. Demikian menurut pendapat yang paling kuat.
2. Nishab perak
Nishab perak adalah 200 dirham. Setara dengan 595 gr, sebagaimana
hitungan Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin dalam Syarhul Mumti’ 6/104
dan diambil darinya 2,5% dengan perhitungan sama dengan emas.
3. Nishab binatang ternak
Syarat wajib zakat binatang ternak sama dengan di atas, ditambah satu
syarat lagi, yaitu binatanngya lebih sering digembalakan di padang rumput yang
mubah daripada dicarikan makanan.
“Dan dalam zakat kambing yang digembalakan di luar, kalau sampai
40 ekor sampai 120 ekor…” (HR. Bukhari)
Sedangkan ukuran nishab dan yang dikeluarkan zakatnya adalah sebagai
berikut:
1) Onta
Nishab onta adalah 5 ekor.Dengan pertimbangan di negara kita tidak ada
yang memiliki ternak onta, maka nishab onta tidak kami jabarkan secara rinci.
7

2) Sapi
Nishab sapi adalah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada
zakatnya.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah Sapi Jumlah yang dikeluarkan

30-39 ekor 1 ekor tabi’ atau tabi’ah

40-59 ekor 1 ekor musinah

60 ekor 2 ekor tabi’ atau 2 ekor tabi’ah

70 ekor 1 ekor tabi dan 1 ekor musinnah

80 ekor 2 ekor musinnah

90 ekor 3 ekor tabi’

100 ekor 2 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah


Keterangan:
1. Tabi’ dan tabi’ah adalah sapi jantan dan betina yang berusia setahun.
2. Musinnah adalah sapi betina yang berusia 2 tahun.
3. Setiap 30 ekor sapi, zakatnya adalah 1 ekor tabi’ dan setiap 40 ekor sapi,
zakatnya adalah 1 ekor musinnah.
3) Kambing
Nishab kambing adalah 40 ekor. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah Kambing Jumlah yang dikeluarkan

40 ekor 1 ekor kambing

120 ekor 2 ekor kambing

201 – 300 ekor 3 ekor kambing

> 300 ekor setiap 100, 1 ekor kambing


4. Nishab hasil pertanian
Zakat hasil pertanian dan buah-buahan disyari’atkan dalam Islam
dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan Dialah yang
menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon
korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima
8

yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-An’am: 141)
Adapun nishabnya ialah 5 wasaq, berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Zakat itu tidak ada yang kurang dari 5
wasaq.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Satu wasaq setara dengan 60 sha’ (menurut kesepakatan ulama, silakan
lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 3/364). Sedangkan 1 sha’ setara
dengan 2,175 kg atau 3 kg. Demikian menurut takaaran Lajnah Daimah li Al
Fatwa wa Al Buhuts Al Islamiyah (Komite Tetap Fatwa dan Penelitian Islam
Saudi Arabia). Berdasarkan fatwa dan ketentuan resmi yang berlaku di Saudi
Arabia, maka nishab zakat hasil pertanian adalah 300 sha’ x 3 kg = 900 kg.
Adapun ukuran yang dikeluarkan, bila pertanian itu didapatkan dengan
cara pengairan (atau menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya
sebanyak 1/20 (5%). Dan jika pertanian itu diairi dengan hujan (tadah hujan),
maka zakatnya sebanyak 1/10 (10%). Ini berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Pada yang disirami oleh sungai dan hujan,
maka sepersepuluh (1/10); dan yang disirami dengan pengairan (irigasi),
maka seperduapuluh (1/20).” (HR. Muslim 2/673)
5. Nishab barang dagangan
Pensyariatan zakat barang dagangan masih diperselisihkan para ulama.
Menurut pendapat yang mewajibkan zakat perdagangan, nishab dan ukuran
zakatnya sama dengan nishab dan ukuran zakat emas.
Adapun syarat-syarat mengeluarkan zakat perdagangan sama dengan
syarat-syarat yang ada pada zakat yang lain, dan ditambah dengan 3 syarat
lainnya:
1) Memilikinya dengan tidak dipaksa, seperti dengan membeli,
menerima hadiah, dan yang sejenisnya.
2) Memilikinya dengan niat untuk perdagangan.
3) Nilainya telah sampai nishab.
9

Seorang pedagang harus menghitung jumlah nilai barang dagangan


dengan harga asli (beli), lalu digabungkan dengan keuntungan bersih setelah
dipotong hutang.
6. Nishab harta karun
Harta karun yang ditemukan, wajib dizakati secara langsung tanpa
mensyaratkan nishab dan haul, berdasarkan keumuman sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dalam harta temuan terdapat seperlima (1/5)
zakatnya.” (HR. Muttafaqun alaihi)
III.3. Hikmah Melaksanakan Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan
mereka yang miskin.
2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan
da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat
Allah SWT.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6. Untuk pengembangan potensi ummat
7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
ummat.
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Dasar pensyariatan zakat terdapat dalam Al-Qur’an, Sunnah dan ijma’.

Pelaksanaannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku.

 Harta yang wajib dizakati antara lain harta tersebut hak milik
muzakki, berpotensi untuk berkembang, mencapai nishab,
kelebihan dari harta yang dimilki, terbebas dari hutang, telah
dimiliki selama satu haul, serta harta tersebut halal dan baik.

 8 Golongan yang berhak menerima zakat adalah fakir,


miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharim, fisabilillah,
dan ibnus sabil.

 Zakat terbagi menjadi 2 yaitu zakat fitrah dan zakat mal yang
masing-masing zakat tersebut sudah ditentukan nishabnya.

Adapun hikmah yang dapat dipetik adalah dapat mengurangi


kesenjangan sosial antara yang kaya dan miskin, sebagai pembersih harta,
membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk.

III.2. Saran

Bagi para pembaca khususnya umat Muslim semoga dapat mengetahui


tentang zakat yang merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan bagi seluruh
umat Islam, sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupannya.

12
DAFTAR RUJUKAN

Syahtah, Husein. Cara Praktis Menghitung Zakat Dilengkapi Contoh


Penghitungan Zakat Harta Kontemporer. Ciputat: Penerbit Kalam
Pustaka. 2005.

Qadir, Abdurrachman, Zakat (Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial). Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada. 2001.

13

Anda mungkin juga menyukai