Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang


terus menerus, denganbermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia
sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah
belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah
dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari
permintannya.

Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang
menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak
pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat
yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya
adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan
seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya. Oleh karena itu, kita sebagai
makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan diberi
kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan
kepada kita.

Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat


yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa
apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan
apa yang sudah ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah
ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

1. Makna Bersyukur kepada Allah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bersyukur kepada Allah pada hakikatnya adalah mengakui bahwasannya


segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaanNya adalah
berasal dari Allah Ta'ala. Dalam bahasa mudahnya bersyukur adalah berterima
kasih. Kita seringkali berterima kasih kepada sesama manusia, tetapi melupakan
satu hal yang justru harus kita lakukan yaitu mensyukuri nikmat Allah yang ada pada
diri kita semuanya.

2
Dalam agama pengertian bersyukur bahwa syukur adalah menunjukkan adanya
nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan
mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati,
berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa
kepatuhan dan ketaatan kepada Allah". Ini adalah pengertian syukur menurut Ibnul
Qayyim. Dan 3 hal di atas adalah cara mensyukuri nikmat Allah atas diri kita.

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan atau tidak mau untuk
menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari
Allah Ta’ala. Kita berlindung kepada Allah dari sifat kufur nikmat ini aamiin. Bila kita
pandai dalam mensyukuri nikmat Allah maka hal ini akan mendatangkan nikmat-
nikmat Allah lainnya.

B. tanda-tanda orang yang bersyukur

a. Mengakui, memahami, serta menyadari bahwa Allah-lah yang telah


memberikan nikmat. Pengertiannya di sini adalah bahwa segala nikmat pada
dasarnya Allah yang memberikan kepada kita. Manusia adalah juga merupakan
perantara dari Pemberi Nikmat yang sesungguhnya yaitu Allah. Orang yang
bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah
Ta’ala, bukan kepada makhluk atau pun lainnya.

b. Orang bersyukur akan menunjukkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah.


Jadi tanda mensyukuri nikmat Allah adalah menggunakan nikmat tersebut dengan
beribadah dan taat menjalankan ajaran agama. Keanehan bila orang mengakui
nikmat Allah, tetapi tidak mau menjalankan ajaran agama seperti halnya sholat,
enggan belajar agama dan sejenisnya.

C. Bentuk atau wujud rasa syukur itu dapat dilakukan antara lain dengan beberapa
cara :
1. Bersyukur dengan hati dan perasaan
2. Bersyukur dengan lisan
3. Bersyukur dengan perbuatan
4. Bersyukur dengan harta benda
Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT manusia akan mendapat berkah dan karunia
yang lebih banyak lagi dariNYA, sebagaimana QS Ad-Dhuha ayat 11 : "Dan terhadap

3
Nikmat Tuhanmua, maka hendaklah kamu menyebutNYA (dengan
bersyukur)".Demikian pula QS. Ar-Rahman berkali-kali menyebutkan : "maka Nikmat
Rabb yang manalagi yang kamu dustakan". Bila masih ada Pertanyaan tentang
adanya keraguan kita untuk tidak mensyukuri nikmat Allah, baiknya anda berhenti
sejenak dari kesibukan dunia untuk menyadari segeralah bersyukur. Semoga Allah
senantiasa meridhoi langkah hidup kita semua

D. cara mensyukuri nikmat Allah:

A. Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui hati. Cara bersyukur kepada Allah
dengan hati ini maksudnya adalah dengan mengakui, mengimani dan meyakini
bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya hanya dari Allah SWT semata.

B. Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui lisan kita. Caranya adalah dengan kita
memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan
segala bentuk syukur juga milik Allah).

C. Mensyukuri nikmat Allah dengan perbuatan kita. Yaitu perbuatan dalam bentuk
ketaatan kita menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa
yang dilarangNya. PerintahNya termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam
rangka menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah itu yang bersifat wajib,
sunnah maupun mubah.

Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk senantisa mensukuri nikmat yang telah
diberikanNya dan menggunakan nikmat tersebut dalam rangka mencari keridhoan
Allah yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan kita

E. Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya

Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada
kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada
nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan
terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk
dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.

Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan
kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita
menemukan keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam

4
keingkaran dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan
pemberi nikmat dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh
kepada Allah.

Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan
penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat yang
diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam2, disetiap detik yang dilalui
maninusia tidak pernah lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat besar. Sehingga
mausia tidak akan dapat menghitungnya.

F. Hakikat bersyukur

Manusia adalah makhluk ALLAH SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya dan diciptakan untuk menyembah hanya kepada-Nya seraya bersyukur
atas hidup untuk mencapai kedudukan yang tertinggi di akhirat kelak. Jika kita fikir
dahulunya kita tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa sedikit
berbuat, kini kita memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang banyak.
Lantas bagaimana kita tidak bersyukur? Sementara balasan yang dijanjikan ALLAH
SWT apabila hambanya mensyukuri nikmat-Nya, adalah kenikmaatannya akan
ditambah dan dilipat gandakan nikmat–nikmatnya yang lain. Sebagaimana ALLAH
SWT berfirman dalam (Q.S. Ibrahim : 7) yang berbunyi:

‫شوإدمذ شتأ شنذشن شرببتكمم شلدئمن شششكمرتتمم شلشدزيِشدننتكمم شوشلدئمن شكشفمرتتمم إدنن شعشذاَدبيِ شلششدديِدد‬

Artinya :Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Qs.
Ibrahim:7)

Nikmat atau rezeki yang diterima adalah barokah Allah SWT, meskipun hanya kecil
dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang selalu
bersyukur akan diberikan keidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan
bahagia serta terhindar dari fitnah dan azab dunia serta akhirat

G. Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya

Hadits Tentang Cara Mensyukuri Nikmat

5
a. Teks Hadits

‫ شواَللنمف ت‬- ‫َ ح شوشحندشثشناَ أشتبو شبمكر مبتن أشدبيِ ششميِشبشة‬،‫َ شحندشثشناَ أشتبو تمشعاَدوشيِشة‬،‫ب‬
‫ظ‬ ْ‫َ ح شوشحندشثشناَ أشتبو تكشرميِ ب‬،‫َ شحندشثشناَ شجدريِدر‬،‫ب‬
ْ‫وشحندشثدنيِ تزشهميِتر مبتن شحمر ب‬
‫د‬
:‫صنلىَّ ا ت شعشلميِده شوشسلنشم‬ ‫ا ش‬ ‫ شقاَشل شرتسوتل د‬:‫َ شقاَشل‬،‫َ شعمن أشدبيِ تهشرميِشرشة‬،‫صاَلدبْح‬ ‫َ شعمن أشدبيِ ش‬،‫ش‬ ‫َ شعدن اَملشمعشم د‬،‫َ شوشودكيِدع‬،‫ شحندشثشناَ أشتبو تمشعاَدوشيِشة‬- ‫شلته‬
[15]‫ا شعشلميِتكمم‬ ‫َ شفتهشو أشمجشدتر أشمن شل شتمزشدترواَ دنمعشمشة د‬،‫ظترواَ إدشلىَّ شممن تهشو شف موشقتكمم‬ ‫َ شوشل شتمن ت‬،‫ظترواَ إدشلىَّ شممن أشمسشفشل دممنتكمم‬‫»اَمن ت‬

b. Terjemah Hadits

Rasulullah saw. bersabda lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu
dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk
tidak meremehkan nikmat Allah atasmu. (Muutafaq ‘Alaih)[1][10]

c. Penjelasan Hadits

Dalam hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang
memandang orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa
tubuhnya, kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang
lain-lainnya. Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik
keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka.
Sebaliknya nabi saw. melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas
mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan
mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan mungkin timbul
persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak memperhatikan
keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin
dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah
ketaatan kenjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam
menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.

H. Dalil Syukur Nikmat

‫شوإدمذ شتأ شنذشن شرببتكمم لشدئن شششكمرتتمم لشدزيِشدننتكمم‬


“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim

I. Kisah Orang Yang Mensyukuri dan Tidak Mensyukuri Nikmat Allah

Kisah Orang Yang Mensyukuri dan Tidak Mensyukuri Nikmat Allah,

6
Ada tiga orang Bani Israil yang telah diuji oleh Allah SWT. Ketiga orang tersebut
masing - masing menderita penyakit, ada yang menderita penyakit kusta, ada yang
menderita penyakit gundul (tidak berambut), dan yang terakhir menderita penyakit
buta.
Ketika itu Allah mengutus malaikat untuk menemui mereka.
Pertama, malaikat bertanya kepada orang yang sakit kusta, "Apa yang engkau
inginkan?"
"Aku ingin rupa yang bagus dan kulit yang halus, sehingga orang tidak jijik
kepadaku", jawab orang yang berpenyakit kusta.
Malaikat mengusap tubuh orang itu. seketika lenyaplah penyakit yang menjijikkan
dari tubuh orang itu. Malaikat bertanya lagi, "harta apa yang engkau inginkan?"
"unta", jawab orang itu. Lalu diberi unta yang sedang mengandung kepada orang itu.

Selanjutnya malaikat bertanya kepada orang yang berpenyakit gundul, "Apa yang
engkau inginkan?"
"Rambut", jawab orang gundul itu. Malaikat menyapu kepala orang itu. seketika
tumbuhlah rambut di kepala orang yang gundul itu. Malaikat bertanya pula, "harta
apa yang engkau inginkan?" "Aku menginginkan sapi", jawab orang itu. Maka
diberikan kepada orang itu seekor sapi yang sedang mengandung.

Setelah itu malaikat datang kepada orang yang buta dan bertanya, "Apa yang
engkau inginkan?"
Orang buta itu menjawab, "Saya ingin melihat kembali."
Malaikat pun mengusap muka orang buta itu. seketika itu pula orang buta itu dapat
melihat kembali. Kemudian malaikat bertanya lagi, "Harta apa yang engkau
inginkan?" "Kambing", jawab orang itu, Maka diberi kepada orang itu seekor
kambing yang sedang mengandung.

Beberapa tahun kemudian unta, sapi, dan kambing yang telah diberikan kepada
orang miskin yang sakit kusta, gundul, dan buta telah berkembang biak. Dari hari
kehari binatang ternak itu selalu bertambah. Orang yang semula berpenyakit kusta,
sekarang telah menjadi orang kaya yang memiliki peternakan unta. Orang yang
semula berpenyakit gundul, telah menjadi seorang peternak sapi yang kaya raya.
Sedangkan orang yang semula buta telah menjadi peternak kambing yang sukses.
7
Pada suatu hari datanglah seorang malaikat yang menjelma menjadi orang yang
berpenyakit kusta. malaikat itu berkata, "Tuan saya ini orang miskin yang kehabisan
bekal di jalan. Tolonglah saya, tuan...!! Berikanlah saya bekal untuk melanjutkan
perjalanan!" Orang kaya yang dulunya berpenyakit kusta itu menjawab, "Maaf saya
sedang tidak bisa membantu, saya sedang banyak utang." Malaikat itu berkata pula,
"Rasa-rasanya saya pernah kenal tuan. Bukankah dulu tuan orang miskin yang
berpenyakit kusta menjijikkan?" Orang itu menyangkal, "Tidak! itu tidak benar! Harta
ini semata-mata dari ayah dan kakekku." Malaikat pun berkata, "Apabila tuan
berdusta, semoga Allah menjadikan tuan seperti semula."

Setelah itu malaikat mendatangi orang kaya yang dulunya orang miskin yang
berpenyakit gundul. Kepadanya malaikat berpura - pura memohon bantuan
sebagaimana dikatakan kepada orang kaya yang pertama tadi. Jawaban yang
diterima malaikat, sama dengan orang yang pertama, yaitu penolakan dan ingkar.
Malaikat pun berkata, "Apabila tuan berdusta dan ingkar, semoga Allah menjadikan
tuan seperti keadaan tuan semula."

Terakhir, malaikat datang kepada orang kaya yang dulunya ia miskin dan menderita
penyakit buta. malaikat pun mengutarakan maksudnya sebagaimana diutarakan
kepada orang kaya yang pertama dan kedua. Orang yang dulunya buta menjawab,
"Betul, dulunya saya ini buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya.
Untuk itu saya bersyukur kepada Allah. Ambillah harta saya ini sekehendakmu.
Sisakanlah untuk saya sekehendakmu pula. Saya ikhlas memberikannya." Malaikat
berkata, "Peliharalah hartamu, saya tidak akan mengambilnya. Saya hanya menguji.
Ternyata kamu lulus ujian ini. dengan demikian kamu diridhai Allah dan kedua
temanmu dibenci-Nya."

Demikianlah kisah tiga orang yang sama - sama menderita, sama-sama berjanji
akan berbuat baik manakala penderitaannya sudah berganti dengan kesenangan.
Akan tetapi, ternyata yang dua orang tidak bersyukur terhadap nikmat yang
diberikan Allah. Allah membenci kedua orang yang ingkar atau kufur nikmat itu dan
mengembalikannya seperti keadaan semula. Sebaliknya, orang yang mensyukuri
nikmat Allah akan mendapat Ridha-Nya dan ditambahkan rizkinya.
8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita
dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia.
Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat
mengucapkan alhamdulilla, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat
& berkah datangnya semata hanya dari ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri
nikmat ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah
dan menjauhi segala larangan-Nya.

Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT,
dan manusia yang tidak mau bersyukur maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak
membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH
SWT maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk
dirinya sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ja’far, Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah Abdul Somad),


Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
- Al-Jalalain, As-Shuyuthi, Al-Mahalli, Tafsir Jalalain
- Al-Qurtubi, Syekh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad Khotib),
Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
- Departemen Agama RI, Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro,
Bandung, 2004;
- Matsna, Mohammad, Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits, Karya Toha
Putra, Semarang, 2009;
- Muslim, Al-Imam, Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah (Pesan,
Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an), Lentera Hati, Jakarta 2002;

10

Anda mungkin juga menyukai